Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN KEGAWAT DARURATAN REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU MEI 2024


KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR

ROBEKAN SERVIKS

Muhammad Aditya Marsaid


105501109121

Pembimbing:
dr.Rosdiana Sahabuddin, Sp.OG

(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu Kegawat Daruratan)

FAKULTAS KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Muhammad Aditya Marsaid

NIM :105501109121

Judul Referat : Robekan Serviks

Telah menyelesaikan Laporan Kasus dalam rangka Kepanitraan Klinik di Bagian


Ilmu Kegawat Daruratan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Makassar, Mei 2024


Pembimbing,

dr. Rosdiana Sahabuddin, Sp.OG


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan kasus ini dapat diselesaikan. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW. Karena
beliaulah sebagai suritauladan dalam kehidupan dunia ini. Mudah-mudahan kita yang
termasuk umatnya selalu senantiasa dan setia kepadanya.

Referat dengan judul “Robekan Serviks” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian
Kegawat Daruratan Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
mendalam kepada dr. Rosdiana Sahabuddin, Sp.OG selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan
koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini belum sempurna adanya dan
memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral
maupun material sehingga dapat berjalan dengan baik. Akhir kata, penulis berharap agar
laporan kasus ini dapat memberi manfaat kepada semua orang.

Makassar, Mei 2024

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Robekan serviks adalah robekan yang terjadi pada persalinan yang kadang-

kadang sampai ke forniks, robekan biasanya terdapat pada pinggir samping serviks

malahan kadang-kadang sampai ke segmen bawah rahim

Hampir 3 juta wanita melahirkan per vaginam setiap tahunnya di Amerika

Serikat, dan kebanyakan dari mereka mengalami trauma traktur genital akibat

episiotomi, laserasi obstetrik spontan, atau keduanya. Data lebih dari 25 tahun

terakhir menunjukkan angka kejadian dilakukannya episiotomi menurun, namun

laserasi obstetrik secara gradual meningkat. Menurunkan trauma traktus genitalis

pada aktu melahirkan merupakan prioritas untuk seorang ibu. Trauma seperti itu bisa

menimbulkan masalah jangka pendek dan jangka panjang untuk ibu baru. Masalah

jangka pendek meliputi hilangnya darah, kebutuhan penjahitan, dan nyeri perineum.

Sedangkan, masalah jangka panjang meliputi nyeri berkepanjangan dan gangguan

fungsional seperti masalah intestinal, urinarius, dan seksual.

Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan

memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan

pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya terjadi

akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forseps atau vakum ekstraksi,

atau karena versi ekstraksi. Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), luka

episiotomi, robekan perineum spontan derajat ringan sampai ruptur perinei totalis,

robekan pada dinding vagina, forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris, uretra, dan
bahkan yang terberat adalah ruptura uteri. Perdarahan yang terjadi saat kontraksi

uterus baik, biasanya karena ada robekan atau sisa plasenta. Oleh karena itu, pada

setiap persalinan hendaknya dilakukan inspeksi yang teliti untuk mencari adanya

kemungkinan robekan ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Robekan serviks adalah perdarahan dalam keadaan dimana plasenta

telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa

perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir (Sarwono,2010).

Robekan yang terjadi pada persalinan yang kadang-kadang sampai ke

forniks; robekan biasanya terdapat pada pinggir samping serviks malahan

kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka parametrium.

B. ANATOMI SERVIKS

Serviks merupakan bagian terendah dari uterus yang menonjol ke

vagina bagian atas. Bagian atas vagina berakhir mengelilingi serviks sehingga

serviks terbagi menjadi bagian (supravaginal) dan bagian bawah (portio). Di

anterior bagian batas atas serviks yaitu ostium interna kurang lebih tingginya

sesuai dengan batas peritoneum pada kandung kemih. Kanalis servikalis

berbentuk fusiformis dengan lubang kecil pada kedua ujungnya, yaitu

orifisium interna yang bermuara ke dalam uterus dan orifisium eksterna yang

bermuara ke dalam vagina.


Leher rahim (serviks) merupakan bagian yang terpisah dari rahim dan

biasanya berbentuk silinder (9,2 dan panjangnya 2,5 -3 cm) dan mengarah ke

belakang dan bawah. Bagian luar dari bagian vaginal yang juga disebut

ektoserviks dibatasi oleh forniks kanan, kiri, depan, dan belakang ditutupi

oleh epitel skuamosa yang terlihat mengkilat dan berwarna merah muda. Di

bagian tengah leher rahim terdapat satu lubang yang disebut mulut leher rahim

luar yang seolah-olah membagi leher rahim menjadi bibir depan dan bibir

belakang. Mulut leher rahim luar berbentuk bundar pada wanita yang belum

pernah melahirkan. Dengan mulut leher rahim dalam, mulut leher rahim luar

dihubungkan oleh kanalis servikalis yang ditutupi epitel endoserviks.

C. ETIOLOGI

Apabila serviks kaku dan his kuat, serviks uteri akan mengalami

tekanan kuat oleh desakan kepala janin, sedangkan pembukaan tidak maju.

Hal ini akan mengakibatkan pelepasan sebagian serviks atau pelepasan serviks

secara sirkuler.

Secara umum, ruptur serviks disebabkan oleh:


1. Partus presipitatus.

2. Trauma karena pemakaian alat saat proses kelahiran seperti cunam dan

vacum.

3. Melahirkan janin letak sungsang secara paksa padahal pembukaan

belum lengkap.

4. Partus lama, di mana telah terjadi edema serviks, sehingga jaringan

serviks sudah menjadi rapuh dan mudah sobek.

5. Makrosomia

D. PATOFISIOLOGI

Saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi. Dengan

demikian dinding korpus uteri atau segmen atas rahim menjadi lebih tebal dan

volume korpus uteri menjadi lebih kecil. Akibatnya tubuh janin yang

menempati korpus uteriuteri menjadi lebih kecil terdorong ke dalam segmen

bawah rahim. Segmen bawah rahim menjadi lebih lebar dan karenanya

dindingnya menjadi lebih tipis karena tertarik keatas oleh kontraksi segmen

atas rahim yang kuat, berulang dan sering sehingga lingkaran retraksi yang

membatasi kedua segmen semakin bertambah tinggi. Apabila bagian terbawah

janin tidak dapat turun oleh karena suatu sebab (misalnya : panggul sempit

atau kepala besar) maka volume korpus yang bertambah mengecil pada waktu

ada his harus diimbangi perluasan segmen bawa rahim ke atas.


Dengan demikian lingkaran retraksi fisiologis semakin meninggi

kearah pusat melewati batas fisiologis menjadi patologis yang disebut

lingkaran bandl (ring van bandl). Ini terjadi karena, rahim tertarik terus

menerus kearah proksimal tetapi tertahan dibagian distalnya oleh serviks yang

dipegang ditempatnya oleh ligamentum-ligamentum pada sisi belakang

(ligamentum sakrouterina), pada sisi kanan dan kiri (ligamentum cardinal) dan

pada sisi dasar kandung kemih (ligamentum vesikouterina).

E. DIAGNOSIS

1. Palpasi uterus: Bagaimana kontraksi uterusnya apakah keras atau lembek

pada kondisi dengan robekan serviks ini akan ditemukan bahwa kontraksi

uterus tetap baik (keras) dan juga diperiksa juga tinggi fundus uterinya

Dimana biasanya tinggi fundus uteri akan berada di bawah pusat pada saat

setelah bayi dan plasenta lahir.

2. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban apakah lahir

lengkap atau masih ada yang tersisa di dalam.

3. Melakukan pemeriksaan inspekulo: Pemeriksaan ini dilakukan untuk

melihat robekan serviks dan daerah disekitar robekan, Diagnosa perlukaan

serviks dilakukan dengan pemeriksaan speculum. Bibir serviks dapat

dijepit dengan cunam atromatik. Kemudian diperiksa secara cermat sifat-

sifat dari robekan tersebut. Bila ditemukan robekan serviks yang


memanjang, maka luka dijahit dari ujung yang paling atas, terus ke bawah.

Pada perlukaan serviks yang berbentuk melingkar, dilakukan pemeriksaan

dahulu apakah sebagian besar dari serviks sudah lepas atau tidak, jika

belum lepas, bagian yang belum lepas tersebut dipotong dari serviks, jika

yang lepas hanya sebagan kecil saja maka dijahit lagi pada serviksnya.

4. Pemeriksaan laboratorium: Yaitu dengan melakukan pemeriksaan kadar

hemoglobin darah yang mana jika kadar Hb < 8 gr% maka perlu dilakukan

transfusi darah.

F. PENCEGAHAN

a. Senam kegel

Senam kegel adalah senam ringan yang bisa dilakukan selama hamil, caranya

adalah menahan otot-otot daerah vagina dan sekitarnya seperti menahan BAB,

manfaat dari senam kegel ini yaitu untuk melenturkan otot vagina dan daerah

sekitarnya termasuk serviks sehingga lebih elastis saatproses persalinan,

b. Awasi peningkatan berat badan bayi

Seperti uraian di atas, robekan serviks juga dapat disebabkan karena ukuran

bayi yang terlalu besar. Untuk mengantisipasinya maka selalu pantau dan

awasi berat badan janin selama kehamilan, usahakan agar tidak


mencapai 4000 gram atau lebih, cara ini selain untuk menghindari terjadinya

robekan serviks dan daerah sekitarnya juga mempercepat proses persalinan.

G. PENATALAKSANAAN

 menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi dan hasil

pemeriksaan ibu saat ini yang mengalami robekan serviks.

 mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu.

 memastikan bahwa kontraksi uterus baik dan perdarahan berasal dari

perlukaan serviks serta memantau jumlah perdarahan.

 melakukan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan.

 memasang infus RL atau NaCL

 memantau input dan output ibu

 melakukan transfusi darah apabila diperlukan (jika kadar Hb <8 gr)

 Penatalaksanaan Rujukan

H. KOMPLIKASI

1. Perdarahan Perdarahan dapat terjadi jika pembuluh darah tidak diikat

dengan baik. Pencegahannya adalah dengan mengikat titik perdarahan

ketika sedang menjahit, pastikan bahwa perdarahan tidak berasal dari

uterus yang atonik.


2. Hematoma

Hematoma adalah mengumpulnya darah pada dinding vagina yang biasanya

terjadi akibat komplikasi luka pada vagina. Hematoma terlihat adanya

pembengkakan vagina atau nyeri hebat dan retensi urine.

3. Retensi Urine

Maternal harus sering dianjurkan untuk sering berkemih. Jika ibu tidak

mampu maka pasang kateter untuk menghindari ketegangan kandung kemih.

4. Infeksi

Komplikasi paling umum dan dapat dihindari dengan memberikan anti biotik

profilatik pada maternal dan gunakan teknik aseptik saat menjahit robekan.

Jika terjadi infeksi, jahitan harus segera dilepas dan diganti dengan jahitan

kedua kali, jika diperlukan hanya setelah infeksi teratasi.

b. Komplikasi lanjut.

1. Jaringan parut dan stenosis (penyempitan) vagina, dapat menyebabkan

nyeri selama bersenggama dan persalinan lama pada kelahiran berikutnya,

jika robekan yang terjadi tidak diperbaiki.


2. Fistula Vesiko Vagina, vesiko serviks atau fistula dapat terjadi apabila

robekan vagina atau serviks meluas kekandung kemih atau rectum.


DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG etc, editor. Williams Obstetrics 20th edition. Connecticut:

Applenton Lange. 1998.

2. Febrianto H.N. Perdarahan Pasca Persalinan. Fakultas Kedokteran.

Universitas Sriwijaya. 2007.

3. Heller, Luz. Gawat darurat ginekologi dan obstetric. Alih bahasa H.

Mochamad martoprawiro, Adji Dharma. Jakarta: EGC, 1997.

4. James R Scott, et al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa

TMA Chalik. Jakarta: Widya Medika, 2002.

5. Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.

6. Wiknjosatro H, dkk. Editor. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo. Jakarta. 1994.

7. Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina

Pustaka, Jakarta.

8. Prawirohardjo,Sarwono, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

9. Syaifuddin, 1997, Kedaruratan Obsetri dan Ginekologi, ECG, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai