Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP UKHUWAH DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH:
DWI AYU WAHYUNI
F 221 21 033

UNIVERSITAS TADULAKO
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
2020/2021

1
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................2

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3

1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................................................3

BAB 2 KAJIAN TEORI..................................................................................................................4

1.1 Hakikat Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah, dan Ukhuwah Insaniyah..................4

1.1.1 Hakikat Ukhuwah Islamiyah..........................................................................................4

1.1.2 Hakikat Ukhuwah Insaniyah...........................................................................................5

1.1.3 Hakikat Ukhuwah Wathoniyah.......................................................................................7

1.2 Hakikat Persaudaraan..........................................................................................................10

BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................................................13

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................14

1.1 Hasil.....................................................................................................................................14

1.2 Pembahasan.........................................................................................................................14

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................18

1.1 Kesimpulan..........................................................................................................................18

1.2 Saran....................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam mengandung ajaran untuk menuntun umatnya pada jalan hidup yang
paling sempurna, kepada kebahagian, kesejahteraan, ketentraman dan kedamaian.
Pedoman-pedoman hidup seorang muslim bersumber dari Al-Qur’an. Al-Qur’an
memiliki sifst keistimewaan dan sifat yang tidak pernah kaku dengan adanya
berbagai macam model dan metode tafsir yang telah ditafsirkan oleh para
mufassir, pada setiap zamanpun Al-Qur’an dapat mengatasi dan menjawab
peristiwa dan permasalahan yang ada.

Salah satu masalah yang banyak diperbincangkan dalam Al-Qur’an adalah


tentang persaudaraan yaitu ukhuwah. Islam mengenal konsep persaudaraan yang
dikenal dengan ukhuwah. Persaudaraan (ukhuwah) dalam Islam bukan
dimaksudkan sebatas hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang
dimaksud dengan persaudaraan yang diikat oleh tali aqidah (sesama muslim) dan
persaudaraan karena fungi kemanusiaan (sesama manusia makhluk Allah SWT).

Kedua persaudaraan tersebut sangat jelas dicontohkan oleh Rasulullah


S.A.W., yaitu mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, serta
menjalin hubungan persaudaraan dengan suku-suku lain yang tidak seiman dan
melakukan kerja sama dengan mereka. Manusia adalah makhluk sosial yang
saling membutuhkan satu dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan taraf hidupnya. Dengan adanya manusia sebagai makhluk sosial
inilah maka manusia harus selalu menjalin hubungan baik dengan manusia
lainnya, salah satunya dengan cara bersilaturrahim. Bersilaturrahim sangat
penting dilakukan oleh umat manusia. Karena, dengan bersilaturrahim akan
mempererat hubungan persaudaraan antar umat manusia.

4
Namun dalam realita yang ada pada masa ini, nilai ukhuwah yang berada
dalam kehidupan seseorang tidak terjalin pada kehidupan sosialnya. Sehingga,
terjadilah konflik. Dari semua pemaparan diatas, maka peneliti akan membahas
tentang “Konsep Ukhuwah dalam Islam”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa hakikat dari ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insaniyah, dan ukhuwah
wathoniyah ?
2. Bagaimana konsep ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insaniyah, dan ukhuwah
wathoniyah dalam Islam ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui hakikat dari ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insaniyah, dan
ukhuwah wathoniyah.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insaniyah
dan ukhuwah wathoniyah dalam Islam.
3.

5
BAB 2 KAJIAN TEORI
1.1 Hakikat Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah, dan Ukhuwah
Insaniyah
1.1.1 Hakikat Ukhuwah Islamiyah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan berbagai perbedaan seperti warna
kulit, suku, ras, golongan, bangsa dan lain sebagainya. Namun hal tersebut
bukanlah menjadi pemicu yang dapat digunakan untuk memecah belah persatuan
yang ada. Dengan adanya Ukhuwah Islamiyah maka akan tercipta kekuatan iman
dan spiritual yang dikaruniakan Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman dan
bertakwa sehingga menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan,
kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah. Adapun Hakikat
Ukhuwah Islamiyah antara lain:
1. Ukhuwah Islamiyah merupakan nikmat Allah
Sebagaimana dalam Al-qur’an Surat Ali Imron ayat 103, Allah SWT
berfirman:
‫ص) َبحْ ُتم ِبنِعْ َم ِت) ِه‬ ْ َ ‫)وب ُك ْم َفأ‬
ِ )ُ‫ف َبي َْن قُل‬ َ َّ‫هللا َعلَ ْي ُك ْم إِ ْذ ُكن ُت ْم أَعْ َدآ ًء َفأَل‬
ِ َ‫هللا َجمِيعًا َوالَ َت َفرَّ قُوا َو ْاذ ُكرُوا نِعْ َمت‬
ِ ‫َواعْ َتصِ مُوا ِب َحب ِْل‬
‫ُون‬ َ ِ‫ار َفأَن َق َذ ُكم ِّم ْن َها َك َذل‬
َ ‫ك ُي َبيِّنُ هللاُ لَ ُك ْم َءا َيا ِت ِه لَ َعلَّ ُك ْم َت ْه َتد‬ ِ ‫إِ ْخ َوا ًنا َو ُكن ُت ْم َعلَى َش َفا ُح ْف َر ٍة م َِّن ال َّن‬
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
2. Perumpamaan tali tasbih
Di dalam Al-qur’an Surat Az-Zukhruf ayat 67, Allah SWT berfirman:

َ ‫ض َعد ٌُّو إِالَّ ْال ُم َّتق‬


‫ِين‬ ُ ْ‫ْاألَخِآل ُء َي ْو َم ِئ ٍذ َبع‬
ٍ ْ‫ض ُه ْم لِ َبع‬
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian
yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”

6
3. Merupakan arahan Rabbani
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
َ َّ‫هللا أَل‬
‫ف َب ْي َن ُه ْم إِ َّن ُه َع ِزي ٌز َحكِي ٌم‬ َ َّ‫وب ِه ْم َولَكِن‬ ِ ْ‫وب ِه ْم لَ ْو أَن َف ْقتَ َمافِي ْاألَر‬
ِ ُ‫ض َجمِيعًا مَّآأَلَّ ْفتَ َبي َْن قُل‬ َ ‫أَلّ َو‬
ِ ُ‫ف َبي َْن قُل‬
Artinya: “Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).
Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya
kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah
mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha
Bijaksana. (Q.S. Al-Anfal: 63)
4. Merupakan cerminan iman
Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 10, Allah SWT
berfirman:
َ ‫ون إِ ْخ َوةٌ َفأَصْ لِحُوا َبي َْن أَ َخ َو ْي ُك ْم َوا َّتقُوا‬
َ ‫هللا لَ َعلَّ ُك ْم ُترْ َحم‬
‫ُون‬ َ ‫إِ َّن َما ْالم ُْؤ ِم ُن‬
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap
Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.

1.1.2 Hakikat Ukhuwah Insaniyah


Ukhuwah insaniyah, yaitu persaudaraan sesama umat manusia.Manusia
mempunyai motivasi dalam menciptakan iklim persaudaraan hakiki yang
berkembang atas dasar rasa kemanusiaan yang bersifat universal.Seluruh manusia
di dunia adalah bersaudara. Ayat yang menjadi dasar dari ukhuwah seperti ini
antara lain lanjutan dari QS. al-Hujurat ayat 10, dalam hal ini ayat 11 yang masih
memiliki munasabah dengan ayat 10 tadi. Bahkan sebelum ayat 10 ini, al-Qur‟an
memerintahkan agar setiap manusia saling mengenal dan mempekuat hubungan
persaudaraan di antara mereka.

Khusus dalam QS.al-Hujurat ayat 11, Allah berfirman : ْ

ُّ ‫م ُ ْه ن ِ ا م ً ر ْ ي َ ُوا خ ُك``ون َ ْن ي ى أَ َ َس ع ٍ م ْ َو ق ْ ن ِ م ٌ َوم ق ْ ر َ ْخ َس َال ي ُوا ن َ ام َ ء َ ين ِذ َّ ا ال َ ه‬


‫اأَي َ ي َ َس ع ٍ اء َ س ِ ن ْ ن ِ م ٌ اء َ س ِ َال ن َ و َال َ و ْ ُكم َ ُس ْف وا أَن ُ ز ْل ِم َ َال ت َ ن و َّ ُ ْه ن ِ ا م ً ر ْ ي َ ن خ ُك‬
‫ان َ ْْاِلُِ`ُي َ ْد ع َ ُوق ب ُ ُس ْالف ُ م ْ س اا ِل َ ْس ئ ِ ِب ب ا َ ْاألَ ْلق ِ وا ب‬
ِ ‫َّ َ ْن ي ى أَ َك ِ أُولَئ َ ْب ف ُ ت َ ي ْ َل ْ ن َ م َ و‬
‫ُ ز َ اب َ ن َ ت َون ُ م ِ ال َّ الظ ُ م ُ ى‬

7
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-
olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok)
wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan)
lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu
sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.

Ayat ini sangat melarang orang beriman untuk saling mengejek kaum lain
sesama umat manusia, baik jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Ayat
berikutnya, yakni ayat 12, justru memerintahkan orang mukmin untuk
menghindari prasangka buruk antara sesama manusia. Dalam Tafsir al-Maragi
dijelaskan bahwa setiap manusia dilarang berburuk sangka, dilarang saling
membenci.

Semua itu wajar karena sikap batiniyah yang melahirkan sikap lahiriah.Semua
petunjuk al-Qur‟an yang berbicara tentang interaksi antarmanusia pada akhirnya
bertujuan memantapkan ukhuwah di antara mereka. Memang banyak ayat yang
mendukung persaudaraan antara manusia harus dijalin dengan baik.

Hal ini misalnya dapat dilihat tentang larangan melakukan transaksi yang
bersifat batil di antara manusia sebagaimana dalam QS.al-Baqarah (2): 188,
larangan bagi mereka mengurangi dan melebihkan timbangan dalam usaha bisnis
sebagaimana dalam QS. al-Mutahffifin (48): 1- 3. Dari sini kemudian dipahami
bahwa tata hubungan dalam ukhuwah insaniah menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan martabat kemanusiaan untuk mencapai kehidupan yang
sejahtera, adil, damai, dan pada intinya konsep tersebut dalam al-Qur’an bertujuan
untuk memantapkan solidaritas kemanusiaan tanpa melihat agama, bangsa, dan
suku-suku yang ada.

8
Enam hak dan kewajiban muslim atas muslim lainnya ini berdasarkan hadits
Shahih Muslim. Rasulullah Saw bersabda:

‫س ِ ل ْ ُس لَى ْالم َ ِم ع‬
ِ ‫ إ َذا ح ّ ِم‬:‫ َ َ ق ة َ ر ْ ي َ ر ُ أَِب ى ْ َن ع ِ و َّ ُول الل ُ س َ اَل ر ق ” َ ِ ل ْ ُس ق ْالم ُّ َ ت‬:‫اَل‬
ِ َ‫ و ُ و ْ ب أ‬، َ ‫َك َح ْص ن َ ت ْ َذا اس ِ إ‬
‫ ُ و ْ َح ْص‬، ‫ و ِ و ْ لَي َ ع ْ م ّْ ل َ َس ف ُ و َ ت ْ ي ِ لَ````ق‬، َ ‫ج َ اك ف َ َع َذا د ِ إ‬
ُ ‫ و ُ ْده‬، َ ‫ و ُ ْو ّْْ ّ`مت َ َس ف َ و َّ الل َ د ِم َ َح ف َ َطَس َض ع ِر َ م ُ و ْ ع َ ب ْ َت فات َ َ م``ا ذا ِ إ‬، َ ‫ان َ َذ ف ا ِ إ َ و َ ذا ِ إ‬
‫ ب ٌ ُسلم م برقم َّ َس َِلم د ال ُّ َ ِم ر ِ ل ْ ُس ْلم ِ ِم ل ِ ل ْ ُس ق ْالم ّْ َ ْ ح ن ِ ُب م‬، َ (2162 ‫ ُ واه َ )ر ا‬.“ ‫َع ف‬

Artinya: "Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada enam: (1) Jika engkau
bertemu dengannya, maka ucapkan salam, dan (2) jika dia mengundangmu maka
datangilah, (3) jika dia minta nasihat kepadamu berilah nasihat, (4) jika dia bersin
dan mengucapkan hamdalah maka balaslah (dengan doa: Yarhamukallah), (5) jika
dia sakit maka kunjungilah, dan (6) jika dia meninggal maka antarkanlah
(jenazahnya ke kuburan).” (H.R. Muslim).

1.1.3 Hakikat Ukhuwah Wathoniyah


Islam sebagai agama yang universal juga memiliki konsep ukhuwah
kebangsaan yang disebut ukhuwah wathaniyyah, yakni saudara dalam arti
sebangsa walaupun tidak seagama.Ayat yang terkait dengan ini adalah QS.Hud
(7): 65. Di sini Allah swt berfirman, (Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum
`Aad saudara mereka, Hud). Seperti yang dikemukakan oleh ayat lain bahwa
kaum 'Ad membangkang terhadap ajaran yang dibawa oleh nabi Hud as. Sehingga
Allah memusnahkan mereka, sebagaimana dalam QS.al-Haqqah (69): ayat 6-7.
Jenis ukhuwwah yang demikian disebut juga dalam QS. Shad (38): 23 yang telah
disebutkan sebelumnya di mana dalam ayat ini ditegaskan bahwa adanya
persaudaraan semasyarakat, walaupun berselisih paham karena adanya perdebatan
mengenai jumlah ekor kambing yang mereka miliki. M.

Quraish Shihab menjelaskan bahwa guna memantapkan ukhuwah


kebangsaan walau tidak seagama, pertama kali Alquran menggarisbawahi bahwa
perbedaan adalah hukum yang berlaku dalam kehidupan ini.Selain perbedaan
tersebut merupakan kehendak Allah, juga demi kelestarian hidup, sekaligus demi

9
mencapai tujuan kehidupan makhluk di pentas bumi.17Dalam QS.al-Maidah (5):
48 Allah berfirman :

ِ‫اح َ ً و َّم``ة أُ ْ َل‬ ِ َ‫ت ا َ ر ْ ي َ ُوا ا ْْل ق ِ ب َ ت ْ اس َ ف ْ ُكم ا َ ات َ ا ء َ ِف م ْ ُكم َ لُو ْ ب َ ي ِ ل ْ ن ل‬


ِ ‫كًَوةَد‬
‫ُكم َ ع َ َل ُ و َّ الل َ ْ َشاء لَو َ و‬

Artinya : “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya


satuumat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan". Dari ayat tersebut, maka
seorang muslim hendaknya memahami adanya pandangan atau bahkan pendapat
yang berbeda dengan pandangan agamanya, karena semua itu tidak mungkin
berada di luar kehendak Allah. Walaupun mereka berbeda agama, tetapi karena
mereka satu masyarakat, sebangsa dan setanah air maka ukhuwah di antara
mereka harus tetap ada. J.

Suyuti Pulungan menyatakan bahwa indikasi ukhuwah kebangsaan ini dapat


pula dilihat dalam ketetapan Piagam Madinah yang bertujuan mewujudkan
segenap persatuan sesama warga masyarakat Madinah, yakni persatuan dalam
bentuk persaudaraan segenap penduduk Madinah sebagaimana dalam pasal 24
pada piagam tersebut, yakni (orang-orang mukmin dan Yahudi bekerja sama
menanggung pembiayaan selama mereka berperang). Jadi di antara mereka harus
terjalin kerjasama dan tolong menolong dalam menghadapi orang yang
menyerang terhadap negara mereka di Madinah.

Konsep ukhuwah kebangsaan yang digambarkan di atas, sungguh telah


terpraktik dalam kenegaraan di Madinah yang diplopori oleh nabi
Muhammadsaw. Kesuksesan dan teladan bangunan ukhuwah Madinah tersebut
akhirnya mengilhami para pemikir muslim kontemporer untuk mempersamakan
wacana civil society dari Barat dengan wacana masyarakat madani dalam Islam.
Upaya pencocokan ini sekalipun dipaksakan, memang sedikit banyak memiliki
titik temu yang cukup signifikan. Pertautan ini nampak jelas terutama pada proses
transformasi sosial budaya, sosial politik dan sosial ekonomi pada masayarakat

10
madinah dengan proses bangsa Eropa (Barat) menuju masyarakat modern yang
kemudian sering disebut dengan civil society.

Selanjutnya Nurcholish Madjid mengungkapkan bahwa beberapa ciri


mendasar dari ukhuwah masyarakat madani yang dibangun oleh nabi Muhammad
saw, antara lain (1) egalitarianisme; (2) penghargaan kepada orang berdasarkan
prestasi, bukan kesukuan, keturunan, ras, dan sebagainya; (3) keterbukaan
partisipasi seluruh anggota masyarakat yang aktif; (4) penegakan hukum dan
keadilan; (5) toleransi dan pluralisme; (6) musyawarah.21Dalam mewujudkan
masyarakat tersebut, tentu saja membutuhkan manusia-manusia yang secara
pribadi berpandangan hidup dengan semangat ukhuwah kebangsaan, dan nabi
Muhammad telah memberikan keteladanan dalam mewujudkan ciri-ciri ukhuwah
seperti yang telah disinggung di atas.Untuk sampai ke ukhuwah tersebut dapat
dirujuk QS. Ali Imrān (3): 159, yakni ;

ِ ‫ب لْ َ َظ ْالق ي ِ ا غَل ِّ َظ َت ف ْ ُكن ْ لَو َ و ْ م ُ َت َل ْ ن ِ ل ِ و َّ الل َ ن ِ م ٍ ة ْْ َح َ ا ر َ ِم ب َ ف ْ ن ِ ضوا م ُّ َ ْف‬


َ ‫َالن ْ َّك``ل َ َو ت َ ْ َت ف م َ ز َ َذا ع ِ إ َ ِر ف ْ ِف ْاألَم ْ م ُ ى ْ َش``ا ِور َ و ْ م ُ َل ْ ر ِ ْف غ َ ت ْ اس َ و ْ م ُ ْه ن َ ْ ُف ع اع‬
ِ ُُ َ ُّ ‫َك ف ِ ل ْ و َ ح َي ِ ّّْ`ْ كل َ َو ت ُ ب ْالم‬
‫ي و َّ ن الل َّ ِ إ ِ و َّ لَى الل َ ع‬

Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-


embut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.Karena itu ma`afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu.Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya”.

Secara umum, paradigma ayat diatas memiliki empat kunci utama dalam
membangun ukhuwah kebangsaan. Pertama, bahwa membentuk pranata sosial
masyarakat itu haruslah elektif dan fleksibel, artinya faktor kultur, demografi dan
geografi suatu masyarakat sangat mempengaruhi strategi pembentukan
masyarakat. Kedua, sikap pemaaf terhadap pelaku kejahatan social guna

11
membangun masyarakat baru haruslah dijunjung tinggi, dengan
mengeyampingkan perubahan revolusioner yang justru akan memakan korban
harta dan nyawa yang tak terhitung. Ketiga, semua perilaku dan perubahan sosial
politik dalam pembentukan masyarakat harus dilandasi upaya kompromi dan
rekonsiliasi melalui musyawarah mufakat, sehingga tercipta demokratisasi.
Keempat, para pelaku yang terlibat dalam proses pembentukan masyarakat
haruslah memiliki landasan moralitas.

1.2 Hakikat Persaudaraan


Masalah persaudaraan di Indonesia menjadi fenomena tersendiri. Istilah
persaudaraan dalam bahasa arab di kenal dengan ukhuwah makapengertian
Ukhuwah tersebut dalam bahasa Arab (ukhuwwah) di ambil dari kata akha ( ‫ أخا‬,
(dari sini kemudian melahirkan beberapa kata al-akh, akhu, yang makna dasarnya
"memberi perhatian (‫ اهتم‬,"(kemudian berkembang artinya menjadi "sahabat,
teman (‫ الصاحب‬،‫(" الصديق‬yang secara leksikal menunjuk pada makna "dia bersama
di setiap keadaan, saling bergabung antara selainnya pada suatu komunitas ( ‫فى‬
‫)"لغيري مشارك لكل يستعار القبيلت‬.

Mungkin karena arti dasar tadi, yakni "memperhatikan", menyebabkan setiap


orang yang bersaudara mengharuskan ada perhatian di antara mereka, dan
menyebabkan mereka selalu bergabung (musyarik) dalam banyak keadaan. Masih
dalam makna leksikal, kata ukhuwah pada dasarnya berakar dari akhun ( ‫( أخ‬yang
jamaknnya ikhwatun (‫ إخ``وة‬,(artinya saudara.Kalau saudara perempuan disebut
ukhtun (‫ أخج‬,(jamaknya akhwat ( ‫ أخواث‬.(Dari kata ini kemudian terbentuk al-akhu,
bentuk mutsanna-nya akhwan, dan jamak-nya ikhwan (‫( إخ``وان‬artinya banyak
saudara, dan dalam Kamus Bahasa Indonesia kata ini dinisbatkan pada arti orang
yang seibu dan sebapak, atau hanya seibu atau sebapak saja. Arti lainnya adalah
orang yang bertalian sanak keluarga, orang yang segolongan, sepaham, seagama,
sederajat.

12
Jadi tampak sekali bahwa kata akhun tersebut semakin meluas artinya, yakni
bukan saja saudara seayah dan seibu, tetapi juga berarti segolongan, sepaham,
seagama, dan seterusnya. Berdasarkan arti-arti kebahasaan tadi, maka ukhuwah
dalam konteks bahasa Indonesiamemiliki arti sempit seperti saudara sekandung,
dan arti yang lebih luas yakni hubungan pertalian antara sesama manusia, serta
hubungan kekerabatan yang akrab di antara mereka. Berkenaan dengan itulah, M.
Quraish Shihab menjelaskan definisi ukhuwah secara terminologis sebagai berikut
: Ukhuwah pada mulanya berarti “persamaan dan keserasian dalam banyak hal”.
Karenanya, persamaan dalam keturunan mengakibatkan persaudaraan, persamaan
dalam sifat-sifat juga mengakibatkan persaudaraan.

Dalam kamus-kamus bahasa, ditemukan bahwa kata akhjuga digunakan dalam


arti teman akrab atau sahabat. Ukhuwah diartikan sebagai setiap persamaan dan
keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan dari segi ibu, bapak, atau
keduanya, maupun dari persusuan, juga mencakup persamaan salah satu dari
unsur seperti suku, agama, profesi, dan perasaan.

Selanjutnya dalam konteks masyarakat muslim, berkembanglah istilah


ukhuwwah Islamiyyah yang artinya persaudaraan antarsesama muslim, atau
persaudaraan yang dijalin oleh sesama umat Islam. Namun M. Quraish Shihab
lebih lanjut menyatakan bahwa istilah dan pemahaman seperti ini kurang tepat.
Menurutnya, kata Islamiah yang dirangkaikan dengan kata ukhuwah lebih tepat
dipahami sebagai adjektiva, sehingga ukhuwah Islamiah berarti "persaudaraan
yang bersifat Islami atau persaudaraan yang diajarkan oleh Islam". Pemahaman
yang dikemukakan M. Quraish Shihab kelihatannya dapat dibenarkandan perlu
dimasyarakatkan, karena dalam pandangan Al-Qur‟an sendiri ditemukan banyak
macam persaudaraan yang bersifat Islami.

Demikian pula dalam hadis-hadis ditemukan banyak jenis persaudaraan,


seperti persaudaraan yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw ketika
membangun negara Madinah, ada yang disebut persaudaraan kemasyarakatan,

13
kebangsaan, persaudaraan antara muslim dan muslim serta selainnya. Jenis-jenis
persaudaraan ini akan diuraikan lebih lanjut dalam pembahasan mendatang
setelah diurai redaksi ayat-ayat tentang ukhuwah dalam Al-Qur‟an.

Dalam diskursus perkembangan dunia, meningkatnya teknologi informasi dan


transportasi membuat alam jagat raya saat ini menjadi desa buana meminjam
istilah Nurcholish Madjid (global village). Manusia terlihat lebih intim dan
mendalam untuk mengenal antara yang satu dengan lain, namun sekaligus juga
lebih mudah tersulut pada konteks yang provokatif. Tiap-tiap masyarakat
mempunyai struktur yang terdiri dari elemen-elemen yang relatif kokoh yang
berintegrasi antara yang satu dengan yang lain dengan baik.

Pada dasarnya tiap individu dalam sebuah masyarakat dapat saling bekerja
sama dan saling melengkapi. Mereka pun diharapkan dapat mengaktualisasikan
tugas sesuai fungsinya masing-masing, sehingga sistem yang dibangun akan
berjalan dengan baik, sekalipun terdapat perubahan-perubahan karena adanya
tuntutan dari sebuah sistem sosial agar bisa semakin baik dan sempurna.
Berangkat dari hal tersebut, hubungan antar umat beragama dalam perspektif teori
struktural-fungsional adalah wujud harmoni dan kedamaian dalam sebuah
masyarakat. Semua pemeluk agama dalam kehidupan masyarakat akan dapat
berjalan sesuai dengan fungsinya.

Apabila fungsi tersebut berjalan sesuai dengan kesadaran dan tugasnya, maka
agama tidak lagi dipahami sebagai sebuah keimanan dan kepercayaan semata,
tetapi juga dijadikan sebagai way of life dan kebutuhan asasi manusia. Di sinilah
agama berfungsi sebagai penyelamat bagi masyarakat, karena nilai-nilai dalam
agama menjadi sebuah penghayatan dan kedamaian bagi mereka.

14
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan 2 metode penelitian, yaitu
library research dan literatur review. Studi kepustakaan (library research) adalah
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitiannya. Ia merupakan suatu
penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data
penelitiannya. Sedangkan literatur review adalah sebuah metode yang sistematis,
eksplisit dan reprodusibel untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis
terhadap karya-karya hasil penelitian dan hasil pemikiran yang sudah dihasilkan
oleh para peneliti dan praktisi.

15
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
Salah satu ajaran penting yang banyak disampaikan al-Qur‟an adalah tentang
ukhuwah yangbahasa Indonesia dikenal dengan istilah ajaran persaudaraan.
Prinsip ukhuwah yang terdapat dalam al-Qur‟an telah dipraktekkan sejak al-
Qur‟an itu diturunkan, dan tampak sekali hasilnya ketika nabi Muhammad saw
membangun negara Madinah yang ditandai dengan ketetapan Piagam Madinah.

Berkenaan dengan inilah, dipahami bahwa ukhuwah bagi setiap manusia harus
terjalin dengan baik, dan dengan ukhuwah tersebut dapat mempersatukan mereka,
serta menjadikan hidup mereka toleran antara sesama, toleran antara sesama
muslim demikian pula toleran antara muslin dan nonmuslim. Suatu umat, bangsa,
dan negara tidak akan berdiri dengan tegak bila di dalamnya tidak terdapat
persaudaraan. Persaudaraan ini tidak akan terwujud tanpa saling bekerjasama dan
saling mencintai di antara sesama.

Setiap jamaah yang tidak diikat dengan tali persaudaraan, tidak mungkin
bersatu dalam satu prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Berkenaan dengan apa
yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan ukhuwah sangat penting dalam
kehidupan. Sejalan dengan itu, maka tentu sangat penting pula untuk dikaji lebih
lanjut konsep ukhuwah yang terdapat dalam ayat-ayat Alquran. Ukhuwah dapat
dimaknai sebagai konsep yang mengajarkan bahwa setiap orang yang bersaudara
mengharuskan ada perhatian di antara mereka. Secara umum, ukhuwah dibedakan
menjadi tiga, yakni Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Insaniyah, dan Ukhuwah
Wathaniyah.

1.2 Pembahasan
Pada konsep ukhuwah Islamiyah, seseorang merasa saling bersaudara satu
sama lain karena sama-sama memeluk agama Islam. Umat Islam yang
dimaksudkan bisa berada di belahan dunia mana pun. Dalam konsep ukhuwah

16
wathaniyah, seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan
bagian dari bangsa yang satu, misalnya bangsa Indonesia. Ukhuwah model ini
tidak dibatasi oleh sekat-sekat primordial seperti agama, suku, jenis kelamin, dan
sebagainya. Adapun, dalam konsep ukhuwah insaniyah, seseorang merasa saling
bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari umat manusia yang satu
yang menyebar di berbagai penjuru dunia.

Dalam konteks ini, semua umat manusia sama-sama merupakan makhluk


ciptaan Tuhan. Hampir sama dengan ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariyah
juga tidak dibatasi oleh baju luar dan sekat-sekat primordial seperti agama, suku,
ras, bahasa, jenis kelamin, dan sebagainya. Menurut hemat saya, ukhuwah
basyariyah merupakan level ukhuwah yang tertinggi dan mengatasi dua ukhuwah
lainnya: Islamiyah dan wathaniyah. Artinya, setelah menapaki ukhuwah
Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah, sudah sepatutnya seseorang menggapai
ukhuwah yang lebih tinggi, lebih mendalam, dan lebih mendasar, yaitu ukhuwah
basyariyah.

Dengan semangat ukhuwah basyariyah, seseorang melihat orang lain terutama


sebagai sesama manusia, bukan apa agamanya, sukunya, bangsanya,
golongannya, identitasnya, dan baju-baju luar lainnya. Kita mau menolong
seseorang yang membutuhkan pertolongan bukan karena dia seagama, sesuku,
atau sebangsa dengan kita misalnya, melainkan karena memang dia seorang
manusia yang berada dalam kesulitan dan sudah seharusnya kita tolong, apa pun
agama dan sukunya.

Dalam ukhuwah basyariyah, seseorang merasa menjadi bagian dari umat


manusia yang satu: jika seorang manusia “dilukai”, maka lukalah seluruh umat
manusia. Hal ini sesuai dengan pesan Alquran dalam surah Al-Mâ’idah [5] Ayat
32: barang siapa membunuh seorang manusia tanpa alasan yang kuat, maka dia
bagaikan telah membunuh seluruh umat manusia. Sebaliknya, barang siapa
menolong seseorang, maka ia telah menolong seluruh manusia.

17
Betapa sangat indah, kuat, dan mendalamnya pesan yang disampaikan ayat
Alquran di atas. Kemudian, apakah ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah
wathaniyah--yang masih mempertimbangkan dan mementingkan identitas formal
dan baju luar seseorang--lantas tidak diperlukan lagi? Tentu saja keduanya masih
dibutuhkan. Tetapi, seseorang perlu berhati-hati, jangan sampai ukhuwah
Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah yang diekspresikannya terjatuh pada apa
yang bisa diistilahkan sebagai “fanatisme” (juga “nasionalisme”) yang sempit dan
picik.

Dalam konteks itu, misalnya, seseorang mau menolong dan mau berteman
dengan orang lain karena faktor agamanya dan kebangsaannya belaka. Seseorang
yang beragama Islam hanya mau “bersentuhan” dengan seseorang yang beragama
Islam juga. Atau lebih sempit lagi hanya mau “bersentuhan” dengan seseorang
yang sealiran/semazhab dan segolongan belaka. Seseorang juga hanya mau
“bersentuhan” dan bekerja sama dengan seseorang yang secara formal
diidentifikasi sebagai bangsa Indonesia.

Ukhuwah wathaniyah yang sempit juga bisa terjatuh pada apologi dan
pembelaan seseorang yang tidak proporsional bagi bangsanya. Padahal, kalau
bangsa kita salah dan berbuat jahat (misalnya mangagresi dan menjajah negara
lain), maka menjadi kewajiban dari warganyalah untuk mengkritik, menyalahkan,
dan meluruskannya. Meskipun agama, mazhab, dan kebangsaannya sama dengan
kita, jika seseorang berbuat salah dan zalim, harus kita kritik dan tunjukkan
kesalahannya secara lugas, jujur, dan tegas.

Dalam kasus lain, kadang ada ukhuwah Islamiyah yang dipahami secara
sempit dan picik yang lantas menggerakkan seseorang untuk menempatkan para
pemeluk agama di luar Islam sebagai saingan bahkan musuh yang layak diserang
dan dibinasakan. Ukhuwah Islamiyah yang seperti ini tentu saja kontraproduktif
karena diekspresikan secara fanatik dan dogmatik.

18
Sebagaimana kita simak dalam lembar-lembar sejarah umat manusia,
fanatisme dan dogmatisme atas nama apa pun (misalnya atas nama “agama” dan
”ideologi” tertentu) bisa sangat membahayakan karena memunculkan kekerasan
dan destruktivitas. Yang terpenting dalam kehidupan seseorang bukanlah identitas
formal semisal agama, suku, bangsa, dan seterusnya, melainkan apa yang
dilakukannya. Hal yang dilakukan seseorang ini secara sederhana mungkin bisa
diidentifikasi sebagai moralitas dan tindakan sosialnya.

Seseorang (meskipun agama, keyakinan, suku, dan bangsanya sama dengan


kita) sudah sepatutnya kita ingatkan, kita kritik, bahkan kita lawan jika apa yang
diperbuatnya merugikan, menindas, dan menggerus hak orang lain. Dalam bahasa
yang lain, apa yang merugikan, menindas, dan menggerus hak orang lain itu bisa
diistilahkan sebagai tindakan jahat dan kriminal.

Lawan kita bukanlah orang yang beragama lain, melainkan orang yang
bertindak zalim dan tidak adil, apa pun agamanya. Orang kafir, menurut
cendekiawan Muslim bereputasi internasional Asghar Ali Engineer, bukanlah
orang yang tidak beragama Islam, melainkan orang yang melakukan kezaliman,
diskriminasi, penindasan, ketidakadilan, korupsi, dan semacamnya, apa pun
agamanya.

Dengan semangat ukhuwah basyariyah/insaniyah, marilah kita tebarkan


semangat “bersaudara” antarsesama manusia untuk mewujudkan kehidupan yang
semakin baik, indah, adil, dan maslahah. Hadis Nabi yang diriwayatkan Bukhari
dan Muslim mengatakan,“Tidaklah beriman seseorang dari kamu sehingga dia
mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.” Kata “saudara”
dalam hadis di atas bukanlah sekadar sesama Muslim, melainkan sesama umat
manusia.

19
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Islam mengenal konsep persaudaraan yang dikenal dengan ukhuwah. Secara
bahasa, ukhuwah berasal dari kata akha yang makna dasarnya berarti “memberi
perhatian”. Arti akha kemudian berkembang menjadi saudara atau kawan. Karena
adanya arti dasar "memperhatikan", maka ukhuwah dapat dimaknai sebagai
konsep yang mengajarkan bahwa setiap orang yang bersaudara mengharuskan ada
perhatian di antara mereka.

Secara umum, ukhuwah dibedakan menjadi tiga, yakni Ukhuwah Islamiyah,


Ukhuwah Insaniyah, dan Ukhuwah Wathaniyah. Ukhuwwah islâmiyyah
mengandung arti persaudaraan yang bersifat keislaman atau persaudaraan antar
sesama pemeluk Islam. Konsep ini mengajarkan bahwa setiap muslim merupakan
saudara bagi muslim lainnya.

Wathan artinya tanah air, tempat kelahiran, tanah tumpah darah, atau
kampung halaman. Sehingga ukhuwah wathaniyah yakni saudara dalam arti
sebangsa walaupun tidak seagama atau satu suku. Insan berarti manusia. Maka,
ukhuwah insâniyah merupakan persaudaraan yang cakupannya lebih luas, yaitu
antarsesama umat manusia di seluruh dunia.

1.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung
jawabkan.

20
DAFTAR PUSTAKA
News. 2020. Pengertian Ukhuwah Islamiyah, Wathaniyah, dan Insaniyah dalam
Islam. Jakarta. Barita Hari Ini. https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-
ukhuwah-islamiyah-wathaniyah-dan-insaniyah-dalam-islam-1uP0i8GeyI6/full

AB. 2014. 3 Konsep Persaudaraan. Majalengka. Berita Satu.


https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjD
kNTCmoT0AhV0uksFHePsCTgQFnoECAMQAQ&url=https%3A%2F
%2Fwww.beritasatu.com%2Farchive%2F195510%2F3-konsep-
persaudaraan&usg=AOvVaw2SwM_HBpGPc959M4uz1-JL

Indina Arbani Rahma. 2021. Ukhuwah Artinya Persaudaraan dan 4 Asasnya dalam
Islam. Jakarta. Detikedu. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5731755/ukhuwah-artinya-persaudaraan-dan-4-asasnya-dalam-islam

Sasongko Agung. 2018. Memahami Ukhuwah. Jakarta. Republika.co.id.


https://www.republika.co.id/berita/pdqvzu313/memahami-ukhuwah

21
22

Anda mungkin juga menyukai