Anda di halaman 1dari 4

Nama : Shintan Nurrohmat

NIM : 6311221160
Kelas : E

Kasus Pulau Las Palmas, yang lebih dikenal sebagai Pulau Miangas, adalah mengenai
sengketa wilayah antara Amerika Serikat dan Belanda pada tahun 1928. Pulau ini terletak di
perbatasan antara Filipina dan Indonesia saat ini, sedangkan Kasus Sipadan dan Ligitan
merupakan sengketa wilayah pulau antara Indonesia dan Malaysia yang diselesaikan melalui
Mahkamah Internasional (ICJ) pada tahun 2002.
Baik kasus Pulau Palmas (Miangas) maupun kasus Sipadan dan Ligitan merupakan
sengketa wilayah pulau antara dua negara di Asia Tenggara. Namun, terdapat beberapa
perbedaan penting antara kedua kasus tersebut:

1. Pihak yang Berperkara:

 Kasus Pulau Palmas: Amerika Serikat vs. Belanda


 Kasus Sipadan dan Ligitan: Indonesia vs. Malaysia

2. Tahun Putusan:

 Kasus Pulau Palmas: 4 April 1928


 Kasus Sipadan dan Ligitan: 18 Desember 2002

3. Mahkamah yang Menangani:

 Kasus Pulau Palmas: Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA)


 Kasus Sipadan dan Ligitan: Mahkamah Internasional (ICJ)

4. Dasar Hukum yang Digunakan:

 Kasus Pulau Palmas:


o Okupasi efektif: Belanda dianggap telah menduduki Pulau Palmas secara efektif
karena aktivitas penangkapan ikan dan pengumpulan sarang burung walet.
o Doktrin 'terra nullius': Pulau Palmas dianggap sebagai 'terra nullius' (tanah tak
bertuan) pada saat Belanda mendudukinya, sehingga Belanda berhak atas pulau
tersebut.
 Kasus Sipadan dan Ligitan:
o Hak sejarah: Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki hak sejarah atas kedua
pulau tersebut.
o Peta dan dokumen resmi: Mahkamah Internasional mempertimbangkan peta dan
dokumen resmi yang menunjukkan kedaulatan kedua negara atas pulau-pulau
tersebut.
o Perilaku 'uti possidetis juris': Mahkamah Internasional juga mempertimbangkan
perilaku 'uti possidetis juris', yaitu prinsip bahwa negara yang telah memiliki
wilayah secara damai dan terbuka selama jangka waktu yang lama berhak atas
wilayah tersebut.

5. Hasil Putusan:

 Kasus Pulau Palmas: Pulau Palmas diputuskan sebagai bagian dari Hindia Belanda
(sekarang Indonesia).
 Kasus Sipadan dan Ligitan:
o Pulau Sipadan diputuskan sebagai milik Malaysia.
o Pulau Ligitan diputuskan sebagai milik Indonesia.

Meskipun memiliki beberapa persamaan, kasus Pulau Palmas dan kasus Sipadan dan
Ligitan memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam hal pihak yang berperkara, tahun
putusan, mahkamah yang menangani, hasil putusan, dan dampaknya, terdapat beberapa
perbedaan penting antara kedua kasus tersebut:

1. Sengketa Wilayah Pulau:

Baik kasus Pulau Palmas (Miangas) maupun kasus Sipadan dan Ligitan merupakan
sengketa wilayah pulau antara dua negara di Asia Tenggara. Kedua kasus ini melibatkan klaim
kepemilikan pulau oleh dua negara yang berbeda.

2. Penyelesaian Melalui Mahkamah Internasional:

Kedua kasus ini diselesaikan melalui mahkamah internasional. Kasus Pulau Palmas
diselesaikan oleh Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA) pada tahun 1928, sedangkan kasus
Sipadan dan Ligitan diselesaikan oleh Mahkamah Internasional (ICJ) pada tahun 2002.

3. Penggunaan Prinsip Hukum Internasional:

Kedua kasus ini menggunakan prinsip-prinsip hukum internasional untuk menyelesaikan


sengketa. Dalam kasus Pulau Palmas, prinsip 'terra nullius' (tanah tak bertuan) dan 'okupasi
efektif' digunakan untuk menentukan kedaulatan atas pulau tersebut. Dalam kasus Sipadan dan
Ligitan, prinsip 'hak sejarah', 'peta dan dokumen resmi', dan 'perilaku 'uti possidetis juris''
digunakan untuk menentukan kedaulatan atas pulau-pulau tersebut.

4. Preseden Hukum:

Putusan dalam kedua kasus ini menjadi preseden penting dalam hukum internasional terkait
dengan sengketa wilayah pulau. Putusan Pulau Palmas menjadi preseden tentang okupasi efektif
dan terra nullius, sedangkan putusan Sipadan dan Ligitan menjadi preseden tentang hak sejarah,
peta dan dokumen resmi, dan perilaku 'uti possidetis juris'.
Kasus Pulau Palmas dan kasus Sipadan dan Ligitan memiliki beberapa kesamaan, yaitu
sama-sama merupakan sengketa wilayah pulau di Asia Tenggara yang diselesaikan melalui
mahkamah internasional. Namun, terdapat beberapa perbedaan penting dalam hal pihak yang
berperkara, tahun putusan, mahkamah yang menangani, dasar hukum yang digunakan, hasil
putusan, dan dampaknya. Berikut beberapa poin penting dalam kasus tersebut:

Las palmas

 Sengketa wilayah antara Amerika Serikat (mewakili Filipina saat itu) dan Belanda
(Hindia Belanda) mengenai kepemilikan pulau tersebut.
 Diselesaikan melalui Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA) pada tahun 1928.
 Putusan memenangkan Belanda, menjadikan Pulau Miangas sebagai bagian dari Hindia
Belanda (Indonesia saat ini).
 Dasar hukum yang digunakan adalah okupasi efektif oleh Belanda melalui aktivitas
penangkapan ikan dan pengumpulan sarang burung walet. Konsep 'terra nullius' (tanah
tak bertuan) juga menjadi pertimbangan.
 Dampak: Kasus ini menjadi preseden penting dalam hukum internasional terkait
sengketa wilayah pulau. Konsep okupasi efektif menjadi salah satu faktor yang
dipertimbangkan dalam kasus-kasus selanjutnya.

Sipadan Ligitan

 Sengketa:

Kasus Sipadan dan Ligitan merupakan sengketa wilayah pulau antara Indonesia
dan Malaysia yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Kedua negara memiliki
klaim sejarah atas pulau-pulau tersebut, namun tidak ada bukti definitif yang
menunjukkan kedaulatan penuh salah satu pihak.

 Penyelesaian:

Pada tahun 2002, kedua negara sepakat untuk membawa kasus ini ke Mahkamah
Internasional (ICJ). Setelah melalui proses persidangan yang panjang, ICJ memutuskan
pada tanggal 18 Desember 2002 bahwa:

o Pulau Sipadan: Diputuskan sebagai milik Malaysia.


o Pulau Ligitan: Diputuskan sebagai milik Indonesia.

 Dampak:

Putusan ICJ ini membantu menyelesaikan sengketa wilayah yang telah lama
berlangsung antara Indonesia dan Malaysia. Putusan ini juga memperkuat hubungan
bilateral antara kedua negara dan menunjukkan komitmen kedua negara untuk
menyelesaikan sengketa secara damai melalui jalur hukum internasional.

Anda mungkin juga menyukai