ANATOMI
DEFINISI
Fluor albus (keputihan, leukorea, white discharge) adalah cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah.1
EPIDEMIOLOGI
1-15% perempuan mengalami fluor albus
Sebagian besar memiliki aktifitas seksual yang aktif Indikasi vaginitis > servisitis
KLASIFIKASI
fisiologik patologik
ETIOLOGI
FISIOLOGIK SEKRET VULVA : SEBASEA, KELENJAR KERINGAT
ETIOLOGI
Physiological Physiological discharge Pregnancy Atrophic vaginitis Sexually transmitted infections Trichomonas vaginalis Chlamydia trachomatis Neisseria gonorrhoeae Herpes simplex infection Human papilloma virus Human immunodeficiency virus Other infections Candida species vulvovaginitis Bacterial vaginosis Desquamative inflammatory vaginitis
Neoplasms Vaginal tumours Cervical cancer and polyps Endometrial tumours Iatrogenic Drug induced Foreign bodies
Other Fistula Dermatologic conditions
PATOFISIOLOGI
Pengaruh kadar keasaman daerah sekitar vagina pH vagina tidak seimbang Faktor interna : pil kontrasepsi, antibiotik, IUD, trauma Faktor eksterna : cara membasuh, kehamilan, DM, pakaian dalam ketat, penggunaan wc umum
PATOFISIOLOGI
FN vagina: 95% Lactobacillus
metabolisme
sebagai nutrisi
Estrogen
Kadar glikogen dlm sel tubuh Lactobacillus tumbuh subur, bakteri patogen akan mati
Fluor albus/Leukorrhea
Bacterial vaginosis
Paling sering 40 50 % kasus vaginitis Pertumbuhan bakteri anaerob
jumlah H2O2 yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus perubahan pH pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus menghasilkan produk metabolit misalnya amin menaikkan pH vagina pelepasan sel-sel vagina.
Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.
Kandidiasis vaginalis
2nd most 90% Candida albicans Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal Perubahan lingkungan vagina menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi pertumbuhan jamur.
Trichomonas vaginalis
3rd most common 15 30% kasus vaginitis Perubahan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Chlamydia trachomatis
Infeksi menular seksual Organisme intraselullar yang menginfeksi epitel kolumnar endocerviks
Neisseria gonorrhoeae
Infeksi menular seksual Diplokokus gram negatif Infeksi cerviks
GEJALA KLINIS
O Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret
Bacterial vaginosis
Candidiasis
trichomoniasis
anamnesis
Cairan juga dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Ditutup dengan penutup objek glass dan diperiksa dibawah mikroskop.
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat kriteria : (Amsels criteria)
1. adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah 2. adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina 3. duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, 4. pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.
CANDIDIASIS ALBICANS
Px mikroskopis sekret vagina dgn lar. KOH 10% hifa bercabang & pembentukan tunas (budding) Pd wanita asimtomatik dgn kandidiasis rekuren biakan vagina bila hasil px mikroskopis (-)
TRIKOMONIASIS VAGINALIS
Bau amina (+), sekret vagina hijau-kuning Biakan adalah gold standard utk diagnosis.
PENATALAKSANAAN
dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit.
TUJUAN PENGOBATAN
MENGHILANGKAN GEJALA MEMBERANTAS PENYEBABNYA MENCEGAH TERJADINYA INFEKSI ULANG PASANGAN DIIKUTKAN DALAM PENGOBATAN
TRIKOMONIASIS
PILIHAN UTAMA
METRONIDAZOL 3 X 250 mg/hari, oral selama 7 hari (KI:wanita hamil trimester 1)
PILIHAN LAIN
KLOTRIMAZOL 100 mg/har, intravagina selama 7 hari.
PILIHAN LAIN
AMPISILIN 4 X 500 mg/hari oral selama 7 hari
KANIDIASIS
PILIHAN UTAMA KLOTRIMAZOL 300 mg/hari intravagina selama 7 hari NISTATIN 100.000 200.000 unit/hari, intravagina selama 14 hari
PILIHAN LAIN
TIOKONAZOL 300 mg oral, dosis tunggal 100 mg/hari selama 3 hari MIKONAZOL 100 mg/hari intravagina selama 7 hari
GONORE
PILIHAN UTAMA DOKSISIKLIN 2 X 100 mg/hari oral selama 7 hari PILIHAN LAIN TETRASIKLIN 4 X 500 mg/hari oral selama 7 hari PENISILIN PROKAIN 4,8 juta U/IM + PROBENESID 1 g oral AMPISILIN 3,5 g + PROBENESID 1 g oral AMOKSISILIN 3 g + PROBENESID 1 g oral
KLAMIDIASIS
PILIHAN UTAMA
Pencegahan
Pola hidup sehat. Setia kepada pasangan Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi Biasakan membasuh dengan cara yang benar Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan
vagina
Hindari pemakaian barang-barang yang
memudahkan penularan
Fluor albus
anamnesis
Lab : mikroskopis preparat basah NaCl 0,9% -- KOH pewarnaan gram Pem tambahan : tes pap, biakan, serologis Pengobatan : - pasien dan pasangnnya - Penyuluhan dan konseling Kunjungan ulang 7 14 hari kemudian Masih ada Pikirkan : cara pengobatan, reinfeksi, sebab lain Tidak ada
PROGNOSIS
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang- kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yanng lebih efektif.
Daftar pustaka
Wiknjosastro,H , Saifuddin,A.B , Rachimhadhi,T (2008). Ilmu Kandungan edisi kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Henn EW, Kruger TF, Sieber TI. Vaginal Discharge reviewed : the adult pre-menopausal female. SA Fam Pract 2005;47(2): 30-38 Linda o. Eckert, M.D. Acute Vulvovaginitis. N Engl J Med 2006; 355:1244-1252 David N. Fredricks, M.D., Tina L. Fiedler, B.S., and Jeanne M. Marrazzo, M.D., M.P.H. Molecular Identification of Bacteria Associated with Bacterial Vaginosis. N Engl J Med 2005; 353:1899-1911 Jeffrey F. Peipert, M.D., M.P.H. Genital Chlamydial Infections. N Engl J Med 2003; 349:2424-2430 F.Gary Cunningham et al.2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC Amiruddin, D (2003). Fluor Albus dalam Penyakit Menular Seksual. Jogjakarta : LKiS Anindita, Wiki. Santi Martini (2006). Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis pada akseptor KB. Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR