Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.

S
DENGAN HIPERTENSI DI WISMA FLAMBOYAN
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW)
PAGAR DEWA KOTA BENGKULU

DISUSUN OLEH:

CICI SINTIA WULANDARI


23260500525

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(Ns. Ida Rahmawati, S.Kep,.M.Kep) (Ns. Citra Wahyuni, S.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2024
A. Definisi Hipertensi

Hipertensi ataupun tekanan darah tinggi merupakan sesuatu kondisi


pada saat terjadi kenaikan tekanan darah dapat lanjut oleh hambatan sistem
organ, semacam stroke buat otak, penyakit jantung coroner, kendala
pembuluh darah jantung serta kendala otot jantung (Istichomah, 2020).
Hipertensi ialah sesuatu penyakit ditandai adanya peningkatan tekanan darah
sebab terjadi kelainan jantung dan pembuluh darah. Hipertensi ialah kenaikan
tekanan darah diatas batas normal ialah ≥ 140 mmHg buat sistolik serta ≥ 90
mmHg buat diastolik (Angshera & Rahmawati, 2020).

Hipertensi adalah kondisi kardiovaskuler yang paling umum, ketika


tidak diobati, Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang parah, seperti
penyakit Arteri Koroner, Infark Miokard, penyakit Arteri Perifer dan Stroke.
Hipertensi tetap menjadi penyebab utama kematian di kalangan orang dewasa
meskipun ada kemajuan dalam pencegahan dan pengobatan (Rajka, A et all.
2018).

B. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi
terjadinya hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah
(Aspiani, 2016)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan
lebih ditunukan bagi penderita esensial. Hipertensi primer disebabkan
oleh faktor berikut ini.
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis
kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau
makan berlebih,stress, merokok , minum alcohol,minum obat-obatan
(efedrin, prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi
akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau
akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsungmeningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium.
Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang
terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain
ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal,
yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume
sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume
sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan
aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan
dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder
(Aspiani, 2016).

C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang
pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor
tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016)

D. WOC

Umur jenis kelamin gaya hidup obesitas


Elasitas arteriosklerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah Perubahan status

Perubahan struktur kesehatan

Pebyumbatan pembuluh darah

vasokontraksi
Ansietas
gangguan sirkulasi

otak Gingal Pembuluh Retina


darah
vasokontraksi Spasme
resistensi Suplai O2 pembuluh darah arteriole
pembuluh otak ginjal Sistemik Koroner
darah otak menurun Diplopia paparan
blood flow Vaspkontraksi Iskemia informasi
sinkop aliran darah miocard kurang
Nyeri menurun Afterload
akut meningkat Nyeri
respon RAA
kronis
Rangsangan Fatique
Perfusi Resiko
aldosteron
Perufer tidak tinggi Resiko jatuh
efektif Penurunan
Edema curah
Defisit
jantung
pengetahuan

Intoleransi
Hipovolemia
aktivitas
E. Manifestasi Klinis

Tidak semua Hipertensi menampakkan gejala yang spesifik selama


bertahun- tahun. Gejala ada jika menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan
tanda yang khas, sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang
bersangkutan. Perubahan pada ginjal dapat bermanifestasi, seperti nokturia
(peningkatan buang air kecil pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen
urea dalam darah dan kreatinin) (Aspiani, 2016).

Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang sering dijumpai hanya tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan,
eksudat, penyempitan pembuluh darah dan yang paling berat edema pada pupil
(edema pada diskus optikus) (Aspiani, 2016).

Menurut Amin (2015), gejala yang timbul karena penyakit Hipertensi


berbeda pada setiap orang, beberapa dari mereka bahkan tidak memiliki gejala.
Secara umum gejala yang dirasakan orang yang mengalami Hipertensi adalah
sebagai berikut :

1) Sakit kepala.
2) Rasa pegal, kaku dan tidak nyaman pada tengkuk.
3) Berdebar atau detak jantung terasa cepat.
4) Telinga berdengung.
5) Lemas dan kelelahan.
6) Gelisah.
7) Mual.
8) Muntah.
9) Epistaksis.
10) Kesadaran menurun

F. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal
dengan gagal ginjal akut.
c. Darah perifer lengkap
d. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)

2) EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemia atau infark miocard
c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
3) Foto Rontgen
a. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
b. Pembendungan, lebar paru
c. Hipertrofi parenkim ginjal
d. Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Hipertensi menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI (2014) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menggunakan obat-obatan, seperti amlodipine dan captopril. untuk pemilihan
obat, dosis obat, frekuensi minum obat serta penggunaan obat- obatan Hipertensi
disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga anda.
2) Memodifikasi gaya hidup dapat dilakukan seperti membatasi jumlah asupan
garam tidak lebih dari seperempat sampai setengah sendok teh atau setara dengan
6 gram/hari, menurunkan berat badan (bagi yang mengalami obesitas),
menghindari minuman berkafein, merokok, minum minuman beralkohol, dan
pada penderita Hipertensi juga disarankan untuk melakukan olahraga seperti
jalan, lari, jogging, bersepeda santai selama 20-25 menit dengan freuensi
3-5x/minggu. Dan juga disarankan untuk istirahat cukup sekitar 6-8 jam/hari serta
dapat mengendalikan stress.
Ada beberapa makanan yang harus dihindari oleh penderita Hipertensi
seperti berikut:
1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi seperti otak, minyak kelapa,
gajih/lemak.
2) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium seperti biskuit,
crackers, keripik dan makanan kering yang asin.
3) Makanan dan minuman dalam kaleng seperti sarden, sosis, kornet, soft drink,
sayuran serta buah-buahan dalam kaleng,
4) Makanan yang diawetkan seperti dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang.
5) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur,
kulit ayam).
6) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium. Alkohol
dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

H. Komplikasi
Adapun komplikasi Hipertensi menurut Aspiani (2016) adalah seperti berikut :
1) Stroke Hemoragi dapat terjadi, akibat tekanan darah tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada Hipertensi kronis, apabila arteri yang memeperdarahi
otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang
diperdarahi berkurang, arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2) Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang mengalami aterosklerosis
tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium, atau apabila terbentuk trombus
yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada Hipertensi kronis
dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksgen miokardium mungkin tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melewati ventrikel sehingga terjadi distristmia, hipoksia jantung dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan.
3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah tinggi
pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema,
yang sering dijumpai pada Hipertensi kronis.
4) Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi pada penderita Hipertensi yang
meningkat cepat. Tekanan yang sangat tinggi dapat meningkatkan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.
Neuron disekitarnya menjadi kolaps dan menyebabkan koma serta kematian.
5) Kejang biasanya dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir biasa
dengan berat badan lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat. Dapat
juga mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami kejang saat atau
sebelum melahirkan.

I. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian Teoritis

a. Identitas klien

1) Identitas klien Meliputi :

Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,


suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,


palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
lelah, dan impotensi.

b. Riwayat Kesehatan
- Sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan


memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan
lain yang menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan
buram, mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada,meriang.

- Riwayat kesehatan Dahulu


Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung,
penyakit ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi ,
penyakit metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi
saluran kemih, dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma,
dan lain-lain
c. Aktivitas / istirahat
- Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
- Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
d. Sirkulasi
1) Gejala :

a) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/


katup dan penyakit serebrovaskuler

b) Episode palpitasi

2) Tanda :

a) Peningkatan tekanan darah

b) Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia

c) Murmur stenosis vulvular

d) Distensi vena jugularis

e) Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)

f) Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda

e. Integritas ego

1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress


multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,


tangisan meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola
bicara.

f. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat


penyakit ginjal pada masa yang lalu.

g. Makanan / cairan

1) Gejala :

a) Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,


lemak serta kolesterol
b) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)

c) Riwayat penggunaan diuretic

2) Tanda :

a) Berat badan normal atau obesitas

b) Adanya edema

c) Glikosuria

d) Neurosensori

3) Gejala :

a) Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital


(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)

b) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan abur, epistakis)

4) Tanda :

a) Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi


bicara, efek, proses piker

b) Penurunan kekuatan genggaman tangan

h. Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit


kepala

i. Pernapasan

1) Gejala :

a) Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja,


takipnea, ortopnea. Dispnea

b) Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum

2) Tanda :

a) Distress pernapasan / penggunaan otot aksesori pernapasan


b) Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)

c) Sianosis

j. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.

k. Pembelajaran / penyuluhan

Gejala :

1) Faktor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit


jantung, diabetes mellitus.

2) Faktor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara,


penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan
alcohol/obat.

l. Rencana pemulangan

Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/ perubahan


dalam t erapi obat.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik dibuktikan dengan


klien mengeluh nyeri di bagian kaki ketika berjalan

- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan di buktikan


dengan klien mengeluh lelah

- Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan


dengan tekanan darah meningkat

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi


. Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan dengan pengkajian Observasi
agen pencidera fisik diharapkan Tingkat 1. Identifikasi skala nyeri
berhubungan dengan nyeri menurun dan 2. Identifikasi respon
klien mengeluh klien mampu : nyeri non verbal
nyeri di bagian kaki 1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi faktor
ketika berjalan menurun yang memperberat dan
2. Kesulitan tidur memperingan nyeri
menurun
3. Tekanan darah Terapeutik
membaik 4. Kontrol lingkungan
4. Pola tidur yang memperberat
membaik rasa nyeri
5.Fasilitasi istirahat dan
tidur
6. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi
7. Jelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
9. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

Kolaborasi
10.Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu

2. Gangguan Pola Setelah dilakukan Dukungan tidur


Tidur b.d Kurang tindakan Observasi
kontrol Tidur d.d keperawatan selama 1.Identifikasi pola
Mengeluh Sulit 3x 24 jam (6jam), aktivitas dan tidur
Tidur di buktikan diharapkan pola 1. Identifikasi faktor
dengan klien tidur membaik : pengganggu tidur
mengatakan tidur 1. Keluhan sulit 2. Identifikasi makanan
hanya ku< 4 jam tidur cukup dan minuman yang
meningkat mengganggu tidur
2. Keluhan pola Terapeutik
tidur berubah 3. Batasi waktu tidur
meningkat siang jika perlu
3. Kemampuan 4. Lakukan prosedur
beraktivitas cukup untk meningkatkan
meningkat kenyamanan

Edukasi
5. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
6. Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang menganggu tidur

3. Ansietas Setelah dilakukan Terapi Relaksasi


berhubungan pengkajian 1. periksa kemampuasn
dengan kurang diharapkan Tingkat fisik dan mental
terpapar informasi ansietas menurun 2. identifikasi tujuan
dibuktikan dengan dan klien mampu : kegiatan relaksasi
tekanan darah 1. keluhan pusing 3. identiikasi respons
meningkat menurun fisik terhadap
2. tekanan darah begiatan relaksasi
menurun Teraupeutik
3. pucat menurun 4. pilihkegiatan
4. pola tidur relaksasi sesuai
membaik dengan kemampuan
fisik
5. rencanakan krgiatan
relaksasi sesuai usia
6. rencanakankegiatan
rekreasi
Edukasi
7. jelaskan tujuan dan
prosedur terapi

DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular
Aplikasi NIC&NOC . Jakarta :EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia


Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia,


Edisi 1, Cetakan II. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Edisi 1,Cetakan II. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

Rajca, A et all (2018). Pravalence of Hypertension Among Chronic Smokers:.


Arterial Hypertens .22: 2.

Anda mungkin juga menyukai