Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH BUDAYA LAHAN KERING KEPULAUAN

SISTEM KESENIAN PULAU FLORES DAN LEMBATA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:


FIRGILIUS ARIFANDI (1809010006)
AHMAD FARIS ABDULLOH (1809010017)
MUZDALIFAH NADILLA (1809010021)
MELITA WANDRIANI BARU (1809010022)
MARIANUS Y. M. DATUR (1809010037)
CAYSE I. DAIRO LOLANG (1809010040)
ANDRE E.P.C JERONIMO (1809010056)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kepulauan Flores dan Lembata merupakan satu bagian Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) yang cukup luas dengan keragaman kehidupan sosial masyarakat yang meliputi
keunikan budaya masyarakat salah satunya di bidang kesenian. Kesenia tradisional yang
dimaksud yaitu meliputi berbagai aktivitas sosial masyarakat termasuk dalam membangun
peradaban. Contoh penerapan kesenian tradisional dalam kehidupan praktus masyarakat
yaitu rumah-rumah adat yang masih dipelihara keberadannya sampai sekarang, berbagai
macam tarian, serta berbagai macam jenis musik untuk mengiringi tarian-tarian tersebut.
Kebanyakan kesenia tersebut merupakan warisan leluhur yang masih tetap dipertahankan
dalam berbagai praktek ritual kepercayaan yang masih dipercayai oleh masyarakat hingga
saat ini.
Kepulauan flores dan Lembata sendiri terdiri atas sembilan Kabupaten yaitu meliputi
Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo,Sikka, Ende,
Flores Timur, dan Lembata. Setiap daerah kabupaten mempunyai tradisi dalam hal seni yang
beragam dan unik sehingga dirasa perlu untuk mempelajari keragaman dan keunikan tiap
daerah tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem kesenian yang
ada di pulau Flores dan Lembata

2
BAB II
PEMBAHASAN

Kepulauan flores dan lembata memiliki keberagaman yang sangat kaya. Keberagaman ini
termasuk kesenian yang berbeda-beda disetiap daerah kabupaten di flores dan lembata. Sistem
kesenian daerah yang dijaga secara turun temurun dari nenek moyang yang bukan hanya sebagai
karya seni tetapi memiliki kandungan nilai dan makna yang filosofis yang diyakini oleh
masyarakat setempat. Berikut merupakan kesenian yang ada di flores dan lembata.

2.1 Sistem Kesenian di Kabupaten Sikka


Sistem kesenian di maumere kabupaten sikka cukup beragam.Secara umum masyarakat
kabupaten Sikka terinci atas beberapa nama suku : ata Sikka, ata Krowe, ata Tana ai, ata Lua
(Palue), ata Lio, disamping itu dikenal juga suku-suku pendatang, seperti ata Goan, ata Ende, ata
Sina, ata Sabu/Rote, ata Bura, dll. Sistem kesenian pun sedikit berbeda antara ketiga suku besar
ini walaupun sekilas tampak sama. Adapun kesenian daerah meliputi tarian, alat musik, lagu-
lagu, syair, dan juga tenunan.
1. Tarian
a. Tarian Bebing
Tarian bebing yakni sebuah tarian perang yang mengisahkan penyambutan
para prajurit dari medan perang. Tarian ini berasal dari Kampung Hokor 12
Km arah Barat Bola, maumere.

Tarian bebing
b. Tarian hegong

3
Tarian hegong merupakan tarian maumere yang biasa dimainkan secara
berkeompok oleh para penari pria dan wanita dengan berpakaian adat dan
diiringi oleh musik gong waning. Tarian ini merupakan tarian yang biasa
ditampilkan pada upacara adat.

c. Tarian papak

Soka Papak merupakan tarian menyambut dan mengawal tamu yang


berkunjung ke Maumere dan daerah-daerah di Kabupaten Sikka. secara
harfiah tarian Soka Papak terdiri dari dua suku kata, yakni "Soka" yang
artinya menari dan "Papak" artinya menyambut, menghormati, dan mengawal.
Tarian ini merupakan perwujudan masyarakat yang menghargai tamu yang
datang. Selain itu juga tarian ini biasa ditampilkan jika ada pengawalan
jenazah dari rumah ke kuburan orang penting seperti kepala suku yang
meninggal.

4
d. Tarian tua reta lou
Tua Reta Lou adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari kampung
Hewokloang-Seusina Raya, meliputi kampung Hewokloang, He'o, dan Kewa-
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Tarian ini melambangkan jiwa
ksatria dan mental pahlawan masyarakat Hewokloang kuno. Tarian ini
umumnya dibawakan oleh penari pria dan wanita dengan mengenakan busana
perang ala orang Hewokloang dengan busana Ragi gaing. Saat ini tarian Tua
Reta Lou juga selalu dipentaskan saat upacara kematian bagi suku yang
dulunya menjadi pahlawan, dan juga turunannya. Yang unik dari tarian ini
adalah salah satu penari akan naik keatas bambu dan menari diatas ujung
bambu yang ditumpu oleh beberapa orang.

e. Tarian rokatenda
Tarian rokatenda merupakan tarian yang berasan dari etnis palue (ata lua) di
pulau palue, sikka. Tarian ini ditampilkan secara berkelompok membentuk
setengah lingkaran atau lingkaran dengan gerakan kaki dan tangan yang
berirama serta kompak. Tarian ini merupakan tarian ucapan rasa syukur dan
biasa ditaampilkan pada pesta panen atau upacara adat.

5
2. Alat musik

Gong Waning merupakan instrumen etnik yang berasal dari Kabupaten Sikka
pulau Flores NTT, dimainkan dengan cara dipukul. Instrumen ini terdiri dari 6 buah
gong yang ukuran dan bunyi yang berbeda dan 2 buah gendang (Waning) serta
sebilah bambu (Lettar), yang memiliki frekuensi bunyi sangat kuat dan memilik
banyak variasi pola permainan dari tempo cepat (Allegretto) hingga ke tempo yang
sangat cepat (Allegro). Gong Waning kerap dihadirkan dalam berbagai ritual, baik
yang bersifat sakral maupun yang bersifat profan. Kedudukan instrument itu sendiri
adalah sebagai pengiring tari yang bertema kegembiraan serta pula kematian yang
bersifat duka. Bentuk ekspresi kegembiraan lewat tarian dan musik Gong Waning
dengan beragam aliran (Badu Blaba, Todu, dan Glebak), dan dalam tempo cepat
(Allegro_Allegretto), serta volume suara sedang. Adapun irama yang lebih lambat
yang biasa disebut dengan leke. Irama leke ditampilkan dengan nyanyian syair adat.

Alat musik gong waning terdiri dari 2 buah waning


(gendang), 6 buah gong, 1 buah lettar (bambu)

6
3. Lagu daerah
Masyarakat Sikka sangat menjaga budayanya sendiri dan menjaga
kelestarian alam. Oleh karena itu masyarakat biasanya mengungkapkan dalam
bentuk lagu dan syair adat. Lirik lagu daerah masyarakat Sikka memiliki unsur
seni dan hasil karya seni yang mengandung makna yang mendalam baik itu
sebagai ungkapan kebahagiaan maupun terhadap duka. Masyarakat sikka juga
mengenal syair-syair adat yang merupakan karya sastra yang memiliki kandungan
nilai serta filosofis yang tinggi. Syair adat juga biasa dinyanyikan dan diriingi
musik gong waning berirama leke yang lebih tenang yang dinyanyikan pada saat
malam hari dirumah kedukaan bagi tetua yang meninggal.
Berikut contoh lagu maumere
 lagu daerah Lagu Hiwor Kiok menjelaskan bahwa pemuda tampan
yang begitu setia kepada kekasihnya, karena pacarana zaman dulu
itu selalu dijodohkan dan direstui olehorang tua.
 Lagu gemufamire, Gemu memiliki makna memasukkan ke dalam
mulut dan Fa-Mi-Re merupakan notasi not balok dalam musik.
Artinya kurang lebih menjadi "belajar musik dan nyanyian". Jadi
lagu ini adalah salah satu cara untuk berlatih not atau nada tetapi
dinyanyikan dengan penyebutan nama not tersebut, selanjutnya
digabung dengan kata-kata dalam bahasa sikka sebagai pemanis
yang fungsinya sebagai pembelajaran not.
 lagu Susar Hugu Telang yang menjelaskan bahwa kematian
seorang ibu sangat terpukul bagi anak-anak dan semua keluarga
yang ditinggalkan.
 Adapun jenis lagu daerah yang umum pada masyarakat sikka
seperti jong bura, higi mitan, ole o ina nona dll

4. Tenunan
Kain tenun merupakan salah satu dari dari sekian warisan nenek moyang
di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur yang dibuat secara
tradisional. Meski dibuat secara tradisional, kain tenun sikka dengan beragam

7
motif itu memiliki nilai seni yang tinggi, cantik, dan indah. Proses pembuatan
kain tenun warisan budaya di Sikka ini melewati sejumlah tahap yang
membutuhkan waktu berbulan-bulan. Untuk menghasilkan satu kain tenun,
penenun membutuhkan kesabaran dan ketekunan.menenun bukan saja sebagai
pekerjaan tradisional dan ekonomi bagi kaum perempuan. Tetapi menenun itu
menunjukkan identitas perempuan di Sikka, Flores karena menenun itu pekerjaan
yang hanya dilakukan perempuan di Sikka. Selain itu, menenun juga sebagai
tanda kedewasaan seorang perempuan di Sikka untuk memasuki masa
perkawinan.
Tenun maumere merupakan tenun yang diikat terlebiih dahulu pada
benang yang kemudian dicelup dengan pewarna dilanjutkan dengan tahap lain
sampai proses penenunan. Keragamana kain motif tenun ikat Maumere bukan
hanya sebatas kreasi seni, tapi pembuatannya juga mempertimbangkan simbol
status sosial, keagamaan, budaya dan ekonomi. Bahkan, ada beberapa motif
tertentu yang pembuatannya melalui perenungan dan konsentrasi tinggi, motif dan
ragam hiasnya mengandung nilai filosofis, kegunaan bagi hal-hal yang berkaitan
dengan adat dan budaya, serta penggunaan sebagai tradisi yang terwaris sampai
hari ini.

Proses meingikat benang

Tenunan maumere secara garis besar terdiri atas dua tenunan yang besar, yaitu
utan dan lipa. Utan memiliki motif dan corak yang beragam biasa digunakan

8
untuk perempuan sedangkan lipa digunakan untuk laki-laki yang biasnya
berwarna hitam ataupun merah.
Beberapa motif dalam tenun ikat di Kabupaten Sikka adalah
1) Utang Kelang Dala Mawarani Sarung dengan lukisan atau figurasi bintang
timur yang melambangkan kekuatan dan harapan bagi yang mengenakan.
2) Utang Naga Lalang Sarung dengan lukisan gambar ular naga sebagai
simbol kekuatan dan harapan.
3) Utang Moko Wawi Korok / Lian Lipa Tenun ikat dari suku krowe dengan
dominasi ragam hias geometris jalur-jalur meander, menggambarkan motif
ular, motif tokek dan ragam hias geometris bintang.
4) Utang Jentiu Tenun ikat Krowe Sikka dari jaman pra kristiani dengan
lukisan ragam hias geometris belah ketupat kompleks diapit oleh tangan
swastika melambangkan pengaruh yang dominan.
5) Utang Karasong Doberadu / Korasong Manu Walu Motif pasangan ayam
belah ketupat manusia dan benda raksasa yang mengawasi keteraturan
hidup pengaruh portugis.

Utan dalamarani Proses menenun

9
Lipa

5. Pakaian adat Sikka

a. Pria

Biasanya mengenakan Lesu Widin Tilun yaitu ikat kepala yang terbuat
dari kain batik yang dililitkan sedemikian rupa sehingga bagian sampingnya
memanjang ke bawah menyerupai telinga kambing. Kaum pria juga mengenakan
sembar yaitu, selempang yang disilangkan di dada yang biasanya bermotif flora
dan fauna. Baju yang disebut Labu, merupakan penutup tubuh pria. Biasanya
berwarna putih, pokoknya baju resmi ala barat lah ya.. Untuk penutup tubuh
bagian bawah mereka mengenakan Lipa atau Ragi yang dilitkan dipinggang. Lipa
adalah kain sarung pria yang berwarna-warni cerah dan bermotif flora .
Sedangkan ragi adalah kain sarung pria yang berwarna gelap dengan garis-garis
biru melintang. Panjang lipa atau ragi sampai mata kaki. Sebagai pelengkap pria
dapat menggunakan gelang besar yang disebut Mone dan ikat pinggang besar
berwana hitam yang disebut Peket.

b. Wanita

Para wanita mengenakan baju atau bahasa adatnya adalah Labu berbentuk
mirip kemeja berlengan panjang terbuat dari sutera atau kain yang bagus
mutunya. Labu wanita ini terbuka sedikit pada pangkal leher guna memudahkan
pemakaian sebab polanya tidak menyerupai kemeja atau blus yang lazim
berkancing pada bagian depannya.Sebagai penutup tubuh bagian bawah, mereka

10
mengenakan sarung sikka dengan bermacam-macam motif flora dan fauna.
Sarung untuk wanita disebut Utan. Warna-warna kain wanita melambangkan
berbagai suasana hati atau kekuatan-kekuatan magis. Hitam misalnya biasanya
dipakai untuk melayat orang meninggal. Merah dan coklat melambangkan
keagungan dan status sosial yang tinggi. Paduan warna juga menunjuk pada usia.
Warna-warna yang gelap biasanya dipakai oleh orang tua, sedangkan warna-
warna cerah digemari oleh kaum muda. Demikian pula hal dengan warna dong,
apabila gelap mencerminkan duka, sebaliknya warna-warna muda adalah untuk
suasana suka ria, pesta dan sebagainya. Utan dililitkan di pinggang dengan
panjang sapai mata kaki.Para wanita juga mengenakan Dong yaitu kain sejenis
selendang yang dipakai melintang di dada atau dililitkan dipinggang. Warna dong
juga disesuikan dengan acara. Untuk pesta adat biasanya orang menggunakan
dong dengan warna cerah, sedangkan untuk acra kedukaan biasanya
menggunakan warna hitam.

Di bagian kepala rambut para wanita dibentuk melingkar seperti ular, yang
disebut Legen. Tentu saja harus berambut panjang kalau jaman dulu. Kalau
rambut kita tidak panjang biasanya menggunakan bantuan rambut palsu, yang
dinamakan Semarang. Legen kemudian diperkuat dengan tusuk konde yang
dinamakan Hegin, dan hiasan yang disebut Soking. Bentuk hiasan kepala ini
sudah mendapat pengaruh dari suku-suku lainnya di NTT.

Pada pergelangan tangan dipakai kalar yang terbuat dari gading (kalar
bala) dan perak. Penggunaanya disesuaikan dengan suasana peristiwa seperti
upacara-upacara atau pesta-pesta adat. Jumlah kalar gading dan perak (atau emas)
biasanya genap. Yakni dua atau empat gading dengan dua perak pada setiap
tangan. Perhiasan lain yang digunakan kaum wanita adalah cincin yang disebut
Kila, kalung yang disebut Lodan, dan anting-anting yang disebut Suwong.

11
12
2.2 Sistem Kesenian di kabupaten Ende
A. Tarian
1. Tarian Gawi
Tarian Gawi adalah tarian massal yang berasal dari budaya Ende, termasuk
masyarakat Lio Ende. Ciri khas tarian ini adalah kebersamaan, persatuan dan kesatuan
serta suka cita. Tarian ini biasanya diselenggarakan dalam upacara-upacara adat,
pemilihan tua adat, pesta panen, pesta perkawinan dan pesta-pesta lainnya.Nilai
religiusitas disimbolkan dengan Tubu Busu, nilai persatuan dan kesatuan disimbolkan
dengan pegangan tangan bentuk lingkaran. Sementara nilai tanggung jawab dan
keterampilan dilukiskan dalam kain semba yang diletakkan di bahu laki-laki, lingkaran
bagian dalam dan peran ata sodha serta irama gerak. Sedangkan nilai kesetaraan dan
kesederhanaan dilukiskan dalam lingkaran campuran antara laki-laki dan perempuan,
serta dalam busana dan gerak.

2. Tarian Ule Lela Nggewa


Sebagai tarian etnik, para penari dalam tarian ini hanya terdiri dari 6-9 gadis
dengan iringan gendang. Pada zaman dahulu leluhur orang Lio menggunakan batu
sebagai musik pengiringnya. Namun, karena perkembangan zaman, mulai dilakukan
modifikasi bentuknya. Ada yang menggunakan gong dan sebagainya.
3. Tarian Tekke se
Tarian ini bentuknya seperti Gawi Naro. Namun, hanya berupa gerakan kaki satu
ragam dan gerakan putaran lebih cepat dari Gawi Naro. Keunikan Tekke Se terletak pada
aksi para penari. Pada bagian tengah lingkaran, para penari akan menyalakan api unggun.
Tarian ini hampir punah, tetapi masih bertahan di wilayah Nangapanda dan sekitarnya.
Orang Lio bermukim di pegunungan. Itu membuat tarian mereka sedikit berbeda dengan
masyarakat di pesisir.

13
4. Tarian Joka Sapa
Ini merupakan tarian yang dipengaruhi budaya Makassar di Sulawesi Selatan.
Tari Joka Sapa tergolong tarian nelayan. Kekhasan tarian ini bisa terlihat pada
kelincahan. Unsur musiknya pun begitu lekat dengan lagu gambus.

B. Alat Musik
1. Sato
Alat musik Sato tentu tak setenar alat musik lainnya sehingga membuat banyak orang
tentu penasaran bila mendengar namanya. Kekhasan alat musik gesek sato ini hanya bisa
ditemukan di Kabupaten Ende, tepatnya di Desa Waturaka, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten
Ende.

2. Heko Genda

Saat ritual itu dilangsungkan ada banyak lagu yang dimainkan dengan alat tiup heko,
suling. Selain itu di tengah kampung tradisional Teondua ada Watu Tumbu Musu, batu leluhur.
Biasanya pemain musik heko genda memainkan di sekeliling batu tersebut.

14
2.3 Sistem Kesenian di Kabupaten Ngada
1. Tarian
a. Tari Ja’i

Tarian jai merupakan ungkapan kegembiraan, sukacita, dan rasa syukur yang
dilakukan sepanjang hari. Ja’i diawali dengan sapaan adat (Sa’Ngeza) menari
mengelilingi Ngadhu dan Bhaga (Simbol leluhur). Sa’Ngaza dilakukan oleh
pemimpin yang dituakan dikampung secara lantang sambil mengancungkan pedang
pusaka sambil menggerakkan tangan yang memegang pedang, diiringi gong gendang
(go laba) (Djokaho,2013)
Tari Ja’i ini merupakan tarian tradisional yang dilakukan dengan banyak
orang dan dapat dilakukan oleh penari pria maupun wanita, semakin banyak peserta
yang mengikuti tarian, itu semakin bagus. Dalam pertunjukannya para penari berbaris
dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan khas Tari Ja’i mengikuti alunan irama
dari musik pengiring. Gerakan Tari Ja’i ini cukup sederhana dan dilakukan secara
berulang-ulang.

Dalam pertunjukannya, para penari diiringi oleh irama


musik gong dan gendang yang disebut dengan go laba. Go laba ini terdiri
dari dhera, wela-wela, uto-uto, meru dan laba. Kelima alat musik tersebut
dimainkan dengan padu dan menghasilkan irama musik jai yang khas. dalam

15
pertunjukan Tari Ja’i, biasanya gerakan tari harus disesuaikan dengan iringan
musik go laba tersebut.
2. Alat Musik
a. Sowito

Sowito adalah alat musik pukul yang berasal dari kabupaten Ngada
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), alat musik ini memang menyerupai
Mendut dari Manggarai. Cara membuat alat musik Sowito yaitu dengan
menggunakan bambu yang bagian ujung-ujungnya masih tertutup dengan ruas
buku bambu lalu dicungkil pada kulitnya dan diganjal dengan bantalan kayu.
Sowito sendiri merupakan alat musik yang menghasilkan satu nada,
sehingga ketika ingin dimainkan dalam suatu pagelaran maka dibutuhkan
beberapa Sowito untuk dimainkan beberapa orang. Cara memainkan alat ini yaitu
dengan cara memukul bagian kulit tadi dengan sebilah kayu yang berukuran kecil.
b. Foy Doa

Foy doa adalah salah satu alat musik tradisional yang ada di kabupaten
ngada. Foy doa berarti suling ganda. Foy doa biasanya terdiri dari dua atau tiga
potong buluh. Foy doa dapat dimainkan dengan cara menghembuskan nafas

16
dengan lembut melalui mulut ke arah lubang yang terdapat pada foi
doa sementara jari-jari tangan menutup lubang foy doa tersebut.
Foy doa merupakan alat musik yang diamainkan pada kesempatan-
kesempatan bahagia dan pada perayaan-perayaan tertentu. musik ini biasanya
digunakan oleh para muda-mudi dalam permainan rakyat di malam hari dengan
membentuk lingkaran. Di daerah Bena, Foy doa biasanya dimainkan pada saat
padi mulai menguning sampai saat panen. Mereka memainkan musik ini dalam
nada gembira dan penuh syukur sambil diiringi nyayian dhuga.
c. Foya Pai

Foy pai merupakan salah satu alat musik yang hampir mirip dengan alat musik
foy doa, karena keduanya sama-sama merupakan instrumen tiup jenis suling. Pada
mulanya, foy pai berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu tandak seperti halnya alat
musik foy doa. Namun dalam perkembangannya, foy pai juga kerap dimainkan
berpasangan dengan foy doa dalam beberapa iringan musik-musik tradisional
setempat di berbagai acara adat atau hiburan.
d. Go Laba

17
Go Laba merupakan alat musik tradisional daerah ngada yang mengiringi
tarian Ja’i terdiri dari lima buah gong dan dua buah tambur. Lima buah gongini
mempunyai nama masing-masing yaitu pertamanya Wela, yang kedua Ute, gong
yang ketiga namanya Dhere, yang keempat dan lima yaitu Go doa. Sedangan
tambur yang disebut dengan istilah laba terdiri dari dua yaitu Laba Dhera dan
Laba Wa’i/Toka.
Go atau gong Ngada dalam permainannya dapat pula diletakan diatas
bentangan tali, digantung ataupun dipegang oleh pemain. Permainan Go Laba
yang dimainkan secara bersama-sama, setiap instrumen mempunyai peran
masing-masing. Yaitu Go Weda berperan sebagai pembuka dan penutup tempo.
Sedangkan Go Ute,Go Dhera, Go Doa, dan LabuWai sebagai isian atau pemanis
dalam bahasa Ngada disebut Sipo. Labu Dhere berperan sebagai pengatur gerak
ritme tari ataupun pergantian gerakan tari Ja’i (Ceunfin,dkk.2019).
e. Thobo

Thobo adalah alat musik tumbuk yang asalnya dari Kab. Ngada, Thobo dibuat
dari bambu yang berbuku-buku itu di bagian bawahnya dibiarkan saja sedangkan
diatasnya dilubangi. Cara menggunakannya ditumbuk ke lantai / tanah. Thobo
kegunaannya untuk saat mengiringi masuk Foy Doa.

18
f. Bombardom

Bombardom adalah alat musik tiup tradisional di Kabupaten Ngada yang


terbuat dari dua jenis bambu yang dalam bahasa daerah disebut Peri dan Ila.
Bambu yang berukuran besar (peri) berfungsi menampung udara dan bambu
berukuran kecil (ila) berfungsi meniup udara. Bambu penampung suara dibuat
dalam dua bentuk, yaitu yang panjang berukuran 75 centimeter dan yang pendek
53 centimenter. Sedangkan bambu peniup suara (ila) lebih panjang tujuh
centimeter dari ukuran bambu besar. Diameter lumbang pada bambu besar sekitar
lima centimeter. Bombardom menghasilkan dua jenis suara yakni bariton dan
sopran.
Alat musik yang digunakan sebagai alat musik pendamping untuk alat
musik lain seperti suling. Bombardom menjadi alat musik yang selalu digunakan
masyarakat untuk mengiringi lagu-lagu di setiap event, misalnya, saat kunjungan
pejabat pemerintah ke desa-desa. Bombardom juga dipakai sebagai alat musik
penghantar pasangan calon nikah sebelum menuju gereja dan menyambut setelah
pulang gereja.

3. Lagu Daerah
a. Bengu rele kaju : Bengu Rele Kaju, yang artinya Burung di Atas Pohon. Suatu lagu
kiasan yang menggambarkan kegembiraan seorang gadis/pemuda. Sifatnya gembira,
yang biasanya dinyanyikan dalam suasana gembira.
b. Kauko solo : Kauko Solo, yang artinya Sudah Benar. Lahu kiasan memuja kecantikan
seorang gadis, kemana saja ia pergi akan selalu muncul kecantikannya.

19
c. Yalo : Yalo, yang artinya Anak Yatim. Lagu ini menggambarkan penderitaan dan
kemelaratan anak yatim piatu dalam hidupnya. Tujuannya ialah meminta belas
kasihan orang lain.

4. Tenunan
Tenunan Kabupaten Ngada dikenal dengan sebutan Tenun Ikat (Sapu Lue dan
Lawo). Menurut orang setempat dinamakan Tenun Ikat karena dalam proses membuat
motif ada bagian benang yang diikat agar tidak terkena pewarna saat proses pewarnaan.
Pekerjaan menenun yang bermotif tinggi tidak sembarang wanita dibolehkan, penenun
wanita yang berusia sajalah (yang telah matang atau dewasa) dapat mengerjakan,
sedangkan wanita yang muda-muda hanya membantu saja.
Kain tenun yang sering di pakai oleh masyarakat Bajawa merupakan kain yang
berbentuk seperti sarung. Motif kain tenun Bajawa berwarna hitam dan kuning yang
menandakan kesetiaan. Kain tenun tersebut biasanya digunakan pada acara-acara adat,
kematian maupun acara penting lainnya. Menurut adat, seseorang yang menggunakan
kain tenun merupakan orang yang sudah dewasa dalam adat dan disegani.

 Motif
Seni tenunan ikat pada masyarakat Bajawa digolongkan sederhana dan belum
berkembang secara baik dengan berbagai motif seperti kuda dan kaki ayam. Kegiatan
tenun menenun nampaknya merupakan ciri khas dihampir setiap etnis masyarakat Nusa
Tenggara Timur, termasuk masyarakat Bajawa. Kegiatan tenun dinamakan “Mane tenu
atau Seda tenu” yang dilakukan khusus oleh para wanita (kaum Ibu dan wanita muda atau
gadis).

20
 Warna
Tenun ikat Ngada menggunakan warna-warna gelap, antara lain dengan kombinasi warna
biru dan cokelat, dengan garis-garis sederhana.

2.4 Sistem Kesenian Kabupaten Flores Timur


A. Tarian Tradisional
1. Tari Hedung

Tari Hedung adalah tarian tradisional sejenis tarian perang masyarakat Adonara,
Flores Timur, NTT. Tarian ini dibawakan oleh para penari pria maupun wanita dengan
menggunakan pakaian serta senjata perang. Dalam pertunjukan tari tersebut, mereka
menari dengan gerakan-gerakan yang menggambarkan jiwa kepahlawanan masyarakat
Adonara di medan perang. Tari Hedung ini merupakan salah satu tarian tradisional yang
cukup terkenal dan sering ditampilkan diberbagai acara seperti penyambutan tamu
penting, acara adat dan festival budaya.

B. Alat Musik
1. Tatabuang
Alat musik daerah ini berasal dari Lamanole, Flores Timur. Menurut kepercayaan
warga sekitar, alat musik ini dibawa oleh Suku Maluku ke Flores Timur, sehingga
tatabuang memiliki kemiripan dengan alat musik daerah Maluku, yakni totobuang.
Tatabuang dimainkan dengan cara dipukul. Cara meletakannya pun bisa digantung lalu

21
dipukul atau diletakkan di pangkuan pemain sambil dipukul. Alat musik ini terbuat dari
kayu sukun yang bagian tengahnya dihilangkan untuk resonansi.

2.5 Sistem Kesenia di Kabupaten nagekeo


Seni Tari
1. Tarian Todagu
“ Toda ” artinya gendang, “ gu ” artinya bambu. Jika diterjemahkan secara harafiah
bahwa todagu berarti tarian gendang dengan alat musik bambu. Makna dari tarian
Todagu adalah tarian kemenangan bagi kaum laki – laki yang pulang perang di masa
silam. Jadi kaum laki – laki Nagekeo saat merayakan kemenangan perang menari – nari
dengan tarian Todagu diiringi musik bambu. Tarian ini mengungkapkan kegembiraan
setelah menang perang. Untuk mengimbangi gerakan kaki, para penari menggunakan
tombak ( Bhuja ) dan pedang ( Topo ). Sementara khusus kaum perempuan sebut tarian
Tea Eku. Tarian Tea Eku berarti kaum perempuan atau istri menyambut suami dan kaum
laki – laki yang pulang perang dengan membawa kemenangan.

2. Tarian Enagera
Tarian ini mengisahkan leluhur orang Keo sebagai penjaga Pantai Ena atau pantai
berpasir dengan nama Gera Gae. Pantai yang berada di bagian selatan dari kabupaten
Nagekeo diberikan langsung oleh leluhur dengan nama Pantai Enagera. “ Ena ” dalam

22
bahasa Keo berarti pasir sedangkan “ Gera ” itu nama leluhur pertama di kawasan
selatan. Nama panjang dari leluhur itu adalah Gera Gae.

3. Tarian Beghu
Tarian ini sebagai ungkapan kalender adat atau budaya orang Nagekeo dalam sistem
pertanian tradisional. Tarian ini berasal dari kampong Lejo, desa Selalejo, kecamatan
Mauponggo. Pemain music bambunya ada tujuh orang. Tarian Beghu Batalewa dengan
16 jenis pukulan music bambunya.

4. Tarian Etu, Melo Etu atau Mbela Etu


Para petarung dari dua kubu dalam permainan etu atau tinju adat selalu didahului tari –
tarian dengan iringan musik bambu di pinggir arena tarung. Kedua petarung itu sambil
menari – nari sebelum adu ketangkasan.Tua – tua adat memukul bambu dengan bambu
kecil untuk memberikan semangat kepada petarung yang siap masuk arena yang sudah
disediakan oleh tua – tua adat. Pusat tarian ini ada di Kampung Wulu Nua Puu, Desa
Wuliwalo, Kecamatan Mauponggo.

Seni Musik
1. Ndoto
Musik Ndoto adalah musik khas dari Wajo. Ndoto sendiri berarti bambu. Jadi
music Ndoto adalah musik bambu. Alat musik Ndoto terbuat dari bambu betung
dimainkan dengan cara dipukul. Alat untuk memukul Ndoto terbuat dari kayu yang
dipotong dengan ukuran yang pas untuk dipegang guna memukul Ndoto.

2. Ndora
Ndora merupakan alat musik berupa gendang. Gendang tersebut terbuat dari kayu
Ndora dan membrannya terbuat dari kulit sapi.

3. Go Genga

23
Go Genga merupakan alat musik tradisional asal Pautola di Kecamatan Keo
Tengah Kabupaten Nagekeo. Alat musik tradisional yang hampir punah ini dibuat
dengan bambu yang dirancang sedemikian rupa hingga menghasilkan bunyi musik
seperti bunyi gong.

2.5. Sistem Kesenian di Kabupaten Lembata


Lembata merupakan salah satu kabupaten yang juga merupakan sebuah pulau di NTT.
Keragaman jenis seni ada didalam kabupaten ini yang termuat dalam beragam bentuk karya seni
yang indah penuh filosfosi dan makna
A. Seni tari
1. Tarian lusi ame
Tarian lusi ame merupakan tarian yang menceritakan tentang keindahan dan keunikan
burung elang. Tarian ini dianggkat dari gerak gerik burung elang saat terbang diangkasa
dan menukik mencari mangsa. Tarian ini merupakan tarian yang berasal dari kecamatan
atadei yang meruapakan habitat dari burung elang

2. Tarian oha
Tari Oha dari Lembata dan Adonara, Nusa Tenggara Timur. Tarian dilakukan
secara berkelompok TELAPAK tangan mereka berpegang erat. Terus berjalin seperti itu
hingga membentuk sebuah lingkaran. Semua menggunkan kain sarung. Lingkaran itu
awalnya kecil. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, banyak orang bergabung
dalam tarian. Lingkaran itu menjadi semakin besar. Di antara penari itu terdapat beberapa
orang yang seolah menjadi komando penentu gerak dan irama. Mereka pula yang
berinisiatif untuk membentuk lingkaran baru ketika jumlah penari semakin banyak dan
lingkaran semakin besar. Lingkaran pertama berada dalam lingkaran yang baru dibentuk.

24
25
3. Tarian Kolewalan
Tarian masyarakat desa Atakore yang sangat menghibur dimain tarian ini sangat
digemari oleh semua kalangan hingga saat ini. Tarian Kolewalan tidak jauh berbeda
dari tarian Beku namun, dalam hitungan lakah kaki delapan kali untuk tarin Beku,
sedangkan Kolewalan sepuluh langkah kaki yang terus bergerak maju dalam lingkaran.
Tarian kolewalan mengandung makna persatuan dan syukur yang dimainkan di tempat
yang disepakati bersama yang mana tempat itu disebut namang. Di namang ini semua
orang berkumpul bersama untuk menyayikan syair lagu dan tarian diiringi pukulan
gendang sebagai , ungkapan rasa syukur dan terima kasih atas segalah berkat yang sudah
diterima selama satu musim tanam berlangsung.

4. Tarian beku
Tarian beku mengisahkan tentang perjuangan dalam pelarian dari desa serang
goran untuk mencari tempat tinggal yang baru untuk di tempati. Namun dalam
perjuangan untuk mendapakan tempat tinggal banyak persoalan dan kendala yang
dihadapi para leluhur leragere saat itu dengan suasah payah. Sebagai bentuk ungkapan
syukur perjuangan leluhur lewotanah leragere baik itu berupa keggalan atapun
kesuksesan dibawa dalam nyanyian dan tarian. Dalam tarian beku di kenal, ada dua
bagian penting yakni gerakan lambat dan gerakan cepat diikuti dengan delapan gerak
langkah kaki yang berbeda. Gerakan Lambat dikisahkan sebagai ungkapan kesedihan
hati atau kekecewaan dalam sebuah perjuangan untuk mendapatkan tempat tinggal
namun gagal. Gerakan cepat dikisahkan sebagai suatu ungkapan rasa syukur atas
keberhasilan dalam perjuangan melawan musuh dalam peperangan. Tarian beku

26
berbentuk lingkaran seolah-olah seperti seekor ular naga yang bergerak melingkar dan
hendak memangsa buruan yang sedang diincarnya . Umpan yang hendak dimangsa
adalah dua orang penari yang terpisah dari lingkaran ini.

B. Seni musik
Alat musik tatong
Musik tradisional tatong adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat musik yang
terbuat dari bambu dengan dawainyapun dari bambu juga. Bambu yang digunakan
adalah bambu petung yang memiliki penampang cukup besar dan tebal. Suara musik
dihasilkan dengan cara dipukul dengan stik kecill yang terbuat dari bambu. Alat
musik ini selalu digunakan oleh masyarakat (komunitas) adat Uyelewun. Komunitas
adat ini bertempat tinggal di Kecamatan Omesuri dan Kecamatan Buyasuri
Kabupaten Lembata. Lambat laun, alat musik tradisional tatong mengembangkan seni
musik tradisional yang disebut dengan edang tatong.

C. Tenunan

27
Tenun ikat punya nilai tinggi bagi perempuan di desa Lamaau, kecamatan Ile Ape
Timur, Lembata, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan menenun rutin dilakukan turun-
temurun. Biasanya perempuan Lembata menenun saat musim kemarau. Pasalnya, proses
pembuatan kain tenun memerlukan pengeringan alami dari sinar matahari agar hasil
akhirnya lebih maksimal. Kain tenun ikat di desa Lamaau punya nilai adat dan tradisi.
Kain adat Lamaholot, begitu masyarakat lokal menyebutnya. Kain adat Lamaholot
memiliki warna khas merah marun. Motif gambar pada kain tenun ikat ini menyerupai
bentuk belah ketupat. "Untuk membuat satu buah kain tenun ikat dari awal, dari membuat
benang hingga kain utuh, butuh waktu maksimal 15 tahun. Kain adat dibuat dari akar
mengkudu, sehingga warna aslinya pun berasal dari akar mengkudu. Akar direndam dua
hari, lalu dijemur. Karenanya saat musim hujan proses pembuatan benang tenun tidak
bisa dilakukan sebab warna tidak menempel, tidak bertahan lama. Pembuatan kain tenun
adat Lamaholot dari akar mengkudu membutuhkan waktu belasan tahun. Kegiatan
menenun benang dari akar mengkudu sudah termasuk di dalamnya, dan biasanya
membutuhkan waktu satu bulan. Lain lagi untuk proses pembuatan tenun dari benang
toko. Perajin biasanya membeli benang dari toko untuk membuat selendang. Proses
menenun benang toko untuk membuat satu selendang hanya butuh waktu satu minggu
saja. Perbedaan cara pembuatan kain tenun ikat di Lamaau, Lembata, inilah yang
membedakan nilai sebuah kain tenun. Ibu yang membuat kain tenun adat Lamaholot
biasanya akan menyimpan kain buatannya untuk anak perempuan. Pasalnya, tradisi adat
pernikahan di Lamaau mengharuskan calon mempelai perempuan untuk memberikan
kain kepada calon mempelai laki-laki. Kain adat juga tak dijual bebas.

28
2.7 Sistem kesenian manggarai
Salah satu yang merupakan kesatuan dari kombinasi berbagai kesenian di Daerah
Manggarai adalah permainan atau tarian caci. Caci sendiri menggabungkan seni sastra berupa
Bahasa yang digunakan dalam permainan, seni tari, dan seni music daerah Manggarai.

Ket gambar. Tarian cai


Caci secara etiologis berasal dari dua kata yakni Ca yang berarti satu dan Ci yang berarti
lawan. Inti dari tarian caci bagi masyarakat manggarai pada umunya merupakan satu permainan
untuk mengadu ketangkasan antara dua orang laki-laki. Adu ketangkasan dalam tarian ini
dilakukan dengan mencambuk dan menangkis cambukan lawan secara berganti. Hal tersebut
membuat tarian caci terlihat indah karena merupakan kombinasi antara Lomes (Keindahan gerak
tubuh dan busana yang dipakai), Bokak (Keindahan seni vokal saat bernyanyi), serta Lime
(Ketangkasan dalam mencambuk dan menangkis cambukan lawan) (Jampi dkk., 2019).
Tarian caci merupakan kesenian asli Manggarai yang penuh dengan keunikan-keunikan
mulai dari jenis tarian, kostum tarian, pemain yang dilengkapi dengan Larik (Pecut), nggiling
(perisai), koret (penangkis), dan panggal Penutup kepala. Pemain caci bertelanjang dada, namun
mengenakan pakaian perang pelindung paha dan betis berupa celana panjang berwarna putih
dengan sarung songket khas Manggarai yang dililitkan di pinggang hingga selutut untuk
menutupi sebagian dari celana panjang.. Dibagian belakang dipakaikan Ndeki sehingga akan
menyerupai ekor kerbau, dengan fungsinya untuk melindungi bagian bawah pinggang. Di
pinggang belakang dipasang untaian giring-giring yang akan berbunyi mengikuti gerakan pemain
caci. Adapun panggal (topeng) yang digunakan dibuat dari kulit kerbau yang keras berlapis kain
berwarna-warni. Hiasan kepala yang berbentuk seperti tanduk kerbau ini dipakai untuk
melindungi wajah dari Larik (pecutan). Saat bersiang untuk ta’ang wajah ditutupi kain destar

29
sehingga mata masih bisa melihat arah gerakan dan pukulan lawan yang dilakukan oleh penari,
sampai pada bentuk komposisi musik iringan (Ingrida 2017).
Kebudayaan Manggarai Flores Nusa Tenggara Timur sebagaimana halnya dengan
kebudayaan lain juga memiliki pakaian adatnya sendiri. Pakaian adat Manggarai bukan hanya
sekedar penutup badan namun memiliki makna yang sangat dalam.
Selain seni tari , seni musik juga biasanya ikut mewarnai kekhasan yang dimiliki
masyarakat manggarai pada umumnya. Musik yang biasa dibunyikan adalah gong dan gendang
yang terbuat dari kulit hewan seperti kerbau, kambing, dan sapi. Kulit kambing jantan dalam hal
ini lebih disaranakan karena diyakini lebih awet. Gendang dan gong hanya digunakan pada saat
upacara resmi. Gong terbuat dari drum supaya menghasilkan bunyi yang gaung. Kayu pukul
gong diambil dari kayu kapuk (haju kawu) , bagian depan area pukulan dilapisi kulit kambing
(luit mbe) (Jampi, dkk.,2019).

Ket gambar. Alat musik gong (kiri) dan gendang (Kanan)


 Rumah Adat Manggarai

30
Ket gambar. Mbaru Niang
 Rumah Adat Manggarai
Mbarung Niang berbentuk kerucut dan memiliki lima lantai dengan tinggi sekitar
15 meter. Secara etiologis kata niang berarti rumah yang atapnya berbentuk kerucut dan
memiliki kolong. Rumah mbaru niang ditopang oleh satu tiang utama yang disebut siri
bongkok. Rumah model tersebut dianggap sebagai bentuk rumah yang sudah lama dan
asli di Manggarai. Pada mulanya ada dua jenis Mbaru Niang. Ada niang gendang (tempat
disimpanya gendang) dan niang bendar. Pada niang gendang memiliki rangga kaba
(tanduk kerbau jantan) atau mangka (gasing) yang diukir dengan bentuk muka manusia di
puncak rumah. Kayu penyangga utama atau siri bongkok mbaru niang gendang diambil
dari hutan denga arak-arakan yang dikenal dengan acara osong (Nyanyian) atau roko
molas poco.

 Pakaian adat Wanita Manggarai

31
Ket gambar. Pakaian Adat Wanita Manggarai

Secara umum pakaian adat wanita Manggarai terdiri atas;


Kain Songke:

Kain songke merupakan salah satu hal yang wajib dikenakan sebagai pakaian adat oleh
wanita Manggarai. Kain songke Manggarai ini dipakai selayaknya sarung, walaupun demikian
ada aturan khusus dalam cara melilit kain songke ini, semisal bagian songke mana yang
menghadap ke depan.
Balibelo:

32
Balibelo terbuat dari logam berwarna keemasan. Pada zaman dahulu balibelo untuk
wanita Manggarai dari kalangan bangsawan memang terbuat dari emas. Balibelo dikenakan
selayaknya mahkota di kepala. Pada acara-acara besar para penari wanita Manggarai biasanya
menggunakan balibelo. Demikian pula halnya saat acara pernikahan, sang pengantin wanita
mengenakan balibelo di kepalanya.
Selendang:

Selendang bermotif songke saat ini biasanya digunakan untuk acara pernikahan dan juga
oleh para penari wanita.
 Pakaian adat Pria Manggarai

33
Kain Songke:
Sebagaimana halnya diatas, kain songke merupakan hal yang wajib digunakan sebagai
pakaian adat.
Ikatan Kepala (Sapu):

Sapu digunakan untuk menutupi kepala. Ikat kepala ini biasanya bermotif batik berwarna
kuning coklat. Selain Sapu kopiah bermotif songke juga sering digunakan untuk menggati sapu.
Baju Kemeja Putih:
Baju Kemeja putih yang digunakan adalah baju kemeja yang berlengan Panjang.
Sedangkan pada zaman dahulu para raja memiliki baju khasnya sendiri yang berwarna hitam
dihiasi oleh bordiran emas.
Selendang:
Selendang untuk laki-laki Manggarai dipakai secara menyilang dari samping. Ada
beberapa jenis selendang, yang paling umum bermotif Songke dan yang bermotif Kuning cerah
dengan pingiran merah.
Tubirapa:

34
Tubirapa merupaka salah satu hal yang unik dari pakaian adat Manggarai. Tubirapa
digunakan seperti tali helm. Umumnya tubirapa menggunakan kain kecil berwarna merah. Pada
bagian dagu digantung butiran manik-manik yang dibiarkan menjuntai panjang seperti janggut

35
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Sistem kesenian flores dan lembata sangat beragam, kedua pulau ini merupakan
pulau dengan etnik terbanyak di NTT. Di Flores dan lembata terdapat etnik seperti
manggarai, nagekeo, ngada, ende, lio, sikka, flores timur dan lembata. Etnik tersebut
merupakan etnik besar saja, karena di kedua pulau ini memiliki etnik suku yang lebih
kecil yang mempunyai perbedaan satu sama lain dari seni, bahasa dan tradisi.

Tarian dia daerah flores-lembata memiliki keragaman setiap etnik. Pada


umumnya tarian mengisahkan suatu kejadian dan tujuan, misalnya peperangan, upcara
adat dll. Makna dan filosofis terikat sangat dalam bagi masyarakat, begtu juga dengan
seni musik, pakaian adat yang dikenakan. Salah satu yang menjadi seni karya yang
mengangumkan ialah tenunan flores-lembata juga mempunyai berbagai macam corak dan
motif yang bisa menjadi identitas suatu etnik. Tenunan bukan hanya sebagai suatu kain
yang dikenakan tetapi syarat akan filosofi dan pemakaian pun sesuai dengan ketentuan.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Aldetrudis Petronela Dera. 2020. Makna Budaya Kumpulan Lirik Lagu Daerah Sikka
‘Hiwor Kiok’. Tesis. Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Direktorat
Program pasca sarjana universitas muhammadiyah malang

2. Kurniawan, Iwan. 2015. Gawi, Tarian Kebersamaan. Media Indonesia.


[https://mediaindonesia.com/weekend/1940/gawi-tarian-kebersamaan] diakses pada
tanggal 14 September 2021.

3. Rosary, Ebed de. 2016. Sato, Alat Musik Tradisonal ini Terbuat dari Labu Hutan.
Mongabay. [https://www.mongabay.co.id/2016/11/21/sato-alat-musik-tradisional-ini-
terbuat-dari-labu-hutan/] diakses pada tanggal 14 September 2021

4. Makur, Markus. 2018. Heko Ganda, Musik Suling Khas Ende. Kompas.
[https://travel.kompas.com/read/2018/09/26/131500927/heko-genda-musik-suling-khas-
ende?page=all] diakses pada tanggal 14 September 2021
5. Kompas.,2019. Tarian Tradisional Khas Nagekeo Tampil di Festival Pantai Enagera.
Kabupaten Nagekeo Flores Bagian Tengah, NTT

6. Djawa, B. W. 2019. “ Musik Ndoto dalam Ritual Ngagha Mere di Kampung Wajo
Kecamatan Keo Tengah Kabupaten Nagekeo Flores Nusa Tenggara Timur ”.
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

7. Jampi, Hironimusd dkk. 2019. Nilai kesenian Budaya Tarian Caci pada Masyarakat
Manggarai Kabupaten Manggarai imur. Jurnal Pendidikan Sosiologi. Equilibrium ;
Makasar
8. Ingrida, Trifiani Kantor. 2017. Pelestarian Tarian Caci sebagai Tarian Khas Manggarai
Desa Lante Kecamatan Reok Barat. Yogyakarta.
9. Kompas. com. 2021. Rumah Mbaru Niang, Rumah Adat Di Kampung Wae Rebo

37
10. https://geosiar.com/2019/12/28/mengenal-tenun-ikat/
11. https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=1751
12. https://www.liputan6.com/regional/read/4315386/tua-reta-lou-tarian-perang-sikka-ntt-
yang-bikin-jantung-berdegup-kencang
13. https://travel.kompas.com/read/2019/06/15/184000627/kamu-tahu-soka-papak-ini-tarian-
untuk-menyambut-tamu-di-sikka-flores?page=all
14. https://www.sikkakab.go.id/media.php?module=artikel_budaya&page=2
15. https://www.cendananews.com/2018/12/tarian-lusi-lame-gambarkan-keelokan-burung-
elang-lembata.html
16. https://mediaindonesia.com/weekend/135786/tari-oha-dan-bu-a-yang-sarat-makna
17. http://senitariatakore.blogspot.com/2016/08/tarian-kolewalan-lembata.html
18. https://budayalembata.blogspot.com/
19. http://nttprov.go.id/2018/index.php/pariwisata/alat-musik-daerah
20. https://budaya-indonesia.org/bombardom
21. http://guidorudy.blogspot.com/2013/11/ragam-kesenian-di-daerah-bajawa-ngada.html
22. http://nalirachildflores.rf.gd/
23. https://gpswisataindonesia.info/kain-tenun-ikat-ngada-nusa-tenggara-timur/

38

Anda mungkin juga menyukai