K - 6 L. Kognitif
K - 6 L. Kognitif
Linguistik Kognitif merupakan kajian yang relatif baru. Kajian yang muncul
pada akhir 1970-an dan mulai berkembang pada tahun 1980-an ini mencoba keluar
dari dominasi pendekatan formal dalam studi kebahasaan saat itu. Gelombang
perkembangan Linguistik Kognitif saat ini masih berpusat di Amerika dan bagian
tengah Eropa. Barulah pada tahun 1990-an Kajian Linguistik Kognitif mulai meluas
ke wilayah selatan Eropa hingga Asia. Pada 1989, lembaga dengan nama
International Cognitive Linguistics Association (ICLA) mengelar konferensi yang
pertama di Duisburg, Jerman. Momentum itu kemudian ditandai sebagai
“kelahiran Linguistik Kognitif sebagai gerakan intelektual seluruh dunia†. (MA
2015)
Linguistik Kognitif sendiri sejatinya bukan merupakan teori tunggal. Teori ini
berupaya merangkai kembali temuan dari teori-teori yang ada melalui komitmen
generalisasi (Generalisation Commitment) dan komitmen kognitif (Cognitive
Commitment) serta sejumlah dalil. Kareakteristik Linguistik Kognitif tersebut dirasa
bisa mendorong analisis kebahasaan dapat lebih mendalam dan menyeluruh.
Beberapa linguis kenamaan memperkirakan kajian ini akan menjadi tren
kedepannya. (MA 2015)
B. Tokoh Linguistik Kognitif
Lakoff (1990 dalam Evans, Bergan, & Zinken, 2007: 4) menjelaskan bahwa
linguistik kognitif memiliki sejumlah komitmen kunci. Evans & Green(2006:27-48)
membagi komitmen tersebut menjadi komitmen generalisasi (Generalisation
Commitment) dan komitmen kognitif (Cognitive Commitment ). Keduanya menjadi
penentu teori dan model analisis dalam presepektif linguistik kognitif.
Komitmen kognitif — sebagai definisi dari linguistik kognitif itu sendiri –juga
menolak pendekatan modular (modular approach) pada bahasa dan minda dalam
linguistik formal. Komitmen kognitif merepresentasikan pandangan bahwa prinsip
prinsip struktur linguistik harus merefleksikan kognisi manusia dari disiplin ilmu
lainnya, khususnya ilmu sains kognitif (filsafat, psikologi, artificial intelligence, dan
neuroscience) (Evans, 2007: 19). Dengan kata lain, komitmen kognitif melihat
bahasa dan pengorganisasian linguistik harus mencerminkan prinsip kognitif
umum dari prinsip kognitif spesifik menjadi milik bahasa. Lakoff (1990 dalam
Evans, Bergan, & Zinken, 2007: 4) menjelaskan bahwa komitmen kognitif
menjadikan linguistik kognitif menjadi kognitif dan pendekatan dalam kajian ini
menjadi interdisipliner. Penelitian ini dilakukan dalam naungan sejumlah komitmen
dan prinsip dalam Linguistik Kognitif yang ada. (Magriby n.d.)
Salah satu pendekatan dalam linguistik kognitif adalah konsep koneksi dan
paralel. Dalam konsep ini, pikiran dipandang sebagai jaringan neuron yang
semuanya terlibat dalam interaksi resiprokal melalui koneksi-koneksi dengan neuron
dan lapisan neuron sekitarnya. Keadaan mental tertentu merupakan suatu konfigurasi
global yang memiliki fungsi membentuk pola-pola baru atau bentukan lingkungan,
termasuk proses persepsi langsung. Karena makna didefinisikan sebagai keadaan
mental secara global dari jaringan (konsep koneksi), bukan kombinasi simbol, maka
ada kesulitan sehubungan dengan proses simbolik seperti yang terjadi dalam
berbahasa. Solusinya adalah memandang simbol sebagai”properti yang lebih tinggi
“ yang diejawantahkan melalui sistem yang mendasarinya. Dengan demikian,
makna dan simbol bersifat relatif terhadap tingkat global pikiran. Makna simbol
akan ditetapkan pada tingkat bisa memenuhi keadaan jaringan neural, namun karena
jaringan neural mengalami perubahan terus-menerus, maka tak ada dua penggunaan
simbol yang identik secara tegas. (Linguistik Kognitif 2008)
Linguistik kognitif juga memberi manfaat bagi antropologi untuk kajian bidang
nomenklatur, saling pengaruh antara bahasa dan budaya, serta hubungan antara
bahasa dan berpikir. Topik-topik linguistik tradisional seperti fonologi, morfologi,
sintak, sosiolinguistik, dan wacana bisa dikaji dalam kerangka linguistik kognitif
yang memiliki relevansinya dengan antropologi. (Linguistik Kognitif 2008)
DAFTAR PUSTAKA
MA, Prayuda. 2015. Linguistik Kognitif; Teori dan Praktik: Prayudha, MA. Diandra
Pustaka Indonesia.