Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

A IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Dita Hamsina
Umur : 24 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Makassar
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Sultan Abdullah II
No. Register : 06-37-45
Tanggal Periksa : 31 Desember 2016
Tempat Periksa : RSIA Sitti Khadijah I

B ANAMNESIS (Tanggal 31-12-2016 pukul 13.00 WITA)


G1P0A0
HPHT : 18 -05 - 2016
HTP : 25 - 02 -2017
Gravid : 32 minggu 2 hari
Keluhan Utama: Keluar darah merah segar dari vagina tanpa disertai
nyeri yang dialami sejak tadi pagi sebelum masuk rumah sakit.
Anamnesis Terpimpin :
Pasien rumah sakit dengan membawa surat pengantar dari dokter
spesialis Obstetric dan Ginecology (31-12-2016) dengan keluhan keluar
darah merah segar dari vagina sejak tadi pagi. Perdarahan tiba-tiba
disertai adanya gumpalan darah sebanyak 1x. Perdarahan tidak diketahui
sebabnya dan tanpa disertai adanya rasa nyeri. Nyeri perut tembus
belakang di sangkal, riwayat pelepasan lendir di sangkal, air di sangkal.
Riwayat ganti pembalut 1 kali dan darah pada pembalut tidak penuh dari
tadi pagi sebelum masuk rumah sakit. Nyeri kepala disangkal, nyeri ulu
hati, penglihatan kabur, serta mual dan muntah disangkal.

1
Pemeriksaan ANC : 4 kali
Injeksi Tetanus Toxoid : 2 kali
Riwayat Penyakit :
Hipertensi (-) Diabetes Mellitus (-) Alergi (-)
Asma (-) Penyakit Lainnya (-)
Riwayat Operasi : (-)
Riwayat Penggunaan KB : (-)
Riwayat Obstetrik :
- Anak 1 : 2016 Kehamilan Sekarang

C PEMERIKSAAN FISIK
1 Status Present
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2 Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 90/60 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Pernapasan : 18x/menit
d. Suhu : 36,5C
3 Pemeriksaan Luar
a Tinggi Fundus Uteri : 24 cm
b Lingkar Perut : 80 cm
c Situs : Memanjang
d Punggung : Kanan
e Bagian terendah janin : Kepala
f His : (-)
g Denyut Jantung Janin : 138x/menit
h Gerakan Anak : (+) di rasakan ibu
i Anak Kesan : Tunggal

2
j Taksiran Berat Janin : 1920 gram
4 Pemeriksaan Dalam Vagina : dilakukan
Inspekulo :
V/V : tak ada kelainan
Portio : muncucu
Fluxus : darah (+) sedikit, aktif (-)

D PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Pemeriksaan Laboratorium (31/12/2016)
PARAMAT HASIL RUJUK
ER AN
3
WBC 8,2x10 / 4.0-10.0
uL
HGB 9,1 g/dL 11-16
6
RBC 3.28x10 3.50-
/uL 5.50
HCT 27,8 % 37-54
MCV 84,9 fL 80-100
MCH 27,7 pg 27-34
MCHC 32,7 32-36
g/dL
PLT 222x103/ 100-450
uL
MPV 7.4 Fl 6.5-12
PDW 15,2 9-17
PCT 0.164% 0.108-
0.282
CT/BT 10/130 10-15/1-
3
HbSAg Non
Reaktif

3
2 Pemeriksaan USG

Hasil :
Gravid tunggal hidup
Presentasi kepala
Punggung kanan
GA: 34 w; AC: 29,6 cm; EFW: 2.04 kg; HC: 32,8 cm
Plasenta di corpus anterior keluar menutupi OUI

E DIAGNOSA KERJA
Diagnosa : G1P0A0 Gravid 32 Minggu 2 Hari belum inpartu +
Perdarahan Antepartum Et Causa Placenta Previa Totalis
F PENATALAKSANAAN
Pematangan paru : Dexamethason 6 mg/12jam IM 4x pemberian

4
Cefadroxyl 500mg 2x1
Observasi HIS, DJJ
Observasi KU, TTV, dan tanda-tanda pendarahan

FOLLOW UP
Tgl 31/12/2016 pukul 14:00 WITA
Subjektif : tak
Objektif : KU : baik
Tekanan Darah : 90/60 mmHg S : 36,5C
Nadi : 80 x/menit P : 20x/menit
Mammae : tidak ada kelainan /tidak ada kelainan
Asi : - /-
Tinggi Fundus Uteri: 24 cm
HIS : (-)
DJJ : 138 x/menit
Gerakan Janin : (+)
BAB : biasa
BAK : lancar

Penatalaksanaan :
Dexamethason 6 mg/12jam IM diberikan pukul 17.00 WITA
Cefadroxyl 2x500mg.

Tgl 1/1/2017 pukul 06:00 wita. PH1


Subjektif : tak
Objektif : KU : baik
Tekanan Darah : 100/70 mmHg S : 36C
Nadi : 80 x/menit P : 20x/menit
Mammae : tidak ada kelainan /tidak ada kelainan
Asi : - /-

5
Tinggi Fundus Uteri: 24 cm
HIS : (-)
DJJ : 142 x/menit
Fluxus : darah (+) sedikit
Gerakan Janin : (+)
BAB : biasa
BAK : lancar

Penatalaksanaan :
Dexamethason 6 mg/12jam IM diberikan pukul 05.00 dan
17.00 WITA.
Cefadroxyl 2x500mg.

Tgl 02/01/2017 jam 05.30 wita. PH 2


Subjektif : tak
Objektif : KU : baik, sadar
Tekanan Darah : 90/70 mmHg S : 36C
Nadi : 80 x/menit P : 20x/menit
Mammae : tidak ada kelainan /tidak ada kelainan
Asi : - /-
Tinggi Fundus Uteri: 2 jari diatas pusar.
HIS : (-)
DJJ : 144 x/menit
Fluxus : darah (-)
Gerakan Janin : (+)
BAB : biasa
BAK : lancar
Penatalaksanaan:
Dexamethason 6 mg/12jam IM diberikan pukul 05.00 WITA.
Cefadroxyl 2x500 mg.
Pukul 12.00 WITA (Instruksi dokter penanggung jawab )

6
1. Pematangan paru selesai
2. Pasien Boleh pulang
3. Obat oral : cefadroxyl 500 mg 2x1

G RESUME
Seorang pasien wanita berumur 24 tahun masuk UGD rumah
sakit RSIA Khadijah I dengan keluhan dengan keluhan keluar
darah merah segar dari vagina sejak tadi pagi. Perdarahan tiba-tiba
disertai adanya gumpalan darah sebanyak 1x. HPHT : 18 05-
2016 (gravid 32 minggu 2 hari), TP : 25 - 02 2017. Perdarahan
tidak diketahui sebabnya dan tanpa disertai adanya rasa nyeri.
Nyeri perut tembus belakang di sangkal, riwayat pelepasan lendir
di sangkal, air di sangkal. Riwayat ganti pembalut 1 kali dan darah
pada pembalut tidak penuh dari tadi pagi sebelum masuk rumah
sakit. Nyeri kepala disangkal, nyeri ulu hati, penglihatan kabur,
serta mual dan muntah disangkal. Riwayat ANC >4x, TT 2x, Asma
disangkal, alergi disangkal, DM disangkal, HT disangkal. Riwayat
KB disangkal, Riwayat Operasi sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik/sadar, TD :
90/60 mmHg, N : 80 x/i, P : 18 x/i, S : 36,5oC. Pemeriksaan luar
didapatkan TFU : 24 cm, LP 80 cm, TBJ: 1920 gram. Situs
memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, His : (-), DJJ:
138x/i, gerakan anak (+) di rasakan ibu, kesan anak tunggal. Pada
pemeriksaan dalam vagina didapatkan hasil vagina dan vulva ; tak
ada kelainan, porsio; mencucu, fluksus ; darah (+) sedikit, aktif (-).
Pada pemeriksaan USG didapatkan Gravid tunggal hidup,
Presentasi kepala, Punggung kanan, GA: 34 w; AC: 29,6 cm; EFW:
2.04 kg; HC: 32,8 cm, plasenta di corpus anterior dan menutupi
OUI, hasil kesan plasenta previa.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC 8,2x103/uL ,
RBC 3.28x106/uL, Hb 9,1 g/dL, HCT 27,8%, PLT 222 x 103/ uL,

7
HbSAg Non Reaktif. Diagnosis pasien ini adalah G1P0A1 Gravid
32 Minggu 2 Hari belum inpartu + Perdarahan Antepartum Et
Causa Placenta Previa.

DISKUSI

Pasien wanita berumur 24 tahun masuk RSIA Khadijah I dengan keluhan


dengan keluhan keluar darah merah segar dari vagina sejak tadi pagi.
Perdarahan tiba-tiba disertai adanya gumpalan darah sebanyak 1x. HPHT :
18 05- 2016 (gravid 32 minggu 2 hari), TP : 25 - 02 2017. Berdasarkan
anamnesis ini maka sesuai dengan teori diagnosis kerja yang telah di buat bahwa
pada pasien ini masuk dalam perdarahan antepartum. Beberapa kepustakan
mendefinisikan bahwa Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi
setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya pada
perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu.1.2
Pasien juga mengeluh bahwa perdarahan tiba-tiba, tidak diketahui
sebabnya dan tanpa disertai adanya rasa nyeri. Nyeri perut tembus belakang
(-), riwayat pelepasan lendir (-), air (-). Riwayat ANC (>4x), TT (2x), Asma
disangkal, alergi disangkal, DM disangkal, HT disangkal. Riwayat KB (-),
Riwayat Operasi sebelumnya (-). Berdasarkan gejala-gejala di atas maka pasien
masuk dalam perdarahan antepartum yang di sebabkan oleh plasenta previa. Hal
ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pada perdarahan antepartum pertama-tama
harus selalu dipikirkan kelainan adalah pada plasenta.1
Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri merupakan tanda khas plasenta
previa, apalagi kalau disertai tanda-tanda lainnya seperti bagian terbawah janin
belum masuk ke dalam pintu atas panggul atau kelainan letak janin. Karena tanda
pertamanya perdarahan, pada umumnya penderita akan segera datang untuk
mendapatkan pertolongan. Lain halnya dengan solutio plasenta. Kejadiannya tidak
segera ditandai oleh perdarahan per vaginam, sehingga tidak segera datang untuk
mendapatkan pertolongan. Gejala pertamanya ialah rasa nyeri pada kandungan
yang makin lama makin hebat dan berlangsung terus menerus. Rasa nyeri yang

8
terus-menerus ini sering kali diabaikan atau disangka sebagai tanda permulaan
persalinan biasa.1
Berdasarkan Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik/sadar,
TD : 90/60 mmHg, N : 80 x/i, P : 18 x/i, S : 36,5oC. Pemeriksaan luar
didapatkan TFU : 24 cm, LP 80 cm, TBJ: 1920 gram. Situs memanjang,
punggung kanan, presentasi kepala, His : (-), DJJ: 138x/i, gerakan anak (+)
di rasakan ibu, kesan anak tunggal, taksiran berat janin 1920 gr. Pada
pemeriksaan dalam vagina didapatkan hasil vagina dan vulva ; tak ada kelainan,
porsio; mencucu, fluksus ; darah (+) sedikit, aktif (-). Dari hasil pemeriksaan luar
didapatkan bahwa Ny. D hamil preterm (<37 minggu) dengan tinggi fundus uteri
teraba 24 cm. Kondisi bayi bayi masih dalam keadaan baik, belum ada tanda-
tanda gawat janin dengan DJJ 138x/menit.
Hasil pemeriksaan laboratorium pasien pada tanggal 31-12-2016 di
dapatkan bahwa nilai hemoglobin pasien yaitu 9.1 gr/dl. Berdasarkan nilai
rujukan normal hemoglobin yaitu 11-16 gr/dl maka pada pasien ini mengalami
anemia karena perdarahan antepartum yang di sebabkan oleh placenta previa.
Pada pemeriksaan USG didapatkan Gravid tunggal hidup, Presentasi
kepala, Punggung kanan, GA: 34 w; AC: 29,6 cm; EFW: 2.04 kg; HC: 32,8
cm, plasenta di Corpus anterior dan keluar menutupi OUI.
Menurut Kepustakaan Gant Norman 2010 dalam bukunya yang berjudul
Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetri (Basic Gynecology and Obstetrics) yang
menjelaskan tentang pemeriksaan USG mengatakan bahwa Metode penentuan
lokasi yang paling sederhana, tepat dan aman adalah sonografi, yang dapat
menentukan lokasi plasenta dengan tingkat keakuratan sampai 98%.3

Transvaginal ultrasonografi merupakan baku emas untuk diagnosis plasenta


previa. Pemeriksaan ini memiliki tingkat akurasi 100% dalam mendeteksi plasenta
previa. Transabdominal ultrasonografi dapat menjadi pilihan alternatif pada
pemeriksaan plasenta previa. pemeriksaan ini memiliki tingkat akurasi sebesar
95% dalam mendiagnosis plasenta previa.2

9
Berdasarkan Hasil USG pasien di dapatkan bahwa plasenta berada di
corpus anterior keluar menutupi OUI dan kesan plasenta previa totalis. Hal
ini sesuai dengan teori menurut Prawirohardjo Sarwono. 2010 dalam bukunya
yang berjudul Ilmu Kebidanan di jelaskan tentang klasifikasi plasenta previa.4
Berdasarkan Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang telah di jelaskan di atas maka pada pasien ini mengarah pada diagnosis
G1P0A0 Gravid 32 Minggu 2 Hari belum inpartu + Perdarahan Antepartum
Et Causa Placenta Previa Totalis. Hal ini sesuai dengan teori dari Cunningham,
F. Gary. 2012 yang menjelaskan tentang diagnosis pada pasien plasenta previa.3
Pada pasien ini usia kehamilannya masih <37 minggu sehingga
diberikan pematangan paru yaitu Dexamethason 6 mg/12jam IM selama 4x
pemberian serta diberikan obat antibiotic Cefadroxyl 500mg 2x1 untuk
mencegah adanya infeksi sekunder dari pendarahannya. Dilakukan
pemeriksaan pada janin dan keadaan pasien dengan melakukan observasi HIS,
DJJ, KU, TTV, dan tanda-tanda pendarahan lanjut.

10
TINJAUAN PUSTAKA

1. PERDARAHAN ANTEPARTUM
1.1 Definisi dan Klasifikasi

Perdarahan dalam kehamilan dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :


perdarahan obstetric dan perdarahan nonobstetrik. Perdarahan obstetric dibagi
menjadi tiga, yaitu : perdarahan hamil muda, perdarahan antepartum, dan
perdarahan pot partum.1
Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang sama dapat terjadi pada
kehamilan sebelum usia 22 minggu. Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu
biasanya lebih lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan
22 minggu; oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda. Perdarahan
berat dapat menganggu perfusi plasenta sehingga muncul tanda-tanda gawat
janin akibat hipoksia, yang lebih lanjut dapat menyebabkan cedera neurologis
berat atau bayi lahir mati. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya
bersumber pada kelainan placenta, sedangkan perdarahan yang tidak
bersumber pada plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa
berbahaya. Pada setiap perdarahan antepartum partama-tama harus selalu
dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta. 4,5
Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta, yang
secara klinis biasanya tidak tidak terlampau sukar untuk menentukannya.
Klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi sebagai berikut :4
a. Kelainan plasenta
- Plasenta previa

11
- Solusio placenta (abrubtio placenta), dan
-Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya, seperti insersio
velamentosa, rupture sinus marginalis, dan plasenta sirkumvalata.
b.Bukan dari kelainan placenta, biasanya tidak begitu berbahaya,
misalnya kelaianan serviks dan vagina (erosi, polip, varises yang
pecah) dan trauma.

1.2 Frekuensi 5,6


Perdarahan antepartum terjadi pada kira-kira 3% dari semua
perasalinan, yang terbagi kira-kira rata antara placenta previa, solusio placenta,
dan peradarahan yang belum jelas sumbernya. Insiden perdarahan antepartum
di Eropa diperkirakan sekitar 3-5% dari seluruh kehamilan. Insiden sejatinya
bisa saja lebih tinggi karena ada beberapa perempuan yang tidak melaporkan
perdarahan yang minimal.

1.3 Gambaran Klinik


Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan ketiga,
atau setelah kehamilan 28 minggu.6
Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri merupakan tanda khas plasenta
previa, apalagi disertai tanda-tanda lainnya, seperti bagian terbawah janin
belum masuk ke pintu-atas panggul, atau kelainan letak janin. Karena tanda
pertamanya adalah perdarahan, pada umumnya penderita akan segera datang
untuk mendapatkan pertolongan. Bbeberapa penderita yang mengalami
perdarahan yang sedikit-sedikit, mungkin tidak akan segera datang untuk
mendapatkan pertolongan karena disangkanya sebagai tanda mulainya
persalinan biasa. Baru setelah perdarahannya berlangsung banyak, mereka
datang untuk mendapatkan pertolongan.6
Lain halnya dengan solusio plasenta. Kejadianya tidak segera ditandai
dengan perdarahan pervaginam, sehingga mereka tidak segera datang untuk
mendapatkan pertolongan. Gejala pertamanya adalah rasa nyeri pada
kandungan yang makin lama makin hebat dan berlangsung terus-menerus. Rasa
nyeri yang terus-menerus ini seringkali diabaikan, atau disangka sebagai tanda

12
permulaan persalinan biasa. Barulah setelah penderita pingksan karena
perdarahan retroplasenter yang banyak, atau setelah nampak perdarahan
pervaginam, mereka datang untuk mendapatkan pertolongan. Pada keadaan
demikian biasanya janin telah mati dalam kandungan.6

2. PLASENTA PREVIA
2.1 Definisi

Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai


bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan
beratnya 500 gram. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki
mekanisme khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin.
Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi,
toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin.
Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada
plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses
persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau
disebut dengan plasenta previa.6

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada


tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya
bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)
atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri.6

2.2 Insiden
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia diatas 30 tahun. Lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidennya

13
lebih rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya wanita
hamil pada paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam
obstetrik yang memungkinkan deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa
lebih tinggi. Dari seluruh laporan kasus di dapatkan 4 dari 1000 kasus, dan
pada trimester ke dua mungkin dapat ditemukan pada 4%-6% kehamilan.2,6

2.3 Etiologi
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui
atau belum jelas, bermacam-macam teori atau faktor-faktor yang dapat
dikemukakan sebagai etiologinya.
- Endometrium yang inferior
- Chorion leave yang persisten
- Korpus luteum yang bereaksi lambat
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang
kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan
Bowne menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili korialis persisten pada
desidua kapsularis.4
Ada beberapa faktor-faktor etiologi yang meningkatkan kemungkinan
terjadinya plasenta previa, antara lain :
1. Umur

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur kurang dari
20 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa
karena endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta previa juga
sering terjadi pada ibu yang berumur di atas 35 tahun karena tumbuh
endometrium yang kurang subur.6
Menurut Santoso (2008) berdasarkan penelitiannya di RS dr. Hasan
Sadikin Bandung dalam kurun waktu Januari 1998 - Desember 2002,
mengatakan bahwa semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk

14
mendapatkan plasenta previa semakin besar, pada ibu yang melahirkan dengan
usia di atas 40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa.7

2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)

Para merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.


Beberapa istilah yang berkaitan dengan paritas yaitu (1) primipara adalah
seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali, (2)
multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali,
dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali, dan (3) grandemultipara
adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm lebih dari lima kali.8
Plasenta previa lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah. Paritas
1-3 merupakan paritas paling aman bila ditinjau dari sudut kematian ibu.
Paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan angka kematian ibu tinggi.4
Menurut Wardana (2007) plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada
ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali
melahirkan (Primipara), sedangkan hasil penelitian Santoso (2008) di rumah
sakit dr. Hasan Sadikin Bandung dalam kurun waktu Januari 1998 Desember
2002, kehamilan multipara mempunyai risiko 1,28 kali untuk terjadinya
plasenta previa, demikian juga dengan grandemultipara.9

3. Hipoplasia endometrium. Menurut Toha, plasenta previa banyak dijumpai pada


umur muda dan paritas kecil. Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia
menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum matang (inferior)

4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima


hasil konsepsi.

5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium

6. Endometrium cacat pada bekas persalinan normal, seksio cesarea, kuretase,


dan manual plasenta.

7. Kehamilan kembar

15
8. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
9. Kadang-kadang pada malnutrisi.

2.4 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak
didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang
dapat berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu misalnya
pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang lebih besar,
keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga penulis yang
menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa sewaktu moment opname yaitu
saat penderita diperiksa.4

Menurut De Snoo
Klasifikasi plasenta previa menurut De Snoo dalam Mochtar (2002),
berdasarkan pembukaan 4-5 cm dibagi menjadi dua, yaitu :4
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostium.

2. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan


ditutupi oleh plasenta, dapat dibagi menjadi:

a. Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium


bagian belakang.

b. Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian menutupi ostium


bagian depan

c. Plasenta previa lateralis marginalis, bila sebagian kecil atau hanya


pinggir ostium yang ditutupi plasenta.

Menurut Browne

16
Klasifikasi plasenta previa menurut Browne dalam Mochtar (2002)
yaitu :5
1. Tingkat 1 = Lateral plasenta previa
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim,
namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat 2 = Marginal plasenta previa. Plasenta mencapai pinggir
permukaan.

3. Tingkat 3 = Complete plasenta previa


Plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila
pembukaan hampir lengkap.
4. Tingkat 4 = Central plasenta previa
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.

Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :6


1. Plasenta previa totalis
Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis
Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta previa marginalis
Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium uteri
internum.
4. Plasenta previa letak rendah
Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas ostium
uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba.

17
Gambar 2.5. Jenis-jenis Plasenta Previa

18
Sumber dari: http://medicina mnemotecnias.com

2.5 Patofisiologi Plasenta Previa


Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa
umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus
lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan,
segmen bawah uterus akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka.
Perdarahan ini terjadi apabila plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau
di bagian bawah segmen rahim. Pembentukan segmen bawah rahim dan
pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan plasenta pada tempat
perlekatannya.3
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta
previa ini ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan tersebut,
tidak sama dengan serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III
pada plasenta yang letaknya normal. Semakin rendah letak plasenta, maka
semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada
plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah
yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.10

2.5 Gambaran Klinik


Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :8
Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua
atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa.
Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan
berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak
dari perdarahan sebelumnya.
Tanpa alasan dan tanpa nyeri

19
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan
tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati
akhir trimester kedua atau sesudahnya.
Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas
panggul (PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin
dalam rahim, dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian janin
dalam rahim.

2.6 Diagnosis2.3,4,6
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurgai bahwa
penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian dugaan itu salah.
Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung
tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan
tidak dapat dinilai dari anamnesis melainkan dari pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggl. Apabila
presentasi kepala, biasanya kepalanya masih terapung diatas pintu atas panggul
atau mengolak ke samping, dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
Tidak jarang terdapat kelainan letak janin, speerti letak lintang atau sungsang.
Pemeriksaan inspekulo.
Pemeriksaan ini bertujuan apakah perdarahan berasa; dari ostium uteri
eksternum atau kelainan serviks dan vagina, seperti erosi porsionis uteri,
karsinoma porsionis uteri, polip servis uteri, varises vulva, dan trauma. Apabila
perdarahan berasal dari ostium eteri eksternum, adanya plasenta previa harus
dicurigai.

20
Penentuan letak plasenta tidak langsung. Penentuan letak plasenta secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan radografi, radioisotope, dan ultrasonografi.
Nilai diagnostiknya cuku[ tinggi ditangan yang ahli, akan tetapi ibu dan janin
pada pemriksaan radiografi dan radioisotope masih dihadapkan pada bahaya
radiasi yang cukup tinggi pula, sehingga cara ini mulai ditinggalkan.
Ultrasonografi, penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat
tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi kepada ibu dan janinnya, dan tidak
menimbulkan rasa nyeri.
Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan
banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi. Perabaan forniks. Mulai
dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan lunak (bantalan) antara bagian
terdepan janin dan jari kita. Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Jari di
masukkan hati-hati kedalam OUI untuk meraba adanya jaringan plasenta.
Tes Laboratorium
- Hitung darah lengkap harus dilakukan terhadap setiap pasien
dengan tujuan menilai derajat anemia.
- Urinalisis biasanya normal.
Pemeriksaan Ultrasonografi
Metode paling sederhana, aman, dan akurat, untuk menentukan letak
plasenta dilkakukan dengan sonografi transabdominal. Menurut Laing (1996),
akurasi rata-rata pemeriksaan ini adalah 96%bahkan pernah dilaporkanangka
akurasi setingga 98%. Hasil positif-semu umumnya disebabkan oleh distensi
kandung kemih. Karena itu, pemeriksaan pada kasus yang diduga positif harus
dikurangi setelah kandung kemih kosong. Sumber kesalahan yang jarang
adalah ditemukannya plasenta dalam jumlah besar di fundus uteri, tetapi
pemeriksaan gagal mengenali bahwa palsenta tersebut besar dan meluas ke
bawah hngga mencapai ostium uteri internum.
Penggunaan sonografi transvaginal telah meningkatkan secara nyata
ketepatan diagnostic plasenta previa. Meskipun tampaknya berbahaya untuk

21
memasukkan probe ultrasonografi ke dalam vagina ada kasus yang diduga
plasenta previa tetapi kekuratan dengan menggunakan sonografi transvaginal
mencapai 100%.
Jika plasenta previa pada trisemster kedua, maka pengulangan
pemeriksaan usg dilakukan pada awal trisemester ketiga. Lebih dari 90% kasus
plasenta previa didiagnosis pada trisemester kedua. Potensi perubahan plasenta
previa tergantung pada waktu diagnosis. Sejauh mana os serviks, dan
lokasinya. MRI juga mempunyai tingkat akurasi yang lebih baik bila
dibandingkan dengan USG transabdominal. Namun tidak dapat memberikan
gambaran lokasi plasenta sebaik USG transvaginal, selain itu MRI tidak
tersedia pada semua pelayanan kesehatan.

Gambar 2.6. USG yang menunjukkan Plasenta Previa.


Plasenta yang sebagian terletak anterior pada usia 36 minggu. Tepi plasenta (panah merah)
meluas kebawah menuju serviks. Ostium uteri Internum (panah kuning) dan kanalis servis
uteri (panah putih pendek)ditandai untuk mempelihatkan hubungan mereka terhadap tepi
plasenta.

22
Gambar 2.7. Plasenta Previa Totalis.
A. Sonogram Plasenta Transabdominal (kepala panah putih) dibelakang vesica
urinaria menutupi serviks (panah hitam).
B. Gambaran sonografiplasenta transvaginal (panah) yang sepenuhnya menutupi
serviks yang berdekatan dengan kepala.

2.7 Diagnosis Banding


a. Solusio Plasenta
Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablation placenta, abrubtio
placenta, accidential hemorraghe dan premature separation of te normally
implanted placenta.4
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta terlepas dari
perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28
minggu.4
Perdarahan akibat solusio plasenta umumnya menyusup diantara membrane
plasenta dan akhirnya keluar melalui serviks, menyebabkan perdarahan
eksternal. Yang lebih jarang darah tidak berhasil keluar, tetapi tertahan diantara
plasenta yang terlepas dan uterus menyebabkan perdarahan terselubung.3

b. Vasa Previa
Vasa previa adalah keadaan di mana pembuluh darah janin berada di dalam
selaput ketuban melewati ostium uteri internum untuk kemudian sampai ke
dalam insersinya di tali pusat.Pada keadaan ini, perdarahan terjadi ketika

23
selaput ketuban pecah baik spontan maupun pada tindakan amniotomi. Darah
yang keluar berwarna merah cerah, sifatnya mendadak dan massif.Perdarahan
berhubungan erat dengan perubahan cepat pola dan kecepatan denyut jantung
janin. Secara khas, terjadi takikardia janin dan diikuti dengan bradikardia.
Berbeda dengan vasa previa, perdarahan yang terjadi pada plasenta previatidak
berhubungan dengan pecahnya selaput ketuban. Perdarahan juga tidak
berhubungan dengan perubahan denyut jantung janin. Perdarahan akibat vasa
previa menyebabkan tingginya mortalitas janin akibat janin cepat kehabisan
darah (eksanguinasi).5,11

Tabel 1. Perbedaan Differential Diagnosis


Solusio Plasenta Vasa previa
plasenta previa
Perdarahan Merah tua s/d Merah segar terjadi ketika
coklat hitam Berulang selaput ketuban
Terus menerus Tidak nyeri pecah
Disertai nyeri darah berwarna
Uterus Tegang, bagian Tidak tegang merah
janin tak teraba Tidak nyeri cerah,mendadak,
Nyeri tekan tekan masif.
Syok dan Lebih sering Jarang Perdarahan
anemia Tidak sesuai Sesuai dengan berhubungan
dengan jumlah jumlah darah erat dengan
darah yang yang keluar perubahan cepat
keluar pola dan
Fetus 40% fetus sudah Biasanya fetus kecepatan
denyut jantung
mati hidup
janin.
Tidak disertai Disertai
Secara khas,
kelainan letak kelainan letak
terjadi takikardia
Pemeriksaan Ketuban Teraba
janin dan diikuti
dalam menonjol plasenta atau
dengan
walaupun perabaanfor
bradikardia.
tidak his nik ada
Tingginya
bantalan
mortalitas janin
antara

24
bagian janin akibat janin
dengan jari cepat kehabisan
pemeriksa darah

2.7 Penatalaksanaan
1. Penanganan pasif 4
Tiap-tiap perdarahan pada trisemester ketiga yang lebih dari show
(perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan
manipulasi apapun, baik rectal apalagi vaginal. Apabila pada penilaian
baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu, kehamilan
belum cukup 37 minggu, atau berat badan janin dibawah 2500 gr, maka
kehamilan dapat dipertahankan itirahat dan pemberian obat-obat seperti
spasmolitika, progestin, atau progesterone. Observasilah dengan teliti.
Sambil mengawasi periksalah golongan darah, dan siapkan donor
transfuse darah. Bila memungkinkan kehamilan dipertahankan setua
mungkin supaya janin terhindar dari prematuritas.
Harus diingat bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa, rujuk
segera ke rumah sakit dimana terdapat fasilitas operasi dan transfuse
darah.
Bila kekurangan darah (anemis), berikanlah transfuse atau obat
penambah darah.
2. Memilih cara persalinan pada plasenta previa
Faktor- faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan
mana yang akan dipilih adalah :
Jenis plasenta previa
Perdarahan : banyak, atau sedikit tetapi berulang
Keadaan umum ibu hamil
Keadaan janin : hidup, gawat, atau meninggal
Pembukaan jalan lahir

25
Paritas atau jumlah anak hidup
Fasilitas penolong dan rumah sakit.

Setelah memperhatikan faktor-faktor di atas, ada 2 pilihan


persalinan, yaitu :
1. Persalinan per vaginam
a. Amniotomi (pemecahan selaput ketuban)

Pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk


melancarkan persalinan pervaginam, karena bagian terbawah janin
akan menekan plasenta yang berdarah, persalinan berlangsung
lebih cepat, dan bagian plasenta yang berdarah dapat bebas
mengikuti cincin gerakan dan regangan segmen bawah rahim.
Amniotomi dilakukan dengan indikasi :
Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila
telah ada pembukaan.

Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis


dengan pembukaan 4 cm atau lebih.

Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah


meninggal.

Kuntungan amniotomi adalah (a) bagian terbawah janin


yang berfungsi sebagai tampon akan menekan plasenta yang
berdarah dan perdarahan berkurang atau berhenti; (b) partus akan
berlangsung lebih cepat; dan (c) bagian plasenta yang berdarah
dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan segmen bawah
rahim, sehingga tidak ada plasenta yang terlepas.
Setelah ketuban dipecahkan berikan oksitosin drips 2,5-5
satuan dalam 500cc dekstrose. Bila upaya di atas belum berhasil,
ada 2 cara lagi yang dapat dikerjakan terutama di daerah perifer

26
dimana fasilitas operasi tidak ada dan penderita tidak mau dirujuk
kerumah sakit yang ada fasilitas operasinya.
b. Memasang cunam Willet Gausz
Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan
mengklem kulit kepala janin dengan cunam Willet Gausz.
Kemudian cunam diikat dengan menggunakan kain kasa atau tali
yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-100 gr atau sebuah batu
bata seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya dilakukan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif karena
seringkali menimbulkan perdarahan pada kulit kepala janin.
c. Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk
mencari kakinya sehingga dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan
dengan mengikatkan kaki dengan kain kasa, dikatrol, dan juga
diberikan beban seberat 50-100 gr.
d. Metreurynter
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong karet
yang diisi udara dan air sebagai tampon, namun cara ini sudah tidak
dipakai lagi.

2. Persalinan Parabdominal dengan seksio sesarea.4,3


Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk
mengosongkan rahim sehingga rahim dapat berkontraksi dan
menghentikan perdarahan. Selain itu seksio sesarea juga dapat
mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim yang
sering terjadi pada persalinan pervaginam (Mochtar, 1998). Persalinan
seksio sesarea diperlukan hampir pada seluruh kasus plasenta previa.
Pada sebagian besar kasus dilakukan melalui insisi uterus transversal.
Karena perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi ke dalam plasenta
anterior.
Menurut Mochtar (1998) Indikasi dilakukannya persalinan
seksio sesarea pada plasenta previa adalah:

27
a. Dilakukan pada semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau
meninggal, serta semua plasenta previa lateralis, posterior, karena
perdarahan yang sulit dikontrol.

b. Semua plasenta pevia dengan perdarahan yang banyak, berulang


dan tidak berhenti dengan tindakan yang ada.

c. Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit, letak lintang.

3. Penanganan Plasenta Previa Lateralis dan Marginalis : 6


a. Lakukan amniotomi
b. Berikan oksitosin
c. Bila dengan amniotomi perdarahan belum berhenti, dilakukan
cunam willets Gauszatau versi Braxton Hicks
d. Bila semua ini belum berhasil untuk menghentikan perdarahan,
bila janin masih hidup lakukan seksio sesaria.
e. Pada plasenta previa lateralis posterior dan plasenta previa
lateralis yang bagian besarnya menutupi ostium, sering langsung
dilakukuan seksio sesaria, karena secara anatomis dengan cara
di atas perdarahan agak suka di kontrol.
4. Penanganan Plasenta Previa Sentralis (Totalis):4
a. Untuk menghindari perdarahan yang banyak, maka pada
plasenta previa sentralis dengan janin hidup atau meninggal,
tindakan yang paling baik adalah seksio sesaria.
b. Walaupun tidak pernah dikerjakan lagi, namun untuk diketahui,
pada janin mati di daerah pelepasan dapat dilakukan
penembusan plasenta, kemudian dilakukan cunam willet Gauz
atau versi Braxton-hicks untuk melahirkan janin.

2.8 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu:
Selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum
yang dapat menimbulkan syok, kelainan letak pada janin sehingga
meningkatnya letak bokong dan letak lintang. Selain itu juga dapat
mengakibatkan kelahiran prematur. Selama persalinan plasenta previa dapat

28
menyebabkan ruptur atau robekan jalan lahir, prolaps tali pusat, perdarahan
postpartum, perdarahan intrapartum, serta dapat menyebakan melekatnya
plasenta sehingga harus dikeluarkan secara manual atau bahkan dilakukan
kuretase.
Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan bayi
lahir dengan berat badan rendah, munculnya asfiksia, kematian janin dalan
uterus, kelainan kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran.

2.9 Prognosis
Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan
kecepatan perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu
dapat dihindari apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan
segera lakukan pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih
burik oleh karena kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita
plasenta previa melalui proses persalinan spontan maupun melalui tindakan
penyelesaian persalinan. Namun perawatan yang intensif pada neonatus
sangat membantu mengurangi kematian perinatal.3

29
KAJIAN ISLAM

Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur semua aspek kehidupan.


Memberikan perhatian besar terhadap kelangsungan keluarga, sesuai posisinya
sebagai bagian penting dalam masyarakat. Tentu saja faktor keluarga menjadi
penentu baik atau buruknya suatu masyarakat.

Permasalahan keluarga tentu saja berkaitan erat dengan wanita dan anak-
anak. Bahkan wanita memegang peranan terhadap kelangsungan dan
kesinambungan keluarga tersebut. Perkembangan keluarga melalui proses
keturunan, menjadikan wanita berada di posisi terpenting dalam melahirkan
generasi baru dari manusia.

Proses kehamilan yang sepenuhnya diemban oleh seorang calon ibu,


merupakan sebuah kerja keras dan penuh resiko. Membuat wanita berada di
ambang ancaman, Jika saja permasalahan tersebut tidak mendapatkan perhatian
memadai dari semua pihak.Oleh sebab itu, Islam telah menjelaskan bagaimana
seharusnya seorang wanita hamil diperlakukan.Apa saja hak mereka, dan tentu
saja kewajiban suami terhadap pasangannya yang sedang mengandung anaknya
tersebut.

Allah SWT telah menciptakan manusia secara berpasangan.Ada laki-laki,


ada juga perempuan. Dengan adanya pasangan tersebut manusia dapat
berketurunan dan berkembang dari masa ke masa. Proses alami dari
perkembangan manusia dalam berketurunan adalah dengan cara berhubungan
suami istri antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah wadah mulia dan ikatan

30
suci yaitu pernikahan. Dari hasil hubungan tersebut akan membuahkan janin
dalam rahim sang istri. Proses kehamilan ini merupakan suatu yang alami dan
paling mudah dalam melahirkan keturunan. Bahkan secara naluri semua makhluk
hidup juga mengetahui hal tersebut.

Allah SWT berfirman:

Artinya: Dialah yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu, lalu
dijadikan darinya pasangannya, lalu melahirkan dari keduanya banyak laki-laki
dan perempuan (QS. Ar-rum: 30)

Allah SWT sebagai pencipta makhluk, telah menjelaskan proses demi proses
penciptaan manusia di dalam rahim seorang perempuan. Proses perubahan janin
dari setetes mani hingga menjadi manusia yang sempurna. Sebelum teknologi
berkembang, hal itu merupakan perkara ghaib yang tidak diketahui oleh manusia,
karena letaknya yang sangat dalam.Belum ada alat yang dapat menjangkau hingga
ke dalam rahim tersebut.

Walaupun begitu, Al-Quran telah berbicara tentang proses penciptaan manusia


di dalam rahim tahap demi tahap. Menakjubkan, sejak 14 abad yang lalu dan
ternyata sekarang terbukti, semua kandungan Al-Quran tersebut benar dan tidak
salah sedikitpun.

Allah SWT berfirman:

31
Artinya: Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan
( dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu
dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim,
apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian
kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian(dengan berangsur-angsur)
kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan
dan (ada pula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun,supaya dia tidak mengetahui lagi suatupun yang dahulu telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.(QS.Al-Hajj: 5)

32
Artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes
air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkan kamu sebagai
seorang anak. Kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada
masa (dewasa). Kemudian (dibiarkan hidup lagi ) sampai tua. Diantara kamu
ada yang di wafatkan sebelum itu. Kami perbuat demikian supaya kamu
sampai kepada ajal yang di tentukan dan supaya kamu memahami(nya).
(QS.Al-Mumin: 67)

Artinya: Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu


sari pati (berasal dari tanah). Kemudian kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
kami jadikan segumpal darah. Lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging.Dan segumpal daging kami jadikan tulang belulang.Lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia

33
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka maha suci Allah, pencipta yang paling
baik.(QS.Al-Muminun:12-14)

Ayat Allah SWT:

Artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan
daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang
kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan
yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu).Kemudian
ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah,
Tuhan mereka (seraya berkata), Jika Engkau memberi anak kami yang
shaleh, tentunya kami akan selalu bersyukur. (Surah Al-Araf : 189)

Wanita berhak mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan yang


berkaitan dengan fungsi reproduksinya. Hak ini mutlak mengingat resiko yang
sangat besar bagi kaum ibu dalam menjalankan fungsi reproduksinya.Mulai
dari menstruasi, berhubungan seks, mengandung, melahirkan maupun
menyusui.

Seorang wanita ketika sedang mengandung atau hamil, berhak mendapatkan


berbagai perlindungan dari suaminya. Islam telah menempatkan laki-laki
(suami) sebagai pemimpin dan pelindung dalam rumah tangga:

Ayat Allah SWT:

34
Artinya: Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan
hartanya. Maka perempuan yang shaleh adalah mereka yang taat (kepada
Allah SWt) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah
menjaga (mereka) (QS:An-Nisa : 34)

Masa kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membutuhkan


makanan dengan gizi yang cukup.Bahkan dianjurkan seorang ibu hamil untuk
makan dua kali lebih banyak dari biasanya. Dalam hal ini, Islam telah
mewajibkan sang suami untuk memberikan nafkah yang layak dan memenuhi
standar gizi sesuai dengan kemampuan suami itu sendiri.

Ayat Allah SWT:

35
Artinya: Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah
menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah
memberi dari harta yang diberikan Allah kepadanya.(QS:At-Talaq: 7)

KESIMPULAN

36
Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah
kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang sama dapat terjadi pada kehamilan
sebelum usia 22 minggu.

Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta, yang secara


klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya. Klasifikasi klinis
perdarahan antepartum dibagi sebagai berikut :
- Kelainan plasenta
- Plasenta previa
- Solusio placenta (abrubtio placenta), dan
- Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya, seperti insersio velamentosa,
rupture sinus marginalis, dan plasenta sirkumvalata.
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri.
Ada beberapa faktor-faktor etiologi yang meningkatkan kemungkinan
terjadinya plasenta previa, antara lain :
- Umur

- Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas).

- Hipoplasia endometrium.

- Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap


menerima hasil konsepsi.

- Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium

- Endometrium cacat pada bekas persalinan normal, seksio cesarea,


kuretase, dan manual plasenta.

- Kehamilan kembar

- Riwayat plasenta previa sebelumnya.

37
- Kadang-kadang pada malnutrisi.

Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :5


1. Plasenta previa totalis
2. Plasenta previa parsialis
3. Plasenta previa marginalis
4. Plasenta previa letak rendah

Untuk menegakkan diagnosis plasenta previa dapat dilakukan beberapa


pemeriksaan yaitu :

Pemeriksaan luar
Pemeriksaan inspekulo.
Penentuan letak plasenta tidak langsung.
Penentuan letak plasenta secara langsung
Tes Laboratorium
Pemeriksaan Ultrasonografi

DAFTAR PUSTAKA

38
1. Sastrawinata, Sulaiman. Obstetrik Patologi. Edisi 2, Jakarta : EGC. 2004.
2. Gabbe, Steven G. Obstetric: Normal and Problem Pregnanc. Sixth Edition,
Canada : Elsevier Saunders. 2012
3. Cunningham, et all. Obstetri William. Edisi 23th. Jakarta : EGC. 2010.
4. Santoso, B. Hubungan Antara Umur Ibu, Paritas, Jarak Kehamilan dan Riwayat
Obstetri, dengan Terjadinya Plasenta Previa. 2008. http://drbudisantoso-spog-
blogsot.com/2008/04/hubungan-antara-umur-ibu-paritas-jarak.html. Diakses
tanggal 20 Januari 2017.
5. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo. 1991.
6. Manuaba, C. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 2005.
7. Wardana, A dan Kartaka. Faktor Risiko Plasenta Previa. Bali : Bagian/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RS Sanglah
Denpasar. Vol.34 (5) hal 229-232 September-Oktober 2007.
8. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, obstetric patologi. Jilid
I. Jakarta : EGC. 2011.
9. Hollingworth, Tony. Diagnosa banding dalam Obstetric dan Ginekologi.
Jakarta : EGC. 2011.
10. Oxorn, Harry. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta : Yayaysan Essentia
Medika. 2003.
11. Panjaitan, Freddy. Perbedaan Plasenta Previa, Solusio Plasenta dan Vasa
Previa. :http://freddypanjaitan.wordpress.com. Diakses tanggal 20 Januari
2017.
12. Al-Quran. Surah Ar-Rum ayat 30, Surah Al-Araf ayat 189, Surah Al-Hajj ayat
5, Surah Al-Mumin ayat 67, Surah Al-Muminun ayat 12-14, Surah An-Nisa
ayat 34, Surah At-Thalaq ayat 7.

39

Anda mungkin juga menyukai