Anda di halaman 1dari 20

Inversio Uteri

Adam Satria Rakatama


1310211154
Definisi

Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana uterus terbalik dengan fundus
uteri masuk sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri, vagina atau
keluar dari vulva
Dapat terjadi secara mendadak atau perlahan
Pada inversio uteri, dimana uterus terputar balik dengan fundus uteri
terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar, keadaan ini
disebut inversio uteri completa
Kalau hanya fundus menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri, disebut
inversio uteri incompleta.
Kalau uterus yang berputar balik itu keluar dari vulva, disebut inversio
prolaps.
Epidemiologi

Keadaan ini dapat terjadi pada persalinan normal, persalinan abnormal, dan
uterus non gravid akibat mioma uteri submukosum.
Kejadian inversio uteri sangat jarang dilaporkan.
Shah Hosseini dan Evrard (1989) melaporkan insiden inversio uteri sekitar 1 di
antara 6.400 persalinan di RS Women and Infant, Rhode Island.
Platt dan Druzin (1981) melaporkan kejadian 28 kasus di antara 60.000
persalinan dengan insiden sekitar 1 di antara 2100 persalinan
Etiologi

Etiologi inversio uteri terbanyak adalah kombinasi antara implantasi plasenta


di fundus yang abnormal dan atoni uterus.
Faktor-faktor predisposisinya adalah:
Plasenta akreta
Tali pusat pendek
Implantasi plasenta di fundus
Penekanan pada fundus sewaktu melahirkan plasenta
Tarikan berlebihan pada tali pusat
Gangguan kontraksi uterus
Kelainan kongenital uterus
Klasifikasi

Berdasarkan waktu kejadian :


Inversio akut, terjadi segera setelah persalinan.
Inversio subakut, terbentuknya cincin kontriksi pada servik.
Inversio kronik, lebih dari 4 minggu pasca persalinan.
Berdasarkan derajat kelainan :
Derajat satu (inkomplit), korpus uteri tidak melewati kanalis servikalis.
Derajat dua (komplit), korpus uteri keluar melalui cincin servik tetapi tidak
mencapai introitus vagina.
Derajat tiga (totalis), korpus uteri mencapai atau keluar introitus vagina.
Klasifikasi

Berdasarkan Etiologi:
Inversio Uteri Non Obstetri
Biasanya disebabkan oleh mioma uteri submukosum atau neoplasma yang lain
Inversio Uteri Obstetri
Merupakan inversio uteri tersering yang terjadi setelah persalinan.
Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan
intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
Tindakan : cara Crede yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta
yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.
Gejala Klinis

Gejala dan tanda yang selalu ada:


Uterus tidak teraba
Lumen vagina terisi massa
Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
Perdarahan segera/pasca persalinan primer (P3)
Nyeri Ringan atau berat
Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada:
Syok Neurogenik
Pucat dan limbung
Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis inversio uteri dilakukan palpasi abdomen dan


pemeriksaan dalam.
Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat
dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan
nekrosis.
Pemeriksaan dalam :
Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri
cekung ke dalam.
Bila komplit, fundus uteri tidak dapat diraba, di atas simfisis uterus teraba
kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
Tata Laksana

KOREKSI MANUAL :
Pasang sarung tangan DTT
Uterus yang baru mengalami inversi dengan plasenta yang sudah
terlepas mungkin dengan mudah dapat dikembalikan dengan cara
mendorong fundus dengan telapak tangan dan jari tangan mengarah
ke sumbu panjang vagina.
Pegang uterus pada daerah insersi tali pusat dan masukkan kembali
melalui serviks, dimulai dari bagian fundus
Gunakan tangan lain untuk membantu menahan uterus dari dinding
abdomen.
Tata Laksana

Jika plasenta masih belum terlepas, lakukan plasenta manual setelah


tindakan koreksi, sampai sistem infus terpasang, cairan dialirkan dan
anestesia sebaiknya halotan atau enfluran telah diberikan.
Obat tokolitik misalnya terbutalin, ritodrin atau magnesium sulfat dilaporkan
berhasil digunakan untuk relaksasi uterus dan reposisi.
Segera setelah uterus dikembalikan ke posisi normalnya, obat yang digunakan
untuk relaksasi dihentikan dan secara bersamaan pasien diberi oksitosin agar
uterus berkontraksi sementara operator mempertahankan fundus dalam posisi
normal.
Jika reposisi manual tidak berhasil, lakukan reposisi hidrostatik.
Tata Laksana

KOREKSI HIDROSTATIK :
Pasien dalam posisi Trendelenburg, dengan kepala lebih rendah sekitar 50 cm
dari perineum.
Siapkan sistem bilas yang sudah desinfeksi, berupa selang 2 m berujung
penyemprot berlubang lebar. Selang disambung dengan tabung berisi air
hangat 3 5 l (atau NaCl) dan dipasang setinggi 2 m.
Identifikasi forniks posterior
Pasang ujung selang douche pada forniks posterior sampai menutup labia
sekitar ujung selang dengan tangan.
Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus ke posisi semula.
Tata Laksana

KOREKSI KOMBINASI ABDOMINAL VAGINAL


Kaji ulang indikasi
Lakukan insisi dinding abdomen sampai peritoneum, dan singkirkan usus dengan
kasa. Tampak uterus berupa lekukan.
Dengan jari tangan lakukan dilatasi cincin kontriksi serviks
Pasang tenakulum melalui cincing serviks pada fundus
Lakukan tarikan / traksi ringan pada fundus sementara asisten melakukan koreksi
manual melalui vagina.
Jika tindakan traksi gagal, lakukan insisi cincin konstriksi serviks di bagian
belakang untuk menghindari risiko cedera kandung kemih, ulang tindakan dilatasi,
pemasangan tenakulum dan traksi fundus.
Jika koreksi berhasil, tutup dinding abdomen setelah melakukan penjahitan
hemostasis dan dipastikan tidak ada perdarahan.
Jika ada infeksi, pasang drain karet.
Tata Laksana

Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml I.V
(NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat) 10 tetes/menit.
Jika dicurigai terjadi perdarahan, berikan infus sampai dengan 60 tetes
permenit.
Jika kontraksi uterus kurang baik, berikan ergometrin 0,2 mg atau
prostaglandin
Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal :
Ampisilin 2 g I.V dan Metronidazol 500 mg I.V
Atau sefazolin 1 g I.V dan Metronidazol 500 mg I.V
Tata Laksana

Lakukan perawatan pasca bedah jika dilakukan koreksi kombinasi abdominal-


vaginal.
Jika ada tanda infeksi berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas
demam selama 48 jam.
Ampisilin 2 g I.V tiap 6 jam
Dan gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V setiap 24 jam.
Dan metronidazol 500 mg I.V setiap 8 jam.
Berikan analgesik jika perlu
Berikan petidin 1 mg/kgBB IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin 0.1
mg/kgBB IM
Tata Laksana

Jika usaha reposisi tidak berhasil, lakukan laparotomi


Jika laparotomi tidak berhasil, lakukan histerektomi
Prognosis

Makin lambat keadaan ini diketahui dan diobati makin buruk prognosa, tetapi
jika pasien dapat mengatasi 48 jam dengan inversio uteri maka maka
prognosa berangsur baik.

Anda mungkin juga menyukai