Anda di halaman 1dari 6

LINGUISTIK KOGNITIF

A. Sejarah Linguistik Kognitif

Linguistik Kognitif merupakan kajian yang relatif baru. Kajian yang muncul
pada akhir 1970-an dan mulai berkembang pada tahun 1980-an ini mencoba keluar
dari dominasi pendekatan formal dalam studi kebahasaan saat itu. Gelombang
perkembangan Linguistik Kognitif saat ini masih berpusat di Amerika dan bagian
tengah Eropa. Barulah pada tahun 1990-an Kajian Linguistik Kognitif mulai meluas
ke wilayah selatan Eropa hingga Asia. Pada 1989, lembaga dengan nama
International Cognitive Linguistics Association (ICLA) mengelar konferensi yang
pertama di Duisburg, Jerman. Momentum itu kemudian ditandai sebagai
“kelahiran Linguistik Kognitif sebagai gerakan intelektual seluruh dunia†. (MA
2015)

Lahirnya lingustik kognitif dipengaruhi oleh berkembangnya kajian kognisi–


mengenai memori, persepsi, atensi, dan kategorisasi - saat itu khususnya
psikologikognitif. Linguistik kognitif berfokus pada studi mengenai hubungan
antara bahasa (language), minda (mind), dan pengalaman sosio-fisik (socio-
physicalexperience). (Magriby n.d.)

Linguistik Kognitif sendiri sejatinya bukan merupakan teori tunggal. Teori ini
berupaya merangkai kembali temuan dari teori-teori yang ada melalui komitmen
generalisasi (Generalisation Commitment) dan komitmen kognitif (Cognitive
Commitment) serta sejumlah dalil. Kareakteristik Linguistik Kognitif tersebut dirasa
bisa mendorong analisis kebahasaan dapat lebih mendalam dan menyeluruh.
Beberapa linguis kenamaan memperkirakan kajian ini akan menjadi tren
kedepannya. (MA 2015)
B. Tokoh Linguistik Kognitif

Beberapa tokoh yang dianggap membidani lahirnya Linguistik Kognitif adalah


Gilles Fauconner, Charles Fillmore, George Lakoff, Eleanor Rosch, Leonard Talmy,
dan Ronald Langacker. (MA 2015)

Langacker dan Lakkof menyampaikan bahwa bahasa mengungkapkan


representasi mental atau ide-ide yang koheren apa pun namanya. Lakkof pernah
menggunakan istilah “experiential gestalt”, lalu mengajukan istilah “Idealized
Cognitive Models”(ICMs), yang didefinisikan sebagai “ suatu gestalt yang
terstruktur secara utuh dan kompleks, yang menerapkan empat prinsip strukrurisasi
—struktur proposisional, struktur pencitraan skematik, pemetaan metaforis, dan
pemetaan metonimik. Dengan demikian, teori representasi Gardner sejalan dengan
teori linguistik kognitif yang disampaikan Lakkof dan Langacker. Mereka berfokus
pada reprsentasi imajinatif yang koheren dan terstruktur. (Linguistik Kognitif 2008)

Lakoff (1990 dalam Evans, Bergan, & Zinken, 2007: 4) menjelaskan bahwa
linguistik kognitif memiliki sejumlah komitmen kunci. Evans & Green(2006:27-48)
membagi komitmen tersebut menjadi komitmen generalisasi (Generalisation
Commitment) dan komitmen kognitif (Cognitive Commitment ). Keduanya menjadi
penentu teori dan model analisis dalam presepektif linguistik kognitif.

Komitmen generalisasi didasarkan pada asumsi bahwa bahasa merefleksikan


mekanisme dan proses kognitif secara umum. Komitmen tersebut
merumuskan karakter atas prinsip yang berlaku pada seluruh aspek bahasa. Untuk
itu, menurut Evans (2007: 88), komitmen generalisasi mendorong linguistik kognitif
untuk mengkaji prinsip-prinsip pengorganisasian umum (general organising
principles) yang terjadi pada sistem bahasa yang berbeda (fonologi, sintaksis,
semantik, dan sebagainya). Evans & Green (2006:28 — 39) menyebut prinsip
pengorganisasian umum tersebut meliputi mekanisme konseptual seperti (i)
kategorisasi: misalnya konstruksi diminuitif (morfologi), kelas gramatikal (sintaksis),
fitur pembeda (fonologi), (ii) polisemi yang muncul pada struktur leksikon,
morfologis, dan sintaksis, dan (iii) metafora yang muncul pada tataran leksikon dan
sintaksis termasuk mekanisme konseptual seperti metafora, pemaduan konseptual,
dan fenomena polisemi. Komiten ini sekaligus mencoba keluar dari pandangan
linguistik formal yang cenderung memisahkan kajian linguistik berdasarkan aspek
cakupannya, seperti fonologi (bunyi) terpisah dengan morfologi (struktur kata)
dalam model analisisnya dan seterusnya.

Komitmen kognitif — sebagai definisi dari linguistik kognitif itu sendiri –juga
menolak pendekatan modular (modular approach) pada bahasa dan minda dalam
linguistik formal. Komitmen kognitif merepresentasikan pandangan bahwa prinsip
prinsip struktur linguistik harus merefleksikan kognisi manusia dari disiplin ilmu
lainnya, khususnya ilmu sains kognitif (filsafat, psikologi, artificial intelligence, dan
neuroscience) (Evans, 2007: 19). Dengan kata lain, komitmen kognitif melihat
bahasa dan pengorganisasian linguistik harus mencerminkan prinsip kognitif
umum dari prinsip kognitif spesifik menjadi milik bahasa. Lakoff (1990 dalam
Evans, Bergan, & Zinken, 2007: 4) menjelaskan bahwa komitmen kognitif
menjadikan linguistik kognitif menjadi kognitif dan pendekatan dalam kajian ini
menjadi interdisipliner. Penelitian ini dilakukan dalam naungan sejumlah komitmen
dan prinsip dalam Linguistik Kognitif yang ada. (Magriby n.d.)

C. Konsep Linguistik Kognitif

Salah satu pendekatan dalam linguistik kognitif adalah konsep koneksi dan
paralel. Dalam konsep ini, pikiran dipandang sebagai jaringan neuron yang
semuanya terlibat dalam interaksi resiprokal melalui koneksi-koneksi dengan neuron
dan lapisan neuron sekitarnya. Keadaan mental tertentu merupakan suatu konfigurasi
global yang memiliki fungsi membentuk pola-pola baru atau bentukan lingkungan,
termasuk proses persepsi langsung. Karena makna didefinisikan sebagai keadaan
mental secara global dari jaringan (konsep koneksi), bukan kombinasi simbol, maka
ada kesulitan sehubungan dengan proses simbolik seperti yang terjadi dalam
berbahasa. Solusinya adalah memandang simbol sebagai”properti yang lebih tinggi
“ yang diejawantahkan melalui sistem yang mendasarinya. Dengan demikian,
makna dan simbol bersifat relatif terhadap tingkat global pikiran. Makna simbol
akan ditetapkan pada tingkat bisa memenuhi keadaan jaringan neural, namun karena
jaringan neural mengalami perubahan terus-menerus, maka tak ada dua penggunaan
simbol yang identik secara tegas. (Linguistik Kognitif 2008)

D. Pengaruh Linguistik Kognitif

Linguistik kognitif berhasil memadukan berbagai cabang linguistik konvensial


seperti fonologi, sintaksis, semantik, dan wacana dengan menggunakan seperangkat
prinsip yang sama. Dengan demikian, linguistik kognitif memperlakukan bahasa
tidak sebagai level-level yang kaku ( morfemàleksim àfrase àklausa), namun sebagai
kategori-kategori yang bersambungan secara mulus. Linguistik kognitif
memberikan pendekatan yang bersifat sintetik yang mengakomodasi semua kategori
dalam linguistik.

Linguistik kognitif juga menjelaskan koneksi antara bahasa dan berpikir


( reasoning). Berpikir adalah proses imajinatif berdasar manipulasi mental dari
model-model kognitif yang imagistik serta skema-skema mengenai ruang, daya,
perspektif, tindak sosial, demikian juga logika mekanistik dari postulat verbal,
proposisi formal, dan silogisme ( Lakkof:1988). Dalam arti ini, berpikir tidak
seluruhnya melalui bahasa, namun dilakukan melalui kerangka linguistik.
Karena cara memandang dunia terdiri dari model kognitif dan skema, maka
bahasa dan cara memandang dunia saling mempengaruhi melalui proses berpikir.
Namun demikian berpikir melalui bahasa dalam hubungan sosial bisa ditunjukkan
berdasarkan konsep-konsep non-imagistik, rumusan linguistik atau skema proposisi
sehingga konsep –konsep tersebut bisa dipandang sebagai salah satu kutub yang
paling abstrak dari kontinuum skematik yang memiliki gambaran citraan paling
kongkret dan spesifik pada kutub lainnya.

Linguistik kognitif juga memberi manfaat bagi antropologi untuk kajian bidang
nomenklatur, saling pengaruh antara bahasa dan budaya, serta hubungan antara
bahasa dan berpikir. Topik-topik linguistik tradisional seperti fonologi, morfologi,
sintak, sosiolinguistik, dan wacana bisa dikaji dalam kerangka linguistik kognitif
yang memiliki relevansinya dengan antropologi. (Linguistik Kognitif 2008)
DAFTAR PUSTAKA

“Linguistik Kognitif.” 2008. Multiedu’s Weblog.


https://multiedu.wordpress.com/2008/05/30/linguistik-kognitif/ (November
18, 2019).

MA, Prayuda. 2015. Linguistik Kognitif; Teori dan Praktik: Prayudha, MA. Diandra
Pustaka Indonesia.

Magriby, Prayudha. “POLISEMI PADA VERBA PERSEPTIF LOOK: SEBUAH


KAJIAN LINGUISTIK KOGNITIF.”
https://www.academia.edu/8602993/POLISEMI_PADA_VERBA_PERSEPTI
F_LOOK_SEBUAH_KAJIAN_LINGUISTIK_KOGNITIF (November 17,
2019).

Anda mungkin juga menyukai