i + PAP
e.c PPT + Ruptur Uteri Komplit + PPCM
+ Riwayat SC + Letak Lintang +
Stillbirth + Anemia + HT
Perdarahan
G4P3A0 merasa hamil 7 bulan. Datang dengan keluhan keluar
darah dari jalan lahir sejak 16 jam SMRS. Darah yang keluar
banyak, berwarna merah, encer dan pasien sampai mengganti
pembalut hingga 2x sehari. Ibu menyatakan sebelumnya
mengeluhkan konraksi yang terus menerus sejak 12 jam SMRS
dan terasa nyeri di bagian bawah perut, tetapi kontraksinya
hilang sejak 4 jam SMRS. Keluhan keluar air dari jalan lahir
disangkal oleh pasien. Gerakan janin dirasakan sejak 3 bulan
SMRS hingga 4 jam SMRS. Anak ke-3 lahir dengan SC atas
indikasi letak lintang. Ibu menyatakan memiliki riwayat
terjatuh 3 hari SMRS. Ibu menyatakan bahwa telah di usg oleh
bidan 3 jam dan diberitahukan bahwa rahimnya robek.
Riwayat Obstetri
4 Kehamilan Sekarang
Keterangan Tambahan
Menikah : Pertama kali
: 18 thn, SD, IRT
: 23 thn, SMK, Wiraswasta
HAID
HPHT : 11 Mei 2016
TP : 18 Februari 2017
Siklus : Teratur
Lama : 6 hari
Darah : Banyak
Nyeri : Ya
Menarche : 13 tahun
Kontrasepsi terakhir : -
Pre Natal Care
Pasien melakukan prenatal care Bidan sebanyak 8 kali. Terakhir pasien prenatal
care adalah 3 jam yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit berat sebelumnya.
Inspekulo :-
Perabaan Fornises :-
Pemeriksaan Dalam : TDL
Diagnosa Awal
G4P3A0 Gravida 30-31 minggu + PAP + + Letak
Lintang + Riwayat SC + IUFD
Rencana Pengelolaan
Pro USG
Cek Hematologi Rutin
Konsul IPD
Observasi KU, TTV, Perdarahan
Motivasi KB : Setuju MOW
Laboratorium
10-12-2016
Hemoglobin : 10.4 g/dL
Hematokrit : 32 %
Leukosit : 10.000 /mm3
Trombosit : 128.000 /mm3
Eritrosit : 3.56 juta/mm3
Diagnosa Post Pemeriksaan Penunjang
G4P3A0 Gravida 30-31 minggu + PAP e.c PPT +
Ruptur Uterus + Letak Lintang + Riwayat SC +
PPCM + IUFD + Anemia
Rencana Pengelolaan
Rencana Persalinan Perabdominam
Infus RL 500 cc 20 gtt/menit
Koreksi Anemia
Observasi KU, TTV, Perdarahan tiap 4 jam
Konsul Anestesi
Informed consent
Puasa 6 jam
Follow Up
Tanggal Catatan Instruksi
10/12/2016 Hasil USG : Janin tunggal mati,
Plasenta di posterior menutupi OUI.
13.20 Terdapat robekan uterus. Usia
kehamilan seperti 30-31 minggu.
TBBA 1824 gr
B. Etiologi
Bersumber dari kelainan plasenta
1. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. Pada keadaan normal, plasenta terletak di bagian atas uterus, biasanya di
depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir pada kehamilan 28 minggu atau lebih.
Klasifikasi Plasenta Previa
Terhadap jalan lahir ada 4 kemungkinan jenis plasenta previa, yakni :
1. Placenta previa totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Pada posisi ini, jelas tidak mungkin bayi
dilahirkan per-vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat
hebat.
2. Placenta previa partialis
Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada posisi
inipun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui
per-vaginam.
3. Placenta previa marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Bisa dilahirkan per-
vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang
disebut juga dangerous placenta)
Posisi plasenta beberapa mm atau cm dari tepi jalan lahir. Risiko perdarahan tetap
ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman,
asal hat-hati.
Faktor Risiko Plasenta Previa
Riwayat plasenta previa sebelumnya.
Riwayat seksio caesarea.
Riwayat aborsi.
Kehamilan ganda.
Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun.
Multiparitas.
Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga
mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta.
Endometriosis.
Gambaran Klinis
Perdarahan tanpa nyeri
Perdarahan berulang
Warna perdarahan merah segar
Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan
keluarnya darah
Timbulnya perlahan-lahan
His biasanya tidak ada
Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
Denyut jantung janin ada
Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
Penatalaksanaan
Aktif - Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa
maut, misalnya : kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, dan
anak mati (tidak selalu).
a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang
dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade
pada plasenta). Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis atau
plasenta previa lateralis di anterior (dengan anak letak kepala). Dilakukan
oksitosin drip disertai pemecahan ketuban.
b. Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hiugga rahim
dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga mencegah
terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada persalinan per vaginam.
Dilakukan pada keadaan plasenta previa dengan perdarahan banyak, plasenta
previa totalis, plasenta previa lateralis di posterior, plasenta letak rendah dengan
anak letak sungsang.
Ekspektatif Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup
di dunia luar baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif hanya dapat dibenarkan
jika keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.
Ruptur Uteri
Ruptur Uteri adalah robekan pada rahim sehingga rongga
uterus dan rongga peritoneum dapat berhubungan. Yang
dimaksud dengan ruptur uteri komplit adalah keadaan
robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan
langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum
sehingga janin memiliki kemungkinan masuk ke rongga
peritoneum. Pada ruptura uteri inkomplit hubungan kedua
rongga tersebut masih dibatasioleh peritoneum viserale.
Pada keadaan yang demikian janin belum masuk ke dalam
rongga peritoneum.
Epidemiologi
Frekuensi ruptur di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia
berkisar antara 1:92 sampai 1:294 persalinan. Angka-
angka ini tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju
(antara 1:1250 dan 1:2000 persalinan). Insidensi ruptur
uterine menurut ACOG terjadi pada 1:67 sampai 1:500
wanita.
Etiologi
Akhir-akhir ini, penyebab ruptur uteri yang paling sering
adalah terpisahnya jaringan parut akibat seksio sesarea
sebelumnya dan peristiwa ini kemungkinan semakin
sering terjadi bersamaan dengan timbulnya
kecenderungan untuk memperbolehkan partus
percobaan pada persalinan dengan riwayat seksio
sesarea.
Faktor predisposisi lainnya yang sering ditemukan pada
ruptur uteri adalah riwayat manipulasi yang
mengakibatkan trauma seperti kuretase yang dapat
menyebabkan perforasi.
Presentasi Abnormal yang disertai penipisan SBR
Gejala Klinis
Lingkaran Brandl yang tinggi akibat penegangan dan
penipisan SBR
Nyeri tajam diantara kontraksi atau nyeri tajam di
tempat jaringan parut bekas luka
Kontraksi yang semakin lama semakin lambat
Nyeri tekan
Teraba bagian kepala di bagian pubis
Denyut jantung janin hilang
Perdarahan melalui jalan lahir (dapat sedikit atau
banyak)
Gejala syok (Nadi meningkat, TD menurun, Nafas
pendek)
Klasifikasi
1. Berdasarkan Waktu
1. R.u Gravidarum
2. R.u Durante Partum
2. Berdasarkan Lokasi
1. Korpus Biasanya terjadi pada pasien yang sudah pernah
menjalani operasi seperti SC atau Miomektomi
2. SBR Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama yang
membuat SBR regang dan tipis
3. Serviks Biasanya terjadi pada waktu ekstraksi menggunakan
forsep
3. Berdasarkan Robekan
1. R.u Komplit
2. R.u Inkomplit
4. Berdasarkan etiologi
1. Dinding rahim lemah
- Bekas SC
- Bekas Miomektomi
- Bekas perforasi waktu kuretase
- Bekas histerorafi
- Bekas manual plasenta
2. Peregangan rahim yang hebat
- Makrosomia
- Kelainan letak janin
- Adanya tumor di jalan lahir
Tatalaksana
Berikan segera cairan isotonik (ringer laktat atau garam fisiologis)
500 ml dalam 15-20 menit dan siapkan laparotomi
Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas
pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit
rujukan
Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan reparasi uterus
Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkhawatirkan lakukan histerektomi
Antibiotika dan serum anti tetanus.
Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera berikan antibiotika
spektrum luas. Bila terdapat tanda-tanda trauma alat
genetalia/luka yang kotor, tanyakan saat terakhir mendapat
tetanus toksoid. Bila hasil anamnesis tidak dapat memastikan
perlindungan terhadap tetanus, berikan serum anti tetanus 1500
IU/IM dan TT 0,5 ml IM
Sikap bidan dalam puskesmas
7. Gawat janin
Bila air ketuban habis otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan ibunya. Kondisi ini bisa mengakibatkan
janin tercekik karena suplai oksigen dari Moms ke janin terhenti. Gejalanya dapat diketahui melalui cardiotopografi (CTG).
Mula-mula detak jantung janin kencang, lama-kelamaan malah menurun hingga di bawah rata-rata.