Anda di halaman 1dari 29

Hubungan Pelaksanaan Diet Dengan Kadar Gula Darah

Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2


Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembina
Palembang

SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN

Tiara Apriana Putri


04021481518010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
BAB I
LATAR BELAKANG

Di era globalisasi, jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami


peningkatan dari berbagai usia termasuk lanjut usia. Pertumbuhan
penduduk lanjut usia di seluruh dunia yang berusia di atas 60 tahun
berjumlah 142 juta orang (WHO, 2015).

Berdasarkan Statistik Penduduk Lanjut Usia (2014), jumlah rumah tangga


yang memiliki lansia sebanyak 16,08 juta dari seluruh rumah tangga di
Indonesia dengan perempuan lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta
lansia perempuan dan 9,47 juta lansia laki-laki

Hasil data dari Badan Pusat Statistik (BPS) (2015), jumlah penduduk lansia
di sumsel sebanyak 834.380 jiwa, sedangkan data dari dinkes kota
palembang jumlah penduduk lanjut usia pada tahun (2015) sebanyak
82.006 jiwa, dan berdasarkan data demografi di Wilayah Kerja Puskesmas
Pembina tahun (2016) sebanyak 2427 jiwa.
Lanjut Usia merupakan kelompok rentan atau rawan (vulnerable)
terhadap timbulnya berbagai masalah tentang kesehatan. Masalah
kesehatan yang sering terjadi pada lansia berupa penyakit kronis
yang dapat timbul secara akut. Salah satu penyakit kronis yang
sering ditemukan pada populasi lansia adalah penyakit Diabetes
Mellitus.

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok yang memliki


kelainan heterogen ditandai dengan kenaikan kadar gula dalam
darah atau hiperglikemik. Tarwoto 2012).

Penderita diabetes mellitus di dunia menurut data World


Health Organisation (WHO) diperkirakan 347 juta orang
didunia (WHO 2015).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan
bahwa diabetes melitus berada pada peringkat keempat penyakit
tidak menular penyebab kematian pada semua umur di Indonesia
yaitu 2,1%

Prevalensi penyakit DM di Provinsi Sumsel berdasarkan penyakit tidak


menular (PTM) pada tahun 2015 sebanyak 3180 jiwa (Depkes, 2015)
sedangkan Data Dinkes Kota Palembang pada tahun 2015 berjumlah
1595 jiwa.

Kasus DM tipe 2 lebih banyak di bandingkan DM tipe 1 dengan jumlah


penderita DM tipe 2 sekitar 90% sampai 95%, sedangkan DM tipe 1
hanya sekitar 5% sampai 10% dari jumlah penderita DM di seluruh dunia
(ADA, 2009). Dengan kondisi ini upaya yang harus di lakukan pada
penderita DM tipe 2 adalah dengan program diet.
Pelaksanaan Diet adalah penatalaksanaan gizi paling penting pada
penderita DM. Prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu
kendala pada pelayanan diabetes, terapi gizi merupakan komponen utama
keberhasilan penatalaksanaan diabetes. (Almatsier S, 2005).

Penderita DM di Indonesia meningkat diakibatkan oleh perkembangan


pelaksanaan diet yang salah. Pola makan yang tinggi lemak, garam, dan
gula, mengakibatkan masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan
secara berlebihan dan mengakibatkan kenaikan kadar gula darah. Agar
kadar gula darah menjadi stabil perlu dilakukan pengaturan jumlah
makanan yang di makan, jadwal makan yang teratur (makan pagi, makan
siang, makan malam ) dan jenis makanan yang di konsumsi.

Berdasarkan studi kasus yang dilakukan oleh Febriana (2005), kadar gula
darah buruk (>200mg/dL) dengan presentase terbanyak pada sampel
dengan pola makan tidak baik (41,20%). Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus. Pengaturan diet yang sesuai anjuran yaitu 3 J
(jadwal, jenis, dan jumlah) mengakibatkan asupan zat gizi akan tersebar
sepanjang hari sudah terbukti mampu meningkatkan kestabilan kadar gula
darah menjadi lebih baik (Waspadji, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada
bulan September 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Palembang, di
dapatkan hasil bahwa jumlah penduduk sebanyak 28.012 jiwa. Dengan
jumlah lanjut usia tahun 2016 sebanyak 2427, sedangkan untuk jumlah
kunjungan pasien dengan penyakit DM awal bulan juli september 2016
sebanyak 111.

Pada saat dilakukan pemeriksaan menggunakan glukometer dengan


satuan mg/dl, didapatkan rata-rata kadar glukosa darah berkisar
antara 200-300 mg/dl. Sebanyak 25% lanjut usia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembina mengeluh sering merasa sakit kepala, kebas
pada kaki, penurunan berat badan, dan merasa lemas. .

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk


melakukan penelitian Hubungan Pelaksanaan Diet dengan Kadar
Gula Darah pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Palembang.
Adakah hubungan pelaksanaan
diet dengan kadar gula darah
Rumusan pada lanjut usia penderita
Masalah diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Pembina
Palembang?
RUANG LINGKUP
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pembina
palembang pada bulan September 2016.

Populasi dan sampel yang digunakan adalah lansia yang


menderita diabetes mellitus tipe 2.

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah


kuantitatif yaitu dengan cara mengukur jumlah kalori, jenis
makanan, jadwal makanan, dan kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus tipe 2.

Rancangan pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan


menggunakan teknik probability sampling dengan metode
purposive sampling.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA TEORI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
KERANGKA KONSEP

Variabel dependen

PELAKSANAAN DIET

Variabel Independen
JUMLAH
KALORI
KADAR GULA DARAH
PADA LANSIA
JADWAL PENDERITA
MAKAN DIABETES MELLITUS
TIPE 2

JENIS
MAKANAN
DESAINPENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian


kuantitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian cross-
sectional. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan
variabel independen dengan
variabel dependen dimana
pengukurannya dilakukan pada
satu saat (serentak) (Budiman,
DEFINISI OPEASIONAL
NO VARIAB DEFINISI ALAT HASIL UKUR SKALA
EL OPERASIONAL UKUR

1. Jumlah Jumlah kalori Food 1. Tepat jumlah, bila Nominal


kalori adalah jumlah Recall 1 x sesuai dengan
rata-rata zat 24 jam, kebutuhan kalori
gizi yang Timbanga berdasarkan
dikonsumsi n BB, Alat rumus:
sehari yang ukur tinggi BB (kg)
dikumpulkan badan, BBR = x
dengan metode Alat 100
food recall 1x24 peraga, TB(cm)-100
jam selama 1 dan 2. Tidak tepat jumlah,
hari. Aplikasi bila < atau > dari
Nutrisurvy kebutuhan kalori
, (2007). berdasarkan rumus :
BB (kg)
BBR = x
100
TB(cm)-100
NO VARIABEL DEFINISI ALAT HASIL UKUR SKALA
OPERASIONAL UKUR

2. Jadwal Jadwal makanan Food Recall 1. Tepat Nominal


makan adalah rata-rata 1 x 24 jam jadwal, bila
jarak antar waktu jarak antar
makan, baik waktu
makanan pokok makan 3
maupun makanan jam.
selingan yang 2. Tidak tepat
diketahui dari jadwal, bila
hasil rekapitulasi jarak antar
Food Recall 1x24 waktu
jam selama 1 makan <
hari. atau > 3
jam.
(Almatsier,
2005).
NO VARIABEL DEFINISI ALAT HASIL UKUR SKALA
OPERASIONAL UKUR

3. Jenis Jenis makanan Food 1. Tepat jenis, jika Nominal


makanan adalah yang di Recall 1 responden tidak
konsumsi oleh x 24 mengkonsumsi
subjek yang jam makanan Gol A
diperoleh dari yaitu: sawo, jeruk,
rekapitulasi nanas, rambutan,
Food Recall durian, nangka
makanan selama dan anggur.
1x24 jam 2. Tidak tepat jenis,
selama 1 hari. bila responden
mengkonsumsi
memakan Gol A
yaitu: sawo, jeruk,
nanas, rambutan,
durian, nangka
dan anggur.
(Tjokroprawiro,
2006).
NO VARIABEL DEFINISI ALAT HASIL UKUR SKALA
OPERASIONA UKUR
L

4. Kadar gula Kadar gula Glukomete 1. Tekontrol, bila Nominal


darah adalah jumlah r < 200 mg/dL
glukosa yang 2. Tidak
terdapat dalam tekontrol, bila
darah. 200 mg/dL
Diperoleh dari (Amtiria,
hasil 2016).
pemeriksaan
darah kapiler.
Gula darah
sewaktu
penderita DM
tipe 2.
POPULASI DAN SAMPEL

Populasi pada penelitian ini berdasarkan data kunjungan dari


awal bulan juli september sebanyak 111 jiwa lansia yang
berusia rata-rata 60 74 tahun, dengan menggunakan
rumus Slovin sehingga besar sampel (Notoadmodjo, 2010):

n= 111
1+111(0,1)2
n= 111
1+1,11
n= 111
2,11

Sampel = 52,6 = 53 responden


WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di rumah responden


di wilayah kerja Puskesmas Pembina
Palembang tahun 2016 yang sesuai dengan
kriteria inklusi.
TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan


September 2016 mulai dari studi
pendahuluan, penyusunan proposal, seminar
proposal, penelitian dan pengolahan data
serta penulisan laporan penelitian.
ALAT PENGUMPUL
DATA
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa Lembar observasi ,Food
Recall 1x24 jam, dan pengukuran kadar gula
darah (Glukometer).

Lembar observasi terdiri dari Nama, umur, jenis


kelamin, dan kadar gula darah. Sedangkan
Food Recall 1x24 jam terdiri dari jumlah kalori,
jadwal makan, jenis makanan yang dimakan,
dan ukuran rumah tangga (URT).
ANALISA DATA

Bentuk tabel distribusi


frekuensi meliputi nama,
Univariat
umur, jenis kelamin, dan
kadar gula darah.

Melihat hubungan
antara variabel
independen dengan
Bivariat variabel dependen
Bentuk tabel tabulasi
dan
Menggunakan uji chi
square
BAB IV HASIL
DAN
PEMBAHASAN
1. ANALISIS UNIVARIAT
2. ANALISIS
1. HubunganBIVARIAT
Jumlah Kalori dengan
Kadar Gula Darah pada Lansia
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Pembina
Palembang (n=51)
Jumlah Kalori

Tepat Jumlah Tidak Tepat Total


p
Kalori Jumlah Kalori

N % N % N %
Kadar Terkontrol 5 9.8 0 0 5 9.8
Gula
Tidak 18 35.3 28 54.9 46 90.2
Darah
Terkontrol 0.014

100.0
Total 23 45.1 28 54.9 51
2. Hubungan Jadwal Makan dengan
Kadar Gula Darah pada Lansia
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Pembina
Palembang (n=51)
Jadwal Makan

Tepat Jadwal Tidak Tepat Total


P
Makan Jadwal Makan

N % N % N %
Kadar Terkontrol 10 19.6 1 2.0 11 21.6
Gula
Tidak 13 25.5 27 52.9 40 78.4
Darah
Terkontrol 0.001

100.0
Total 23 45.1 28 54.9 51
3. Hubungan Jenis Makanan dengan
Kadar Gula Darah pada Lansia
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Pembina
Palembang (n=51)
Jenis Makanan

Tepat Jenis Tidak Tepat Total


P
Makanan Jenis Makanan

N % N % N %

Kadar Terkontrol 8 15.7 0 0 8 15.7


Gula
Darah Tidak 15 29.4 28 54.9 43 84.3
Terkontrol 0.001

100.0
Total 23 45.1 28 54.9 51
PEMBAHASAN

1. Hubungan jumlah kalori dengan


kadar gula darah pada lansia
. Berdasarkan hasil peneliti
menunjukkan bahwa, analisis uji
statistik fishers exact test,
terdapat hubungan yang bermakna
antara jumlah kalori dengan kadar
gula darah dengan p-value = 0.014.
2. Hubungan jadwal makan dengan
kadar gula darah pada lansia
Berdasarkan hasil peneliti
menunjukkan bahwa, analisis uji
statistik fishers exact test, terdapat
hubungan yang bermakna antara
jadwal makan dengan kadar gula
darah dengan p-value = 0.001.
3. Hubungan jenis makanan dengan
kadar gula darah pada lansia
Berdasarkan hasil peneliti
menunjukkan bahwa, analisis uji
statistik fishers exact test, terdapat
hubungan yang bermakna antara
jenis makanan dengan kadar gula
darah dengan p-value = 0.001.
KETERBATASAN
PENELITI
1. Hasil bivariat terdapat nilai 0 dikarenakan
SPSS seharusnya memerlukan sampel
yang lebih banyak tetapi peneliti hanya
mengambil sampel sebanyak 51 orang,
jadi distribusinya tidak merata.
2. Penelitian ini hanya mengukur kadar gula
darah dari pemeriksaan dengan
menggunakan darah kapiler (tusukan
dijari) sehingga kemungkinan kalibrasi
dan human error lebih besar
dibandingkan dengan sampel plasma
vena.
SIMPULAN
1. Terdapat hubungan antara jumlah kalori dengan kadar
gula darah pada lansia penderita diabetes mellitus tipe 2
di wilayah kerja puskesmas pembina palembang dimana
hasil p-value sebesar 0.014.
2. Terdapat hubungan antara jadwal makan dengan kadar
gula darah pada lansia penderita diabetes mellitus tipe 2
di wilayah kerja puskesmas pembina palembang dimana
hasil p-value sebesar 0.001.
3. Terdapat hubungan antara jenis makanan dengan kadar
gula darah pada lansia penderita diabetes mellitus tipe 2
di wilayah kerja puskesmas pembina palembang dimana
hasil p-value sebesar 0.001.
4. Berdasarkan hasil bivariat diketahui bahwa terdapat
hubungan pelaksanaan diet dengan kadar gula darah
pada lansia penderita diabetes mellitus tipe 2 diwilayah
kerja puskesmas pembina palembang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai