ANGGOTA
1.SARNO WIJAYA (5) 15. AL WALID (80)
2.AMIRULLAH (10) 16. SETIO HARSONO (85)
3.HERRY ISMETH (15) 17. MOH. GHUFRON (90)
4.RITA ZAHARA (19) 18. CHARIA ENI (95)
5.AHD KHAIRIL ASHAB (25) 19. H. DWI SUGIYANTO (100)
6.PETRUS IDUANTORO (30) 20. SRI SUPARMI (104)
7.SUMANTRI DJOKO MINTARDJO (35) 21. SIRAJUDDIN (110)
8.IDA BAGUS ANOM BHASMA (45) 22. INDRA JAYA (118)
9.EDY DAMANSYAH (50) 23. SYUKRI (121)
10.ABDUL GANI NOTA NUBUN (55) 24. USMAN (125)
11.H.L. MASHURIADI (60) 25. H. ZAINAL ARIFIN (130)
12.DATU SUPRIATMA (65) 26. DASUKI (135)
13.MURJANI AZIS (70) 27. ONY OC. ATAUPAH (140)
14.BAMBANG SUHARYADI (75)
3
STORY LINE
Bali dengan pesona budaya dan alamnya yang telah dikenal luas sebagai daerah tujuan wisata utama baik nasional maupun internasional memerlukan
pengelolaan yang berorientasi pada good governance. Pemerintah Kota Denpasar yang merupakan bagian pemerintahan di provinsi Bali dan semula
merupakan wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Badung memiliki kepentingan langsung dalam mengembangkan potensi daerahnya sebagai
daerah wisata melalui program pelayanan terpadu yang dimulai pada tahun 2001 sebagai bentuk jawaban atas tingginya tuntutan dunia usaha dan
masyarakat dalam mewujudkan good governance, seiring dengan bergulirnya reformasi di bidang penyelenggaraan pemerintahan melalui pembentukan Unit
Pelayanan Terpadu.
Pada awal mula pembentukannya, Unit Pelayanan Terpadu ini masih terbatas pada pelayanan yang bersifat reaktif terhadap permintaan dan tuntutan
kualitas pelayanan yang lebih cepat, lebih baik dan berbiaya murah, namun pada tahap awal baru dapat menerapkan pola penerimaan berkas permohonan
perizinan untuk nantinya diproses pada instansi masing-masing. Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu dengan keterbatasan sistem pelayanan disebabkan
oleh belum siapnya sumber daya aparatur, terbatasnya sarana prasarana pendukung, dan sulitnya mendorong peningkatan kinerja birokrasi akibat budaya
organisasi yang telah tertanam kuat dalam diri masing-masing anggota birokrasi.
Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu yang secara konseptual berorientasi pada efisiensi dalam tataran pelaksanaan masih belum memenuhi tuntutan
dunia usaha dan masyarakat sebagai akibat masih belum diimbangi dengan perilaku sumber daya aparatur yang cenderung lamban untuk merespon
Kondisi yang demikian dapat terjadi akibat pola hubungan sumeber daya aparatur sebagai pelayan masyarakat dengan pihak pengguna layanan (dunia
usaha dan masyarakat) masih dimaknai sebagai hubungan kepentingan yang mendatangkan kompensasi dan keuntungan pribadi. Hal ini masih diperparah
dengan pola hubungan kerja antar instansi terkait yang masih berorientasi pada ego sektoral, dan koordinasi masih dipahami dalam batas-batas formalitas
Semangat otonomi daerah yang diorientasikan pada pemberdayaan daerah dengan mendekatkan pelayanan masyarakat agar potensi yang ada di daerah
dapat tumbuh dan berkembang serta memberikan akses yang seluas-luasnya kepada publik untuk mengambil peran dalam (pelaku) pembangunan, telah
A. Variable
1
9
1
0
1
1
Perilak u
A paratur
Peluang
Kerja
Efisiensi
Pertumbuhan
Ekonomi
Koordinasi
Kinerja
Birokrasi
Sarana
Prasarana
Kualitas
Pelayanan Tata
Laksana
Dunia
usaha
Masyrakat