IDENTITAS JURNAL Judul : Tindak Pidana Kesusilaan pada Retardasi Mental : Kasus yang Belum Terjangkau oleh Hukum Penulis : Ferryal Basbeth, Erwin Kristanto, Irmansyah, Rudy Satriyo Penerbit : Indonesian Journal of Legal and Forensic Science Tahun terbit: 2008 Nomor :1 Volume :1 Jenis jurnal : Laporan Kasus ABSTRAK Seorang perempuan usia 24 tahun dibawa ke PKT RSCM oleh orang tuanya dengan surat permintaan visum dari polisi yang menyatakan bahwa seorang pelaku dicurigai atas pelecehan seksual menurut pasal 285. Selama pemeriksaan, ditemukan adanya robekan lama pada selaput dara. Pemeriksaan sperma tidak dapat dilakukan karena hubungan tersebut terjadi lebih dari tiga hari sebelum pemeriksaan. Korban mengaku bahwa ia melakukan persetubuhan tanpa dipaksa atau diancam. Orang tua korban kembali ke PKT RSCM 10 hari kemudian dan meminta untuk mengubah bagian anamnesis visum menjadi korban dipaksa dan diancam. Keluarga korban juga menunjukkan tes psikiatri yang menyatakan bahwa korban menderita retardasi mental. KASUS Seorang perempuan (24 tahun) mengaku disetubuhi satu bulan yang lalu oleh pelaku (pria 32 tahun) tanpa ancaman dan tanpa kekerasan. Korban diantar ke RSCM oleh kedua orang tuanya dan dua orang polisi wanita dengan membawa surat permintaan visum dari kepolisian yang tertulis tersangka melanggar pasal 285 KUHP tentang perkosaan. Korban mengatakan bahwa dia melakukan persetubuhan itu tanpa ancaman dan tanpa kekerasan. Pada pemeriksaan selaput dara, ditemukan robekan lama sampai dasar pada posisi jam tujuh. Pemeriksaan usap vagina tidak dilakukan. Korban mengaku mendapat ancaman sebelum melakukan persetubuhan. Pelaku mengancam dengan mengatakan jangan bilang siapa-siapa ya dan pelaku mengancam agar korban menarik kembali perkaranya. Pihak kepolisian melakukan cross check terhadap tersangka dan mengatakan bahwa dia tidak melakukan kekerasan atau ancaman terhadap korban. Pihak kepolisian mengganti pasal 285 menjadi 335 atau perbuatan tidak menyenangkan. Keluarga korban merasa tidak mendapat keadilan dan melakukan pemeriksaan psikologi dan neurologi pada korban. Pada pemeriksaan psikologi, didapatkan adanya retardasi mental. DEFINISI RETARDASI MENTAL Retardasi mental adalah fungsi intelektual umum secara bermakna berada di bawah normal, dimulai pada masa perkembangan yang ditandai dengan buruknya kemampuan belajar dan atau kematangan sosial. KRITERIA DIAGNOSTIK (DSM-IV) Fungsi intelektual yang secara bermakna berada di bawah rata- rata: hasil tes IQ individual dengan angka 70 atau di bawahnya. Defisit atau gangguan pada fungsi adaptasi saat ini dalam minimal area berikut: komunikasi, perawatan diri sendiri, kehidupan di rumah, kemampuan sosial/intrapersonal, penggunaan sumber daya komunitas, kemampuan mengarahkan diri sendiri, kemampuan akademik fungsional, pekerjaan, rekreasi, kesehatan, dan keselamatan. Onset sebelum umur 18 tahun. TINGKAT KEMAMPUAN KOGNITIF Retardasi Mental Rentang IQ Umur Mental (dalam tahun)
Ringan 50-69 9 sampai di bawah 12
Sedang 35-49 6 sampai di bawah 9
Berat 20-34 3 sampai di bawah 6
Amat berat Di bawah 20 Di bawah 3
DEFINISI PERKOSAAN MENURUT HUKUM Perkosaan berasal dari kata Latin rapere, yang berarti mencuri, merampas atau membawa pergi. Perkosaan melibatkan pencurian hubungan seksual dari orang lain. Pada perkosaan, korban diperlakukan sebagai objek dan bukan sebagai individu, sehingga terjadi kehilangan harga diri dan kepercayaan diri, dan korban hidup dalam ketakutan akan mengalaminya kembali. Perkosaan adalah bahasa hukum yang merujuk pada persetubuhan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan oleh pria terhadap wanita di luar perkawinan. Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (KUHP pasal 285) Tanda persetubuhan yang harus dicari adalah robekan selaput dara, adanya sperma di vagina, penyakit menular seksual, dan adanya kehamilan. Tanda-tanda kekerasan: adanya memar pada tempat- tempat tertentu (lengan atas, paha, atau belakang kepala). Penggunaan obat-obatan yang digunakan untuk membuat tak berdaya. Dalam KUHP tidak ada satu pasal yang menyebutkan hukuman bagi pelaku kejahatan seksual bila perempuan yang menjadi korban mempunyai mental illness. Di negara maju, definisi perkosaan adalah persetubuhan yang dilakukan tanpa persetujuan dari pasangannya dengan ancaman atau kekerasan. KUHP pasal 285 tidak dapat menjerat pelaku jika korban dengan mental illness dimana seolah-olah memiliki persetujuan melakukan persetubuhan walaupun tanpa kekerasan dan ancaman. Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita tersebut dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 tahun (KUHP pasal 286). Pengertian tidak berdaya: 1. Pertama, tidak berdaya mutlak/absolut, secara kejiwaan ia adalah orang yang masih bebas untuk berkehendak namun secara fisik orang tersebut mutlak tunduk dan dikuasai oleh orang lain. Ia diibaratkan hanya alat belaka; 2. Kedua, tidak berdaya secara relatif, artinya secara fisik orang tersebut bebas untuk bertindak, tetapi secara kejiwaan ia tidak bebas untuk berkehendak. Kehendaknya ditentukan oleh orang lain. Apabila pelaku mengetahui tentang korban yang memiliki mental illness, ia dapat dimintai pertanggungjawaban pidana terkait dengan pasal 286 KUHP. Apabila pelaku tidak mengetahui bahwa korban mempunyai mental illness, subside yang terakhir yang dapat dikenakan adalah pasal 335 KUHP yaitu perbuatan tidak menyenangkan. Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain (KUHP pasal 335) Kasus ini tidak dapat dimasukkan kekerasan dalam rumah tangga karena pelakunya bukan orang dalam lingkup rumah tangga. Pelaku tidak dapat dijerat dengan Undang-Undang Perlindungan Anak karena korban bukan anak lagi walaupun status mentalnya mungkin dapat disetarakan dengan anak-anak. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN Kelebihan Jurnal ini dapat memberikan gambaran yang baik dalam abstrak mengenai isi keseluruhan tulisan. Jurnal ini sudah mengangkat suatu kasus yang mungkin cukup banyak terjadi, terutama pada orang-orang dengan mental illness. Jurnal ini sudah menjabarkan dari definisi retardasi mental, definisi perkosaan, hingga pasal KUHP yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku pemerkosaan. Kekurangan Secara keseluruhan, masih banyak terjadi kesalahan dalam menggunakan tanda baca, menyusun suatu kalimat, dan juga EYD yang digunakan. Jurnal ini masih belum dapat menjawab mengenai hukuman yang dapat menjerat pelaku yang memerkosa korban dengan mental illness. DAFTAR PUSTAKA Basbeth F, Kristanto E, Irmansyah, dkk. Tindak Pidana Kesusilaan pada Retardasi Mental: Kasus yang Belum Terjangkau oleh Hukum. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2008; 1(1): 13-16. Available from http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod =viewarticle&article=12834 .