Anda di halaman 1dari 18

Dampak dari refluks

laringofaringeal pada penilaian


suara subjektif dan objektif :
sebuah penelitian prospektif

HERA JULIA GARAMINA


Latar Belakang

Refluks laringofaringeal (LPR) adalah aliran


balik isi lambung ke laringofaring, yang
berkontak dengan jaringan dari saluran
aerodigestif atas. Refluks laringofaringeal terjadi
pada 4 sampai 10% dari pasien yang mencari
konsultasi Telinga Hidung Tenggorokan (THT)
Gejala paling umum yang
dilaporkan adalah sensasi globus
LPR (88%), throat clearing (82%), dan
gangguan suara seperti suara serak
(79%).

Beberapa peneliti menyarankan bahwa


edema plika vokalis mungkin
Tanda-tanda LPR termasuk hipertrofi
merupakan tanda utama yang
komisura posterior (89%), edema plika
bertanggung jawab untuk getaran tidak
vokalis (79%), hiperemia (79%), dan
teratur dari plika vokalis yang
edema laring difus (76%). Gejala klinis
menyebabkan suara serak, sedangkan
ini sangat mempengaruhi kualitas hidup
mekanisme lainnya yang diduga
pasien dengan mengurangi efektivitas
meliputi kekeringan, keratosis,
komunikatif pembicara.
penebalan epitel, lesi ulseratif dan
perubahan dari ruang Reinke.
Tujuan Penelitian
untuk mengeksplorasi evolusi suara
subjektif dan obyektif pada penyakit
LPR (LPR disease/LPRD),

untuk menilai kegunaan parameter


akustik sebagai keluaran terapi LPR
pada populasi umum dan kasar,

untuk lebih memahami mekanisme


patofisiologi yang mendasari
terjadinya gangguan suara.
METODE
Empat puluh satu pasien rawat jalan dewasa di bagian rawat jalan THT Rumah
Sakit Epicura (Belgia) dengan gejala terkait LPR (suara serak, throat clearing,
batuk, globus pharyngeus, disfagia, nyeri tenggorokan, kelebihan mukus
tenggorokan atau postnasal drip, heartburn, dll) sejak minimum 3 bulan akan
diteliti secara prospektif dari September 2013 sampai Maret 2015.

Diagnosis LPR ditegakkan melalui indeks gejala refluks (reflux symptom


index/RSI) dan skor temuan refluks (reflux finding score/RFS) versi Perancis,
dalam penelitian kami, pasien harus memiliki skor RSI> 13 dan skor RFS> 7.

Eksklusi: vokal berlebihan, memiliki penyakit neurologis yang mempengaruhi suara,


penyakit psikiatri, infeksi saluran pernapasan atas dalam satu bulan terakhir, terapi
antasida yang sudah dimulai (yaitu, proton pump inhibitor (PPI), gastroprokinetik,
atau antihistamin), riwayat operasi serviks atau radioterapi, trauma laring,
paralisis/paresis pita suara, lesi jinak plika vokalis, keganasan faringolaringeal, alergi
musiman, hipersensitivitas PPI, penyakit tiroid yang tidak diobati, operasi antirefluks
sebelumnya, atau paparan bahan kimia yang menyebabkan laringitis.,aktif, pecandu
alkohol dan ibu hamil dan menyusui .
Prosedur Penelitian
Setelah memperoleh persetujuan dari masing-masing pasien, diterapi
dengan langkah-langkah diet dan gaya hidup serta proton pump inhibitor
dua kali sehari (20 mg pantoprazole). Pasien tidak menerima ajaran
mengenai cara kebersihan vokal (vocal hygiene) dan mereka belum
berkonsultasi dengan ahli terapi wicara.

Pada awal dan setelah 3 bulan terapi, subyek menyelesaikan kuesioner


(RSI and voice handicap index (VHI)) dan menjalani
videolaryngostroboscopy dan rekaman suara oleh praktisi yang sama
(JL). yang dinilai oleh skor Grade, Roughness, Breathiness, Asthenia,
Strain, Instability (GRBASI), roughness seringkali merupakan
karakteristik suara persepsi yang paling lazim pad apasien LPR (tanpa
penyalahgunaan vokal, dll).

Melakukan evaluasi subjektif dari roughness persepsi pasien


menggunakan skala GRBASI untuk mengklasifikasikan pasien menjadi
dua kelompok berdasarkan keparahan roughness persepsi: "pasien tanpa
roughness"(tidak ada atau derajat ringan) dan" pasien dengan roughness"
(derajat sedang atau berat).
HASIL
1. KARAKTERISTIK SUBJEK
Dari 54 pasien yang diidentifikasi, 41 sebagai subjek
penelitian. 18 pria (44%) dan 23 wanita (56%). Usia rata-
rata subyek adalah 50 tahun (50 pada subkelompok wanita
(24-72), dan 51 subkelompok pada laki-laki (19-86)). Indeks
massa tubuh rata-rata adalah 26,64 kg/m2. Banyak calon
potensial yang tidak direkrut karena mereka sudah berada
mendapat terapi PPI.

Keluhan utama yang paling umum adalah batuk (N = 8,


19,51%), sensasi globus (N = 7, 17,07%), odinofagia (N = 7,
17,07%), dan disfonia (N = 6, 14,63%). Gejala lain
ditemukan pada kurang dari 10% pasien. Saat kami fokus
pada keluhan yang ditunjukkan oleh RSI, throat clearing
(N = 38, 92,68%), disfonia (N = 37, 90,24%), sensasi
mukosa / postnasal drip (N = 34, 82,93%), dan nyeri dada
/ heartburn / gangguan lambung (N = 33, 80,49%) adalah
gejala yang paling umum.
2. Evolusi penilaian suara klinis dan
subjektif
Pada bagian pertama penelitian, peneliti menilai secara subjektif
suara pasien yang menderita LPR sebelum dan setelah terapi tiga
bulan pantoprazole (20 mg dua kali sehari).
Rata-rata skor VHI dinilai dalam kelompok pra-
terapi sebesar 18,07 12,98 dan menurun
secara signifikan hingga 9,10 8,93 setelah tiga
bulan terapi (p <0,001). Semua skor subkategori
(VHI, VHI emosional, VHI fisik, VHI fungsional)
menurun secara signifikan setelah 3 bulanterapi.
PARAMETER AKUSTIK
DISKUSI
studi case control menunjukkan: perbedaan yang signifikan pada pasien
LPR mengenai penilaian suara subjektif (disfonia dan VHI) dan objektif
(aerodinamis dan akustik) dibandingkan dengan subyek sehat. Mengingat
LFG keterbatasan pemantauan pH, Belafsky et al. mengembangkan RSI dan
RFS untuk diagnosis dan tindak lanjut dari tanda dan gejala LPR.

Kedua skala mudah digunakan, sangat direproduksi, dan menunjukkan


validitas berbasis kriteria dan kontruksi yang sangat baik. Peneliti
menemukan bahwa RSI dan RFS meningkat secara signifikan setelah 12
minggu PPI dan diet perubahan perilaku.

Penelitimengamati hubungan yang signifikan antara rasa hormat terhadap


nasihat diet dan peningkatan skor RSI. Temuan menarik ini memperkuat
keterlibatan dari rasa hormat terhadap diet dalam perbaikan keluhan klinis.
Tidak menggunakan pH metry
Telah diketahui dengan baik bahwa refluks intermiten mungkin
tidak terjadi selama periode pengujian. Selanjutnya, 3 episode per
minggu bisa cukup untuk menghasilkan penyakit LPR. Episode
refluks intermiten ini seringkali negatif palsu. Selain itu, negatif
palsu lainnya atau positif palsu mungkin sekunder untuk
penempatan penyelidikan, gerakan atau iritasi.
Kedua, nilai normal untuk tes tidak bisa pasti dipastikan
mengingat kesulitan melaksanakan tes ini dalam sejumlah besar
relawan normal.
Keterbatasan lainnya (misalnya, resistensi pasien,kesulitan
interpretasi, pasien penolakan, biaya, dan ketersediaan peralatan)
ikut membatasi pemanfaatan pH metri
Di antara gejala LPR, banyak pasien melaporkan
gangguan suara terutama yang dijelaskan
melalui skala VHI pada LPRD. Dalam penelitian
ini, kami menggunakan skala VHI untuk
menggambarkan keluhan suara dan
menunjukkan efisiensi terapi. Kami menemukan
skor VHI total dan subkategori meningkat
secara signifikan setelah terapi, mengkonfirmasi
VHI sebagai alat yang menarik untuk menilai
gangguan suara pada LPRD.
Hasil ini menguatkan temuan Sereg-Bahar et al.,
yang menunjukkan perbaikan pada VHI setelah
8 minggu terapi omeprazol dan saran diet.
Siupsinkiene et al. juga melaporkan tertarik
untuk menggunakan VHI sebagai keluaran dari
efikasi terapi PPI pada pasien LPR.
Penelitian Park et al. menunjukkan perbaikan
signifikan dari semua item GRBAS setelah 3
bulan terapi.
Dalam penelitian kami, banyak parameter akustik
(yaitu, Jita, Jitt, RAP, Shim, ShdB, dan APQ)
membaik setelah terapi pada seluruh kelompok.
Dalam penelitian prospektifnya, Jin et al. memilih
interval paling stabil dengan nilai jitter terendah.
Mereka menemukan perubahan yang signifikan dari
Jitt, Shim, dan HNR pada 3 bulan pasca terapi.
Temuan ini didukung dalam penelitian kami hanya
pada Jitt dan Shim.
Penelitian lain yang menyelidiki manfaat terapi
lansoprazole atau omeprazole ditambah terapi
wicara selama 8 minggu tidak memberikan
peningkatan yang signifikan dalam salah satu
karakteristik akustik (misalnya, Jitt dan Shim).
Selain itu, hasil kami menunjukkan bahwa
parameter akustik bisa digunakan terutama pada
pasien dengan roughness.
Untuk lebih memahami mekanisme patofisiologi
yang mendasari terjadinya suara serak, peneliti
melakukan studi korelasi pada pasien dengan
roughness, yang tidak menunjukkan korelasi yang
signifikan antara gejala klinis (RSI), tanda-tanda
laringoskopi (RFS) dan pengukuran akustik.

Hasil ini kontras dengan penelitian oleh Jin et al.,


yang menunjukkan korelasi positif signifikan antara
Jitt dan RSI. Penelitian sebelumnya yang lain tidak
melaporkan korelasi antara tanda-tanda dan gejala
pada pasien LPR. Namun, kami menemukan
korelasi yang signifikan antara derajat disfonia,
hembusan nafas, asthenia, ketidakstabilan dan nilai-
nilai Jitt, RAP, Shim, dan APQ.
KESIMPULAN
Bahwa perubahan dalam diet dikombinasikan dengan
pantoprazole dua kali sehari menetralkan keasaman
yang bertanggung jawab untuk inflamasi pada saluran
aerodigestif atas yang mengarah pada perbaikan gejala
laring, tanda-tanda, gangguan suara persepsi, dan
beberapa parameter akustik yang mengukur gangguan
frekuensi dan intensitas fundamental jangka pendek,
terutama pada pasien dengan roughness. Dengan
demikian, analisis korelasi kami menunjukkan bahwa
suara serak (terutama roughness) pasien LPR yang
diduga bisa disebabkan oelh mekanisme patofisiologis
kompleks dan tidak hanya edema dari pita suara seperti
yang dilaporkan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai