Irena D. Karere Lukas L. Dairo Lutfi Andriansyah Yohana Marselina S Definisi
Retensi urine adalah
ketidakmampuan untuk mengosongkan isi kandung kemih sepenuhnya selama proses pengeluaran urine. (Brunner and Suddarth,2010) Latar belakang Udonayo kaleijaye dalam jurnalnya menyebutkan bahwa retensi urin akut terjadi pada 10% pria diatas 70 tahun, dan resiko akan meningkat dalam 10tahun ke depan. Retensi tersebut 10 kali lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita, di antaranya penyebab neurologis yang mendasarinya harus selalu dipertimbangkan. Penyebab paling umum pada wanita adalah infeksi atau peradangan yang terjadi postpartum atau sekunder untuk herpes, abses Bartholin, uretritis akut, atau vulvovaginitis. AUR jarang pada anak-anak dan biasanya berhubungan dengan infeksi atau terjadi pasca operasi. Anatomi fisiologi Organ tubuh yang berperan dalam eliminasi urin : Etiologi Klasifikasi a). Retensi urin akut Pada retensi urin akut penderita seakan - seakan tidak dapat berkemih (miksi). Kandung kemih perut disertai rasa sakit yang hebat didaerah supra pubik dan hasrat ingin miksi yang hebat di sertai mengejan. Sering kali urin keluar menetes atau sedikit-sedikit (Kapita Selekta Kedokteran,2000). Lanjutan. . . b). Reteni urin kronik Penderita secara perlahan dalam waktu yang lama tidak dapat berkemih(miksi), merasakan nyeri didaerah suprapubik hanya sedikit atau tidak sama sekali walaupun kandung kemih penuh (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Pada retensi urin kronik, terdapat masalah khusus akibat peningkatan tekanan intravesikal yang menyebabkan refluks uretra, infeksi saluran kemih atas dan penurunan fungsi ginjal (Pribakti, 2011). Manifestasi Klinis
1. Ketidaknyamanan daerah pubis
2. Distensi vesika urinaria 3. Ketidaksanggupan berkemih 4. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urin(25-50ml) 5.Ketidakseimbangan jumlah urin yang dikeluarkan dengan asupannya 6.Meningkat keresahan dan keinginan berkemih 7. Adanya urin sebanyak 3000-4000 ml dalamkandung kemih. (Uliyah & Hidayat, 2006). Patofisiologi Pemeriksaan diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat
dilakukan pada retensio urine adalah sebagai berikut: 1.Pemeriksaan specimen urine (Pengambilan: steril, random, midstream. 2.Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit. 3. Sistoscopi. 4. IVP. Komplikasi
1. Urolitiasis atau nefrolitiasis
2. Pielonefritis : Infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis 3. Hydronefrosis : Penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadp ginjal karena aliran air kemih tersumbat 4. Ekstravasasi urine Penatalaksanaan a). Retensi urin akut Pada pasien dengan retensi akut, terapi segera perlu dilakukan adalah mendrainase kandung kemih. Karena resiko pendarahan kandung kemih, atau drainase pasca obstruktif, dekompresi kandung kemih secara cepat biasanya dihindari. Pada banyak kasus, drainase terus- menerus, perlu dilakukan sampai fungsi kandung kemih kembali normal, biasanya 48-72 jam. Pemberian antibiotik juga perlu dipertimbangkan dalam penanganan retensi urin ini (Pribakti, 2011). Lanjutan. . . b). Retensi urin kronik Pada kasus ini perlu adanya intervensi medis jangka panjang secara langsung mencegah kerusakan ginjal dan mengkoreksi penyebab yang mendasari terjadinya retensi urin. Beberapa intervensi terapi spesifik yang dapat dilakukan diantaranya terapi farmakologik, katerisasi, neuromodulasi radiks saraf,dan bahkan intervensi bedah (Pribakti, 2011). CASE STUDY TERIMA KASIH