Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan hasil penelitian, pelajaran matematika sangat ditakuti siswa

karena pelajaran matematika merupakan ilmu pasti dan biasanya guru hanya

menggunakan metode yang biasa-biasa saja sehingga siswa merasa bosan

sehinga peran guru lebih dominan dan siswa kurang aktif. Maka harus ada

perubahan metode pembelajaran. Contohnya metode pembelajaran diskusi

dalam pelajaran matematika dalam materi pecahan, bisa diterapkan dikelas V

SDN 17 Bengkulu selatan dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas metode diskusi bisa mengatasi masalah yang

ada di kelas V SDN SDN 17 Bengkulu selatan Mata pelajaran matematika

materi mengurutkan bilangan sehingga hasilnya lebih baik dari sebelumnya, dan

pelajaran matematika tidak akan menjadi momok yang menakutkan bagi siswa,

dan malah menjadi pelajaran yang menyenangkan dan mengasikkan karena bisa

bertukar pikiran dengan teman dengan cara diskusi.

Untuk meningkatkan prestasi pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran, guru dituntut untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran,contohnya

dengan merubah metode pembelajara yang biasanya ceramah menjadi diskusi

sehingga guru harus melaksanakan PKP

1. Identifikasi Masalah

Pada pelajaran Matematika dalam ulangan ditemukan bahwa masih

banyak siswa yang hasil ulangannya belum sesuai dengan yang diharapkan

yaitu dengan hasil kurang. Hanya 30% siswa yang mendapat nilai di atas
Standar Kelulusan Minimal (SKM). Ini berarti dari hal tersebut dapat

dinyatakan bahwa hasil pembelajaran matematika belum sesuai dengan

standar yang diharapkan.

Berdasarkan hal tersebut peneliti mengidentifikasi permasalahan

yang dialami oleh siswa. Dari beberapa masalah yang terjadi dalam

pembelajaran yaitu :

a. Hanya sebagian siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru

b. Tingkat pemahan siswa dari guru kurang di mengerti

c. Prestasi hasil belajar kurang

d. Siswa kurang aktif cenderung bicara sendiri dengan teman

2. Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dianalisis yang

menjadi akar dari permasalahan yaitu siswa kurang aktif cenderung bicara

sendiri dengan teman hal ini terjadi karena siswa cenderung bosan dengan

metode yang digunakan guru dalam mengajar.Biasanya guru hanya

menggunakan metode ceramah,maka dari itu kita harus bisa merubah

metode pembelajaran agar siswa mampu menerima materi pembelajaran

yang kita ajarkan.Mungkin dengan metode diskusi dengan teman siswa

bisa belajar aktif.

B. Rumusan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah yang telah dipaparkan pada latar

belakang, akhirnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode diskusi pada

mata pelajaran matematika kelas V SDN 17 bengkulu selatan


C Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan pada rumusan tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini

bertujuan untuk :

Mengetahui cara meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode diskusi pada

mata pelajaran matematika kelas V SDN 17 Bengkulu selatan

D Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Guru

a. Membantu guru memperbaiki pembelajaran

b. Membantu guru dalam mengembangkan profesionalismenya

c. Meningkatkan rasa percaya diri

d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

ketrampilan yang dimiliki ke arah yang lebih baik

2. Bagi Siswa

Untuk meningkatkan proses belajar siswa disamping guru melaksanakan

PKP dapat menjadi model bagi siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil

belajarnya.

3. Bagi Sekolah

Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan /

kemajuan pada diri guru dan pendidik di sekolah tersebut.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Metode Diskusi

Metode diskusi diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan pengajaran

yang melibat aktifkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan

alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematik. Guru

peserta dan atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap

topik yang dibicarakan dalam diskusi.

Metode diskusi ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok,

umpamanya kalau menggunakan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

dan ketrampilan proses dalam pembelajaran metode ini cenderung digunakan.

Metode mengajar diskusi menurut Winaputra (2-16) merupakan cara belajar

dalam pembahasan dan penyajian materi melalui suatu problem atau pertanyaan

yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama.

Metode diskusi menurut Hyman (Sudjana 2002 : 189) identik dengan

metode musyawarah kerja, dimana metode diskusi bersama dengan metode

ceramah merupakan dua metode paling efektif yang digunakan oleh guru yang

bekerja dengan kelompok-kelompok lain.

Metode diskusi umumnya ditandai suatu pembahasan permasalahan

dimana guru mengajukan pernyataan dan para siswa menyediakan sejumlah

permasalahan untuk dibahas bersama dalam penyajian materi sebelum

penugasan.

Menurut Mulyani (2005 : 16) metode diskusi atau musyawarah kerja

diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan
adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah secara

berkelompok.

Metode diskusi dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar

mengajar yang ditandai adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru,

dimana penyelesaian tugas tersebut dapat dilakukan secara kelompok menurut

perintah.

Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa metode diskusi adalah

suatu metode belajar mengajar dengan diberikannya tugas untuk dikerjakan oleh

guru.

Tujuan dari penggunaan metode diskusi menurut Rosenshine (dalam

Berliner, 1984 : 623) adalah untuk merangsang siswa supaya aktif belajar baik

secara individual maupun kelompok. Pada tahun-tahun terakhir ini, metode

diskusi lebih menonjol sebagai suatu komponen pengajaran di kelas pada

jenjang dasar (elementary) atau sekolah dasar.

Tetapi untuk menerapkan metode diskusi secara efektif, guru hendaknya

mempertimbangkan jumlah siswa, kemampuan siswa .

1. Pilihan jenis diskusi untuk kelompok besar (jumlah siswa lebih dari 10

orang), yakni :

a. Diskusi oleh kelompok atau beberapa siswa

b. Laporan lisan untuk oleh siswa atau berkelompok siswa

2. Pilihan jenis diskusi untuk kelompok kecil (jumlah siswa 2 sampai 5

orang), yakni :

a. Debat antara dua orang siswa atau kelompok siswa (biasanya tidak
lebih dari 10 atau 20 menit)

b. Bermain dengan benda yang dapat di bagi berapa bagian

3. Pilihan jenis diskusi untuk pembelajaran individual, yakni :

a. Ujian tentang isi pelajaran atau informasi dalam papan bulletin

b. Mengkonsultasi buku-buku rujukan dan bahan pustaka lain, dan

terbimbing

c. Studi terbimbing

Dari jenis-jenis diskusi yang dikemukakan oleh Berliner, dapat

diidentifikasikan bahwa pilihan bahan diskusi seringkali berhubungan dengan

metode yang lain.

Berdasarkan pendapat Edg, Gagne dan Berliner Davies (dalam Nana

Sudjana, 2004 : 52) dapat dipilih jenis tugas diskusi berikut ini :

1. Tugas latihan. Merupakan tugas untuk melatih siswa menyelesaikan

permasalahan yang berhubungan dengan pembahasan sebelumnya. Tugas

latihan diberikan pada jam pelajaran atau diluar jam pelajaran, sesuai

dengan kebutuhan dan ketersediaan waktu.

2. Tugas membaca mempelajari buku tertentu. Guru menugaskan kepada

siswa, baik perorangan atau kelompok, mempelajari beberapa halaman

atau bab tertentu di sebuah buku diluar jam pelajaran

3. Mengembangkan kreatifitas peserta didik

B. Kelemahan Metode Diskusi

Kelemahan metode diskusi dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Sulit mengontrol peserta didik apakah belajar sendiri atau dikenakan orang

lain
b. Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu peserta

didik

c. Tugas yang monoton dapat membosankan peserta didik

d. Tugas yang banyak dan sering dapat membuat beban dan keluhan peserta

didik

e. Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tua tertentu atau peserta didik yang

rajin dan pintar

Langkah-langkah penggunaan metode diskusi dapat dijabarkan sebagai

berikut :

a. Guru menggambarkan secara singkat tentang topik atau isu yang

didiskusikan, kemudian

b. Guru meminta suatu respon atau unjuk kerja dari siswa mewakili

kelompoknya tentang suatu permasalahan, dan

c. Guru mengawasi dan membimbing siswa

Keempat kegiatan yang dikemukakan di atas merupakan mata rantai

yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Empat kegiatan tersebut

juga prosedur pemakaian metode diskusi pada saat dilaksanakan di kelas.

Langkah-langkah umum yang dapat diikuti dalam penggunaan metode

diskusi adalah sebagai berikut :

1. Persiapan pemakaian metode diskusi, mencakup :

a. Membuat rancangan diskusi

b. Mendiskripsikan tugas dengan para siswa

c. Membuat lembaran kerja jika perlu, dan


d. Menyediakan sumber-sumber belajar yang diperlukan untuk

menyediakan tugas

2. Pelaksanaan pemakaian metode diskusi, mencakup :

a. Menjelaskan tujuan dan manfaat tugas yang diberikan kepada siswa

b. Memberikan penjelasan tentang tugas (terutama mengenai kesulitan

yang mungkin dihadapi dan alternatif pemecahannya)

c. Membantu pembentukan kelompok (jika perlu)


BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SDN I7 Desa tebat kubu Kabupaten

Bengkulu Selatan, yang terletak sekitar + 4 Km dari jalan raya. Dan lingkungan

sekitar sekolah adalah berupa pemukiman penduduk.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 17 Desa tebat kubu

Kabupaten Bengkulu Selatan. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Matematika

di kelas V SDN 17 Desa tebat kubu Kabupaten Bengkulu Selatan semester II

tahun ajaran 2023/ 2024

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Matematika di kelas V SDN 17

Desa tebat kubu Kabupaten Bengkulu Selatan dengan jadwal sebagai berikut :

1. Siklus I tanggal 02 Mei 2024

2. Siklus II tanggal 20 Mei 2024

B. Deskripsi Siklus

1. Siklus pertama

a. Perencanaan

Pada tahap perecanaan siklus I diawali dengan refleksi dan

analisis awal penulis, dibantu oleh teman sejawat terhadap hasil belajar

siswa sebelum perbaikan, mengidentifikasi masalah, menganalisa

masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil tersebut, penuh dibantu teman sejawat

melakukan hal-hal sebagai berikut :

(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I (terlampir).


(2) Menyiapkan alat dan sumber belajar.

(3) Menyiapkan alat pengumpulan data yang akan penulis dan teman

sejawat gunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang

proses dan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran yaitu lembar

evaluasi akhir.

b. Pelaksanaan

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan oleh penulis dibantu oleh

teman sejawat sebagai pengamat sesuai dengan rencana perbaikan

pembelajaran yang sudah disusun. Dimulai dari kegiatan awal, inti

pelaksanaan dan kegiatan akhir dilanjutkan dengan evaluasi

pembelajaran.

c. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan oleh penulis dibantu teman sejawat selama

pelaksanaan siklus I data hasil evaluasi dikumpulkan dengan

menggunakan tes akhir.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh penulis dibantu teman sejawat pada setiap

pertemuan / siklus perbaikan pembelajaran. Refleksi difokuskan pada

keberhasilan, kendala dan dapat menggunakan metode dikusi

kelompok terhadap proses dan hasil perbaikan pembelajaran.


2. Siklus kedua

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus I diawali dengan refleksi dan

analisis awal penulis, dibantu oleh teman sejawat terhadap hasil belajar

siswa sebelum perbaikan, mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi

masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah.

Dari hasil tersebut, selanjutnya si penulis dibantu teman sejawat

melakukan hal-hal seperti berikut :

(1) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (terlampir) yang

difokuskan pada penggunaan diskusi kelompok.

(2) Menyiapkan alat dan sumber belajar.

(3) Menyiapkan alat pengumpulan data yang akan penulis dan teman

sejawat gunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang

proses dan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Alat

pengumpulan data yang direncanakan adalah : (1) lembar

pengamat diskusi kelompok, (2) lember penilaian kerja kelompok

atau LKS, dan (3) lembar evaluasi

b. Pelaksanaan

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan oleh penulis dibantu oleh

teman sejawat sebagai pengamat sesuai dengan rencana perbaikan

pembelajaran yang sudah disusun.

Perbaikan pembelajaran siklus II ilaksanakan dengan langkah-

langkah berikut :

(1) Kegiatan awal.


(2) Siswa diminta menyebutkan contoh bilangan –bilangan pecahan

(3) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok.

(4) Setiap kelompok menyajikan hasil diskusinya.

(5) Pemantapan hasil diskusi kelompok / kelas oleh guru.

c. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan oleh penulis dibantu teman sejawat selama

pelaksanaan siklus II mencakup : (1) Data proses diskusi kelompok,

dikumpulkan menggunakan lembar pengamatan proses diskusi

kelompok, (2) Data hasil evaluasi dalam proses dikumpulkan dengan

menggunakan lembar penilaian hasil kerja kelompok / LKS, (3)

Tingkat penguasaan siswa terhadap materi dengan menggunakan tes

akhir.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh penulis dibantu teman sejawat untuk

menganalisis dan menginterprestasikan hasil pengamatan baik tentang

aktivitas peneliti maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hasil

refleksi ini kemudian untuk dijadikan bahan kajian untuk

melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran

pada tindakan selanjutnya.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi per Siklus

1. Hasil Penelitian Siklus I

Dalam proses pembelajaran siklus I pembelajaran kurang maksimal

dan belum mencapai kriteria keberhasilan perbaikan pembelajaran yang

diharapkan. Kekurangan keberhasilan perbaikan tersebut tegambar dari :

(1) Pengamatan diskusi kelas (2) Hasil penilaian akhir.

Dari pengamatan terhadap proses diskusi kelas diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 1

Hasil Pengamatan Proses Diskusi Kelas Siklus I

Aspek yang dinilai

KLP Nama Siswa


Penguasaan
Menjawab
Keaktifan Materi
Pertanyaan
Diskusi

AKRAM

RAHMADAN
. √
ALIF SAHPUTRA

FAJAR SYA,BAN

FITRI UBAIDAH
RAYI KUSUMA
√ √
DEWI
VALENTINO

FERNANDO
- 
MUHAMAD REVAL
ARYA MUHAMAD
- -
RIZKY

M.HABIB SYAWAL  -

7(50%) 7(50%) 7(50%)


Keterangan : kriteria keberhasilan proses diskusi kelompok adalah 75% siswa menunjukkan keaktifan dalam
diskusi, penguasaan materi diskusi dan kemampuan merespon / menanggapi / menjawab
pertanyaan.

Hasil pengamatan diskusi di atas menggambarkan bahwa tingkat

keaktifan siswa, penguasaan materi diskusi dan menjawab pertanyaan dalm

proses diskusi kelas masih jauh dari kriteria yang diharapkan (75%). Dari

ketiga aspek yangdiamati, keaktifan siswa dalam diskusi hanya 36%,

keberanian menjawab pertanyaan dari teman dalam proses diskusi kelas

merupakan aspek tertinggi (30%). Hal ini berkaitan erat dengan

penguasaan siswa terhadap materi juga masih rendah (30%).

Selanjutya dari penilaian terhadap hasil penyelesaian tugas diperoleh


hasil sebagai berikut :
Tabel 2
Hasil Tes Akhir Siklus I

Skor Nilai Per Butir Soal


NO Nama Siswa Jumlah
1 2 3 4 5

1. 15 5 5 15 15 55
AKRAM RAHMADAN
2. 15 15 5 15 10 60
ALIF SAHPUTRA
3. 10 10 10 15 15 60
FAJAR SYA,BAN
4. 15 10 20 5 15 65
FITRI UBAIDAH
5. 10 15 5 10 10 65
RAYI KUSUMA DEWI
VALENTINO
6. 5 20 15 15 20 75
FERNANDO
7. 10 15 15 5 15 65
MUHAMAD REVAL
ARYA MUHAMAD
8. 15 5 10 15 15 65
RIZKY
9. 5 10 15 20 5 55
M.HABIB SYAWAL

JUMLAH 565

RATA-RATA

SKM : 6,5

Jumlah siswa tuntas :5

Rata-rata kelas :565 /9 = 62.7

Prosentase ketuntasan : 62.7%

Nilai tes akhir pada tabel di atas menggambarkan bahwa hasil siklus I

masih belum mencapai kriteria ketuntasan belajar yang diharapkan. Dari 9

siwa baru 5 siswa atau 62.7% yang mencapai prosentase dan batas minimal

ketuntasan.

Dari hasil analisis dan refleksi penulis dan teman sejawat terhadap

proses dan siklus I, berhasil diidentifikasi sejumlah faktor masih menjadi

penyebab belum tercapainya kriteria ketuntasan yang diharapkan.

Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Tidak ada penjelasan dari guru tentang tugas.

b. Guru tidak membimbing siswa ketika diskusi.

c. Guru kurang memberi kesempatan bertanya.


Ketiga faktor yang menjadi kendala dalam meningkatkan ketuntasan

belajar siswa hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan, penulis dan

teman sejawat memandang perlu dilakukan perubahan dan perbaikan pada

siklus II yaitu : Memberi penjelasan sebelum diskusi dan membimbing

siswa dalam mengerjakan LKS serta mengadakan tanya jawab untuk

memeriksa pemahaman siswa.

Berdasarkan yang disajikan di atas, perbaikan pembelajaran dalam dua

siklus yang penulis laksanakan dibantu teman sejawat, menunjukkan bahwa

penggunaan metode diskusi kelompok mampu meningkatkan proses dan hasil

belajar siswa. Walaupun peningkatan dan pencapaian kriteria ketuntasan untuk

setiap aspek dikaji terjadi secara bertahap dalam dua siklus.

2. Siklus I

Berdasarkan hasil tes akhir katuntasan mencapai 62.7 % dan siswa yang

aktif dalam diskusi kelas hanya 36%.

3. Siklus II

Berdasarkan hasil ketuntasan mencapai 100% dan siswa yang aktif dalam

diskusi menjadi 86%.

Anda mungkin juga menyukai