Anda di halaman 1dari 25

Elina Indraswari

H1A012016

Pembimbing: dr. Irawanto Rochadi Bima Sakti, Sp.F


IDENTITAS JURNAL
Judul : Tindak Pidana Kesusilaan pada Retardasi
Mental : Kasus yang Belum Terjangkau oleh Hukum
Penulis : Ferryal Basbeth, Erwin Kristanto, Irmansyah,
Rudy Satriyo
Penerbit : Indonesian Journal of Legal and Forensic
Science
Tahun terbit: 2008
Nomor :1
Volume :1
Jenis jurnal : Laporan Kasus
ABSTRAK
Seorang perempuan usia 24 tahun dibawa ke PKT RSCM
oleh orang tuanya dengan surat permintaan visum dari
polisi yang menyatakan bahwa seorang pelaku dicurigai
atas pelecehan seksual menurut pasal 285.
Selama pemeriksaan, ditemukan adanya robekan lama
pada selaput dara.
Pemeriksaan sperma tidak dapat dilakukan karena
hubungan tersebut terjadi lebih dari tiga hari sebelum
pemeriksaan.
Korban mengaku bahwa ia melakukan persetubuhan tanpa
dipaksa atau diancam.
Orang tua korban kembali ke PKT RSCM 10 hari kemudian
dan meminta untuk mengubah bagian anamnesis visum
menjadi korban dipaksa dan diancam.
Keluarga korban juga menunjukkan tes psikiatri yang
menyatakan bahwa korban menderita retardasi mental.
KASUS
Seorang perempuan (24 tahun) mengaku disetubuhi
satu bulan yang lalu oleh pelaku (pria 32 tahun) tanpa
ancaman dan tanpa kekerasan.
Korban diantar ke RSCM oleh kedua orang tuanya dan
dua orang polisi wanita dengan membawa surat
permintaan visum dari kepolisian yang tertulis
tersangka melanggar pasal 285 KUHP tentang
perkosaan.
Korban mengatakan bahwa dia melakukan
persetubuhan itu tanpa ancaman dan tanpa kekerasan.
Pada pemeriksaan selaput dara, ditemukan robekan
lama sampai dasar pada posisi jam tujuh. Pemeriksaan
usap vagina tidak dilakukan.
Korban mengaku mendapat ancaman sebelum melakukan
persetubuhan. Pelaku mengancam dengan mengatakan
jangan bilang siapa-siapa ya dan pelaku mengancam agar
korban menarik kembali perkaranya.
Pihak kepolisian melakukan cross check terhadap
tersangka dan mengatakan bahwa dia tidak melakukan
kekerasan atau ancaman terhadap korban.
Pihak kepolisian mengganti pasal 285 menjadi 335 atau
perbuatan tidak menyenangkan.
Keluarga korban merasa tidak mendapat keadilan dan
melakukan pemeriksaan psikologi dan neurologi pada
korban.
Pada pemeriksaan psikologi, didapatkan adanya
retardasi mental.
DEFINISI RETARDASI MENTAL
Retardasi mental adalah fungsi intelektual umum
secara bermakna berada di bawah normal, dimulai
pada masa perkembangan yang ditandai dengan
buruknya kemampuan belajar dan atau kematangan
sosial.
KRITERIA DIAGNOSTIK (DSM-IV)
Fungsi intelektual yang secara bermakna berada di bawah rata-
rata: hasil tes IQ individual dengan angka 70 atau di bawahnya.
Defisit atau gangguan pada fungsi adaptasi saat ini dalam
minimal area berikut: komunikasi, perawatan diri sendiri,
kehidupan di rumah, kemampuan sosial/intrapersonal,
penggunaan sumber daya komunitas, kemampuan mengarahkan
diri sendiri, kemampuan akademik fungsional, pekerjaan,
rekreasi, kesehatan, dan keselamatan.
Onset sebelum umur 18 tahun.
TINGKAT KEMAMPUAN KOGNITIF
Retardasi Mental Rentang IQ Umur Mental (dalam
tahun)

Ringan 50-69 9 sampai di bawah 12

Sedang 35-49 6 sampai di bawah 9

Berat 20-34 3 sampai di bawah 6

Amat berat Di bawah 20 Di bawah 3


DEFINISI PERKOSAAN MENURUT HUKUM
Perkosaan berasal dari kata Latin rapere, yang berarti
mencuri, merampas atau membawa pergi.
Perkosaan melibatkan pencurian hubungan seksual
dari orang lain. Pada perkosaan, korban diperlakukan
sebagai objek dan bukan sebagai individu, sehingga
terjadi kehilangan harga diri dan kepercayaan diri, dan
korban hidup dalam ketakutan akan mengalaminya
kembali.
Perkosaan adalah bahasa hukum yang merujuk pada
persetubuhan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
oleh pria terhadap wanita di luar perkawinan.
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman memaksa
seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan,
diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun. (KUHP pasal 285)
Tanda persetubuhan yang harus dicari adalah robekan
selaput dara, adanya sperma di vagina, penyakit
menular seksual, dan adanya kehamilan.
Tanda-tanda kekerasan: adanya memar pada tempat-
tempat tertentu (lengan atas, paha, atau belakang
kepala).
Penggunaan obat-obatan yang digunakan untuk
membuat tak berdaya.
Dalam KUHP tidak ada satu pasal yang menyebutkan
hukuman bagi pelaku kejahatan seksual bila
perempuan yang menjadi korban mempunyai mental
illness.
Di negara maju, definisi perkosaan adalah
persetubuhan yang dilakukan tanpa persetujuan
dari pasangannya dengan ancaman atau kekerasan.
KUHP pasal 285 tidak dapat menjerat pelaku jika korban
dengan mental illness dimana seolah-olah memiliki
persetujuan melakukan persetubuhan walaupun tanpa
kekerasan dan ancaman.
Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar
perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita tersebut
dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam
dengan pidana penjara paling lama 9 tahun (KUHP pasal
286).
Pengertian tidak berdaya:
1. Pertama, tidak berdaya mutlak/absolut, secara kejiwaan ia
adalah orang yang masih bebas untuk berkehendak namun
secara fisik orang tersebut mutlak tunduk dan dikuasai
oleh orang lain. Ia diibaratkan hanya alat belaka;
2. Kedua, tidak berdaya secara relatif, artinya secara fisik
orang tersebut bebas untuk bertindak, tetapi secara
kejiwaan ia tidak bebas untuk berkehendak. Kehendaknya
ditentukan oleh orang lain.
Apabila pelaku mengetahui tentang korban yang
memiliki mental illness, ia dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana terkait dengan pasal 286
KUHP.
Apabila pelaku tidak mengetahui bahwa korban
mempunyai mental illness, subside yang terakhir yang
dapat dikenakan adalah pasal 335 KUHP yaitu
perbuatan tidak menyenangkan.
Diancam dengan pidana penjara paling lama satu
tahun atau denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah: barang siapa secara melawan hukum
memaksa orang lain supaya melakukan, tidak
melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan
memakai kekerasan sesuatu perbuatan lain maupun
perlakuan yang tak menyenangkan, atau dengan
memakai ancaman kekerasan, baik terhadap orang
itu sendiri maupun orang lain (KUHP pasal 335)
Kasus ini tidak dapat dimasukkan kekerasan dalam
rumah tangga karena pelakunya bukan orang dalam
lingkup rumah tangga.
Pelaku tidak dapat dijerat dengan Undang-Undang
Perlindungan Anak karena korban bukan anak lagi
walaupun status mentalnya mungkin dapat
disetarakan dengan anak-anak.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan
Jurnal ini dapat memberikan gambaran yang baik dalam
abstrak mengenai isi keseluruhan tulisan.
Jurnal ini sudah mengangkat suatu kasus yang mungkin
cukup banyak terjadi, terutama pada orang-orang dengan
mental illness.
Jurnal ini sudah menjabarkan dari definisi retardasi mental,
definisi perkosaan, hingga pasal KUHP yang dapat digunakan
untuk menjerat pelaku pemerkosaan.
Kekurangan
Secara keseluruhan, masih banyak terjadi kesalahan
dalam menggunakan tanda baca, menyusun suatu
kalimat, dan juga EYD yang digunakan.
Jurnal ini masih belum dapat menjawab mengenai
hukuman yang dapat menjerat pelaku yang memerkosa
korban dengan mental illness.
DAFTAR PUSTAKA
Basbeth F, Kristanto E, Irmansyah, dkk. Tindak
Pidana Kesusilaan pada Retardasi Mental: Kasus yang
Belum Terjangkau oleh Hukum. Indonesian Journal of
Legal and Forensic Sciences 2008; 1(1): 13-16. Available
from
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod
=viewarticle&article=12834
.

Anda mungkin juga menyukai