Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

ABSES BARTOLINI
Oleh : KARLINA LUBIS
REYKA PRATIWI
Bunga Tri Amanda

Pembimbing : dr. HELMINA , sp.og

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
IDENTITAS 2

Nama : Ny. SW
TTL : Jakarta, 13 Mei 1993
Umur : 22 tahun
Alamat : Rorotan II GG IV No.9
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam
Anamnesis : Autoanamnesis
TMRS : 5 September 2015 jam 22.30 WIB
Dokter : dr. Helmina, Sp.OG
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang dengan keluhan adanya benjolan di
bagian kemaluan sebelah kiri yang disertai dengan
nyeri. Benjolan juga disertai dengan keluar nanah
dan keputihan . Os mengaku pada awalnya yaitu
Keluhan Utama : kurang lebih 1 minggu SMRS os tiba-tiba merasakan
os datang dengan keluhan sakit saat berjalan seperti lecet dan ternyata terdapat
adanya benjolan di kemaluan benjolan sebesar kelereng pada kemaluannya. 1 hari
SMRS nyeri dirasakan semakin berat dan benjolan
semakin membesar kira-kira sebesar telur ayam. Os
juga sulit untuk duduk dan berdiri, os hanya terbaring
di kasur, saat itu os juga demam. Os mengaku saat ini
sedang hamil 4 bulan dan merasakan mual-mual.
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat Penyakit Dahulu :
Di keluarga tidak ada yang
OS tidak pernah mengalami keluhan seperti
mengalami keluhan yang sama.
ini sebelumnya.Darah tinggi,kencing manis
Darah tinggi, kencing manis, asma
dan asma disangkal.
disangkal.
ANAMNESIS

Riwayat Psikososial :
Os makan teratur 3x/hari, Riwayat Alergi :
Riwayat Pengobatan :
BB menurun disangkal, os Obat (-)
Os hanya mengonsumsi vitamin
mengaku rajin Cuaca (-)
hamil.
membersihkan bagian Makanan (-)
kemaluannya, di rumah
os mengaku mandi
menggunakan air dari
tanah. Rokok dan alkohol
disangkal.
ANAMNESIS

Riwayat Haid :
Usia menarche 13 tahun,
Riwayat ANC :
teratur, tidak nyeri saat haid.
Riwayat Perkawinan: Os mengaku rutin
Lama Haid 7 hari, Siklus Haid 28
Pernikahan Pertama, melakuakn pemeriksaan
hari,
Lama Pernikahan 4 kandungan selama
HPHT 21 Mei 2015
bualn hamil ke dokter
kandungan.
Riwayat Persalinan
Gravida (1), Aterm (-), Premature (-), Abortus (-), Anak Hidup (-),
SC(-)

Anak
Tempat Jenis
No Penolong Tahun Aterm Penyulit
Bersalin Persalinan
JK BBL KU

1 Hamil Ini

4
Pemeriksaan
Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Berat Badan : 48 kg

Tinggi Badan : 155 cm

Tanda Vital :

Suhu : 36.5o C TD :110/80 mmhg

RR : 21x/menit HR : 81x/menit
Status Generalis

Normocephal , Tidak tampak adanya


deformita.

Konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik(-/-),


edema palpebra (-)

Tidak ada pembesaran KGB pada


daerah axilla, leher, inguinal dan
submandibula, nyeri tekan (-)
Status Generalis

Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-),


nyeri tekan (-), hidung bagian luar tidak ada
kelainan, pernapasan cuping hidung (-).

Normotia, nyeri (-/-), sekret (-/-), serumen


(-/-), pendengaran baik

Bibir kering (-), stomatitis (-), faring


hiperemis (-)
Paru

PALPASI vocal
INSPEKSI thorax
fremitus teraba
simetris dextra-sinistra,
diseluruh lapang paru,
tidak ada bagian dada
tidak ada bagian dada
yang tertinggal saat
yang tertinggal saat
bernapas, retraksi
bernapas, nyeri tekan
dinding dada (-)
(-)

AUSKULTASI
PERKUSI sonor pada vesikuler diseluruh
semua lapang paru lapang paru, ronkhi (-/-
), wheezing(-/-)
Jantung

PALPASI ictus cordis


INSPEKSI ictus cordis tidak teraba di ICS 5
tidak terlihat linea midclavicularis
sinistra

PERKUSI batas AUSKULTASI bunyi


jantung dalam batas jantung I dan II regular,
normal gallop (-), murmur (-)
Akral dingin, oedema (-/-), RCT > 2 detik
EKTREMITAS ATAS

Akral dingin, oedema (-/-), RCT > 2 detik


EKSTREMITAS BAWAH
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI 14

Vulva : tanda inflamasi (-)


Pengeluaran pervaginam : lendir (-), darah merah segar (-)
leukhorea (+)
Perineum : bengkak (-), luka (-), Parut (-), massa (-)
Anus : bengkak (-), luka (-), hemoroid (-)
Kel. Bartolin : massa (+), bengkak (+), tanda inflamasi (+)
Massa 4x 5cm di labia mayor sinistra, massa berisi cairan,
nyeri tekan (+) abses (+)
Orifisium Uretra Eksterna : tanda inflamasi (-), uretra tenang
PEMERIKSAAN OBSTETRI
Inspeksi : Striae gravidarum (+), perut
membesar (+), TFU 3 jari diatas simfisis pubis.
Palpasi : nyeri tekan perut bagian bawah (-),
nyeri lepas (-)
- Leopold I :
- Leopold II : TIDAK DILAKUKAN
- Leopold III :
-DJJ
Leopold IV : 140: x/m
Pemeriksaan Penunjang

5 SEPTEMBER 2015

RUJUKAN
HASIL Hb : 11.7 15.5 g/dL
Leukosit : 3.6 11 x 103 / L
Hb : 11.6 g/d Hematokrit : 35 - 47 %
Leukosit : 12.08 x103 Trombosit : 150 440 x 103 / L
Eritrosit : 3.8 5.2 x 106 / L
Hematokrit : 33 %
Trombosit : 319x103 MCV/VER : 80 - 100 fL
Eritrosit : 4.09x106 MCH/HER : 26 - 34 pg
MCHC : 32 - 36 g/dL
MCV/VER : 81 fL
MCH/HER : 28 pg
MCHC : 35 g/dL
RESUME 17

G1P0A0 Hamil 14 minggu datang ke UGD RSIJCP dengan keluhan


adanya benjolan di bagian kemaluan yang disertai dengan nyeri.
Benjolan disertai dengan keluar nanah dan keputihan . 1 minggu SMRS
benjolan sebesar kelereng dan 1 hari SMRS nyeri dirasakan semakin
berat dan benjolan semakin membesar kira-kira sebesar telur ayam.
Os sulit untuk duduk dan berdiri. Os mengaku saat ini sedang hamil 4
bulan dan merasakan mual-mual.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah: 110/80mmHg,
RR: 21x/menit, N: 81x/menit Suhu: 36.5C, TFU 3 jari diatas simfisis pubis,
DJJ 140 dpm, regular.
Pada inspeksi telihat adanya massa 4x 5 cm di labia mayor
sinistra, massa berisi cairan , nyeri tekan (+) abses (+) tanda inflamasi
(+)
Diagnosa dan Prognosis
Diagnosis
Diagnosis Ibu : G1P0A0 Hamil 14 minggu dengan Abses Bartolin

Diagnosis Janin : Janin, Tunggal, Hidup, Intrauterin

Tindakan :
Observasi TTV, KU dan DJJ
Analgesik
Drainase cairan
Rencana marsupialisasi

Prognosis
Ibu : Dubia ad Bonam
Anak : Dubia ad Bonam
FOLLOW UP 19
S :
Nyeri pada kemaluan , bengkak dan merah . Tidak bisa berjalan karena nyeri
O :
TFU 3 jari d atas simfisis pubis, Labia mayor oedem,merah (+) abses (-) Nyeri tekan kelenjar bartolin (+)
KU : Tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis
o TD : 110/80 mmHg
o RR : 20x/m
o HR : 80x/m
o T : 36.60C 6 September 2015
A :
G1A0P0 hamil 14 mg dengan abses bartholin
P :
Obs. KU
Ceftriaxone inj 2x1 g
Tramal supp 3x1
Aspirasi dengan spuit
Invomita 3x1 (bila mual muntah) 10cc
Aspirasi abses
Kompres rivanol 0.1 % pagi & sore
20

2017
19 October
FK UMJ - RSUD CIANJUR
Setelah di lakukan aspirasi , keluar cairan sebanyak
28cc
7 September 2015 21

S :
Nyeri pada benjolan berkurang
O:
Labia mayor oedem , abses , Nyeri tekan kelenjar bartolin
KU : Tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis
TD : 110/70 mmHg
RR : 22x/m
HR : 78x/m
T : 36.50C
A : G1A0P0 hamil 14 mg dengan abses bartholin
P :
Observasi KU
Drainase cairan
Kompres rivanol 0.1% pagi dan sore
22

2017
19 October
FK UMJ - RSUD CIANJUR
Setelah di lakukan drainase di hari ke-2
8 September 2015

S : Nyeri pada benjolan berkurang


O : labia mayor oedem ,abses , Nyeri (-)
KU : Tampak sakit ringan, kesadaran komposmentis
TD : 110/70 mmHg
RR : 22x/m
HR : 85x/m
T : 36.60C
A : G1A0P0 hamil 14 mg dengan abses bartholin
P :
Kompres rivanol
USG
Pulang
24

FK UMJ - RSUD CIANJUR


19 October
2017
TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN

penghasilan pus yang membentuk


pembengkakan pada satu dari
kelenjar Bartolini yang terletak di
vulva yang merupakan alat
genitalia luar wanita.
Etiologi

Virus: kondiloma akuminata dan herpes simpleks.


Jamur : kandida albikan.
Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri : neiseria gonore.
Epidemiologi

2% wanita mengalami kista bartolini/abses kelenjar. Abses umumnya


hampir terjadi > kista. Salah satu penelitian kasus control menemukan
bahwa wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung
mengalami kista /abses bartholini dari pada wanita hispanik, dan
bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki resiko
terendah. Involusi bertahap dari kelenjar bartolini dpt trjd pd saat
seorang wanita mencapai usia 30 tahun
Patofisiologi

Sumbatan duktus utama kalenjar bartolin menyebabkan retensi


sekresi dan dilatasi kistik. Kalenjar bartolin membesar. Merah, nyeri dan
lebih panas dari daerah sekitarnya. Isi dalam berupa nanah dapat
keluar melalui duktus atau bila tersumbat (biasanya akibat infeksi),
mengumpul didalam menjadi abses
Tanda dan gejala

benjolan, nyeri dan dispareunia

Perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam


kelenjar, nyeri tekan Pada vulva .

Kelenjar bartolin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderia


berjalan atau duduk, juga dapat disertai demam

Terdapat abses pada daerah kelamin ditemukan cairan mukoid


berbau dan bercampur dengan darah
Pentalaksanaan

Diberikan antibiotik yang sesuai (umumnya terhadap klamidia,


gonokok, bakteroides dan escherichia coli) bila belum terjadi abses.
Jika sudah bernanah, harus dikeluarkan dengan sayatan.

Ceftriaxone Dosis 125 mg IM sebagai single dose,

Ciprofloxacin Dosis 250 mg PO 1 kali sehari,

Doxycycline Dosis 100 mg PO 2 kali sehari selama 7 hari, Azitromisin


Dosis 1 g PO 1x
31

Insisi dan drainase


Teknik ini terdiri dari sayatan tradisional, drainase, irigasi, dan
pengepakan. Teknik ini membutuhkan beberapa perubahan
modifikasi untuk mengatasi nyeri dan untuk mencegah tingkat
munculnya abses kembali.
Penempatan Word Catheteter merupakan prosedur sederhana
yang digunakan untuk menangani gejala simptomatik. Ujung bebas
dari kateter dapat dimasukkan ke dalam vagina untuk kenyamanan
pasien. Penggunaan kateter ini memungkinkan untuk drainase abses
akut dan dapat dibiarkan selama beberapa minggu untuk mencegah
pembentukan fistula.
32
33

Marsupialisasi

Tujuan dari operasi ini adalah untuk merekonstruksi pertemuan


mukokutan vulval tanpa mengganggu bagian kelenjar yang lebih
dalamuntuk menghasilkan efek drainse yang adekuat. Prosedur ini
dilakukan untuk abses yang berulang. Abses akut dikeringkan sebelum
dilakukan marsupialisasi. Prosedur ini terdiri dari sayatan pada abses
dengan mengikuti pola lalu diikuti dengan menjahit tepi dalam dari
sayatan pada mukosa eksternal
34

Teknik Marsupilisasi
Komplikasi

Komplikasi yang paling umum dari abses Bartholin adalah


kekambuhan.

Pada beberapa kasus dilaporkan necrotizing fasciitis setelah


dilakukan drainase abses.

Perdarahan, terutama pada pasien dengan koagulopati.

Timbul jaringan parut.


PROGNOSIS 36

Prognosis penyembuhan baik. 10% dari kasus rekuren. Tingkat

kekambuhan umumnya dilaporkan kurang dari 20%. Jika abses

didrainase dengan baik dan penutupan kembali dicegah,

kebanyakan abses akan membaik. Pengobatan dari tiga kasus

berulang abses Bartolini dilakukan dengan marsupialisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Omole F, Simmons BJ, Hacker Y. Management of bartholin's duct


cyst and gland abscess. Am Fam Physician. 2003;68:135-40.
Wahyuni Endang, Dali Muhammad, Mappiase Alwi. Bartholin's
Abcess Caused by Escherichia Colli. IJDV. 2012;1:68-72.
Smith, Roger MD et al. Netter's Obstetric and Gynecology. 2nd
edition. Philadelphia;2008. p.186-7.
Hutfield DC. An Out-patient method of marsupialization for recurrent
bartholin's abscess. Brit J Vener Dis. 1965;41:137-41.
Quinn A. Bartholin Gland Disease. Medscape Reference; 2012
[updated 8 November 2012; cited 2013 19 July]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/777112-overview.

Anda mungkin juga menyukai