Analisis SWOT Adalah Metode Perencanaan Strategis Yang Digunakan Untuk Mengevaluasi Kekuatan
Analisis SWOT Adalah Metode Perencanaan Strategis Yang Digunakan Untuk Mengevaluasi Kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang
spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan
dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya,
kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana
kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang
ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage)
dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu
menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah
ancaman baru.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada
dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune
500.[1]
Sasaran:
1. Pengertian dan Kegunaan Peranggaran
2. Hubungan Peranggaran dengan Manajemen
3. Isi dan Prosedur Penyusunan Anggaran dan Faktor
4. Perencanaan dan Pengendalian Komprehensip
5. Dimensi waktu dan Jadual Perencanaan
6. Proses Perencanaan dan Pengendalian Laba
1. Pengertian Anggaran
Pengertian anggaran (budget) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, meliputi
seluruh kegiatan perusahaan, dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk
jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang (Munandar, 1986).
• budget Taktis
budget yang berlaku untuk jangka pendek. Budget yang disusun untuk 1 periode akuntansi
(setahun penuh) dinamakan budget Periodik (periodikal budget), sedangkan budget yang
disusun untuk jangka waktu kurang dari satu periode akuntansi misalnya jangka tiga bulanan,
danse bagainya disebut sebagai budget bertahap (continous budget).
3. Faktor yang memengaruhi ketepatan penentuan jangka waktu berlakunya budget adalah:
• Luas pasar
• Posisi perusahaan dalam persaingan
• Jenis Produk yang dihasilkan (elastis dan in-elastis, umur selera konsumen)
• Tersedianya data dan informasi (berkatan dengan keakuraan budget).
• Keadaan perekonomian pada umumnya. (kasus krisis moneter).
4. Kegunaan budget:
a. sebagai pedoman kerja
b. sebagai alat pengkoordinasian kerja
c. sebagai alat pengawasan kerja/tolok ukur.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern meliputi, data, informasi dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan,
tetapi memiliki pengaruh terhadap kehidupan perusahaan.Yang dapat berupa keadaan
persaingan, tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat penghasilan masyarakat, pendidikan
masyarakat, perekonomian nasional, berbagai kebijakan pemerintah dll.
Sehingga dengan membandingkan antara budget dan catatan akuntansi dapat diketahui
apakah perusahaan telah melaksanaakan proses kerja secara efisien atau in-efisisen, efektif
atau inefektif, dst, Oleh karena itu semua teknik pencatatan dan semua sistematika yang
dipakai dalam akuntansi harus sama dan sejalan dengan teknik serta sistematika yang dipakai
dalam budget.
Berhubungan untuk pengolahan data (sebagai penunjang) baik saat penyusunan maupun
realisasi dan penganalisaan realisasi budget. Sehingga dapat diketahui penyimpangan positif
maupun negatif, sebagai bahan pertimbangan keputusan efisiensi budget.
9. Isi dan Prosedur Penyusunan Anggaran dan Faktor
Budget adalah hasil kerja (out-put) yang terutama berupa taksiran-taksiran yang akan
dilaksanakan di waktu yang akan datang, yang dituangkan dalam suatu naskah tulisan yang
disusun secara teratur dan sistematis.
b. panitia budget (bagi perusahaan besar), terdiri dari pimpinan dan wakil masingmasing
bagian terkaita.
Budget yang selesai disusun baik oleh bagian administrasi maupun panitia budget (tergantung
organisasi perusahaan), disebut sebagai draft budget (rancangan budget), sedangkan apabila
rancangan tersebut telah diserahkan,disetujui dan disahkan oleh pimpinan teritnggi
perusahaan disebut sebagai Budget yang definitif.
13. Isi dari Comphrehensive Budget, secara garis besar terdiri dari:
a. forecasting budget
b. variabel budget (berisis tentang tingkat perubahan biaya atau tingkat variabilitas)
c. analsisa statistika dan matematika pembantu
d. laporan budget (/budget report): merupakan laporan realisasi pelaksanaan budget yang
dilengkapi dengan berbagai analisa perbandingan antara budget dengan relaisasinya, sehingga
dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan maupun efisiensi-efisiensi yang terjadi,
sehingga dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan.
• Financial plan
? Anggaran jangka panjang : meliputi penjualan, biaya penjualan, modal, arus dana, dan
kebutuhan tenaga kerja
? Anggaran tahunan
a. Anggaran operasional
1. Anggaran laba rugi
2. Anggaran pembantu laba rugi
• Anggaran penjualan
• Anggaran produksi
• Anggran biaya produksi
• Anggaran biaya penjualan
b. Anggaran keuangan
1. Anggaran neraca
2. Anggaran pembantu neraca
• Anggaran kas
• Anggaran piutang
• Anggaran persediaan
• Anggaran Perubahan aktiva tetap
• Anggaran utang
• Anggaran Penambahan modal
3. Anggaran variabel
4. Anggraan Statistik pembantu
5. Laporan Internal
Anggaran Parsial. Anggran parsial merupakan anggaran yang disusun dengan ruang lingkup
yang terbatas atau dalam ruang lingkup yang sempit. Misalnya perusahaan hanya menyususn
anggaran produksi saja, penjulan atau keuangan saja. Dalam anggaran parsial masing-masing
bagian menyusun anggaran secara sendiri-sendiri, sehingga rencana tersebut disusun tidak
terpadu, dibandingkan dengan anggaran komprehensip anggaran parsial lebih mudah disusun
karena belum begitu kompleks.
• Subsistem penunjang
Mencerminkan berbagai hal yang fungsinya diperlukan untuk membantu kelancaran
bekerjanya inti sistem. Subsistem penunjang meliputi struktur organisasi, tertib administrasi,
analisa data statistik internal dan analisa akuntansi dan angka-angka standar.
• Subsistem lingkungan
Subsistem lingkungan merupakan variabel yang terletak di luar perusahaan yang meliputi
data dan analisis ekonomi, data dan analisis industri, data dan analisis produk serta struktur
harga dan persaingan.
STANDAR PERENCANAAN
Rasional :
Evaluasi dapat mendorong terjadinya perubahan perkembangan system dalam
peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
Kriteria struktur :
a. Adanya kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan yang mendukung evaluasi
pelayanan keperawatn.
b. Adanya mekanisme evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
c. Adanya alat evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
d. Adanya standar pelayanan keperawatan.
Kriteria proses :
a. Menyusun rencana evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
b. Melaksanakan evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
c. Memberikan umpanbalik hasil evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
d. Melaksanakan tindak lanjut hasil pencapaian tujuan.
Kriteria hasil :
a. Adanya dokumen hasil evaluasi pencapaian tujuan pelayan keperawatan.
b. Adanya dokumen tindak lanjut hasil evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.
c. Adanya dokumen upaya perbaikan pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI.2002.Standar Keperwatan di Rumah Sakit.Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Rencana strategik keperawatan (dokumen kebijakan) sebagai bagian integral dari sistem
pengembangan pelayanan kesehatan.
• Memberikan arah yang jelas untuk perkembangan SDM Keperawatan dengan pendekatan
terstruktur dan POA yang spesifik serta kerjasama lintas sektor, lintas profesi dsb
• Mekanisme utama untuk pengembangan keperawatan pada suatu negara melalui
pembentukan focal point (Direktorat Keperawatan), Badan Regulatori/Konsil
• Keterpaduan upaya pengembangan SDM (keterpaduan perencanaan SDM dengan
pelayanan, perencanaan untuk SDM terintegrasi misal tim multidisiplin, keterpaduan proses
perencanaan lintas disiplin, wilayah dan sektor)
• Pembelajaran multidisiplin
• Budaya belajar sepanjang hayat
• Sistem pendidikan berkelanjutan
Pendidikan berkelanjutan adalah gagasan dimana pendidikan berlanjut setelah pendidikan
profesional pra pelayanan. Pengetahuan dan teknologi tahap lanjut pada skala kontinu dan
menuntut orang tersebut dalam melanjutkan profesi untuk mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan yang berhubungan dengan teknologi tahap lanjut. Dalam keperawatan teknologi
ini dihubungkan dengan perawatan pasien. Perawat profesional harus melanjutkan pendidikan
dengan sasaran menjadi mampu memberikan asuhan keperawatan efektif yang paling baru
(Swansburg RC, 2001).
Pendidikan berkelanjutan didefinisikan oleh ANA adalah aktivitas pendidikan yang
direncanakan bertujuan untuk membangun dasar pendidikan dan pengalaman dari perawat
profesional untuk meningkatkan praktik, pendidikan, adminsitrasi, penelitian atau
pengambangan teori sampai akhirnya perbaikan kesehatan masyarakat (Swansburg RC,
2001).
C. Penempatan Dan Utilisasi
• Keterampilan dan kompetensi komplementer
• Infrastruktur keperawatan yang relevan
• Manajemen dan kepemimpinan yang efektif
• Kondisi kerja yang memadai dan pekerjaan yang terorganisasi secara efisien
• Sistem supervisi teknis
• Kesempatan pengembangan karir
Pengembangan staf sedang bergerak naik dari orientasi tipikal dan pendidikan dalam
pelayanan, yang menekankan pendidikan berkelanjutan pada tingkat yang lebih tinggi dan
menguasai perkembangan karir. Bila pengembangan staf untuk mendapatkan kinerja terbaik
dari setiap orang, eksekutif kepala dan kepala departemen harus mengakui bahwa setiap
karyawan mempunyai sasaran karir dan impian-impian. Suatu tekanan organisasi harus
disusun yang menekankan stabilitas, sensitivitas dan perhatian pada pertumbuhan dan
perkembangan setiap karyawan (Swansburg RC, 2001).
Pengembangan staf diselesaikan dengan cara yang lebih terfragmentasi oleh kebanyakan
manajer pendidikan dan administratif. Departemen tertentu sering mengontrol kebijakan dan
pembayaran biaya perkuliahan, jenjang karir sering dikelola oelh administrasi keperawatan
dengan beberapa bantuan dari pendidikan (Swansburg RC, 2001).
Sistem keseluruhan untuk pengembangan staf dapat direncanakan dan diprogramkan, dengan
staf yang ada sebagai masukan, pengembangan karir dalam berbagai dimensi sebagai proses
pemindahan, dan tingkat pencapaian yang diharapkan sebagai keluaran. Interaksi dengan
lingkungan praktik akan terus berlanjut. Perubahan dan umpan balik evaluatif dapat
memasukkan kembali sistem pada titik manapun (Swansburg RC, 2001).
Sovie telah menggambarkan peran pengembangan staf dalam mengembangkan karir
keperawatan profesional di rumah sakit. Ia mengembangkan model untuk perawat profesional
yang dapat dengan mudah diadaptasi untuk penggunaan dalam sistem yang direncanakan atau
sistem yang ada. Tiga fase dalam pengembangan perawat adalah sbb (Swansburg RC, 2001):
1) Identifikasi profesional, dimana individu terorientasi pada karir.
2) Maturasi profesional, dimana potensial terhadap perkembangan dan perluasan kompetensi
dikenali.
3) Penguasaan profesional, dimana potensial terhadap aktualisasi diri dicapai.
• Sistem insentif
Sistem insentif ekonomi tertentu dapat diterapkan pada hampir semua pekerjaan apapun.
Gagasan pokoknya adalah meragamkan bayaran pegawai sesuai dengan kriteria prestasi
individu, kelompok atau organisasi (David K & Newstrom JW, 1985).
Insentif yang berhasil dapat menimbulkan imbalan psikologis dan juga imbalan ekonomi.
Ada perasaan puas yang timbul dari penyelesaian pekerjaan yang dilakukan dengan baik.
Citra diri mungkin meningkat karena perasaan kompeten.
Kelemahan insentif upah adalah sebagai berikut (David K & Newstrom JW, 1985):
a) Insentif upah biasanya mensyaratkan penetapan standar prestasi.
b) Insentif upah dapat memperumit pekerjaan para penyelia.
c) Masalah yang sulit dengan insentif upah adalah goyahnya harkat.
d) Insentif upah dapat menimbulkan ketidakharmonisan antara karyawan insentif dengan
karyawan jam-jaman.
• Kepuasan kerja
Faktor yang mempengaruhi penampilan dan kepuasan kerja adalah (Nursalam, 2002) :
1) Motivasi
Menurut Rowlan & Rowland dalam Nursalam (2002) fungsi manajer dalam meningkatkan
kepuasan kerja staf didasarkan pada faktor-faktor motivasi, yang meliputi:
- Keinginan untuk peningkatan.
- Percaya bahwa gaji yang didapatkan sudah mencukupi.
- Memiliki kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang diperlukan.
- Umpan balik
- Kesempatan untuk mencoba.
- Instrumen penampilan untuk promosi, kerjasama dan peningkatan penghasilan.
2) Lingkungan
Faktor lingkungan juga memegang peranan penting dalam motivasi. Faktor lingkungan
tersebut dapat meliputi:
a) Komunikasi
- Penghargaan terhadap usaha yang telah dilaksanakan.
- Pengetahuan tentang kegiatan organisasi
- Rasa pecaya diri berhubungan dengan manajemen organisasi
b) Potensial pertumbuhan
- Kesempatan untuk berkembang, karir dan promosi
- Dukungan untuk tumbuh dan berkembang: pelatihan, beasiswa untuk melanjutkan
pendidikan, pelatihan manajemen bagi staf yang dipromosikan.
c) Kebijaksanaan individu
- Mengakomodasi kebutuhan individu: jadwal kerja, liburan dan cuti sakit serta
pembiayaannya.
- Keamanan pekerjaan
- Loyalitas organisasi terhadap staf
- Menghargai staf: agama, latar belakang
- Adil dan konsisten terhadap eputusan organisasi.
d) Upah/gaji
- Gaji yang cukup untuk kebutuhan hidup.
e) Kondisi kerja yang kondusif
3) Peran manajer
Ada dua belas kunci utama dalam kepuasan menurut Rowland & Rowland (Nursalam,
2002) :
a) Input
b) Hubungan manajer dan staf
c) Disiplin kerja
d) Lingkungan tempat kerja
e) Istirahat dan makan yang cukup
f) Diskriminasi
g) Kepuasan kerja
h) Penghargaan penampilan
i) Klarifikasi kebijaksanaan, prosedur dan keuntungan
j) Mendapatkan kesempatan
k) Pengambilan keputusan
l) Gaya manajer.
DAFTAR PUSTAKA
Swansburg, RC. 2001. Pengembangan staf keperawatan: suatu komponen pengembangan
SDM. Alih bahasa Agung Waluyo, Yasmin Asih. Edisi 1. EGC: Jakarta.
Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan profesional.
Edisi 1. Salemba Medika: Jakarta.
Davis K & Newstrom JW. 1985. Perilaku dalam organisasi. Jilid 1. Edisi 7. Alih bahasa Agus
Dharma. Penerbit Erlangga: Jakarta.
WHO. 2003. Nursing and midwifery workforce management: conceptual and framework.
WHO Regional office for south east asia: Indi