Pada dasarnya setiap struktur perkerasan jalan akan mengalami proses kerusakan secara progresif sejak jalan pertama kali dibuka untuk lalu lintas.
Sukirman (1999) mengidentifikasikan kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat disebabkan antara lain oleh: lalu lintas, air, material konstruksi perkerasan, iklim, kondisi tanah dasar, dan proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik
Secara garis besar kerusakan jalan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kerusakan struktural yang mencakup kegagalan perkerasan atau kerusakan dari satu atau lebih komponen perkerasan yang mengakibatkan perkerasan tidak dapat lagi menanggung beban lalu lintas, dan Kerusakan fungsional yang mencakup keamanan dan kenyamanan pengguna jalan menjadi terganggu sehingga biaya operasi kendaraan (BOK) menjadi meningkat.
Sukirman (1999) mengidentifikasikan kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat disebabkan antara lain oleh:
Lalu Lintas
peningkatan lalu lintas baik dalam repetisi maupun besarannya.
Air
air hujan system drainase jalan yang tidak baik naiknya air akibat kapilaritas.
Iklim
pada daerah dengan pebedaan suhu yang ekstrim
Distorsi (distortion)
Kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Kerusakan jalan ini dibagi beberapa jenis diantaranya:
Alur (ruts)
Alur mempunyai ciri antara lain mangkuk berbentuk alur yang sejajar as jalan dan terjadi pada lintasan roda yang diikuti retak-retak sehingga dapat menampung air yang mengakibatkan mengurangi kenyamanan, membahayakan pemakai jalan. Penyebab alur ini antara lain dikarenakan lapis perkerasan yang kurang padat dan stabilitas yang rendah.
Keriting (corrugation)
Keriting mempunyai bentuk yang melintang atau memanjang dan dapat mengurangi kenyamanan mengemudi. Terjadi karena rendahnya stabilitas campuran yang berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat halus, agregat bulat dan licin, aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi. Keriting juga dapat terjadi jika lalu lintas dibuka sebelum perkerasan mantap.
Sungkur (shoving)
Merupakan kerusakan yang terjadi di tempat kendaraan berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam, terjadi karena stabilitas perkerasan yang rendah dan lalu lintas dibuka ketika perkerasan belum mantap.
Jembul (upheaval)
Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan tanah dasar ekspansip.
Cacat permukaan (Disintegration) dari kerusakan lubang (Lubang) Ciri antara lain berbentuk
mangkok sehingga mampu menampung dan meresapkan air serta mengurangi kenyamanan bahkan sampai membahayakan pengguna jalan. Jika tidak segera diperbaiki dapat berkembang menjadi lubang yang semakin dalam. Beberapa penyebab dari kerusakan lubang yaitu aspal yang kurang, butir halus yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, agregat pengunci yang kurang, drainase buruk, dan lapis permukaan terlalu tipis.
Preservasi Jalan
Preservasi Jalan adalah kegiatan penanganan jalan yang meliputi perawatan, rehabilitasi, penunjangan, dan peningkatan (UU No. 22 Tahun 2009 tentang Jalan). Penanganan Preservasi bersifat menjamin jaringan jalan tetap dalam kondisi optimal. aman, selamat, tertib, dan lancar, kondisi
Pemeliharaan Rutin adalah penanganan yang diberikan hanya terhadap lapis permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendaraan (Riding Quality), tanpa meningkatkan kekuatan struktural, dan dilakukan sepanjang tahun. Pemeliharaan rutin dilakukan sepanjang tahun, bentuknya adalah:
Penanganan pada lapis permukaan, Meningkatkan kualitas perkerasan namun tidak untuk meningkatkan kekuatan struktural,
Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan pada waktu waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya meningkatkan kemampuan struktural. Pemeliharaan berkala, bentuknya antara lain: Dilakukan dalam jangka waktu tertentu, Berfungsi untuk meningkatkan kemampuan struktural jalan
Maksud peningkatan adalah penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan jalan yang berupa peningkatan struktural dan atau geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan. Biasanya dalam bentuk overlay.