Anda di halaman 1dari 25

Oleh: Dorlina R.V.

Siahaan
NIM: 157160001
KARAKTERISTIK PERMUKAAN
IMPLAN (MICRODESIGN)
 Karakteristik permukaan implan (mikrotopografi)
mempengaruhi hasil proses penyembuhan.
(Penelitian selama 15-20 tahun)  modifikasi
karakteristik
 Modifikasi energi permukaan, komposisi kimiawi,
dan topografi permukaan diketahui
mempengaruhi aktivitas seluler dan respon
jaringan dalam meningkatkan osteogenesis.

2
 Pada level molekul, modifikasi permukaan implan
meningkatkan apsorpsi protein serum, ion
mineral, dan sitokin, yang memicu migrasi seluler
dan perlekatan.
 Karaktersitik permukaan implan juga menuntun
retensi clot fibrin, kemudian menyediakan jalur
migratori bagi difrensiasi sel osteogenik hingga ke
permukaan implan.
 Saat ini, implan dilakukan dengan berbagai
teknologi untuk memodifikasi karakteristik
permukaan (skala mikro atau skala nano) untuk
meningkatkan pembentukan tulang

3
Proses aditif
 Proses aditif memodifikasi
mikrostruktur/makrostruktur dan bahan kimiawi
permukaan implan dengan panambahan material
atau kimiawi.
 Beberapa metode yang digunakan untuk
menambahkan material dan/atau bahan kimiawi
ke permukaan implan, seperti mineral inorganik,
spray plasma, biocoating dengan growth factor,
fluoride, dan partikel atau semen yang mengadung
kalsium pospat, sulfat, atau karbonat.
4
 Penambahan material, seperti hidroksiapatit
(gambar 6), pada permukaan implan terlihat
menambah atau mempercepat adaptasi inisial sel
tulang atau proliferasi.
 Pada umumnya, modifikasi permukaan additive
untuk meningkatkan tekstur permukaan menjadi
lebih besar dibandingkan modifikasi permukaan
subtractive, yang mana menghasilkan topografi
permukaan implan berupa “rougher” (gambar 7).
Permukaan yang kurang kasar dapat juga
ditingkatkan dengan oksidasi atau penambahan
lapisan oksida (gambar 8)
5
Gambar 6. pembesaran yang tinggi (acid
fuchsin-toluidine blue; 100x) pada
hydroxapatite-coated implant dengan tulang
intima sekitar. Bagian pada hydroxiapatote
coating yang diobservasi pada permukaan

6
Gambar 7. mikroskop skaning
elektron (ESM)
menggambarkan ttanium
plasma-melapisi implan dengan
karakteristik permukaan yang
kasar. A. implan dengan
titanium plasma-sprayed surface
(40x); B. makrotopografi
lengkap pada titaniumplasma-
sprayed surface (100x); C.
Titanium plasma dengan 1-25µm
(500x); D. titanium plasma-
sprayed surface dengan 1-25 µm
partikel (1000x)

7
Gambar 8. kekasaran
permukaan ditingkatkan
dengan semprotan plasma,
yaitu etsa asam, atau dengan
oksidasi (permukaan
TiUnite ).
(Courtesy Nobel Biocare
Services AG, Zurich,
Switzerland.)

8
Proses substraktif
 Modifikasi proses subtraktif pada permukaan implan
secara mikrostruktur dan kimiawi dengan menyingkirkan
atau menambahkan permukaan. Permukaan implan yang
kurang kasar dapat dimodifikasi secara pabrikan, asam
etsa, blasting, atau kombinasi dari semua proses yang
meningkatkan jumlah atau kecepatan osseointegrasi.
 Perubahan yang paling sering tercatat pada level
mikroskopik (Gambar 9 dan 10). Permukaan implan
dimodifikasi pada level mikroskop dengan teknik seperti
asam etsa memicu berbagi respon seluler dan
meningkatkan pembentukan tulang dalam menutup
permukaan proksimal (gambar 11)
9
Gambar 9. Gambaran scanning
electron microscope (SEM)peda
permukaan implan dengan pola
groove. A. implan dengan
permukaan mesin (40x). B. pola
grooved pada permukaan
(100x). C. permukaan dengan
ridge dan groove (500x). D.
permukaan dengan ridge dan
groove (1000x) (Courtesy Nobel
Biocare Services AG, Zurich,
Switzerland.)

10
Gambar 10. gambarn scanning
electron microscope (SEM) pada
permukaan implan dengan
typical microscopic peak-valley
appearance.
A. Implan dengan permukaan
etsa asam (40x). B. permukaan
mikrostruktur pada ermukaan
etsa asam (100x). C. permukaan
etsa asam dengan mikroip 1-3 µm
(500x). D. permukaan etsa asam
dengan mikropits 1-3 µm dengan
pembesaran sekeliling 6-10µm
peak-valley pits (1000 x).

11
Gambar 11. posisi tulang secara histologi.
A. pada 12 minggu, tulang menunpuk
pada dinding tulang ruang jaringan dan
permukaan implan. Kedua lapisan ini
dihubungkan oleh scaffold pada tulang
trabekula yang tipis. Woven bone
dikarakteristikkan dengan staining
mineralized matrix dan sejumlah osteosit
yang berlokasi pada lakuna
(undecalcified ground section, pewarnaan
permukaan dengan toluidine blue dan
basic fuchsin). B. 4 minggu volume
densitas scaffold meingkat dengan
terbentuknya trabekula dan deposisi yang
lebih mature, parallel-fibered bone ke
dalam scaffold utama. Wovwn bone
dikenal dengan sejumlah besar osteositik
lakuna (terang). Gap antara tulang dan
permukaan implan artifact. C. 8 minggu,
pertumbuhan dan hasil reinforcement
meningkatkan kepadatan tulang dan
pembungkus yang baik pada permukaan
implan dan tulang . Remodeling dimulai,
pergantian tulang primer dengan osteon
12
sekunder (tanda panah)
 Komposisi kimiawi permukaan implan
 Keberhasilan uji coba implan di dalam mulut dibuat
dengan karbon atau hidroksiapatit. Kekurangan
resistensi, karena properti material terhadap tekanan
oklusal sering menyebabkan fraktur. Sehingga dipakai
metal atau allow, yang tidak tahan korosi dan
kemudian ditinggalkan. Saat ini, sebagian besar
implan oral terbuat dari CP titanium atau titanium
alloy. Berikut akan didiskusikan hal yang berkaitan
implan titanium.

13
 Titanium merupakan metal yang sangat reaktif
dibandingkan oksidasi dengan hitungan nano
detik ketika terpapar udara. Karena oksidasi
passive pada lapisannya, titanium menjadi resisten
terhadap korosi pada bentuk CP nya.
 Beberapa alloy, seperti, titanium-aluminium 6%,
yanadium 4% (Ti6A14V), dikenal memicu resorpsi
tulang sebagai hasil kerusakan beberapa
komponen toksik. Lapisan oksida titanium CP
mencapai ketebalan 10 mm.
14
 Kandungan utama titanium dioxide (TiO2).
Semua Titanium oksida memiliki konstan
dielektrik yang paling tinggi dibandingkan semua
metal oksida lainnya.
 Faktor-faktor ini menjelaskan tendensi titanium
mengabsorbsi biomolekul, karena selama bedah
ketika aliran darah ke permukaan selama implan
diinsersikan.

15
 Biomolekul secara normal muncul berupa struktur
folded-up untuk menyembunyikan bagian
insoluble, ketika penempatan air-radikal soluble
pada permukaannya. Kemudian ditambahkan ke
permukaan TiO2 setelah dipindahkan molekul air
yang ada pada permukaan. Meskipun secara inisial
terjadi kerusakan dengan tekanan van der waals,
dielektrik tinggi yang terkandung pada titanium
oksidasi dan kemampuan polarisasi molekul
setelah absorpsi meningkatkan bond strength,
yang irreversible pada 30kcal/mol. 16
 Nyatanya, karena propensiti ditutup dengan
lapisan oksida uniterupsi, yang mana keramik-
seperti metal oksida lainnya (mis: aluminium
oksida), titanium dibuat membungkus superfluos
implan.
 Beberapa peneliti menyatakan potensial
osseointegrasi lebih baik dengan kalsium pospat

17
Permukaan implan free energy dan microprougness
 Ketika implan kontak dengan jaringan tubuh dan
cairan, pada kebanyakan kasus tulang,
permukaannya “bioliquid”, suatu lingkungan yang
aqueous. Dalam hitungan mili detik, air, ion,
biomolekul kecil diabsorpsi. Satu gambaran pada
lapisan yang absorpsi lebih merah pada semua
permukaan.

18
 Molekul yang besar dan sel yang secara berurutan
berikatan ke permukaan dipengaruhi oleh
karakteristik permukaan pada lapisan pelikel.
 Komposisi dan struktur lapisan inisial ditentukan
oleh lapisan permukaan. Kemudian, bentuk tiga
dimensi molekul akan dimodifikasi selama
ikatannya ke lapisan pelikel dan tidak diselubungi
berbagai radikal, tergantung pada metamorfosis.

19
 Permukaan free energy, sering disebut dengan
wettability
 Pemeriksaanya melalui bentuk drop standar cairan
yang ditempatkan pada permukaan implan yang
bersih.
 Angle pada drop berjalan maju ke lapisan yang
melawan tekanan kohesive di antara molekul
liquid lebih besar dibandingkan tekanan adhesive
diantara liquid dan permukaan.

20
 Kemudian drop berbentuk bola akan terlihat pada
permukaan free energy berkurang.
 Topografi permukaan pada level seluler dan
molekul berarti bagi kekasaran mikroskopik.
 Kekasaran permukaan dapat diukur dengan
profilometer, sebuah stylus yang mengikuti
permukaan dan mengukur dimensi peak-to-valley
(terlihat sebagai nilai Ra) atau ruangan antara
ireguleritas (dinyatakan dalam nilai Scx).

21
 Wennrberg dan Albrektsson  panduan evaluasi
topografi permukaan implan. Tidak ada
permukaan implan yang mulus, meskipun
beberapa dilaporkan bahwa “turned” (pabrik)
permukaan implan adalah “smooth” (gambar 9).
 Kekasaran permukaan implan mempercepat
aposisi tulang, terlihat secara in vitro,
prostaglandin E2 yang banyak (PGE2) dan
transformasi growth factor beta 1(TGF-β1)
dihasilkan pada permukaan yang kasar
dibandingkan yang halus. Kekasaran permukaan
terlihat kurang menguntungkan, karena
meningkatnya kerusakan ion dan meningkatkan
peluang makrofase dan perjalanan resorpsi tulang.
22
 Laporan bahwa secara in vitro adsorpsi fibronectin
lebih tinggi pada permukaan yang halus
dibandingkan dengan yang kasar, permukaan CP
titanium.
 Fibronectin merupakan glikoprotein yang secara
cepat berikatan pada permukaan yang keras dan
menentukan adhesi sel.

23
 Mikrotopografi juga mempengaruhi jumlah dan
morfologi adhesi sel pseudopods dan orientasi sel.
 Groove pada permukaan implan akan menuntun
migrasi sel sepanjang direksinya.
 Pertumbuhan tulang dikaitkan dengan gambaran
mikrotopografi seperti pit dan porositas dengan
dimensi internal yang hanya beberapa mikro.

24
 Kurangnya tekanan juga terlihat dan menuntun
resorpsi tulang kortikal. Hal ini dicatat oleh
ortopedik dan disebut dengan stress shielding.
 Penomena ini tidak dievaluasi pada implan dental
yang mana resorpsi tulang marginal berkaitan
dengan inflamasi kronis yang melapisi jaringan
lunak.

25

Anda mungkin juga menyukai