Anda di halaman 1dari 28

Program Pengembangan Mutu dan Relevansi Program Studi

Halaman Sampul

Modul Pembelajaran Matakuliah Teori Bilangan Kode Matakuliah : 146H1103

Oleh: Nur Erawaty, Loeky Haryanto, Syamsuddin Toaha

Dibiayai oleh DIPA Universitas Hasanuddin Tahun 2009 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaann Pekerjaan Modul Pembelajaran Fak. MIPA Unhas No. 41/H4-LK.26/SP3-UH/2009 tertanggal 22 Juni 2009

ii Halaman Pengesahan

MODUL PEMBELAJARAN Program Pengembangan Mutu dan Relevansi Program Studi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Tahun 2009

Nama/Kode Matakuliah : Teori Bilangan/146H1103 Nama Lengkap Penulis Utama : Dra. Nur Erawaty, M.Si.

NIP : 132 050 973 Pangkat/Golongan : Penata Muda/III C

Jurusan/Program Studi : Matematika/Matematika Fakultas/Universitas : Fakultas MIPA Jangka Waktu Kegiatan : 15 Mei 31 Juli 2009 Biaya : Rp 3, 500, 000, 00 oleh DIPA Universitas Hasanuddin Tahun 2009

Makassar, 31 Juli.2009

Mengetahui: Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin Dekan

Prof. DR. H.Abd. Wahid Wahab, M.Sc. NIP: 130535950

iii Kata Pengantar

Teori Bilangan adalah salah satu dari beberapa cabang matematika klasik yang sudah lama dipelajari dan dikembangkan oleh banyak matematikawan. Pada awalnya teori bilangan dipelajari dan dikembangkan sebagai kesenangan dan pemenuhan rasa ingin tahu belaka, tetapi saat ini beberapa cabang dari teori bilangan telah mendapatkan tempat sebagai alat dari teknologi modern, misalnya dalam konstruksi kriptografi RSA. Seperti halnya berbagai cabang matematika yang lain, konsep teori bilangan semakin terlihat kaitannya dengan berbagai teori di cabang matematika yang lain. Fakta ini diperkuat dengan terbuktinya Teorema Terakhir Fermat secara tak langsung sebagai hasil sampingan dari studi yang sangat dalam terhadap beberapa konsep-konsep matematika yang baru ada dan lahir di abad ke 20, padahal teorema tersebut sudah dipublikasikan sejak tahun 1673 dan dianggap sebagai bagian dari teori bilangan. Lepas dari penerapan modern di masa kini dan kaitannya dengan cabang matematika yang lain, teori bilangan masih didominasi oleh pembuktian-pembuktian matematika. Dalam hal ini, diperlukan kematangan yang cukup bagi pembaca untuk bisa mengerti alur logika yang digunakan dalam pembuktian-pembuktian. Sebagai ilustrasi, pernyataan Teorema 1.15 adalah Jika p membagi ab maka p membagi a atau p membagi b. Tetapi yang dibuktikan dalam pembuktian teorema ini adalah pernyataan yang ekuivalen (berdasarkan logika): Jika p membagi ab dan p tidak membagi a, maka p membagi b. Walaupun banyak pembuktian, materi yang disajikan dalam modul pembelajaran ini masih merupakan materi pengenalan dasar-dasar Teori Bilanga. Meskipun para pembaca dianjurkan untuk mempelajarinya secara berjenjang, tetapi Bab 4 yang bisa langsung dipelajari setelah Bab 1 dan Bab 2, tanpa melalui Bab 3. Modul pembelajaran Teori Bilangan ini dirancang untuk satu semester dan dibuat sebagai bagian dari Program Pengembangan Mutu dan Relevansi Program Studi tahun 2009 pada program studi Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin. Untuk ini, tim penulis mengucapkan banyak terimakasih atas segala bantuan yang diberikan oleh semua pihak, khususnya oleh fakultas MIPA. Makassar, 31 Juli 2009 NE, LH & ST

iv Daftar Isi Halaman Sampul.......................................................................................................... i Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii Kata Pengantar......................................................................................................... iii Daftar Isi....................................................................................................................... iv Bagan Ketergantungan Antar Bab .................................................................. v 1. Keterbagian............................................................................................................. 1 1.1. Pendahuluan............................................................................................................. 1 1.2. Keterbagian .............................................................................................................. 2 1.3. Bilangan Prima....................................................................................................... 13 2. Kongruensi ............................................................................................................ 23 2.1 Kongruensi.............................................................................................................. 23 2.2 Solusi Kongruensi................................................................................................... 30 2.3 Kongruensi Derajat 1 .............................................................................................. 32 2.4 Fungsi Euler (n) .................................................................................................... 38 2.5 Kongruensi Derajat Lebih Tinggi ........................................................................... 41 2.6 Modulo Perpangkatan Bilangan Prima ................................................................... 44 2.7. Kongruensi Modulo Prima..................................................................................... 52 2.8 Kongruensi Derajat Dua, Modulo Prima ................................................................ 56 2.9 Residu Pangkat........................................................................................................ 57 2.10 Teori Bilangan Ditinjau Secara Aljabar................................................................ 62 2.11 Grup Perkalian, Gelanggang dan Lapangan ......................................................... 67 3. Resiprositi Kuadratik ....................................................................................... 73 3.1 Residu Kuadratik .................................................................................................... 73 3.2 Resiprositi Kuadratik .............................................................................................. 78 3.3 Simbol Jacobi.......................................................................................................... 83 4. Beberapa Persamaan Diophantine ............................................................. 89 4.1 Persamaan Diophantine .......................................................................................... 89 4.2 Persamaan ax + by = c ............................................................................................ 90 4.3 Solusi-Solusi Bulat Positif ...................................................................................... 91 4.4 Persamaan Linear Yang Lain.................................................................................. 92 4.5 Persamaan x 2 +y 2 =z 2 ............................................................................................. 93 4.6 Persamaan x

4 +y 4 =z 2 ............................................................................................. 95 4.7 Jumlah Dari Empat Kuadrat.................................................................................... 98 Daftar Pustaka....................................................................................................... 101 Indeks........................................................................................................................... 102

v Bagan Ketergantungan Antar Bab

Bab 1 Keterbagian Bab 2 Kongruensi Bab 3 Resiprositi Kuadratik Bab 4 Beberapa Persamaan Diophantine

1. Keterbagian 1.1. Pendahuluan Bahasan utama dalam teori bilangan adalah tentang bilangan-bilangan bulat positif. Tetapi teori yang terlibat tidak terbatas pada bilangan-bilangan bulat positif, atau bahkan terbatas pada bilangan-bilangan bulat. Mungkin saja suatu hasil tentang bilanganbilangan bulat diperoleh dari teori bilangan-bilangan kompleks atau dari teori turunan suatu fungsi. Teori bilangan berpijak pada hasil-hasil pembuktian dari berbagai ide dan metoda. Dua di antara hasil-hasil ini memerlukan perhatian khusus. Hasil pertama adalah, setiap himpunan tak kosong dari bilangan-bilangan bulat memuat unsur terkecil. Hasil yang kedua adalah induksi matematis. Hasil yang kedua ini merupakan akibat dari hasil yang pertama. Para pembaca dianggap sudah cukup menguasai perumusan berbagai pernyataan matematis. Sebagai contoh, para pembaca sudah mengetahui bahwa untuk setiap pasang pernyataan matematis A dan B, pernyataan-pernyataan matematis berikut ekuivalen: Jika A maka B, Dari A diturunkan B, Jika A benar, maka B benar A adalah syarat cukup untuk B B adalah syarat perlu untuk A. Semua pernyataan ini lazim ditulis dengan lambang A B. Jika dari A bisa diturunkan B dan dari B bisa diturunkan A, kita mengatakan A adalah syarat cukup dan perlu untuk B dan hal ini lazim ditulis dengan lambang A B dan diucapkan A jika dan hanya jika B. Demikian pula, kata jika dalam suatu definisi - seperti dalam Definisi 1.1 di bagian mendatang - seringkali bermakna jika dan hanya jika (disingkat jhj).

2 Lebih jauh, banyak pernyataan matematis yang bisa dinyatakan dengan lambanglambang baku. Sebagai contoh, karena Z adalah lambang baku untuk himpunan semua bilangan-bilangan bulat, pernyataan matematis z adalah bilangan bulat bisa dinyatakan secara singkat dengan lambang z Z. Demikian pula, beberapa pernyatan baku terkait dengan Q (himpunan semua bilangan rasional) dan R (himpunan semua bilangan real). 1.2. Keterbagian Definisi 1.1 Bilangan b Z habis dibagi bilangan bulat a 0, ditulis a|b; jika terdapat bilangan x Z sedemikian rupa sehingga b = ax. Ungkapan lain untuk menyatakan a|b adalah a habis membagi b, a adalah pembagi b dan b adalah kelipatan a. Jika a tidak membagi b, yaitu jika pernyataan a|b adalah salah, kita menulis a b. Perhatikan, untuk setiap bilangan bulat a berlaku a|0. Teorema 1.1 Jika a, b, c Z, maka pernyataan-pernyataan berikut berlaku. (1) a|b a|bc. (2) a|b & b|c a|c. (3) a|b & a|c a|(bx + cy), untuk setiap x, y Z. (4) a|b & b|a a = b. (5)

a|b & a > 0 & b > 0 a b. Bukti. Langsung diperoleh dari definisi keterbagian. Sifat (3) dalam teorema di atas bisa diperluas ke pernyataan

3 Apabila a, b 1 ,b 2 , , b n Z dan a|b 1 & a|b 2 & & a|b n , maka untuk sembarang x 1 ,x 2 , , x n Z berlaku a| 1 n ii i bx = , Demikian pula, sifat (2) masih bisa diperluas dengan cara yang serupa. Teorema 1.2 (Teorema Algoritma Pembagian) Untuk setiap pasangan a, b Z dengan a > 0, terdapat pasangan q, r Z dengan b = qa + r dan 0 r < a. Jika a b, maka r memenuhi ketaksamaan murni 0 < r < a. Bukti. Perhatikan barisan aritmatika tak hingga dengan bilangan pembeda a > 0 berikut ,

b 3a, b 2a, b a, b, b + a, b + 2a, b + 3a, . (1.1) Misalkan r adalah bilangan tak negatif terkecil di antara bilangan-bilangan bulat dalam barisan di atas. Dalam kasus a|b, salah satu di antara bilangan-bilangan tersebut adalah 0 sehingga dalam kasus ini jelas r = 0. Dalam kasus a b, setiap bilangan dalam barisan tak ada yang sama dengan 0. Jadi r > 0. Lebih jauh, terdapat suatu bilangan bulat k sehingga r = b + ka. Karena r adalah bilangan bulat positif terkecil dalam barisan tersebut, setelah dikurangi a, hasilnya adalah bilangan negatif r a = b + (k 1)a < 0. Ini berarti r < a. Jadi terbukti: dalam kasus a|b, r = 0 sedangkan dalam kasus a b berlaku 0 < r < a.

Teorema 1.2 di atas mensyaratkan a > 0, walaupun sebenarnya syarat tersebut bisa diperlemah dan teorema bisa diperluas sebagai berikut: Untuk setiap a, b Z dengan a 0, terdapat sepasang bilangan bulat q dan r yang memenuhi b = qa + r dengan 0 r < |a|. Teorema 1.2 sering disebut Teorema Algoritma Pembagian walaupun teorema tersebut memuat kata terdapat q, r Z yang memberi kesan bahwa Teorema 1.2 adalah teorema klaim keberadaan, bukan algoritma. Walaupun demikian Teorema 1.2, r = b + ka b + (k 1)a b + (k + 1)a 0 a r Ilustrasi Pembuktian Dalam Kasus a b r a

r+a a

4 membuka rintisan sebuah algoritma untuk mendapatkan bilangan q, r Z dengan hanya menggunakan sebagian yang diperlukan (bagian tak negatif) dari barisan tak hingga (1.1). Dalam definisi berikut, digunakan notasi Z + untuk melambangkan himpunan semua bilangan-bilangan bulat positif (yang sering disebut bilangan-bilangan asli dan diberi lambang N). Definisi 1.2 Suatu bilangan a Z + disebut pembagi persekutuan dari b dan c jika a|b dan a|c. Lebih jauh jika b 0 atau c 0 dan untuk setiap pembagi persekutuan a yang membagi b dan c berlaku a a, maka a disebut pembagi persekutuan terbesar 1) dari b dan c. Pembagi persekutuan terbesar dari b dan c dilambangkan ( b, c). Definisi pembagi persekutuan terbesar dari dua bilangan bulat secara alamiah bisa diperluas ke lebih dari dua bilangan bulat. Pembagi persekutuan terbesar dari n bilangan bulat b 1 , b 2 , , b n dilambangkan ( b 1

, b 2 , , b n ). Berdasarkan definisi, setiap bilangan bulat membagi bilangan 0. Jadi ada tak hingga faktor dari 0. Tetapi hanya ada sebanyak hingga faktor dari bilangan bulat tak nol. Jadi jika b 0 atau c 0 maka hanya ada sebanyak hingga pembagi persekutuan yang berbeda dari b dan c. Perhatikan, jika a|b dan a|c, maka a|b dan a|c. Karena fakta ini, kita memilih bilangan positif ( b, c) sebagai pembagi persekutuan terbesar dari b dan c. Contoh 1.1 Karena 15|300 dan 15|225, 15 adalah pembagi persekutuan dari 300 dan 225. Demikian pula, 15|300 dan 15|225. Tetapi 15 (300, 225). Sesungguhnya, 75 = (300, 225). 1) Di Indonesia, sekolah-sekolah tingkat menengah ke bawah menggunakan istilah faktor pembagi terbesar b dan c yang disingkat FPB(b, c) walaupun istilah faktor memiliki makna agak berbeda dengan istilah pembagi.

5 Teorema 1.3 Jika g = (b, c), maka terdapat bilangan bulat x 0 dan y 0 sedemikian rupa sehingga g = bx 0 + cy 0 . Bukti. Pandang himpunan H = {bx + cy Z | x, y Z} yang berisi bilangan-bilangan bulat positif dan negatif. Pilih x 0 , y 0 Z sedemikian rupa sehingga l = bx 0 + cy 0 adalah bilangan positif terkecil dalam H. Pertama kali dibuktikan bahwa l adalah pembagi persekutuan b dan c. Dalam hal ini, hanya dibuktikan l|b (sebab pembuktian l|c dikerjakan dengan cara yang analog). Andaikan l b. Menurut bagian kedua dari Teorema 1.2, terdapat bilangan q, r Z dengan b = lq + r dan 0 < r < l. Jadi

r=b lq = b (bx 0 + cy 0 ) q = b(1 qx 0 )+ c( qy 0 ) dan ini membuktikan r H dengan 0 < r < l. Hal ini kontradiksi dengan ketentuan bahwa l adalah bilangan positif terkecil dalam H. Karena timbul kontradiksi, pengandaian l b harus diingkari menjadi l |b. Karena g = (b, c), terdapat B, C Z sedemikian rupa sehingga b = gB dan c = gC. Sebagai akibatnya, l = bx 0 + cy 0 = g(Bx 0 + Cy 0 ). Jadi g|l sehingga menurut bagian 5 dari Teorema 1.1, g l. Dari lain pihak, karena g = (b, c), l|b dan l|c, disimpulkan l g. Ini berarti g = l = bx 0 + cy

0 . Teorema 1.4 Misalkan g, b, c Z dengan g 0. Ketiga pernyataan berikut ekuivalen: (1) g = (b, c); (2) g adalah bilangan positif terkecil dalam H = {bx + cy Z | x, y Z}; (3) Untuk setiap a Z, jika a|b dan a|c, maka a|g. Bukti. (1) (2) adalah bagian dari bukti Teorema 1.3 sedangkan pembuktian (2) (3) diperoleh dari bagian (3) Teorema 1.1 yang menyatakan jika a|b dan a|c maka a|(bx + cy), di mana x, y Z.

Anda mungkin juga menyukai