Anda di halaman 1dari 9

Nama Kelompok:

- Dhipo Satrio Wibowo


- Riezkiadi Rawandho
- Stevaani Aigi
Kelas

: XII-8

PEMBERONTAK
AN
PRRI/PERMESTA

Latar Belakang
- Menjelang pembentukan Republik Indonesia Serikat
(1949), pada saat bersamaan Divisi Banteng diciutkan
sehingga menjadi kecil dan hanya menyisakan satu
brigade.
- Brigade ini diperkecil lagi menjadi Resimen Infanteri 4
TT I BB. Memunculkan perasaan kecewa dan terhina
pada para perwira dan prajurit Divisi IX Banteng yang
telah berjuang mempertaruhkan jiwa dan raganya bagi
kemerdekaan Indonesia.
- Bermula dari kekecewaan Angkatan Darat atas
minimnya kesejahteraan tentara di Sumatra dan
Sulawesi.
- Pertentangan tersebut terjadi antara pemerintah pusat
dan daerah mengenai otonomi, serta perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Mendorong beberapa tokoh militer untuk melakukan


pertentangan kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
- Hal tersebut meluas kepada ketidakpuasan yang
dirasakan oleh beberapa tokoh militer dan sipil di daerah
terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak adil
dalam alokasi dana pembangunan.

Pengaruh dari PKI terhadap pemerintah pusat dan hal ini


menimbulkan terjadinya kekecewaan pada daerah tertentu.
- Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan
dewan dewan daerah sebagai alat perjuangan tuntutan
pada Desember 1936 dan Februari 1957, Seperti:

Dewan Benteng (SumBar) Ahmad Husein


Dewan Gajah (Sumut) M Simbolar
Dewan Garuda (SumSel) Letkol Bartian
Dewan Mangun (SulSel) Ventje Sumual

Pemberontakan PRRI
RRI membentuk Dewan Perjuangan dan tidak mengakui kabinet Djuanda.
Dewan Perjuangan PRRI akhirnya membentuk Kabinet baru yang disebut
Kabinet Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (Kabinet PRRI).
09 Januari 1958 | Para tokoh militer dan sipil mengadakan pertemuan di
Sungai Dareh, SumBar.
Membicarakan masalah pembentukan pemerintahan baru dan hal-hal yang
berhubungan dengan pemerintah bau tersebut.
10 Februari 1958
| Dewan Perjuangan PRRI melalui RRI Padang
mengeluarkan pernyataan berupa Piagam Jakarta, yang berisi sejumlah
tuntuan kepada Soekarno agar bersedia kembali kepada kedudukan
konstitusional, menghapus segala akibat dan tindakan yang melanggar UUD
1945 serta membuktikan kesediaannya itu dengan kata dan perbuatan
15 Februari 1958
| Letnan Kolonel Ahmad Husein memproklamasikan
berdirinya pemerintah revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dengan
Perdana Menteri Syafruddin Prawiranegara.

Tuntutan
Mendesak kabinet Djuanda supaya mengundurkan diri dan
mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno.
Mendesak pejabat presiden, Mr. Sartono untuk membentuk
kabinet baru yang disebut Zaken Kabinet Nasional yang
bebas dari pengaruh PKI (komunis).
Mendesak kabinet baru tersebut diberi mandat sepenuhnya
untuk bekerja hingga pemilihan umum yang akan datang.
Mendesak Presiden Soekarno membatasi kekuasaannya dan
mematuhi konstitusi.
Jika tuntutan tersebut di atas tidak dipenuhi dalam waktu
524 jam maka Dewan Perjuangan akan mengambil
kebijakan sendiri.

- Tuntutannya di tolak, PRRI membentuk sebuah


Pemerintahan dengan anggota kabinetnya.
Pada saat pembangunan Pemerintahan tersebut di
mulai, PRRI memperoleh dukungan dari PERMESTA
dan rakyat setempat.

Pemberontakan
Permesta
- 02 Maret 1957
| Sekelompok

militer yang
memutuskan
hubungan
dengan
pusat,
dan
mendukung
PRRI
membentuk
gerakan
yang
dinamakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di
Makasar, dipimpin oleh Letkol Ventje Sumual.

Tujuan dari
pemberontakan
PRRI/Permesta

Untuk mendorong pemerintah supaya memperhatikan pembangunan


negeri
secara
menyeluruh,
pemerintah
hanya
fokus
pada
pembangunan yang berada di daerah Pulau jawa.

PRRI memberikan usulan atas ketidakseimbangan pembangunan yang


dilakukan oleh pemerintah pusat.
-

Cara yang digunakan untuk mengoreksi pemerintah pusat itu salah.


PRRI menuntut kepada pemerintah pusat dengan nada paksaan,
sehingga pemerintah menganggap bahwa tuntutannya itu bersifat
memberontak.

Hal tersebut menimbulkan kesan bagi pemerintah pusat bahwa PRRI


adalah suatu bentuk pemberontakan.
Akan tetapi, jika PRRI itu dikatakan sebagai pemberontak, hal ini
merupakan anggapan yang tidak tepat sebab sebenarnya PRRI ingin
membenahi dan memperbaiki sistem pembangunan yang dilakukan
pemerintah pusat, bukan untuk menjatuhkan pemerintahan Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai