Anda di halaman 1dari 26

OLEH:

KELOMPOK 2
1.ADRINA FAUZA
2.ANGGITA WIDYA SARI
3.CHRISMANTO PURBA
4.DELIMA SIMANJUNTAK
5.EKA REZKI NOPIANTY

1. Hirarki dalam Matematika


A. Apakah Matematika Memiliki Struktur
Hirarkis Unik?
Definisi Hirarki:
Kumpulan tingkatan setiap unsur pengetahuan
matematika dengan keseluruhan struktur (struktur
aksiomatik atau struktur definisi).
Kumpulan pengetahuan matematika bisa menjadi
struktur matematika tunggal, yang dihubungkan
oleh hubungan definisional.
Dua pertanyaan yang akan dibahas pada bab ini.
Pertama, apakah keseluruhan struktur hierarkis
pengetahuan matematika ada?
Kedua, dengan asumsi bahwa ada struktur
keseluruhan pada pengetahuan matematika, apakah
ini merupakan struktur tetap dan unik dimana
hierarki bisa didasarkan?

Seperti yang sudah kita lihat hirarki


bisa didefinisikan dengan cara lain,
khususnya sebagai hierarki istilah dan
defenisi. Tidak ada hierarki yang unik
dari defenisi. Hierarki global sedang
digunakan dalam matematika. Maka
bisa dinyatakan dengan tegas bahwa
matematika tidak memiliki seluruh
struktur hierarkis, dan tentunya
bukanlah sesuatu yang unik, bahkan
ketika klaim diinterpretasikan dengan
baik dan bebas.

Apakah matematika seperangkat komponen


pengetahuan diskrit?
Ini merupakan asumsi bahwa matematika
dapat
dianalisis
dalam
komponen
pengetahuan diskrit, jumlah (atau sekumpulan
lebih)
yang
tidak
terstruktur
dari
menunjukkan disiplin. Asumsi ini menunjukkan
bahwa
dalil
matematika
sifatnya
tidak
tergantung makna dan signifikansi.
Berbeda antara wacana formal, informal dan
sosial matematika, jelas bahwa klaim ini
adalah yang terbaik untuk matematika formal.
Karena
struktur
adalah
salah
satu
karakteristik pengetahuan matematika, klaim
ini juga berada pada asumsi yang tidak
dibenarkan bahwa ada struktur yang unik
untuk matematika.

B. Implikasi Pendidikan
Hubungan
antara
kurikulum

matematika

dan

1. Kurikulum
matematika
harus
merupakan
seleksi representatif dari disiplin matematika.
2. Kurikulum matematika merupakan entitas
independen, yang tidak perlu menunjukkan
disiplin matematika.
Lebih umum, dalam pendidikan matematika
diterima
bahwa
isi
kurikulum
harus
menunjukkan
sifat
disiplin
matematika.
Penerimaan ini sifatnya implisit atau eksplisit,
seperti dalam Thwaites (1979), Confrey (1981)
dan Robitaille dan Dirks:
Konstruksi kurikulum matematika (dihasilkan
dari) sejumlah faktor yang berjalan dalam
badan
matematika
untuk
memilih
dan
menyusun kembali isi untuk menjadi lebih
tepat bagi kurikulum sekolah. (Robitaille dan

2. Hirarki dalam Belajar Matematika


A. Pandangan bahwa Belajar Matematika Sifatnya Hirarkis

Banyak anggapan bahwa belajar matematika sifatnya


hirarkis), berarti bahwa ada pengetahuan dan keterampilan
yang memerlukan prasyarat untuk belajar pengetahuan
matematika. Pandangan ini diwujudkan dalam teori Piaget
tentang perkembangan intelektual. Piaget menyatakan
rangkaian empat tahap (sensorimotor, pre-operasional,
operasional konkrit, operasi formal) yang membentuk hirarki
perkembangan.
Gagne mengemukakan bahwa topik hanya bisa dipelajari
ketika hirarki prasyaratnya telah dipelajari.
Topik (item pengetahuan) pada tahap tertentu dalam
hierarki harus didukung oleh satu atau lebih topik
pada tahap yang lebih rendah. Setiap orang tidak akan
mampu belajar topik tertentu jika dia gagal mencapai
topik di bawahnya yang mendukung (Gagne, 1977, hal
166-7).

Cockroft (1982) menyatakan:


Matematika merupakan subjek yang sulit untuk
diajarkan dan dipelajari. Salah satu alasan mengapa
demikian adalah matematika merupakan subjek hierarki.
Kemampuan untuk memulai karya baru sangat sering
bergantung pada pemahaman yang memadai dari satu
atau lebih karya yang sudah ada sebelumnya.
Pandangan hierarkis dari belajar matematika
memiliki penilaian yang paling baik dalam
kurikulum nasional matematika (Departemen
Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, 1989). Ini
merupakan spesifikasi hirarkis yang pasti dari
kurikulum
matematika
pada
level
sepuluh,
menetapkan dasar yang diperlukan untuk studi
matematika dari semua anak (dalam English dan
Welsh state school) dari usia 5 hingga 16 tahun.

B. Kritik Pandangan Hirarkis Belajar Matematika


Pertama, selama belajar, konsep dan keterampilan
diperlukan. Sehingga menurut beberapa pengalaman
belajar sebelumnya, seorang pelajar akan kekurangan
konsep dan ketrampilan dan setelah pengalaman belajar
yang tepat dan berhasil, pelajar akan memiliki atau
mendapatkan konsep dan keterampilan.
Kedua, kemahiran konsep dan keterampilan matematika
tergantung pada kepemilikan konsep dan keterampilan
sebelumnya. Hubungan ketergantungan ini berada
diantara konsep dan keterampilan yang memberikan
struktur pada hierarki belajar. Sehingga, untuk
mempelajari tahap n+1, pelajar harus mendapatkan
konsep yang tepat dari tahap n (namun, tidak perlu
semua tahap).
Tiap asumsi di atas sifatnya masih problematik dan
terbuka oleh pandangan yang mengkritisi.

Hubungan Ketergantungan Hirarkis


antar atau
Konsep
Konsep
keterampilan merupakan entitas
yang dimiliki atau tidak dimiliki pelajar. Namun
tanpa asumsi ini tidak bisa disebut bahwa
konsep tahap n+1 tergantung kepemilikan
konsep tahap n.

Konsep sebagai Entitas yang


Diperlukan
Tiga penjelasan yang melawan asumsi dimana

semua
konsep diperoleh seketika atau kurang dimiliki pelajar,
yakni: Pertama, sebagian besar konsep faktanya
menggabungkan struktur konseptual, merupakan bukti
bahwa kontruksi mereka harus merupakan proses
pertumbuhan yang luas; Kedua, kepemilikan konsep
pelajar hanya bisa diwujudkan secara langsung melalui
penggunaannya, karena struktur mental merupakan
entitas (wujud) teoritis yang tidak bisa secara langsung
diamati; Ketiga, gagasan bahwa konsep secara unik
merupakan entitas (wujud) objektif yang bisa dispesifikasi,

Hirarki
kompetensi
matematika
tidak
mengikuti urutan total organisasi, seperti
teori dugaan terhadap tahap-tahap, namun
lebih satu berurutan parsial: situasi dan
masalah
yang
dikuasai
siswa
secara
progresif,
prosedur
dan
representasi
simbolik yang mereka gunakan, dari usia 2
tahun
hingga dewasa dan pelatihan
professional, skema urutan parsial dimana
seseorang menemukan kompetensi yang
tidak
mengandalkan
satu
sama
lain,
meskipun
mereka
semua
memerlukan
serangkaian kompetensi yang lebih primitif
dibutuhkan untuk rangkaian yang lebih
kompleks. Vergnaud (1983, hal 4)
Pembahasan ini memiliki konsekuensi untuk kerangka
kurikulum hierarkis dan juga untuk kurikulum nasional
dalam matematika (Departemen Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan). Paling penting, tidak ada justifikasi
pskologis untuk memaksakan struktur hierarkis pasti

A. Pandangan Hirarkis Kemampuan


Matematis
Intelegensi
umum
dapat
didefinisikan sebagai kekuatan
mental yang dibawa sejak lahir
yang
sedikit
berubah
dalam
tingkatannya karena lingkungan,
meskipun
perwujudan
dan
arahnya
ditentukan
oleh
pengalaman. Namun demikian,
karena kemampuan matematika
dianggap sebagai faktor utama
kecerdasan umum (Wrigley 1958),
menyebabkan
berkembang
luasnya
persepsi
bahwa
kemampuan
matematika
seseorang
adalah
tetap
dan
kekal.

B. Kritik terhadap Pandangan


Hirarki Kemampuan Matematis
Level kognitif respon siswa dalam
matematika ditentukan tidak hanya oleh
kemampuan
siswa,
namun
juga
keterampilan
dimana
guru
mampu
melibatkan siswanya dalam aktivitas
matematika.
Hal
ini
memerlukan
perkembangan
pendekatan
ilmu
pendidikan dalam matematika yang
sifatnya sensitif dan berkaitan dengan
sasaran serta budaya siswa. Siswa yang
diberi label kurang mampu dalam
matematika
bisa
secara
cepat
meningkatkan level kinerjanya ketika
mereka terlibat secara sosial dan budaya
dalam
aktivitas
terkait
matematika
(Mellin-Olsen, 1987).

C. Pandangan Hirarkis dari


Kemampuan dalam Kurikulum
Nasional
Pandangan hirakis mengenai kemampuan
matematika merupakan bukti dalam
publikasi
yang
berkaitan
dengan
kurikulum
nasional.
Stereotip
kemampuan
yang
dibangun
dalam
kurikulum nasional bidang matematika
mengasumsikan bahwa setiap anak bisa
ditempatkan
dalam
posisi
hierarki
kemampuan matematika, dan beberapa
akan menggantikan posisi selama tahun
sekolah. Akibatnya, kelas pekerja, anak
perempuan dan anak berkulit gelap
kemungkinan besar akan ditempatkan
dalam kelas yang lebih rendah dalam
hiraki, sesuai dengan harapan stereotip.

4. Hirarki Sosial

A. Dasar dasar Hirarki Sosial


Hirarki sosial memiliki sejarah yang panjang,
kembali pada zaman ibrani dan Yunani kuno.
Dalam ibrani perjanjian lama sebuah hirarki
mutlak menempatkan Tuhan ditempat paling
atas, diikuti oleh malaikat, lalu nabi dibumi
seperti musa, diikuti oleh kepala suku, manusia
lalu anak-anak dan wanita.
B. Pendidikan dan Reproduksi Hirarki Sosial
Kondisi material dan hubungan produksi
mempunyai kekuatan penentu atas struktur dan
hubungan dalam masyarakat. Ada 2 cara cara
pemaksaan kekuatan dalam setiap masa

Determinisme Keras
Pendidikan
merupakan
aparatur
negara
ideologis paling kuat dalam mereproduksi
hubungan, yang menanamkan penerimaan
tenaga kerja dan kondisi kehidupan massa.
Determinisme Lembut
Determinisme
struktural
Gramski
(1971)
berpendapat bahwa dominasi masyarakat oleh
satu kelas memerlukan hegemoni budaya. Ini
merupakan
dominasi
budaya
dengan
pembenaran satu kelas membingungkan serta
memaksakan
kekuasaan
dan
prestisenya
hegemoni seperti ini memenuhi pengertian
umum
dari
massa,
dan
karenanya
mengamankan izin dan persekongkolan yang

C. Menghasilkan Hirarki Sosial


Pendidikan membantu mereproduksi struktur masyarakat hirarkis
Melalui
Matematika
namun, pernyataan ini perlu dipahami agar tahu kompleksitas
hubungan dalam masyarakat, dan yang mengubah karakter
deterministik dari bentukan asli.
Pelatihan Industrial
Latihan, hafalan, praktek, demarkasi dualistik antara yang benar dan
yang salah, serta otoritas hirarkis yang tegas dari guru akan
membantu menanamkan perkiraan dan nilai yang tepat untuk
mendisiplinkan pekerja masa depan untuk peran dalam masyarakat,
sedangkan strata yang lebih tinggi dari masyarakat masa depan tidak
begitu diatur.
Humanis Lama
Humanist lama fokus pada perkembangan kemampuan serta bakat
matematika dan penanaman nilai matematika murni. Hal ini
mempermudah pemeliharaan dan menghasilkan badan ahli
matematika, yang menunjukkan porsi profesional, elit kelas
menengah, dengan budaya kelas menengah yang murni. Pelatih
industrial yang ditujukan bagi pendidikan matematika bukanlah yang
paling murni, dan juga berfungsi untuk menjaga batas kelompok
disekitar masa, dan karenanya mereka memiliki batas kelompok

Pragmatis Teknologis
Pragmatis teknologis tidak begitu memperhatikan penjagaan batas kelas,
oleh karena itu tidak begitu reproduktif. Masyarakat dipandang sebagai dasar
pada kekayaan dan kemajuan, dengan mengikuti inovasi dan kemajuan
teknologi. Pendidikan matematika merupakan bagian dari keseluruhan
pelatihan atas populasi untuk memenuhi kebutuhan karyawan, dan tujuan
sosial yang jelas bersifat meritokratik.
Pendidik Progresif
Secara sosial, pendidik progresif memperhatikan masalah perbaikan kondisi
individu, bukan pada perubahan sosial untuk memberikan kondisi yang
bebas. pendidik progresif merupakan yang paling banyak digunakan untuk
mengembangkan dan memperkuat individu, dan memudahkan kemajuan
sosial yang bersifat meritokratik
Pendidik Publik
Pendidik publik fokus pada pemberdayaan pelajar, melalui matematika,
menjadi otonom, warga negara penting dalam masyarakat yang demokratis.
Kurikulum bagi pendidik matematika publik ditujukan untuk menjadi
pembebas melalui integrasi guru dan diskusi publik tentang matematika
dalam konteks sosial dan politiknya, melalui kebebasan siswa untuk bertanya
dan menantang asumsi tentang matematika, masyarakat, dan tempat
mereka, serta memberdayakan
mereka melalui matematika pada
pemahaman dan kontrol yang lebih baik dari situasi hidup mereka.

5. Hubungan antar Matematis, Kemampuan, dan Hierarki


Sosial

Ideologi Hirarkis yang


Dua Kaku
dari ideologi, pelatih industrial dan
humanist lama, sifatnya kuat dalam memenuhi
kepentingan untuk menghasilkan struktur
hirarkis masyarakat.
Pengetahuan matematika praktikal level
rendah dianggap sebagai kurikulum yang tepat
untuk
siswa
yang
dianggap
memiliki
kemampuan dan kecerdasan matematis yang
lebih rendah, yang dipersiapkan untuk level
pekerjaan dan strata yang lebih rendah dalam
hirarki masyarakat. Matematika teoritis level
yang lebih tinggi dianggap kurikulum tepat
untuk siswa yang dianggap berkemampuan
matematis lebih tinggi yang diharapkan untuk
mendapat level pekerjaan dan posisi sosial yang

Ideologi Hirarkis
Progresif
Dari dua pandangan, pragmatis teknologis
dan pendidik progresif bersifat reproduktif
dalam hirarki sosial, namun tidak begitu kaku
dan kuat daripada yang sebelumnya. Keduanya
memandang
dirinya
sebagai
meritokratik
dengan
mengizinkan
atau
mendorong
pergerakan sosial dalam hirarki pyramida dalam
masyarakat. Pragmatis teknologis bertujuan
memenuhi kebutuhan industri, karyawan dan
masyarakat, melalui peningkatan pergerakan
sosial dari keterampilan secara teknologi.
Pendidik
progresif
bertujuan
memenuhi
kebutuhan individu, dengan mendorong mereka
untuk mengembangkan diri.

Seperti di atas ada penyesuaian antara


level: Pengetahuan dan keterampilan
matematika praktikal yang sederhana
dianggap kurikulum yang tepat bagi siswa
dengan
kemampuan
rendah
yang
dianggap telah ditakdirkan untuk level
pekerjaan dan strata sosial yang rendah.
Pengetahuan
dan
keterampilan
matematika yang lebih kompleks dianggap
kurikulum yang tepat bagi siswa dengan
kemampuan tinggi, yang dianggap telah
ditakdirkan untuk level pekerjaan dan
posisi sosial yang tinggi.

Ideologi Perubahan
Sosial
Ideologi perubahan sosial digagas oleh
pendidik publik. Pandangan ini mengakui
keberadaan
dan
ketidaksamaan
dari
piramida hirarki kelas sosial, namun
berusaha mengubahnya untuk mencapai
kebenaran sosial dengan menghancurkan
siklus reproduktif dalam pendidikan dan
menggantinya
dengan
pendidikan
emancipatory.
Ideologi jenis yang terakhir merupakan
ideologi yang seharusnya dicita-citakan
menurut Ernest sesuai dengan teori
matematika itu sendiri.

KESIMPULAN
1. Hirarki memiliki makna bahwa matematika
merupakan struktur aksiomatik yang berdasarkan
aksioma dan aturan interferensi atau struktur
definisional.
2. Matematika sifatnya hierarkis. Dikatakan bahwa
matematika merupakan subjek yang sulit untuk
diajarkan dan dipelajari karena kemampuan untuk
memulai karya baru sangat sering tergantung pada
pemahaman yang memadai dari satu atau lebih
karya yang sudah ada sebelumnya.
3. Pandangan hierarkis kemampuan matematika
menunjukkan bahwa kinerja anak secara individu
dalam item tertentu dalam waktu tertentu yang
berhubungan, dan bahkan dianggap sebagai
indikator dari keseluruhan konstruksi kemampuan
matematis.

KESIMPULAN
4.

Hirarki sosial adalah bagian yang inheren dalam budaya atau


peradaban umat manusia; dan ada kalanya hirarki itu
mengalami perubahan. Pada setiap hirarki sosial, lapisan atas
cenderung mempertahankan kekuasaannya. Pendidikan
mengambil peranan penting dalam menghasilkan kembali
(me-reproduksi) hirarkis sosial.

5.

Dari kelima ideologi, yaitu: 1) Pelatih industrial, 2) Humanist


lama, 3) Pragmatis teknologis, 4) Pendidik progresif, 5)
Pendidik pubilk. Hanya ideologi yang kelima, yaitu Pendidik
Publik saja yang merupakan pandangan perubahan sosial,
mengakui ketidakadilan dari masyarakat kita yang
terstratifikasi dan hirarkis, dan berusaha menghancurkan
siklus dengan mereproduksi atau menciptakan ulang melalui
pendidikan. Ideologi ini juga merupakan ideologi yang
seharusnya dicita-citakan menurut Ernest sesuai dengan teori
matematika itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai