KELOMPOK 2
1.ADRINA FAUZA
2.ANGGITA WIDYA SARI
3.CHRISMANTO PURBA
4.DELIMA SIMANJUNTAK
5.EKA REZKI NOPIANTY
B. Implikasi Pendidikan
Hubungan
antara
kurikulum
matematika
dan
1. Kurikulum
matematika
harus
merupakan
seleksi representatif dari disiplin matematika.
2. Kurikulum matematika merupakan entitas
independen, yang tidak perlu menunjukkan
disiplin matematika.
Lebih umum, dalam pendidikan matematika
diterima
bahwa
isi
kurikulum
harus
menunjukkan
sifat
disiplin
matematika.
Penerimaan ini sifatnya implisit atau eksplisit,
seperti dalam Thwaites (1979), Confrey (1981)
dan Robitaille dan Dirks:
Konstruksi kurikulum matematika (dihasilkan
dari) sejumlah faktor yang berjalan dalam
badan
matematika
untuk
memilih
dan
menyusun kembali isi untuk menjadi lebih
tepat bagi kurikulum sekolah. (Robitaille dan
semua
konsep diperoleh seketika atau kurang dimiliki pelajar,
yakni: Pertama, sebagian besar konsep faktanya
menggabungkan struktur konseptual, merupakan bukti
bahwa kontruksi mereka harus merupakan proses
pertumbuhan yang luas; Kedua, kepemilikan konsep
pelajar hanya bisa diwujudkan secara langsung melalui
penggunaannya, karena struktur mental merupakan
entitas (wujud) teoritis yang tidak bisa secara langsung
diamati; Ketiga, gagasan bahwa konsep secara unik
merupakan entitas (wujud) objektif yang bisa dispesifikasi,
Hirarki
kompetensi
matematika
tidak
mengikuti urutan total organisasi, seperti
teori dugaan terhadap tahap-tahap, namun
lebih satu berurutan parsial: situasi dan
masalah
yang
dikuasai
siswa
secara
progresif,
prosedur
dan
representasi
simbolik yang mereka gunakan, dari usia 2
tahun
hingga dewasa dan pelatihan
professional, skema urutan parsial dimana
seseorang menemukan kompetensi yang
tidak
mengandalkan
satu
sama
lain,
meskipun
mereka
semua
memerlukan
serangkaian kompetensi yang lebih primitif
dibutuhkan untuk rangkaian yang lebih
kompleks. Vergnaud (1983, hal 4)
Pembahasan ini memiliki konsekuensi untuk kerangka
kurikulum hierarkis dan juga untuk kurikulum nasional
dalam matematika (Departemen Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan). Paling penting, tidak ada justifikasi
pskologis untuk memaksakan struktur hierarkis pasti
4. Hirarki Sosial
Determinisme Keras
Pendidikan
merupakan
aparatur
negara
ideologis paling kuat dalam mereproduksi
hubungan, yang menanamkan penerimaan
tenaga kerja dan kondisi kehidupan massa.
Determinisme Lembut
Determinisme
struktural
Gramski
(1971)
berpendapat bahwa dominasi masyarakat oleh
satu kelas memerlukan hegemoni budaya. Ini
merupakan
dominasi
budaya
dengan
pembenaran satu kelas membingungkan serta
memaksakan
kekuasaan
dan
prestisenya
hegemoni seperti ini memenuhi pengertian
umum
dari
massa,
dan
karenanya
mengamankan izin dan persekongkolan yang
Pragmatis Teknologis
Pragmatis teknologis tidak begitu memperhatikan penjagaan batas kelas,
oleh karena itu tidak begitu reproduktif. Masyarakat dipandang sebagai dasar
pada kekayaan dan kemajuan, dengan mengikuti inovasi dan kemajuan
teknologi. Pendidikan matematika merupakan bagian dari keseluruhan
pelatihan atas populasi untuk memenuhi kebutuhan karyawan, dan tujuan
sosial yang jelas bersifat meritokratik.
Pendidik Progresif
Secara sosial, pendidik progresif memperhatikan masalah perbaikan kondisi
individu, bukan pada perubahan sosial untuk memberikan kondisi yang
bebas. pendidik progresif merupakan yang paling banyak digunakan untuk
mengembangkan dan memperkuat individu, dan memudahkan kemajuan
sosial yang bersifat meritokratik
Pendidik Publik
Pendidik publik fokus pada pemberdayaan pelajar, melalui matematika,
menjadi otonom, warga negara penting dalam masyarakat yang demokratis.
Kurikulum bagi pendidik matematika publik ditujukan untuk menjadi
pembebas melalui integrasi guru dan diskusi publik tentang matematika
dalam konteks sosial dan politiknya, melalui kebebasan siswa untuk bertanya
dan menantang asumsi tentang matematika, masyarakat, dan tempat
mereka, serta memberdayakan
mereka melalui matematika pada
pemahaman dan kontrol yang lebih baik dari situasi hidup mereka.
Ideologi Hirarkis
Progresif
Dari dua pandangan, pragmatis teknologis
dan pendidik progresif bersifat reproduktif
dalam hirarki sosial, namun tidak begitu kaku
dan kuat daripada yang sebelumnya. Keduanya
memandang
dirinya
sebagai
meritokratik
dengan
mengizinkan
atau
mendorong
pergerakan sosial dalam hirarki pyramida dalam
masyarakat. Pragmatis teknologis bertujuan
memenuhi kebutuhan industri, karyawan dan
masyarakat, melalui peningkatan pergerakan
sosial dari keterampilan secara teknologi.
Pendidik
progresif
bertujuan
memenuhi
kebutuhan individu, dengan mendorong mereka
untuk mengembangkan diri.
Ideologi Perubahan
Sosial
Ideologi perubahan sosial digagas oleh
pendidik publik. Pandangan ini mengakui
keberadaan
dan
ketidaksamaan
dari
piramida hirarki kelas sosial, namun
berusaha mengubahnya untuk mencapai
kebenaran sosial dengan menghancurkan
siklus reproduktif dalam pendidikan dan
menggantinya
dengan
pendidikan
emancipatory.
Ideologi jenis yang terakhir merupakan
ideologi yang seharusnya dicita-citakan
menurut Ernest sesuai dengan teori
matematika itu sendiri.
KESIMPULAN
1. Hirarki memiliki makna bahwa matematika
merupakan struktur aksiomatik yang berdasarkan
aksioma dan aturan interferensi atau struktur
definisional.
2. Matematika sifatnya hierarkis. Dikatakan bahwa
matematika merupakan subjek yang sulit untuk
diajarkan dan dipelajari karena kemampuan untuk
memulai karya baru sangat sering tergantung pada
pemahaman yang memadai dari satu atau lebih
karya yang sudah ada sebelumnya.
3. Pandangan hierarkis kemampuan matematika
menunjukkan bahwa kinerja anak secara individu
dalam item tertentu dalam waktu tertentu yang
berhubungan, dan bahkan dianggap sebagai
indikator dari keseluruhan konstruksi kemampuan
matematis.
KESIMPULAN
4.
5.