Anda di halaman 1dari 25

IRRITABLE BOWEL

SYNDROME (IBS)

Izni Nur Fatihah


Adhitri Angggoro
Anggia Dian
Arie Reza
PENDAHULUAN
Irritable bowel syndrome atau yang dikenal sindroma kolon
iritabel (SKI) adalah suatu sindroma yang ditemukan pada
9%-24% dari penduduk di negara Barat.
Sampai saat ini belum ada laporan tentang prevalensi IBS
di Indonesia, namun terdapat kesan bahwa penyakit ini
cukup sering ditemukan dan perhatian kepada kelainan ini
akhir-akhir ini makin bertambah.
Suatu studi prospektif selama periode 1 tahun (2003-
2004) mendapatkan 51 pasien IBS, ratio wanita berbanding
pria adalah 2 berbanding 1, kebanyakan pasien berusia pada
kelompok 21-30 tahun yakni 31,4%.
Tipe konstipasi adalah yang terbanyak dan tipe bergantian
(diare dan konstipasi) yang paling sedikit.
What is Irritable Bowel Syndrome(IBS)?

Sindroma kolon iritabel merupakan salah satu


penyakit GIT yang ditandai adanya : nyeri perut,
distensi dan gangguan pola defekasi tanpa
gangguan organik dan paling sering ditemukan
dalam praktek klinik

Gejala pda pasien IBS bervariasi,tidak ada


pemeriksaan fisik dan lab yang spesifik jadi
penegakan diagnosisnya tidak mudah.
ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab IBS antara lain : gangguan motilitas,
intoleransi makanan, abnormalitas sensoris, abnormalitas dari
interaksi aksis brain-gut, hipersensitivitas viseral, dan pasca
infeksi usus.
Gangguan motilitas IBS predominan diare dan IBS
predominan konstipasi.
IBS tipe diare ada peningkatan kontraksi usus dan
memendeknya waktu transit kolon dan usus halus.
IBS tipe konstipasi ada penurunan kontraksi usus dan
memanjangnya waktu transit kolon dan usus halus.
Penyebab IBS pasca infeksi : virus,giardia atau amuba.
Gejala IBS pasca infeksi biasanya kembung,nyeri
abdomen,diare.
PATOFISIOLOGI
Psychosocial Altered Motility
factor Neurotransmitter Distention
imbalance ? Spasm
infection

inflammation?

Visceral Hypersensitivity
Pain
Bloating
Urge to defecate
Komunikasi sel saraf pada dinding kolon
GEJALA KHAS IBS
IBS ini dikhaskan oleh nyeri perut atau rasa tidak nyaman
di abdomen dan perubahan pola buang air besar seperti
diare, konstipasi atau diare dan konstipasi bergantian
serta rasa kembung dan begah.

Simtom ini mengakibatkan penurunan kualitas hidup dan


menimbulkan beban ekonomi yang besar pada masyarakat
terutama melalui ketidakhadiran di tempat kerja.

Walaupun penyakit ini bukan penyakit yang dapat


mengancam jiwa, penyakit ini dapat menimbulkan stres
yang berat bagi pasien dan perasaan frustrasi bagi dokter
yan mengobatinya.
DIAGNOSIS
IBS didiagnosis atas dasar simtom-simtom yang khas
tanpa adanya simtomsimtom alarm seperti penurunan
berat badan, perdarahan per rektal, demam atau anemia.

Pemeriksaan fisik dan tes diagnostik yang sekarang


tersedia tidak cukup spesifik untuk menegakkan diagnosis
IBS, sehingga diagnosis IBS ditegakkan atas dasar
simtom-simtom yang khas tersebut.
KRITERIA DIAGNOSIS

Kriteria Rome II

Kriteria Manning
KRITERIA DIAGNOSIS IBS BERDASARKAN
ROME II
Sedikitnya 12 minggu atau lebih (tidak harus berurutan)
selama 12 bulan terakhir dengan rasa nyeri / tidak nyaman
di abdomen, disertai adanya 2 dari 3 hal berikut :
1. Nyeri hilang saat defekasi ; dan/atau
2. Awal kejadian dihubungkan dengan perubahan frekuensi
defekasi ; dan/atau
3. Awal kejadian dihubungkan dengan adanya perubahan bentuk
feses.

Gejala lain yg mendukung diagnosis IBS :


Ketidaknormalan frekuensi defekasi
Kelainan bentuk feses
Ketidaknormalan proses defekasi (harus dgn
mengejan,inkontinensi defekasi,atau rasa defekasi tidak
tuntas
Adanya mukus/lendir
Kembung atau merasakan distensi abdomen
Diagnosis IBS ditegakkan jika keluhan sesuai kriteria Rome
II dan tidak ditemukan kelainan organik lain.
IBS dengan diare perlu pemeriksaan kolonoskopi + biopsi
mukosa kolon untuk menyingkirkan adanya kolitis
mikroskopik.

KRITERIA MANNING

Gejala yg sering didapat pada penderita IBS :


1. Feses cair pada saat nyeri
2. Frekuensi BAB >> saat nyeri
3. Nyeri berkurang setelah BAB
4. Tampak abdomen distensi
Dua gejala tambahan yg sering muncul pada IBS :
1. Lendir saat BAB
2. Perasaan tidak lampias saat BAB
Kriteria Manning lebih sederhana dan menitikberatkan
pada keadaan saat onset nyeri dan peningkatan frekuensi
BAB saat timbulnya nyeri.
Feses cair, frekuensi sering saat nyeri ada perubahan
faktor intestinal.
Nyeri berkurang saat defekasi nyeri berasal dari
saluran GIT bawah
Kembung berarti bukan kelainan organik.
Rasa tidak lampias rektum iritable.
Lendir saat defekasi rektum teriritasi.
SUBGRUP IBS
IBS predominan nyeri
Nyeri di fosa iliaka,tidak dapat dengan tegas menunjukkan
lokasi sakitnya yang dirasakan > 6 bulan.
Nyeri hilang setelah defekasi.
Nyeri bertambah jika stres & selama menstruasi.
Nyeri dirasakan persisten, jika kambuh terasa lebih sakit.

IBS predominan diare


Defekasi lebih dari 3x per hari dengan tinja hancur (loose)
dan biasanya disertai dengan urgency (kebelet).
Biasanya disertai rasa sakit dan hilang setelah defekasi.

IBS predominan konstipasi


Terutama pada wanita.
Defekasi kurang dari 3x dalam seminggu biasanya dengan tinja
yang keras dan/atau rasa mengejan.
IBS alternating pattern
Pola defekasi yg berubah-ubah : diare dan konstipasi
Sering feses keras di pagi hari diikuti beberapa kali defekasi
dan feses menjadi cair pada sore hari.

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK DIAGNOSIS IBS

Apakah nyeri yg dirasakan hanya pada satu tempat atau


berpindah-pindah? (pada IBS berpindah-pindah)
Seberapa sering merasakan nyeri? (pada IBS tidak tentu)
Berapa lama nyeri dirasakan? (pada IBS sebentar)
Bagaimana keadaan nyeri jika pasien BAB atau flatus?
(pada IBS akan merasa lebih nyaman)
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Defisiensi laktase pada IBS diare.
Kanker kolorektal
Diverkulitis
IBD
Obstruksi mekanik pada usus halus atau kolon
Infeksi usus
Iskemia
Maldigesti dan malabsorbsi
Endometriosis pada pasien yg nyeri saat menstruasi
TATALAKSANA

Diet

Intervensi psikologi

farmakoterapi
DIET
IBS dengan konstipasi peningkatan konsumsi serat,
peningkatan konsumsi air dan aktivitas olahraga rutin.
IBS dengan diare konsumsi serat dikurangi
Makanan yang sering mencetuskan IBS antara lain :
gandum, susu, kafein, bawang, coklat, dan beberapa sayur-
sayuran.
Biasanya jika keluhan menghilang setelah menghindari
makanan dan minuman yang dicurigai sebagai pencetus bisa
dicoba utk dikonsumsi lagi setelah 3 bulan dengan jumlah
diberikan secara bertahap.
PSIKOTERAPI
Pasien IBS biasanya mempunyai rasa cemas yang tinggi atas
penyakitnya. Karena biasanya rasa sakit di perut, BAB cair
atau susah BAB datangnya tiba-tiba.
Penjelasan atas penyakit IBS dan meyakinkan bahwa
penyakit IbS dapat diobati dan tidak membahayakan
merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan pasien.
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang
telah dilakukan yang telah menyingkirkan kemungkinan
penyakit organik harus disampaikan dan juga menambah
keyakinan pasien bahwa pasien sebenarnya hanya menderita
IBS saja,tidak ada penyakit lain apalagi kanker.
Hindari stres
Olahraga teratur
FARMAKOTERAPI
Obat-obatan yang diberikan terutama untuk menghilangkan
gejala seperti :
Mengatasi nyeri abdomen
Mengatasi konstipasi
Mengatasi diare
Antiansietas

Untuk mengatasi nyeri abdomen antispasmodik :


Mebeverine 3 x 135 mg, hiosin N-butilbromida 3x10 mg,
Chlordiazepoksid 5mg / klidinium 2,5mg 3x1 tab, alverine
3x30 mg dan obat antispasmodik terbaru dan juga sudah
digunakan di Indonesia otolium bromida.
Untuk mengatasi konstipasi laksatif osmotik (laktulosa),
magnesium hidroksida, Tegaserod 2x6 mg selama 10-12
minggu
Untuk mengatasi diare Loperamid 2-16mg / hari.
PROGNOSIS
IBS tidak akan meningkatkan mortalitas.
Gejala-gejala pasien biasanya akan membaik dan hilang
setelah 12 bulan pada 50% kasus.
5% memburuk dan sisanya dengan gejala menetap.
TERIMA KASIH
Merupakan kombinasi dari beberapa faktor yaitu hipersensitivitas
visceral, gangguan motilitas usus, ketidakseimbangan neurotransmitter,
infeksi dan faktor psikososial.
Disfungsi motorik juga berperan dalam terjadinya beberapa gejala dari
IBS seperti nyeri abdomen, keinginan defekasi yang segera, pergerakan
usus postprandial.
Pengosongan kolon dan usus kecil yang cepat dilaporkan terjadi pada
beberapa pasien yang gejala utamanya adalah diare. Pasien yang gejala
utamanya adalah konstipasi dapat terjadi gangguan defekasi.
Hipersensitifitas dari kolon dan rektal yang disebut juga dengan
hyperalgesia viseral juga merupakan faktor yang sangat penting dalam
timbulnya gejala.
Dapat terjadi peningkatan rangsangan dari saraf dorsal horn pada cornu
dorsalis, suatu area yang kaya akan neurotransmitar seperti katekolamin
dan serotinin.
Sel enteroendokrin mentransmisi pesan mekanik dan kimiawi. Komunikasi
antara usus dan otak menghasilkan respon refleks yang dimediasi dalam
tiga tingkat yaitu ganglia prevertebral, kord spinal dan batang otak.

5-HT, substansi P, CGRP, norephineprin, opiat kappa dan nitrat oksida


semuanya terlibat dalam persepsi dan respon otonom terhadap stimulasi
viseral.

Sensasi disalurkan dari viskus ke persepsi sadar melalui serat saraf vagal
dan parasimpatik. Serat aferen pada akar dorsal ganglion bersinap dengan
saraf dorsal horn. Sinyal ini menghasilkan refleks yang mengontrol
motorik dan fungsi sekretorik saat mereka bersinap melalui jalur eferen
pada ganglia prevertebral dan korda spinal.

Nyeri diproses melalui serat aferen spinal pada dorsal horn. Stimulasi
pada batang otak membawa sensasi menuju level sadar. Sinyal yang terjadi
antara batang otak dengan dorsal horn mencetuskan sensasi.
Jalur desenden terutama terdiri atas adrenergik dan serotinergik.

Sensitifitas organ akhir, perubahan intensitas stimulus, ukuran lapang


penerimaan dari saraf dorsal horn dan sistem limbik merupakan
mekanisme yeng berhubungan dengan hipersensitivitas viseral.

Sel inflamasi usus juga berperan dalam patofisisologi IBS. Inflamasi dapat
merangsang cytokine milieu dan motilitas usus, keduanya dapat
menyebabkan penuingkatan sensasi nyeri. Siklus menstruasi juga dapat
mencetuskan sensasi usus dan motilitas. usus, hipersensitifitas viseral,
faktor psikososial dan infeksi merupakan beberapa faktor yang diduga
berperan sebagai penyebab IBS.

Anda mungkin juga menyukai