Anda di halaman 1dari 19

Emergency

Orthopedic
Andi Khairun Nisa
Definisi
Kegawatdaruratan ortopedi adalah
trauma pada muskuloskeletal dimana
apabila tidak mendapat penanganan
yang tepat dapat menyebabkan
komplikasi lebih lanjut. Bisa berupa
infeksi, kelumpuhan bahkan kematian.
Berdasarkan sifatnya kegawatdaruratan
ortopedi dibedakan menjadi dua :
Sifat yang mengancam jiwa (life
threatening)
Sifat yang mengancam kelangsungan
ekstrimitas (limb threatening)
Kasus-kasus yang termasuk dalam
kegawatdaruratan ortopedi, yaitu:
a. Open Fractures
b. Compartment Syndrome
c. Dislocation
d. Septic Artritis
A. Open Fracture

Dikatakan fraktur terbuka bila


terdapat luka yang
menghubungkan tulang yang
fraktur dengan udara luar atau
permukaan kulit
Merupakan salah satu kegawat daruratan
ortopedi karena resiko untuk terjadinya
infeksi pada tulang yang fraktur tinggi.
Klasifikasi Klasifikasi gustillo-anderson
1. Grade I
- Fraktur terbuka dengan luka kulit < 1 cm dan bersih
- Kerusakan jaringan minimal, frakturnya simple atau oblique.
2. Grade II
- Fraktur terbuka dengan luka robek > 1 cm, tanpa ada kerusakan
jaringan lunak,
- Flap kontusio avulsi yang luas serta fraktur kominutif sedang
dan kontaminasi sedang.
3. Grade III
Fraktur terbuka segmental atau kerusakan jaringan lunak yang luas
atau amputasi traumatic,derajad kontaminasi yang berat dan trauma
dengan kecepatan tinggi.
a. Grade IIIa: Fraktur segmental atau kominutif, penutupan tulang
dengan jaringan lunak cukup adekuat.
b. Grade IIIb: Trauma sangat berat atau kehilangan jaringan lunak
Penegakan diagnosis
Anamnesis
Riwayat trauma, mekanisme terjadinya trauma

Pemeriksaan status lokalis


1. Inspeksi (look)
Memeriksa dengan melihat : luka, deformitas,
pembengkakan, perubahan warna.
2. Palpasi (feel)
Nyeri tekan, krepitasi, sensitabilitas, pemeriksaan
vaskuler (pulsasi arteri), mengukur panjang tungkai
3. Gerak (move)
pergerakan aktif dan pergerakan pasif. Pada pasien
fraktur pergerakan aktif dan pasif akan terbatas karena
nyeri.
Prinisip penatalaksanaan :
1. Recognition (diagnosis & penilaian fraktur)
2. Ruduction (untuk mengembalikan panjang
& kesegarisan tulang)
3. Retention (untuk mencegah pergeseran
fragmen & mencegah pergerakan yang
dapat mengancam union
4. Rehabilitation (mengembalikan aktifitas
fungsionla seoptimal mungkin)
B. Compartment Syndrome

suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan


tekanan intertisial di dalam ruangan terbatas,
yaitu kompartemen osteofacial yang tertutup,
yang akan mengakibatkan berkurangnya
perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan.
Kompartmen osteofacial berisi tulang,
pembuluh darah, saraf dan otot yang
dibungkus oleh suatu fascia.
Penegakan diagnosis
Anamnesis
-Nyeri yang hebat
-Parestesi : akibat defisit sensorik
-Riwayat Trauma.

Pemeriksaan Fisik
- Pain
- Pulse
- Pallor
- Paresthesia
- Paralysis
Pemeriksaan Penunjang
-Foto Rontgen : untuk melihat terdapat fraktur
atau untuk mengetahui asal dari rasa nyeri
-Arteriografi : untuk mengetahui ada atau tidak
cedera pada arteri.
-Pengukuran tekanan Kompartemen : normalnya
tekanan kompartemen adalah nol.
Penatalaksanaan
Non Operatif
-Menempatkan setinggi jantung untuk
mempertahankan ketinggian kompartemen yang
minimal.
-mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan
darah
-pemberian diuretic dan manitol dapat mengurangi
tekanan kompartemen.
-menggunakan aspirin dan ibuprofen untuk
mengurangi inflamasi.
Operatif
C. Dislokasi
Keadaan dimana tulang-tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan
secara anatomis tulang lepas dari sendi
(brunner & suddarth, 2002)
Merupakan suatu kedaruratan yang
membutuhkan pertolongan segera
Penegakan diagnosis
Anamnesis
Sejak kapan terjadinya, untuk membedakan antara kelainan
kongenital dengan kelainan yang didapat
Riwayat terjadinya trauma, misalnya trauma olahraga atau
karena kecelakaan
Ada rasa sendi keluar

Pemeriksaan fisik
Look : pembengkekakan kecuali jika terjadi pada sendi yang
letaknya dalam . Selain itu terdapat deformitas.
Feel : nyeri tekan
Move : keterbatasan gerakan / penurunan lingkup gerak sendi,
mauoun gerakan abnormal yaitu perubahan arah gerak karena
ketidakstabilan sendi.

Pemeriksaan penunjang :
Foto roentgen : tidak hanya berperan dalam diagnosis tetapi
Penanganan:
Lakukan reposisi segera
Kontrol perdarahan dengan tekanan
langsung dan mencakup dislokasi
terbuka dengan kasa steril.
Antibiotik profilaksis yang tepat harus
diberikan, dan Anti tetanus
Imobilisasi : Gips dan atau traksi
D. Septic Arthritis
Septic artritis adalah infeksi pada sendi

Keterlambatan dan terapi yang tidak


adekuat terhadap septic arthritis dapat
mengakibatkan kerusakan katilago
hyalin artikular dan kehilangan fungsi
sendi yang ireversible.
Penanganan awal :
1. Antibiotik
2. Drainase
3. Mobilisasi sendi secara lembut
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai