Anda di halaman 1dari 14

K3 di ruangan nifas

Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.

Menurut Sumamur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian


usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan

Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi


keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita
bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan 1
keselamatan, dan kondisi pekerja
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 ini ada beberapa
hal yang diatur antara lain

Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala tempat kerja,


baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air,
maupun di udara yang berada dalam wilayah hukum
kekuasaan RI. (Pasal 2).
Syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk:
Mencegah dan mengurangi kecelakaan
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
Mencegah dan mengurangi peledakan
Memberi pertolongan pada kecelakaan
Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
Memelihara kesehatan dan ketertiban
2
dll (Pasal 3 dan 4).
Patient safety pada keperawatan maternitas

Keperawatan maternitas merupakan salah satu


bentuk pelayanan profesional keperawatan yang
ditujukan kepada wanita pada masa usia subur
(WUS) berkaitan dengan sistem reproduksi,
kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua
kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40
hari, beserta keluarganya, berfokus pada
pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi
secara fisik dan psikososial untuk mencapai
kesejahteraan keluarga dengan menggunakan 3
pendekatan proses keperawatan.
insiden :
Beberapa kesalahanyang dapat terjadidalam menjalankanpelayananobstretrikdi
antaralain :

Di tinjau dari seringnya Di tinjau dari derajat Ditinjau dari segi


kejadian kesalahan pembiayaan (Seringnya
kejadian kesalahan)
Diagnosis yang Perlukaan pada bayi Diagnosis yang kurang
kurang tepat Anestesi yang kurang tepat
Kesalahan teknik tepat Kesalahan teknik
operasi Perlukaan jalan lahir operasi
Kesalahan obat Kesalahan petugas Perlukaan pada bayi
Perlukaan pada bayi kesehatan Anestesi yang kurang
Infeksi luka operasi Diagnosis yang kurang tepat
Anestasi yang tepat Kesalahan obat
kurang tepat Infeksi luka operasi
Benda asing yang Kesalahan teknik
tertinggal operasi
Kesalahan petugas Klien kurang puas 4
kesehatan terhadap pelayanan
Laporan insiden..
Insiden Maternal Insiden Neonatus Insiden organisasional
Kematian ibu Kematian neonates Dokumentasi
Komplikasi yang tidak APGAR score <7 dalam Terlambat merespon
terdiagnosa 5 menit panggilan darurat
Distosia Trauma Persalinan mendadak di
Kehilangan darah > Laserasi fetal dalam rumah
1500ml Caesar Peralatan
Eklampsia Asidosis darah arteri Konflik manajemen
Histerektomi/laparato Hipotermi Infeksi nosokomial
mi Anomali fetal
Komplikasi anastesi
Emboli pulmoner
Ruptur uterus
Forcep yang tdk
berhasil 5
Mengidentifikasi Kesalahan
Menurut The London Protocol, ada langkah struktur dan
pendekatan sistematis yang digunakan untuk mengidentifikasi
kesalahan klinis atau insiden yang terjadi:
Identifikasi insiden dan mengambil keputusan untuk
investigasi
memilih anggota tim investigasi
memperoleh data (dokumentasi bukti, wawancara, prosedur)
dan poin fisik yang relevan
Mengelompokkan kronologi kejadian
mengidentifikasi masalah dalam asuhan keperawatan
(tindakan yang tidak aman)
mengidentifikasi faktor yang berhubungan (pelatihan yang
tidak adekuat, tidak ada supervisi) 6
Plan of Action
Penerapan Pasien Safety Pada Keperawatan nifas
:

identifikasi pasien
Komunikasi efektif.
Peningkatan keamanan obat
Tepat lokasi, Tepat Prosedur,
Tepat pasien operasi
7
Hal hal yang perlu dilakukan sebelum operasi sectio
ceasaria :
Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan sepert
USG yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang;
Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan khusus dan/atau implant-
implant yang dibutuhkan.
Penilaian SKP 4. Pada keperawatan Maternitas
Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi
saat preoperasi tepat lokasi, tepat p
rosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat, dan fungsional.
Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum insisi /
time-out tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan.
Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk 8
prosedur medis.
Langkah dan Prosedur SKP.4 dalam Penerapannya Pada Keperawatan
Maternitas Khususnya Pada Sectio Ceasaria
Sesuai dengan sepuluh sasaran dalam safety surgery (WHO 2008).
Yaitu:

Tim bedah akan melakukan operasi pada pasien dan posisi janin di dalam perut ibu.
Tim bedah akan menggunakan metode yang sudah di kenal untuk mencegah bahaya dari
pengaruh anastesi, pada saat melindungi pasien dari rasa nyeri.
Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan bantuan hidup dari adanya
bahaya kehilangan atau gangguan pernafasan pada saat proses kelahiran maupun sesudah
proses kelahiran.
Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan adanya resiko kehilangan darah.
Tim bedah menghindari adanya reaksi alergi obat dan mengetahui adanya resiko alergi obat
pada pasien.
Tim bedah secara konsisten menggunakan metode yang sudah dikenal untuk meminimalkan
adanya resiko infeksi pada lokasi operasi.
Tim bedah mencegah terjadinya tertinggalnya sisa kasa dan instrument pada luka
pembedahan.
Tim bedah akan mengidentifikasi secara aman dan akurat, specimen (contoh bahan)
pembedahan.
Tim bedah akan berkomunikasi secara efektif dan bertukar informasi tentang hal-hal
penting mengenai pasien untuk melaksanakan pembedahan yang aman.
Rumah sakit dan system kesehatan masyarakat akan menetapkan pengawasan yang rutin
9
dari kapasitas , jumlah dan hasil pembedahan.
Penerapan Pasien Safety Pada Keperawatan nifas :

pengurangan resiko infeksi


Pengurangan resiko pasien
jatuh

10
Contoh Kebijakan tentang Standar Pelayanan Maternitas-
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit :

Identifikasi Pasien yang jelas dan Selalu dipastikan identitasnya


sebelum mendapatkan tindakan
Pasien maupun staff berhak untuk dilindungi dari infeksi dan
kontaminasi yang diatur oleh Kebijakan Kontrol Infeksi
Selama Pasien dikondisikan atau tidak ada intervensi
keperawatan, bed selalu dijaga dengan posisi rendah dan
terkunci, hanya dinaikkan bila akan melakukan intervensi,
tujuannya adalah untuk :
Pencegahan jatuh intrapartum, misalnya pada pasien dengan
Epidural Infussion yang butuh bed-rest
untuk mencegah jatuh setelah mobilisasi dari tempat operasi
11
Lanjutan.
Staf Perawat harus menjaga keselamatan pasien pada saat
menggunakan peralatan elektrik
Perhatikan label atau daftar alergi pasien
Perawat wajib ikut serta memperhatikan, merawat dan
memelihara Peralatan Medis Ruangan baik emergency maupun
tidak yang dievaluasi setiap hari
Penilaian keselamatan pasien dapat dilakukan oleh setiap
personil/praktisi kesehatan
Medikasi terhadap pasien diikuti oleh intervensi keperawatan
dan Standar Operasionel Prosedur yang ada
Kapabilitas untuk memulai operasi Caesar adalah selama 30
menit setelah pengambilan keputusan dan Inform Consent 12
IDENTIFIKASI BAHAYA POTENSIAL
(HAZARD) DI RUANGAN NIFAS

FISIK
Bising : bila lokasi bangsal berdekatan dengan
laundry,incenarator dan genset.
Getararan : bila lokasi berdekatan dengan laundry,incenarator
dan genset.
Radiasi : lokasi bangsal berdekatan dengan pusat radiologi.
Kimia
Desinfektan : alcohol, h2o2, cairan betahdine dan lain-lain
Cytotoxics : zat atau bahan yang bersifat racun dan merusak sel.
Solvents : Cairan pembersih lantai, bisa terdapat di semua area
nifas yang berisiko : cleaning service, perawat dan petugas lainya

13
Lanjutan..
Biologic
Virus : hiv, hepatitis, rubella dan herpes.
Bakteri : tbc , pneumonia dan lain-lain
Jamur : tinea, dan dermatologis lain.
Ergonomic
Pekerjaan yang di lakukan secara manual
Postur yang salah dalam melakukan pekerjaan.
Pekerjaan yang berulang.
Psikososial.
Sering kontak dengan pasien, kerja bergilir, kerja berlebih, dan
ancaman secara fisik.
Fisiologis 14
Kerapian meja kerja tidaknteratur dengan rapi, dan ruangan yang
terlalu sempit.

Anda mungkin juga menyukai