Anda di halaman 1dari 43

TEKNIK PEMELIHARAAN JALAN

Pada dasarnya setiap struktur perkerasan jalan akan mengalami proses kerusakan secara progresif sejak jalan pertama kali dibuka untuk lalu lintas.

Sukirman (1999) mengidentifikasikan kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat disebabkan antara lain oleh: lalu lintas, air, material konstruksi perkerasan, iklim, kondisi tanah dasar, dan proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik

Model daur hidup suatu perkerasan jalan


Konstruksi awal 5 Saat perawatan atau rehabilitasi

Indeks kemampuan layanan

2 Range minimum yang diterima yang digunakan secara normal

Lalu lintas (ekivalen dengan gandar atau waktu)

Faktor yang mempengaruhi kinerja perkerasan


Beban kendaraan, setiap penambahan beban kendaraan sebesar 1 Kilogram terhadap jalan akan mengakibatkan kerusakan jalan bertambah 4 kali lipat. Tanah dasar. Material. Karakteristik struktur perkerasan, perbedaan suhu ekstrim akan berpengaruh pada kondisi aspalnya.

Faktor yang mempengaruhi kinerja perkerasan


Metode pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan jalan. Kelembaban tanah, dalam hal ini yang mempengaruhi adalah air tanah, dimana semakin tinggi air tanah maka kerusakan jalan semakin sering terjadi.

Secara garis besar kerusakan jalan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kerusakan struktural yang mencakup kegagalan perkerasan atau kerusakan dari satu atau lebih komponen perkerasan yang mengakibatkan perkerasan tidak dapat lagi menanggung beban lalu lintas, dan Kerusakan fungsional yang mencakup keamanan dan kenyamanan pengguna jalan menjadi terganggu sehingga biaya operasi kendaraan (BOK) menjadi meningkat.

Sukirman (1999) mengidentifikasikan kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat disebabkan antara lain oleh:
Lalu Lintas
peningkatan lalu lintas baik dalam repetisi maupun besarannya.

Air
air hujan system drainase jalan yang tidak baik naiknya air akibat kapilaritas.

Material konstruksi perkerasan


propertisnya sendiri pengolahan yang kurang benar.

Iklim
pada daerah dengan pebedaan suhu yang ekstrim

Kondisi tanah dasar yang tidak stabil


sifat tanah dasarnya yang memang kurang/ tidak stabil, pelaksanaan perbaikan / pemadatan yang kurang baik

Retak halus (hair cracking)


Retak jenis ini biasanya berupa celah dengan lebar kurang dari atau sama dengan 3 mm. Penyebabnya antara lain bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar/ bagian perkerasan dibawah lapis permukaan yang kurang stabil, akibat retak halus ini air dapat meresap kedalam lapis permukaan.

Retak kulit buaya (alligator crack)


Retak jenis ini mempunyai ciri berupa celah dengan lebar lebih besar atau samadengan 3 mm yang saling berangkai membentuk serangkaian kotak kecil yang menyerupai kulit buaya, meresapkan air, dan dapat berkembang menjadi lubang sebagai akibat dari pelepasan butir. Penyebab timbulnya retak kulit buaya ini biasanya adalah karena bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan permukaan, air tanah, dan bagian perkerasan bawah yang kurang stabil.

Retak Pinggir (edge crack)


Retak pinggir, retak memanjang jalan, dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu dan terletak dekat bahu, disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau terjadinya settlement dibawah daerah tersebut. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir.

Retak Sambungan Bahu Perkerasan (edge joint crack)


Retak sambungan bahu perkerasan, retak memanjang, umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan perkerasan. Retak dapat disebabkan kondisi drainase dibawah bahu jalan lebih buruk daripada dibawah perkerasan, terjadinya settlement di bahu jalan, penyusutan material bahu / perkerasan jalan atau akibat lintasan truk/ kendaraan berat di bahu jalan.

Retak Sambungan Jalan (lane joint crack)


Retak ini merupakan retak yang terjadi secara memanjang yang pada dua sambungan lalu lintas. Hal ini disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan dua lajur lalu lintas.

Retak Sambungan Pelebaran Jalan (widening crack)


Retak jenis ini terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran secara memanjang. Hal ini disebabkan oleh perbedaan daya dukung di bawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga disebabkan oleh tidak baiknya ikatan antar sambungan.

Retak Refleksi (reflection crack)


Ciri-ciri Retak Refleksi dapat terjadi secara memanjang, melintang, diagonal, atau membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan retakan di bawahnya. Retak ini dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki dengan baik sebelum pekerjaan overlay, dapat pula terjadi karena gerakan vertikal atau horisontal dibawah lapis tambahan akibat perubahan kadar air pada jenis tanah yang ekspansif.

Retak Susut (shrinkage crack)


Retak yang saling bersambungan membentuk kotakkotak besar dengan sudut tajam. Retak disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan permukaan yang memakai aspal dengan penetrasi rendah, atau perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.

Retak Selip (slippage crack)


Retak yang bentuknya melengkung seperti bulan sabit. Hal ini terjadi disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dandan lapis di bawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu, minyak, air, atau benda non adhesive lainnya, atau akibat tidak diberinya tack coat sebagai bahan pengikat di antara kedua lapisan. Retak selip dapat terjadi akibat terlalu banyaknya pasir dalam campuran lapisan permukaan atau kurang baiknya pemadatan lapis permukaan.

Distorsi (distortion)
Kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Kerusakan jalan ini dibagi beberapa jenis diantaranya:

Alur (ruts)
Alur mempunyai ciri antara lain mangkuk berbentuk alur yang sejajar as jalan dan terjadi pada lintasan roda yang diikuti retak-retak sehingga dapat menampung air yang mengakibatkan mengurangi kenyamanan, membahayakan pemakai jalan. Penyebab alur ini antara lain dikarenakan lapis perkerasan yang kurang padat dan stabilitas yang rendah.

Keriting (corrugation)
Keriting mempunyai bentuk yang melintang atau memanjang dan dapat mengurangi kenyamanan mengemudi. Terjadi karena rendahnya stabilitas campuran yang berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat halus, agregat bulat dan licin, aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi. Keriting juga dapat terjadi jika lalu lintas dibuka sebelum perkerasan mantap.

Amblas (grade depression)


Merupakan kerusakan setempat baik dengan atau tanpa retak yang mempunyai kedalaman umumnya lebih dari 2 cm sehingga dapat menampung air bahkan meresapkan air dan dapat membahayakan pemakai jalan serta dapat berkembang menjadi lubang. Terjadi setempat/ tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Amblas adalah beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan karena tanah dasar mengalami settlement

Sungkur (shoving)
Merupakan kerusakan yang terjadi di tempat kendaraan berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam, terjadi karena stabilitas perkerasan yang rendah dan lalu lintas dibuka ketika perkerasan belum mantap.

Jembul (upheaval)
Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan tanah dasar ekspansip.

Cacat permukaan (Disintegration) dari kerusakan lubang (Lubang) Ciri antara lain berbentuk

mangkok sehingga mampu menampung dan meresapkan air serta mengurangi kenyamanan bahkan sampai membahayakan pengguna jalan. Jika tidak segera diperbaiki dapat berkembang menjadi lubang yang semakin dalam. Beberapa penyebab dari kerusakan lubang yaitu aspal yang kurang, butir halus yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, agregat pengunci yang kurang, drainase buruk, dan lapis permukaan terlalu tipis.

Pelepasan butir (raveling)


Pelepasan butir biasanya terjadi pada area yang luas dengan ciri permukaan kasar dan dapat berkembang menjadi lubang. Selain dari itu pelepasan butir mampu menampung dan meresapkan air sehingga akan mengurangi kenyamanan dan bahkan dapat membahayakan pemakai jalan. Pelepasan butir terjadi karena pemadatan yang kurang, agregat yang kotor atau lunak, aspal yang kurang, serta pemanasan campuran yang terlalu tinggi.

Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping)


Disebabkan oleh kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di bawahnya, atau terlalu tipisnya lapis permukaan.

Pengausan (polished aggregate)


Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin.

Kegemukan (bleeding/ flushing)


Kegemukan biasanya terjadi pada area luas yang ditandai dengan permukaan licin sehingga dapat membahayakan kendaraan, pada temperatur tinggi dapat menimbulkan jejak roda, dan akan diikuti oleh pengelupasan. Kegemukan disebabkan karena aspal pada campuran yang terlalu banyak dan lapisan pengikat atau lapis resap ikat terlalu banyak.

Penurunan pada Bekas Penanaman Utilitas (utility cut depression)

Preservasi Jalan
Preservasi Jalan adalah kegiatan penanganan jalan yang meliputi perawatan, rehabilitasi, penunjangan, dan peningkatan (UU No. 22 Tahun 2009 tentang Jalan). Penanganan Preservasi bersifat menjamin jaringan jalan tetap dalam kondisi optimal. aman, selamat, tertib, dan lancar, kondisi

Bentuk dari pemeliharaan yang dikenal dan digunakan di Indonesia, :


Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan Rutin adalah penanganan yang diberikan hanya terhadap lapis permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendaraan (Riding Quality), tanpa meningkatkan kekuatan struktural, dan dilakukan sepanjang tahun. Pemeliharaan rutin dilakukan sepanjang tahun, bentuknya adalah:
Penanganan pada lapis permukaan, Meningkatkan kualitas perkerasan namun tidak untuk meningkatkan kekuatan struktural,

Bentuk dari pemeliharaan yang dikenal dan digunakan di Indonesia, :


Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan pada waktu waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya meningkatkan kemampuan struktural. Pemeliharaan berkala, bentuknya antara lain: Dilakukan dalam jangka waktu tertentu, Berfungsi untuk meningkatkan kemampuan struktural jalan

Bentuk dari pemeliharaan yang dikenal dan digunakan di Indonesia, :


Peningkatan Jalan

Maksud peningkatan adalah penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan jalan yang berupa peningkatan struktural dan atau geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan. Biasanya dalam bentuk overlay.

Metode Pemeliharaan Jalan


Pemilihan bentuk preservasi jalan yang tepat dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap kondisi permukaan jalan didasarkan pada jenis kerusakan yang ditetapkan secara visual. Dikenal dua metode dalam melakukan penilaian kondisi permukaan jalan, yaitu metode ASTM D6433dan metode Bina Marga

metode Bina Marga


Pada metode Bina Marga ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan saat melakukan survai adalah kekasaran permukaan, lubang, tambalan, retak, alur, dan amblas Penentuan nilai kondisi jalan dilakukan dengan menjumlahkan setiap angka dan nilai untuk masing-masing keadaan kerusakan.

Prosedur analisis data dengan menggunakan Metode Bina Marga


Menetapkan jenis jalan dan kelas jalan; Hitung LHR untuk tiap ruas jalan dan tetapkan nilai kelas jalan dengan menggunakan tabel berikut; Nilai Kelas Jalan LHR (smp/hari)
< 20 20 50 50 200 200 500 500 2000 2000 5000 5000 20000 20000 50000 > 50000 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Prosedur analisis data dengan menggunakan Metode Bina Marga


Mentabelkan hasil survei dan mengelompokkan data sesuai dengan jenis kerusakan; Menghitung parameter setiap jenis kerusakan dan melakukan penilaian terhadap setiap jenis kerusakan berdasarkan Tabel Bina Marga

Prosedur analisis data dengan menggunakan Metode Bina Marga


Retak-retak (Cracking ) Tipe Angka Buaya 5 Acak 4 Melintang 3 Memanjang 1 Tidak Ada 1 Lebar Angka > 2 mm 3 1 2 mm 2 < 1 mm 1 Tidak ada 0 Luas Kerusakan Angka > 30% 3 10% - 30% 2 < 10% 1 Tidak ada 0 Alur (Ruts) Kedalaman Angka > 20 mm 7 11 20 mm 5 6 10 mm 3 0 5 mm 1 Tidak ada 0 Tambalan dan Lubang Luas Angka > 30% 3 20 30% 2 10 20% 1 < 10% 0 Kekasaran Permukaan Jenis Angka Disintegration 4 Pelepasan Butir 3 Rough 2 Fatty 1 Close Texture 0 Amblas Kedalaman Angka > 5/100 m 4 2 - 5/100 m 2 0 2/100 m 1 Tidak Ada 0

Prosedur analisis data dengan menggunakan Metode Bina Marga


Menjumlahkan setiap angka untuk semua jenis kerusakan, dan menetapkan nilai kondisi jalan berdasarkan Total Angka Kerusakan Angka
26 29 22 25 19 21 16 18 13 15 10 12 79 46 03 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Prosedur analisis data dengan menggunakan Metode Bina Marga


Melakukan perhitungan urutan prioritas (UP) kondisi jalan merupakan fungsi dari kelas LHR dan nilai kondisi jalannya, yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: UP = 17 (Kelas LHR + Nilai Kondisi Jalan) UP = 03: jalan dimasukkan dalam program peningkatan jalan. UP = 46: jalan dimasukkan dalam program pemeliharaan berkala. UP = 7 atau lebih: jalan dimasukkan dalam program pemeliharaan rutin

Anda mungkin juga menyukai