Anda di halaman 1dari 962

PEMBAHASAN

TO 2
MEI 2016

Satu Tujuan: LULUS!


1. E. Neuralgia trigeminal
• Wanita 44 tahun
• sakit di pipi kiri seperti ditusuk-tusuk
• sejak 2 tahun
• Ke dokter gigi normal
• MRI normal

Diagnosis yang mungkin pada pasien ini adalah…


Neuralgia trigeminal
• Nama lainnya: tic douloureux
• Sindrom nyeri pada wajah yang rekuren dan kronik
• Gejala dan tanda: nyeri wajah unilateral, biasanya sisi wajah
kanan, seperti tertusuk,mengikuti distribusi nervus trigeminus
(N.V) biasanya menjalar ke area maksila atau mandibula

Frekuensi serangan bervariasi dari <1x/hari


sampai >10 kali/jam  ratusan kali/hari
Pemicu:
Mengunyah, berbicara, tersenyum
Minum minuman dingin/panas
Sikat gigi, bercukur
Terpajan udara dingin

Sumber: emedicine trigeminal neuralgia


Neuralgia post herpetik
• Virus Varicella Zoster
Virus Kerusakan saraf
postherpetik neuralgia
• Tatalaksana:
– Anti depresan trisiklik
(amitriptilin)
– Anti-konvulsan (gabapentin)
– Analgesik (capsaicin topikal)
– Kortikosteroid (prednison,
dexamethason)
– Antiviral

Sumber: emedicine neuralgia postherpetic


Nyeri kepala primer
Pilihan Jawaban Lain
• A. Tension headache
• B. Migrain
• C. Post herpetic neuralgia
• D. Cluster headache
Dengan demikian jawabannya adalah

E. Neuralgia
trigeminal
2. D. Sindroma Guillain Barre
• Laki-laki 25 tahun
• keempat anggota gerak melemah
• baal dan lemah pada kedua tangan
• tidak dapat menggerakkan lengan dan tungkai
• Riw batuk, pilek, demam, dan diare
• PF kekuatan motorik 3333/3333 3333/3333,
• reflex fisiologis menurun

Apakah diagnosis pasien ini?


GBS
• Penyakit yang menyebabnya demielinisasi
sebagai akibat dari aktivitas sistem imun
setelah terjadinya infeksi.
• Gejala yang muncul meliputi kelemahan yang
ascending disertai penurunan refleks.
• Tatalaksana definitif meliputi IVIG ataupun
plasmapheresis
• Tatalaksana suportif dapat berupa steroid,
analgesik dan dapat diberikan fisioterapi
Harrison Manual of Medicine
Pilihan Jawaban Lain
• A. Miopati
• B. Neuropati
• C. Miastenia Gravis
• E. Multiple sclerosis
Dengan demikian jawabannya adalah

D. Sindroma Guillain
Barre
3. A. Malaria Serebral
• Laki-laki 33 tahun
• gaduh gelisah sejak 1
• demam + sakit kepala selama 3 hari
• mual dan muntah
• Riw. ke papua.

Kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah?


Malaria serebral
• Ensefalopati difus dengan penurunan kesadaran
dan berhubungan dengan sequestrasi
mikrovaskular serebral
• Manifestasi klinis yang berat dari malaria
(umumnya akibat P. falciparum)  ditandai
dengan perubahan status mental hingga koma
(pada dewasa, GCS <9), biasanya didahului oleh
kejang
• Angka mortalitas 25-50%, dapat menyebabkan
kematian bila tidak ditangani dalam waktu 24-72
jam
Medscape
Gejala dan tanda
• Trias malaria (demam, • Pemeriksaan dengan
menggigil, dan berkeringat) mikroskop sediaan darah
• Sakit kepala tebal dan tipis  bentuk
• Nyeri tengkuk, kaku otot aseksual P. Falcifarum; tidak
dan kejang umum ditemukan infeksi lain
• Sering dijumpai • Dapat ditemukan
splenomegali dan hipoglikemia, hiponatremia,
hepatomegali hipofosfatemia
• Gangguan kesadaran atau • Peningkatan limfosit pada
koma (biasanya dalam 24 - analisis CSF
72 jam) • CT dan MRI: edema serebral

Medscape
Pilihan Jawaban Lain
• B. Ensefalitis  kaku kuduk (-)
• C. Hiperuremikum  ada penyakit metabolik,
gagal ginjal
• D. Meningitis TB riw. Turun BB
• E. Demam dengue  DSS baru turun
kesadaran
Dengan demikian jawabannya adalah

A. Malaria Serebral
4. B. Lumbal Pungsi
• Laki-laki, 38 tahun
• penurunan kesadaran sejak dua hari
• lemas dan lebih sering tidur
• demam tidak terlalu tinggi.
• GCS 10,
• T: 130/90 mmHg, N: 110x/m, S: 38,2 C, P: 22x/m.
• Kaku kuduk (+).
Pemeriksaan penunjang apakah yang dilakukan
untuk membantu menegakkan diagnosis?
Diagnosis Banding Infeksi SSP
Klinis/Lab. Ensefalitis Meningitis Mening.TBC Mening.virus Ensefalopati
bakterial
Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/kronik

Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(-)

Kejang Umum/fok Umum Umum Umum Umum


al
Penurunan Somnolen Apatis Variasi, apatis - CM - Apatis Apatis - Somnolen
kesadaran - sopor sopor
Paresis +/- +/- ++/- - -

Perbaikan Lambat Cepat Lambat Cepat Cepat/Lambat


kesadaran
Etiologi Tidak dpt ++/- TBC/riw. kontak - Ekstra SSP
diidentifik
asi
Terapi Simpt/anti Antibiotik Tuberkulostatik Simpt. Atasi penyakit
viral primer
Cairan Serebrospinal pada Infeksi SSP

Bact.men Viral men TBC men Encephalitis Encephalopa


thy
Tekanan ↑↑ Normal/↑ ↑ ↑ ↑

Makros. Keruh Jernih Xantokrom Jernih Jernih


Lekosit > 1000 10-1000 500-1000 10-500 < 10
PMN (%) +++ + + + +
MN (%) + +++ +++ ++ -
Protein ↑↑ Normal/↑ ↑ Normal Normal

Glukosa ↓↓ Normal ↓↓ Normal Normal

Gram /Rapid Positif Negatif Negatif Negatif Negatif


T.

Sumber : www.emedicine.Medscape.com
Pilihan Jawaban Lain
• A. CT Scan  stroke
• C. EEG  kejang
• D. MRI  stroke atau tumor
• E. sputum BTA  TB
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Lumbal pungsi
5. C. Stroke Iskemik
• Laki-laki, 55 tahun
• mendadak lemah sejak satu jam
• mulutnya tampak tidak simetris
• GCS 15
• TD: 140/80, N: 80, S: 36,5 P: 20x
• Bibir mencong ke kanan
• kelemahan ekstremitas di sisi kanan.
Diagnosis yang tepat adalah…
Stroke
Bedakan iskemik atau hemoragik !!!!

Pemeriksaan untuk membedakan: CT Scan


Stroke iskemik Vs Stroke hemoragik
• Etiologi: trombus/emboli • Etiologi: perdarahan intraserebral
• Klinis: • Klinis:
– Anamnesis: defisit neurologis – Anamnesis: defisit neurologis
akut (seringnya hemiparesis) akut +penurunan
– PF: kesadaran umumnya tidak kesadaran+nyeri
menurun kepala+muntah proyektil
– tanda lesi UMN (hiperrefleks, – PF: tanda lesi UMN, hipertensi
ada refleks patologis) – Penunjang (CT Scan): area
– Penunjang (CT Scan): area hiperdens di serebrum
hipodens serebrum • Tatalaksana:
• Tatalaksana: – Bedah, Medikamentosa
– Trombolitik (r-TPA)  3-4,5 jam • Antihipertensi
• Agen diuretik osmotik (misal
setelah onset manitol)
– Aspirin
TIA dan RIND
– Etiologi : iskemia otak yang tidak menyebabkan infark
– Tampilan klinis :
• TIA: Defisit neurologis akut yang kembali menjadi normal
dalam waktu 24 jam.
• RIND : Gejala lebih dari 24 jam, tapi membaik dalam 72 jam
– Tatalaksana : Aspirin atau clopidogrel (untuk
mencegah terjadinya stroke)
Pilihan Jawaban Lain
• A. TIA
• B. RIND
• D. Stroke Hemoragic
• E. Bell’s Palsy
Dengan demikian jawabannya adalah

C. Stroke Iskemik
6. B. rt-PA
• Laki-laki, 55 tahun
• mendadak lemah sejak satu jam
• mulutnya tampak tidak simetris
• GCS 15
• TD: 140/80, N: 80, S: 36,5 P: 20x
• Bibir mencong ke kanan
• kelemahan ekstremitas di sisi kanan.

Tatalaksana yang tepat adalah…


Stroke iskemik Vs Stroke hemoragik
• Etiologi: trombus/emboli • Etiologi: perdarahan intraserebral
• Klinis: • Klinis:
– Anamnesis: defisit neurologis – Anamnesis: defisit neurologis
akut (seringnya hemiparesis) akut +penurunan
– PF: kesadaran umumnya tidak kesadaran+nyeri
menurun kepala+muntah proyektil
– tanda lesi UMN (hiperrefleks, – PF: tanda lesi UMN, hipertensi
ada refleks patologis) – Penunjang (CT Scan): area
– Penunjang (CT Scan): area hiperdens di serebrum
hipodens serebrum • Tatalaksana:
• Tatalaksana: – Bedah, Medikamentosa
– Trombolitik (r-TPA)  3-4,5 jam • Antihipertensi
• Agen diuretik osmotik (misal
setelah onset manitol)
– Aspirin
Pilihan Jawaban Lain
• A. Aspirin  TIA/RND atau SI> 3-4,5 jam
• C. Nifedipin  HT emergency
• D. Klopidogrel  TIA/RND
• E. Nitrat  ACS
Dengan demikian jawabannya adalah

B. rt-PA
7. D. Cluster Headache
• Laki-laki, 28 tahun
• sakit kepala hebat sejak 5 jam
• di daerah dahi dan belakang mata
• PF mata memerah, hidung berair, dan
hipersetesia
• PF mata lain normal
• Funduskopi normal
Diagnosis pada pasien ini adalah…
Tiga tipe nyeri kepala primer :
– TTH  terikat, tertekan, bilateral, terkait stress, ketegangan
otot leher, intensitas ringan-sedang.
– Migrain  berdenyut, biasanya unilateral + mual, muntah,
fotofobia, fonofobia, dapat disertai aura (classic migrain)
ataupun tidak (common migrain), intensitas sedang-berat.
– Cluster  seperti ditusuk, unilateral, periorbita, dapat
menjalar ke temporal/retroorbita + lakrimasi, diplopia,
rinore, kongesti nasal, edema palpebra, injeksi konjungtiva.

Sumber : Konsensus nasional penanganan nyeri kepala di Indonesia


Sakit Kepala Klaster
Tatalaksana Sakit Kepala Klaster
• Abortif/simptomatik :
- oksigen, triptan, ergot alkaloids, anestetik
• Pencegahan/ profilaksis:
- calcium channel blockers, mood stabilizers, anti kejang
• Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/1142459-treatment

Oksigen:
100% pada 10-12 L/menit selama 15 menit
 efektif dan aman untuk sakit kepala klaster akut
http://www.achenet.org/assets/2/7/GoadsbyCluster.pdf
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cluster-headache/basics/treatment/con-20031706

Oksigen 7 L/m -> pilihan terapi klaster  guidelines lama tahun 2005 (AFP)
Pilihan Jawaban Lain
• A. Glaukoma akut  penyempitan bilik mata
depan
• B. Migrain dengan Aura
• C. Vertigo tipe sentral  pusing
• E. Tension headache
Dengan demikian jawabannya adalah

D. Cluster Headache
8. A. Afasia konduksi
• Laki-laki usia 50 tahun
• keterbatasan dalam berkomunikasi
• dapat mengerti bahasa lisan
• dapat mengucapkan kata
• kesulitan mengulang kata
Diagnosis pada pasien ini adalah…
Aphasia

Sumber: emedicine.medscape.com
Pilihan Jawaban Lain
• B. Afasia broca
• C. Afasia global
• D. Afasia sensorik transkortikal
• E. Afasia Wernicke
Dengan demikian jawabannya adalah

A. Afasia konduksi
9. A. Carbamazepin
• Wanita, 30 tahun
• sakit pada wajah di sekitar mata dan dahi
• Riw. Cacar
• PF Neurologis: hipersensitifitas sekitar mata
dan dahi

Tatalaksana yang tepat pada pasien ini adalah…


Neuralgia trigeminal
• Nama lainnya: tic douloureux
• Sindrom nyeri pada wajah yang rekuren dan kronik
• Gejala dan tanda: nyeri wajah unilateral, biasanya sisi wajah
kanan, seperti tertusuk,mengikuti distribusi nervus trigeminus
(N.V) biasanya menjalar ke area maksila atau mandibula

Frekuensi serangan bervariasi dari <1x/hari


sampai >10 kali/jam  ratusan kali/hari
Pemicu:
Mengunyah, berbicara, tersenyum
Minum minuman dingin/panas
Sikat gigi, bercukur
Terpajan udara dingin

Tatalaksana pertama: carbamazepin atau gabapentin


Sumber: emedicine trigeminal neuralgia
Pilihan Jawaban Lain
• B. Asam mefenamat
• C. Ibuprofen
• D. Parasetamol
• E. Acyclovir  antivirus diberikan pada
campak onset <2 hari
Dengan demikian jawabannya adalah

A. Carbamazepin
10. C. EMG
• Laki-laki 35 tahun
• kaku di daerah tungkai: ibu jari + pergelangan kaki
• memberat pada malam hari
• PF kemampuan menurun
• reflex tendon APR menurun
• GDS 110, GD2PP 130.

Pemeriksaan penunjang apakah yang dapat


menegakkan diagnosis penyakit ini?
Pilihan Jawaban Lain
• A. Lumbal pungsi  infeksi SSP
• B. MRI  stroke
• D. Foto columna vertebrata  LBP
• E. Tes genetik
Dengan demikian jawabannya adalah

C. EMG
11. A Tarsal Tunnel Syndrome
• Laki-laki 35 tahun
• kaku di daerah tungkai: ibu jari + pergelangan kaki
(biasanya disertai nyeri dan sulit plantarfleksi)
• memberat pada malam hari
• PF kemampuan menurun
• reflex tendon APR menurunpemeriksaan khas
tarsal tunnel syndrome
• GDS 110, GD2PP 130.

• Apakah diagnosis pada pasien ini?


Pilihan Jawaban Lain
• B. Distal Symmetrical Sensorymotor
Neuropathy ditemukan pada pasien DM
• C. Symmetrical proximal lowerlimb
polyneuropathy  ditemukan pada pasien
DM
• D. Chronic demyelination infl.
Polineuropathy gejala mirip GBS, hanya
onset kronik
• E. Radiculopathy gejala radiks
Dengan demikian jawabannya adalah

A Tarsal tunnel
syndrome
12. B. Antidepresan trisiklik
• Laki-laki, 55 tahun
• kesemutan di daerah telapak tangan
• sensasi rasa terbakar dan terusuk di telapak kaki.
• Riw DM 10 tahun tidak terkontrol
• PF: glove and stocking parastesia dan hipestesia

Terapi yang tepat diberikan pada pasien ini


adalah…
Tatalaksana Polineuropati DM
• Tatalaksana Utama meliputi:
– Kontrol Kaki
– Antidepresan trisiklik sering menjadi first choice,
di samping itu dapat memiliih gabapentin
– Gula Darah terkontrol
– Pengobatan Diabetic Gastroparesis
– Erythromycin, metoclopramid, cisapride
– Pengobatan eksperimental
– Aldose reductase inhibitor,alpha-lipoic
acid,actovegin, etc
Medscape
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Antidepresan trisiklik
13. B. EDH
• Laki-laki, 30 tahun
• penurunan kesadaran setelah kecelakaan
• Pasien sempat terbangun
• kembali tidak sadarkan diri
• CT Scan: biconveks di area parieto-temporal
kanan

Diagnosis yang paling mungkin adalah…


Perdarahan Epidural
• Perdarahan pada ekstradural
akibat pecahnya A. meningea
media akibat trauma.
• Gejala yang khas adalah lucid
interval (20-50% kasus). Akibat
trauma menyebabkan
perubahan kesadaran,
kemudian membaik, dan
berlanjut penurunan
kesadaran dalam karena efek
desakan perdarahan
Medscape
Jenis Perdarahan Pada CT Scan
Subarachnoid Hemorrhage Intraventricular Hemorrhage
Jenis Perdarahan Pada CT Scan
Perdarahan Epidural Perdarahan Subdural
Pilihan Jawaban Lain
• A. SDH
• C. SAH
• D. Stroke hemoragic
• E. Kontusio cerebri
Dengan demikian jawabannya adalah

B. EDH
14. B. Depresi Berat
• Laki-laki, 35 tahun
• 1 bulan berdiam diri, murung, malas makan,
penurunan BB
• Tdak mau keluar kamar
• Ingin bunuh diri
• Riw. PHK

Diagnosis pada pasien ini adalah…


Klasifikasi Depresi PPDGJ
GEJALA UTAMA GEJALA TAMBAHAN
0 Mood depresif (selalu murung,
menangis)
0 Lelah, energi menurun, tidak 0 Konsentrasi berkurang
bersemangat beraktivitas 0 Percaya diri berkurang
0 Minat dan kegembiraan hilang 0 Rasa bersalah dan tidak
berguna
0 Pandangan masa depan
0 KASUS suram
0 Depresi sedang ada 0 Ide bunuh diri
gangguan dalam melakukan
kegiatan sosial/pekerjaan 0 Tidur terganggu
0 tanpa gejala psikotik 0 Nafsu makan kurang
Sumber: Panduan pelayanan departemen psikiatri FKUI
Depresi
• Gangguan suasana perasaan berupa mood yang
turun, berlangsung minimal 2 minggu.
• MLM  M-ood turun, L-elah terus, M-inat hilang
• Klasifikasi:
– Ringan: gangguan ringan dalam keseharian
– Sedang: gangguan dalam beberapa aspek kehidupan,
biasanya muncul beberapa gejala somatis seperti
gangguan seksual, keluhan tubuh, sakit kepala, dll.
– Berat: biasanya ada gejala psikotik (waham,
halusinasi) atau upaya bunuh diri
Mekanisme kerja SSRI (fluoxetine)

fluoxetine
Pilihan Jawaban Lain
• A. Gangguan Penyesuaian  ada perubahan
lingkungan tertentu
• C. Depresi Sedang
• D. Depresi Ringan
• E. PTSD  ada stressor berat tertentu
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Depresi Berat
15. A. Fluoxetin
• Laki-laki, 35 tahun
• 1 bulan berdiam diri, murung, malas makan,
penurunan BB
• Tdak mau keluar kamar
• Ingin bunuh diri
• Riw. PHK

Diagnosis pada pasien ini adalah…


Tatalaksana Depresi
Mekanisme kerja SSRI (fluoxetine)

fluoxetine
Pilihan Lainnya
• B. Lorazepam Anti Anxietas
• C. Lithium  mood stabilizer
• D. Haloperidol  Anti psikotik
• E. Asam Valproat Mood Stabilizer
Dengan demikian jawabannya adalah

A. Fluoxetin
16. A. Gangguan Panik
• Perempuan, 20 th, mahasiswa
• berdebar-debar, keringat dingin, mual-mual dan
muntah ketakutan hebat, gejala autonom
menonjol
• Tiba-tiba, biasanya muncul setiap akan ujian
berulang

Diagnosis yang paling tepat pada pasien ini adalah


Gangguan panik
Discharge autonom,Terjadi tiba-tiba, berulang.
Pilihan Jawaban Lain
• A. Gangguan cemas free floating anxiety
– Gg cemas menyeluruh mengkhawatirkan segala macam
hal
– Gg cemas terhadap 1 benda  fobia
– Gg cemas krn trauma  PTSD
• C. Gangguan penyesuaian GG cemas krn perubahan dalam
hidup SEBELUMNYA baik-baik saja, krn ada perubahan 
jadi bermasalah
• D. Gangguan obsesif kompulsif gg cemas ditandai
dengan perilaku kompulsif dan pikiran obsesif
• E. Depresi
Dengan demikian jawabannya adalah

A. Gangguan Panik
17. E. Diabetes mellitus
• Laki-laki, 32 tahun
• murung sejak 1 bulan terakhir
• tidak mau beraktivitas, sedih, pesimistik
• periang, enerjik, dan optimstik sebelumnya,
sampai pernah tidak bekerja dan membagi-
bagikan uang
• Bipolar tipe 1, saat ini mendapatkan litium
• Apa yang bukan efek samping litium?
Sumber: PPDGJ + Medscape
Tatalaksana Bipolar

–Episode manik: lithium


–Episode campuran: asam valproat
–Episode depresi: lithium + lamotrigine/antidepresan.
Jadi, jangan beri antidepresan saja.

Sumber: PPDGJ + Medscape


Lithium
• Kemungkinan bekerja dengan menghambat
fosfoinositol
• Bermanfaat untuk mood stabilizer pada keadaan
bipolar, terutama untuk episode manik
• Efek samping: LMNOP (lithium:
movement/tremor, nefrogenik diabetes insipidus,
hypOthyroidism, pregnancy/teratogenik
(terutama Ebstein anomaly)).
• Pemantauan kadar litium diperlukan karena kadar
terapeutik yang sempit.
Dengan demikian jawabannya adalah

E. Diabetes mellitus
18. E. Gangguan penyesuaian
• Perempuan, 24 tahun
• sulit tidur
• sering terbangun mengecek pintu dan jendela
5-6x
• setelah mendengar kejadian tetangga
kemalingan 1 bulan yang lalu

Apakah diagnosis pada pasien ini?


Pilihan Jawaban Lain
• KENAPA BUKAN OCD?
– Kalau OCD akan ada pikiran obsesif, seperti ia tahu
sudah mengunci tetapi merasa tidak tenang bila
tidak mengeceknya lagi. Bukan seperti di soal yang
ada pemicu rasional (peningkatan kewaspadaan
akibat tetangga kecurian)
Dengan demikian jawabannya adalah

E. Gangguan
penyesuaian
19. C. Late insomnia
• Perempuan, 28 tahun
• sering lesu
• 1 bulan terakhir gangguan tidur
• Sering terbangun jam 3 dini hari
• sulit untuk tidur kembali

Diagnosis pada pasien ini adalah…


Jenis Insomnia
• Early insomnia: sulit untuk memulai tidur
• Middle insomnia: berulang kali terbangun dari
tidur
• Late insomnia: mudah terbangun, setelah
bangun sulit untuk tidur lagi

Sumber: Medscape
Pilihan Jawaban Lain
• A. Early insomnia
• B. Middle insomnia
• D. Chronic insomnia
• E. Depresi  murung, sedih, sampai ingin
bunuh diri
Dengan demikian jawabannya adalah

C. Late insomnia
20. E. Gangguan obsesif kompulsif
• Wanita 19 tahun
• sering mengecek presensi berulang-ulang
delapan kali
• takut lupa menandatangani
• tangan tampak kering
• mencuci tangan setiap saat
• gelisah jika hal ini tidak dilakukan

Diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini


adalah…
Gangguan obsesif kompulsif
• Obsesif: ciri obsesi  gelisah atau tidak
nyaman jika tidak melakukan sesuatu
• Kompulsif  melakukan sesuatu berulang kali
WAJIB DIBEDAKAN
• Gangguan obsesif kompulsif (OCD)
- Tindakan berulang-ulang (kompulsif) akibat
adanya suatu preokupasi yang jika tidak dipenuhi
menimbulkan kegelisahan (obsesif).
- Biasanya pasien tidak sadar ini adalah gangguan
(tilikan buruk)
• Gangguan kepribadian obsesif kompulsif
(anankastik)
- Seseorang yang sistematik dan hasil pekerjaannya
mengutamakan kesempurnaan
- Biasanya tilikan pasien baik. Sumber : Panduan pelayanan
medis Departemen Psikiatri
RSCM
Pilihan Jawaban Lain
• A. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif
• B. Gangguan cemas menyeluruh  semua hal
dicemaskan
• C. Gangguan kepribadian histrionic  mencari
perhatian
• D. Gangguan waham menetap  keyakinan
akan sesuatu yang salah
Dengan demikian jawabannya adalah

E. Gangguan obsesif
kompulsif
21. B. Fobia sosial
• An. Heva 15
• Tidak ingin ke sekolah baru
• takut berkenalan dengan teman baru dan guru di
depan kelas
• keringat dingin
• menangis dan tidak bisa berkata depan umum
• Di sekolah lama pemalu dengan sedikit teman
baik

Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah…


dd/ Fobia Sosial
• Agorafobia
– Takut ditinggal sendirian di tempat umum
• Fobia sosial
– Takut bersosialisasi dengan orang yang belum
dikenal baik, takut situasi-situasi sosial
• Gangguan
– Cemas, tidak ada pencetusnya, hilang timbul
• Reaksi stres akut
– Gejala cemas muncul setelah sebuah kejadian
traumatik, berlangsung sepanjang waktu, sembuh
sendiri dalam waktu <1 bulan

Sumber : Panduan pelayanan medis Departemen Psikiatri RSCM


Pilihan Jawaban Lain
• A. Gangguan penyesuaian
Mengapa bukan gg penyesuaian?
– Gangguan penyesuaian adalah gg cemas akibat
suatu perubahan. Soal dalam kasus mengesankan
anak dalam soal memang sudah takut untuk
berbicara di depan umum
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Fobia sosial
22. B. Kepribadian dependen
• Nn. Tita, 23 gelisah berangkat sendiri
• berencana membawa pembantu ikut
• tidak pernah sendiri
• ditemani teman, orang tua, atau pembantu
ketika pergi atau melakukan sesuatu
• tidak dapat melakukan apa jika sendiri

Diagnosis pasien ini adalah…


Gangguan Kepribadian
• Kluster A
– Skizoid : lebih senang menyendiri dan tidak suka
berhubungan dengan orang lain
– Paranoid : penuh rasa tidak percaya dan curiga
terhadap orang lain
– Skizotipal: memiliki pikiran, persepsi, dan perilaku
yang aneh

Sumber : Panduan pelayanan


4/27/2018 medis Departemen Psikiatri
RSCM
Gangguan Kepribadian
• Kluster B
– Antisosial : tidak peduli hak orang lain dan senang
melanggar peraturan
– Ambang : impulsivitas serta hubungan
interpersonal dan mood yang intens tapi tidak
stabil
– Histrionik : mencari perhatian, suka menggoda
– Narsisistik : melebih-lebihkan diri, merendahkan
orang lain, mudah iri
Sumber : Panduan pelayanan
4/27/2018 medis Departemen Psikiatri
RSCMv
Gangguan Kepribadian
• Kluster C
– Cemas (menghindar) : sangat pemalu, merasa
tidak layak
– Dependen : merasa tidak mampu bertanggung
jawab atas diri sendiri, sehingga terlalu
bergantung pada orang lain, apapun
konsekuensinya
– Obsesif-kompulsif: preokupasi dengan
keteraturan, perfeksionisme yang berlebihan,
terlalu kaku dalam memandang suatu hal
Sumber : Panduan pelayanan
4/27/2018 medis Departemen Psikiatri
RSCM
Pilihan Jawaban Lain
• A. Gangguan cemas menyeluruh  cemas
tanpa alasan spesifik
• C. Kepribadian avoidant
• D. Agorafobia  takut di sendirian di tempat
ramai
• E. Paranoid  takut berlebihan
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Kepribadian
dependen
23. E. ADHD
• Anak 5
• belum bisa bicara
• Hiperaktif
• mendengarkan lagu tidak sampai selesai
• senang berlarian kesana kemari
• menghamburkan mainannya, sering kehilangan
mainan.

Kemungkinan diagnosis anak ini adalah?


Klasifikasi DSM IV
• Inattention (harus ada 6 gejala, bertahan 6 bulan)
– Sulit memperhatikan detil, sering ceroboh
– Sulit memusatkan perhatian
– Tidak mendengarkan orang yang sedang berbicara
– Tidak mengikuti instruksi dengan baik, tidak menyelesaikan tugas hingga tuntas
– Memiliki kesulitan mengorganisir kegiatan
– Sering menghindari dan tidak suka diberi tugas (seperti PR)
– Sering kehilangan barang
– Mudah terdistraksi pada stmulus eksternal
– Mudah lupa

• Hyperactivity/impulsivity (harus ada 4 gejala, bertahan 6 bulan)


– Sering tampak elisah; kaki tanga bergerak-gerak
– Tidak bisa duduk diam
– Sering berlari-lari, memanjat, atau aktivitas fisik berlebihan lain di kondisi yang tidak sesuai
– Tidak bisa duduk tenang
– Menjawab pertanyaan sebelum selesai diucapkan
– Sulit mengantri atau bermain bergantian

http://emedicine.medscape.com/article/28935
0-overview
• Other
– Onset kurang dari 7 tahun
– Gejala harus ada di 2 situasi atau lebih
– Gangguan menimbulkan distress pada fungsi sehari-hari
– 314.00 ADHD: Predominantly inattentive type if inattention criterion is met for
the past 6 months, but hyperactivity/impulsivity criterion is not met
– 314.01 ADHD: Predominantly hyperactive/impulsive type if
hyperactivity/impulsivity criterion is met for the past 6 months, but
inattention criterion is not met
– 314.01 ADHD: Combined type if both inattention and hyperactivity/impulsivity
criteria are met for past 6 months (Note that this code is the same as that
used for the predominantly hyperactive type.)
– 314.9 ADHD not otherwise specified (NOS): Other disorders with prominent
symptoms of attention-deficit or hyperactivity-impulsivity that do not
meetDSM-IV-TR criteria
Pilihan Lainnya
• A. Retardasi Mental  penurunan IQ semata
• B. Gangguan perilaku Adanya perilaku
destruktif dan agresif
• C. Gangguan mood Muncul instabilitas
mood
• D. Autisme Adanya gerakan stereotipik dan
berulang
Dengan demikian jawabannya adalah

E. ADHD
24. E. Delirium
• Laki-laki 75 tahun
• sering membuat gaduh
• berbicara meracau, kebingungan
• memandang ke satu tempat sambil berbicara dan
marah  waham/halusinasi
• Tidak mengenali keluarga, tidak tahu ada di mana
 disorientasi
• SGOT 330, SGPT 420

Diagnosis pasien adalah…


Delirium
• Delirium  gangguan orientasi
 pasien mengalami gangguan kesadaran.
• Disebabkan oleh adanya gangguan medis
lainnya
• Terapi utama meliputi Antipsikotik sebagai
simtomatik, serta penanganan penyebab
delirium

Sumber: Medscape
Pilihan Lainnya
• A. Bipolar tipe 2  Muncul gejala mania
dengan riwayat depresi
• B. Gangguan waham organik Waham (+),
halusinasi (+), tetapi TIDAK ada gg.kesadaran.
• C. Skizo Paranoid Gejala berlangsung lama,
muncul gejala psikotik
• D. Psikotik Akut  Muncul waham dan
halusinasi
Dengan demikian jawabannya adalah

E. Delirium
25. E. Bulimia Nervosa
• Wanita 23 tahun
• tubuh lemas
• berusaha memuntahkan makanannya setiap
habis makan
• Minum pencahar
• PF: tanda dehidrasi
• GDS: 64

Kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah…


Bulimia nervosa
• Bulimia nervosa:
– Makan banyak dan tidak dapat dikontrol
– Berhenti ketika dihentikan orang lain, ataupun nyeri perut akibat
ekstensi berlebihan
– Diikuti oleh tindakan muntah paksa ataupun metode lain untuk
mengeluarkan makanan
– Dapat menimbulkan gangguan pencernaan, infertilitas, gangguan
elektrolit dan dehidrasi, ataupun keluhan lainnya
– Seringnya memiliki BB normal ataupun sedikit di bawah normal
• Tata laksana:
– Psikoterapi
– Pemberian Anti depresan berupa SSRI

Sumber : Panduan pelayanan medis


Departemen Psikiatri RSCM
Pilihan Lainnya
• A. Obesitas  berlebihan berat badan
• B. Anorexia nervosa BB sangat rendah
akibat diet berlebihan
• C. Psikosomatis  gangguan yang muncul
akibat stress
• D. Pica  Memakan barang-barang bukan makanan
selama lebih dari 1 bulan pada seseorang berusia di atas
2 tahun
Dengan demikian jawabannya adalah

E. Bulimia Nervosa
26. B. Glaukoma Kronis
• Keywords :
– Usia 67 tahun
– Sulit melihat spion lapangan pandang sempit
– Jalan sering tersandung sejak 6 bulan
– Riwayat trauma, HT, DM, mata merah disangkal
– Lensa keruh = KATARAK
– Visus ODS 3/6, TIO 19, CD ratio 0.8

• Apa diagnosanya?
Glaukoma
• Berdasarkan perjalanan penyakit :
– Glaukoma akut : gejala akut (nyeri mata, pusing, mual
muntah, mata merah, edema kornea, dll)
– Glaukoma kronis : gejala akut tak ada, tunnel vision,
CDR > 0.5
• Berdasarkan penyebab Glaukoma dibedakan
menjadi:
– Glaukoma Primer
• Dewasa(Simpleks/sudut terbuka dan terutup)
• Kongenital
– Glaukoma Sekunder komplikasi dari kondisi tertentu
(ex. Trauma, katarak, hifema, dll)
Buku Ajar Mata UI
CDR < 0.5

CDR > 0.5

CDR > 0.5


Kenapa bukan sekunder akibat
katarak?
• Glaukoma akibat katarak tergolong glaukoma
akut (glaukoma fakomorfik) dan klinis sesuai
glaukoma akut (mendadak, nyeri, mata
merah) dengan sifat akut dan visus sangat
menurun.
• Pada soal, walaupun terapat arah lensa
katarak, namun penyebab utama adalah
glaukoma kronik (karena masalah utama di
lapangan pandang dan CDR yang meningkat)
Pilihan Lain
• A. Glaukoma akut  mata merah & nyeri,
melihat halo, mual muntah, pupil midriasis, TIO >
21 mmHg
• B. Glaukoma kronis  “tunnel vision”, CDR > 0,5
• C. Glaukoma definitif
• D. Glaukoma fakolitik  glaukoma yang timbul
akibat proses pencairan nukleus lensa pada
katarak hipermatur.  bagian dari glaukoma
sekunder
• E. Glaukoma sekunder  gejala glaukoma akut
tapi karena penyebab lain
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

B. Glaukoma Kronis
27. C. Dakrioadenitis Akut
• Keywords :
– Pembengkakan kelopak mata
– Air mata banyak, cair
– Kesulitan menutup mata
– Margo superior berbentuk S terbalik, nyeri tekan,
eritema.

• Apa diagnosanya?
Dakrioadenitis

Infeksi Kelenjar
Air Mata  mata
berair, kelopak
mata merah
bagian kelopak
atas, nyeri.

http://optometrist.com.au/wp-
content/uploads/2012/11/Dacryoadenitis.jpg
Tatalaksana
• Viral (paling sering)  Self-limiting, suportif
(kompres hangan, NSAID oral)
• Bakterial  1st gen sefalosporin (cefadroxil
2x500mg), kultur bila perlu
• Protozoan atau fungal  spesifik antiprotozoa
atau antifungal oral.
• Inflammatory  Cari penyebab sistemik
lainnya (eg. Sarkoidosis, grave disease, dll)
• Bila kronik (>2 minggu)  cari penyebab
sistemik lainnya
Pilihan Lain
A. Dakriosistitis  radang pada saluran air mata. Bedakan
dengan dakrioadenitis = radang pada kelenjar air mata.
B. Dakrioadenitis Kronik -> biasanya bilateral, tanda nyeri
& merah tidak ada

D. Keratitis  radang / infeksi kornea, mata merah visus


turun.
E. Konjungtivitis  radang / infeksi konjungtiva, mata
merah visus normal
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

C. Dakrioadenitis Akut
28. D. Tes Hirschberg
• Keywords :
– Bola mata tidak sejajar
– Disebut mata juling
– Dilakukan tes oleh dokter menggunakan senter
dan dilihat pantulan sinar pada bola mata

Diagnosa : Strabismus
• Apa nama tes tersebut?
Tes Hirshberg
• It is performed by shining a
light in the eyes and observing
where the light reflects off the
corneas.
– Normal: light reflex lies slightly
nasal from the center of the
cornea (approximately 11 prism
diopters -- or 0.5mm from the
pupillary axis).
– exotropia (abnormal eye is
turned out),
– esotropia (abnormal eye is
turned in),
– hypertropia (abnormal eye
higher than the normal one)
– hypotropia (abnormal eye is
lower than the normal one).
Tes lainnya…
• A. Tes Anel  tes patensi duktus lakrimalis
• B. Tes Schirmer  tes jumlah air mata
• C. Tes Ishihara  tes buta warna
• D. Tes Hirschberg
• E. Tes Jaeger  kartu baca jarak dekat
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. Tes Hirschberg
29. E. N. VI Dekstra
• Keywords :
– Bola mata tidak sejajar
– Esotropia dekstra

Diagnosa : Strabismus
• Dimana kemungkinan letak lesi?
Tes Hirshberg
• It is performed by shining a
light in the eyes and observing
where the light reflects off the
corneas.
– Normal: light reflex lies slightly
nasal from the center of the
cornea (approximately 11 prism
diopters -- or 0.5mm from the
pupillary axis).
– exotropia (abnormal eye is
turned out),
– esotropia (abnormal eye is
turned in),
– hypertropia (abnormal eye
higher than the normal one)
– hypotropia (abnormal eye is
lower than the normal one).
Otot Gerak Mata & Inervasinya
Pilihan Lain
• A. Paresis N. III dekstra
 eksotropia OD
• B. Paresis N. III sinistra
 eksotropia OS
• C. Paresis N. IV dekstra
 gangguan gerak mata ke inferior nasal OD
• D. Paresis N. IV sinistra
 gangguan gerak mata ke inferior nasal OS
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

E. N. VI Dekstra
30. D. Eye Floaters
• Keywords :
– Usia 64 tahun
– Pandangan sering terganggu, melihat bayangan
yang melintas
– Menggunakan kacamata -8.50 D  Visus 6/6
– Pada pemeriksaan funduskopi ditemukan adanya
Weiss ring
• Disebut apakah kelainan tersebut?
Medscape
Eye floaters
• Deposit dengan
ukuran dan bentuk
bervariasi yang
berenang dalam
vitreus.
• Kebanyakan berasal
dari fragmentasi
pembuluh darah atau
retina (Ablasio retina)
• Tidak ada gejala 
saat melewati jalur
cahaya dapat terlihat
seperti bayangan
lewat
• Sering ditemukan
Weiss ring
Pilihan lainnya
• A. Retinitis pigmentosa  degenerasi sel batang
dan kerucut terkait genetik (timbul rabun senja
hingga buta total), funduskopi : pigmentasi
spikula
• B. Degenerasi makula karena usia  mata tenang
visus turun mendadak, funduskopi : badan
drusen
• C. Katarak  kekeruhan pada lensa
• D. Eye floaters

• E. Keratik presipitat  kumpulan sel-sel radang


dalam kornea
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. Eye Floaters
31. A. Ceftriakson IV
• Keywords :
– Bayi usia 3 hari
– Mata sering belekan dan sulit buka mata
– Riwayat ayah ibu promiskuitas (+)
– Sekret mata ditemukan diplococcus gram negatif
dengan inti PMN.
– Dilakukan rawat inap

Diagnosa : Konjungtivitis Gonorrhea

• Apa tatalaksana pada pasien?


Konjungtivitis neonatorum
• Etiologi : N. Gonorrheae
• Gejalablefarospasme,
biasanya konsistensi
sekret purulen berwarna
putih kehijauan, dan pada
pemeriksaan gram
didapatkan diplokokus
gram negatif.
• Tatalaksana :
Seftriakson IM/IV
Topikal : eritromisin, tetrasiklin 
profilaksis infeksi gonorea konjungtiva.

According to the 2012 Red Book, topical 0.5% erythromycin and 1% tetracycline are
considered equally effective for prophylaxis of ocular gonorrhea infection in
newborn infants. Each is available in single-dose tubes. Topical silver nitrate,
povidone-iodine, and erythromycin are all effective in the prevention of
nongonococcal nonchlamydial neonatal conjunctivitis. There is no agent that is
currently effective in preventing the transmission of C trachomatis from mother to
baby.[14] This is a change from the 2009 Red Book which stated that erythromycin or
silver nitrate could prevent vertical transmission.[8]

http://emedicine.medscape.com/article/1192190-
treatment#d12
Pilihan lain
• A. Ceftriakson IV
• B. Doksisiklin tablet  servisitis GO
• C. Azitromisin tablet  servisitis Non-GO
• D. Kloramfenikol tetes mata  konj. Bakterial
lain
• E. Eritromisin tetes mata  profilaksis
konjungtivitis GO
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

A. Ceftriakson IV
32. C. Retinal Detachment
• Keywords :
– Usia 59 tahun
– Pandangan kabur sejak 1 hari
– Kacamata sferis -9.00 D
– Pandangan tertutup tirai yang bergoyang-goyang

• Apa diagnosa pada pasien?


Retinal Detachment
ILMU PENYAKIT MATA NANA WIJANA

Ablasio retina
• Ablatio retina adalah lepasnya lapisan sensoris
retina (sel batang dan sel kerucut) dari lapisan
epitel pigmen retina.
• Keluhan khas :
- Ada bintik bintik hitam pada lapangan
penglihatannya (floaters)
- Sensasi kilatan kilatan cahaya (fotopsi)
- Penglihatan seperti tertutup tirai dan bahkan
gelap sama sekali.
Ablasio Retina

• Pemeriksaan untuk memastikan : Funduskopi.

• Pada pemeriksaan oftalmologis dapat ditemukan


adanya: defek relatif pupil aferen (RAPD), tekanan
intraokular yang menurun, iritis ringan, adanya
gambaran tobacco dust atau Schaffer sign,
robekan retina pada funduskopi.
• Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina
yang terangkat berwarna pucat dengan
pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya
robekan retina berwarna merah. Bila bola mata
bergerak akan terlihat retina yang terlepas
bergoyang.
Ablasio retina
• Dikelompokan dalam 3 jenis :
– Ablatio retina regmatogen karena adanya
robekan/lubang pada retina
– Ablatio retina traksional oleh karena tarikan terhadap
retina
– Ablatio retina eksudatif akibat komplikasi penyakit lain
misalnya adanya tumor, hipertensi, peradangan dll.

• Tatalaksana : pneumatic retinopexy, pembedahan


scleral bucling dan vitrektomi
Pilihan Lain
• A. Glaukoma akut  nama lain: glaukoma primer
sudut tertutup.
• B. Katarak  mata tenang visus turun perlahan,
shadow test.
• D. Retinitis pigmentosa  degenerasi sel batang dan
kerucut terkait genetik (timbul rabun senja hingga buta
total), funduskopi : pigmentasi spikula

• E. Degenerasi makula karena usia  mata tenang visus


turun mendadak, funduskopi : badan drusen
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

C. Retinal Detachment
33. B. Glaukoma Akut
• Keywords :
– Usia 16 tahun
– Pandangan kedua mata menghilang mendadak
– Nyeri kepala+
– Mata merah, pupil midriasis, visus ODS 1/60, COA
dangkal
– Funduskopi dalam batas normal

• Apa diagnosa pada pasien?


• Glaukoma sudut terbuka primer:
– keluhan mata buram (penglihatan perifer)
– penurunan tajam penglihatan, cupping (penggaungan papil
> 0,5 diameter papil)
– gonioskopi sudut terbuka
– TIO normotensi
– tidak ditemukan edema atau injeksi konjugtiva/sub-
konjungtiva
Sering disebut sebagai glaukoma kronik.
Tatalaksana : medikamentosa (timolol, latanapros, pilokarpin),
operatif (trabekulektomi)

• Glaukoma sudut tertutup primer :


- peningkatan TIO mendadak
- nyeri mata/sakit kepala dominan
- mual muntah, melihat halo
- pupil midriasis
- penurunan visus  dapat hingga buta
Sering juga disebut sebagai glaukoma akut.
Tatalaksana awal : asetazolamid, pilokarpin  operatif
(iridektomi)
Ilmu Penyakit Mata Nana
Wijana
Glaukoma akut/sudut tertutup
• Etiologi: obstruksi
trabekula oleh iris
• Anamnesis: mata merah
visus turun mendadak,
nyeri, mual, muntah, halo
• PF: TIO > 21, injeksi,
edema kornea, COA
dangkal
• Tx: Inisial: acetazolamide,
timolol, pilokarpin
• Definitif: iridotomi
(iridektomi)
Glaukoma kronik/sudut terbuka
• Etiologi: disfungsi trabekula  penurunan
ekskresi aquaeus humour  neuropati optik
• Anamnesis: tunnel vision atau asimptomatik
• PF: TIO normal, cup to disc ratio > 0.5. Lapang
pandang menyempit
• Penunjang: perimetri
• Tatalaksana: beta bloker topikal.
Trabekuloplasti
Trabekulektomi vs trabekuloplasti
Pilihan lainnya
• A. Ablasio retina  lepasnya lapisan retina, khas :
funduskopi terlihat lapisan lepas seperti tirai
bergoyang-goyang
• B. Glaukoma akut
• C. Subluksasi lensa  putusnya zonula zinni
sehingga lensa berpindah tempat
• D. Retinopati diabetikum  khas : cotton wool
spot, eksudat, neovaskularisasi, perdarahan
vitreus
• E. Reaksi konversi  masalah kejiwaan, buta
mendadak dengan PF normal akibat suatu
stressor psikologis.
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

B. Glaukoma Akut
34. A. Gangguan otot akomodasi mata
• Keywords :
– Usia 54 tahun
– Keluhan sulit membaca jarak dekat
– Pemeriksaan kartu Jaeger tidak dapat membaca
barisan keempat

Diagnosa : Presbiopia
• Bagaimana mekanisme presbiopia?
PRESBIOPI
Daya akomodasi mata melemah
Ditolong dengan lensa positif
Usia 40 – 44 Usia 45-49 Usia 50 – 54 Usia 55 – 59 Usia 60 tahun
tahun tahun tahun tahun

+1 +1,5 +2 +2,5 +3
Pilihan lainnya
• A. Gangguan otot akomodasi mata
• B. Kurvatura kornea tidak rata  Astigmatisme
• C. Bayangan jatuh di depan retina  Miopia
• D. Bayangan jatuh di belakang retina 
Hipermetropia / hiperopia
• E. Bayangan jatuh di depan dan dibelakang
retina  Astigmatisme
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

A. Gangguan otot
akomodasi mata
35. D. Retinopati DM proliferatif dini
• Keywords :
– Penurunan penglihatan sejak 3 tahun
– Minum obat rutin, GDS = 164 (kemungkinan obat
DM)
– Cotton wool spot +, eksudat +, neovaskularisasi +

• Apa diagnosa kasus tersebut?


Retinopati
Diabetik
Komplikasi DM pada mata:
• Abnormalitas kornea
• Glaukoma
• Neovaskularisasi iris
• Katarak Pemeriksaan :
• Retinopati diabetik paling
sering dan paling potensial • Tajam penglihatan
menyebabkan kebutaan • Funduskopi dalam keadaan
pupil dilatasi : direk/indirek
Tanda dan gejala: • Foto Fundus
• Melihat titik atau floaters • USG bila ada perdarahan vitreus
• Penurunan tajam penglihatan
• Terdapat titik hitam di tengah Tatalaksana :
lapang pandang
• Fotokoagulasi laser
• Sulit melihat dalam gelap
• Pada pemeriksaan funduskopi:
cotton wool spot, flame
hemorrhages, dot-blot
hemorrhages, hard exudates
Retinopati diabetik
• Stadium
– Nonproliferatif: mikroaneurisma, dot and blot
hemorage, flame hemorage, cotton wool spot
– Preproliferatif: NONPROLIFERATIF + soft and hard
exsudate
– Proliferatif stadium dini: PREPROLIFERATIF +
neovaskularisasi
– Proliferatif stadium lanjut: PROLIFERATIF DINI +
perdarahan vitreus
www.vision-and-eye-health.com
Retinopati
Hipertensi
• Termasuk mata
tenang visus
turun perlahan
• Gejala klinis
retinopati HT:
pada funduskopi
ditemukan
fenomena
cotton wool spot
+ av crossing +
copper wire
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. Retinopati DM
proliferatif dini
36. B. OD 1/300 OS 1/~
• Keywords :
– Penurunan penglihatan
– OD : melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter
– OS : melihat cahaya saja

• Berapa visus pasien tersebut?


Pemeriksaan Visus
• AV = acuity visual = tajam penglihatan
• Dinyatakan dengan x/y, di mana
– x adalah jarak di mana pasien dengan kartu/objek
referensi
– y adalah jarak di mana pasien emetrop (normal)
seharusnya dapat membaca/melihat kartu/objek
referensi

Buku Ajar Mata UI


Pemeriksaan Visus
• 6/6: artinya pasien dapat membaca tulisan dari jarak 6
meter, yang mana seorang emetrop dapat membaca dari 6
meter
• 6/30: artinya pasien dapat membaca tulisan dari jarak 6
meter padahal emetrop dapat membaca dari 30 meter
• 1/60: pasien dapat melihat hitungan jari pada jarak 1
meter padahal orang normal dapat melihat dari jarak 60 m
• 1/300: pasien dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1
meter padahal orang normal dapat melihat dari jarak 300
meter. Pada umumnya dilakukan pemeriksaan hanya pada
jarak 1 meter, walaupun sering >1 m, tetap digolongkan
1/300.
• 1/~ : pasien hanya dapat melihat cahaya
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

B. OD 1/300 OS 1/~
37. D. Katarak Traumatik
• Keywords :
– Usia 8 tahun
– Habis bermain gulat, setelah itu mengeluh
pandangan buram
– Visus OD 6/60
– Ditemukan gambaran bintang berwarna keruh
pada lensa mata kanan

• Apa diagnosa pasien tersebut?


KATARAK PRIMER
Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan
Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa
Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris
Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata
depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik
Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test
(-) (+) (-) Pseudopositif

Penyulit
Uveitis,
Glaukoma
glaukoma
Jenis Katarak (Klasifikasi) Lain
• Katarak senilis: karena usia lanjut
(pengeruhan lensa degeneratif)
• Katarak sekunder: sekunder dari
penyakit sebelumnya, misalnya uveitis,
atau ada riwayat operasi sebelumnya
• Katarak traumatika: ada riwayat
trauma, kekeruhan berbentuk seperti
bintang (stelatta shaped)

Buku Ajar Mata UI


Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Sebagian Seluruh Lensa jatuh
Shadow test Positif Negatif Pseudopositif
Visus > 6/60 < 6/60 <6/60
Ilmu Penyakit Mata Nana
Wijana

Jenis katarak (berdasarkan proses)


• Katarak insipien
– Kekeruhan terjadi di perifer korteks 
belum menimbulkan gangguan.
• Katarak imatur
– Kekeruhan terjadi di posterior nukleus
lensa dan belum mengenai seluruh
lapisan lensa
• Katarak matur
– Kekeruhan sudah mengenai seluruh
lensa  penurunan visus
• Katarak hipermatur
– Bila katarak matur dibiarkan akan terjadi
pencairan korteks dan nukleus
tenggelam ke bawah (katarak
Morgagni).
Pilihan lainnya
• A. Katarak imatur  visus >6/60, shadowtest (+)
• B. Katarak matur  visus <6/60, shadowtest (-)
• C. Katarak fakolitik  tidak ada istilah ini
• D. Katarak traumatik
• E. Katarak kongenital  katarak pada bayi baru
lahir
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. Katarak Traumatik
38. D. Rhinitis Akut
• Keywords :
– Hidung berair sejak 4 hari
– Demam, bersin berulang, ingus kental, hidung
tersumbat
– Mukosa hidung merah, sekret mukoid
– Nyeri tekan wajah (-)

• Apa diagnosa pasien tersebut?


Rhinitis Akut
• Infeksi akut
• Gejala khas infeksi
– Konka edema
– Mukosa eritema
– Sekret +
– Demam +
– Gejala sistemik
(flu-like syndrome)
Bedakan dengan Rhinitis Alergi, mukosa hidung pucat
Rinitis vasomotor
• Keadaan idiopatik
• Dicetuskan rangsangan non-spesifik
• Pencetus non-alergik. eklusi alergik bisa dengan pemeriksaan
ige total
• Pencetus: bau tertentu (rokok, parfum, paint, ink), makanan
pedas, bahkan cahaya silau
• Gejala klinis
– Hidung tersumbat bergantian sesuai posisi,
– Sekret mukoid / serosa
– Golongan
• Bersin
• Rinore
• Tersumbat
• Terapi:
– Hindari stimulus
– Pengobatan simptomatis
• Golongan bersin  antihistamin, glukokortikosteroid
topikal
• Golongan rinore  antikolinergik topikal
• Golongan tersumbat  glukokortikosteroid topikal,
vasokonstriktor oral
– Operasi
– Neurektomi N.vidianus
Pilihan lainnya
• A. Rhinitis atrofikans  infeksi Klebsiella
ozaena, sekret hijau kental, berbau
• B. Rhinitis medikamentosa  akibat obat-
obatan berkepanjangan
• C. Rhinitis alergi  mukosa livid, konka pucat,
gatal, bersin, hidung tersumbat
• D. Rhinitis akut
• E. Rhinitis vasomotor  idiopatik, hidung
tersumbat bergantian
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. Rhinitis Akut
39. A. Rhinitis Atrofikans
• Keywords :
– Hidung kanan tersumbat sejak 3 minggu
– Demam dan keringat malam +
– Ingus berwarna hijau kental, berbau busuk, krusta
kehijauan +

• Apa diagnosa pasien tersebut?


Ozaena (rinitis atrofi)
Rinitis atrofi
• Infeksi hidung kronik
• Adanya atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka
• Mukosa hidung menghasilkan sekret yang kental dan
cepat mengering sehingga terbentuk krusta yang
berbau busuk
• Wanita lebih sering terkena, usia dewasa muda
• Pada pemeriksaan histopatologi tampak metaplasia
epitel torak bersilia menjadi epitel kubik atau epitel
gepeng berlapis, silia menghilang, lapisan submukosa
menjadi lebih tipis, kelenjar berdegenerasi atau atrofi.

BUKU AJAR THT-KL. Edisik ke-6. FKUI


Rinitis atrofi
• Etiologi: infeksi oleh Klebsiella ozaena, defisiensi Fe,
defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan
hormonal, penyakit kolagen.
• Gejala dan tanda klinis: napas berbau, ingus kental
berwarna hijau, ada krusta/kerak hijau, gangguan
penghidu, sakit kepala, dan hidung tersumbat.
• Pemeriksaan hidung: rongga hidung sangat lapang,
konka inferior dan media menjadi hipotrofi atau atrofi,
ada sekret purulen, dan krusta berwarna hijau.
• Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan histopatologi
dari biopsi konka media, pem.mikrobiologi, uji
resistensi kuman, dan ct scan sinus paranasal.
BUKU AJAR THT-KL. Edisik ke-6. FKUI
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

A. Rhinitis Atrofikans
40. B. Corpus Alineum
• Keywords :
– Usia 3 tahun
– Hidung kiri buntu mendadak sejak 4 hari
– Keluar ingus kental dan berbau
– Sering mengorek-ngorek hidung
– Demam dan bersin disangkal

• Apa diagnosa pasien tersebut?


BENDA ASING HIDUNG
• Pada anak-anak
• Diagnosisnya berdasarkan kecurigaan
(presumtif)
• Gejala dan tanda :
- hidung tersumbat
- sekret purulen berbau busuk unilateral
Pemeriksaan fisik : rinoskopi anterior, posterior
Tatalaksana : ekstraksi
Ekstraksi Corpus Alineum
• Pengambilan disarankan menggunakan Hook
• Masukkan hook dengan pengait secara
horizontal
• Setelah pengait melewati benda asing, putar
90 derajat  pengait dalam posisi vertikal
• Tarik keluar benda asing
Pilihan Lain
• A. Rhinitis atrofikans  krusta kehijauan,
ingus kental, bau busuk
• B. Corpus Alineum
• C. Rhinitis alergi  mukosa livid, gatal, bersin,
sekret cair
• D. Rhinitis akut  mukosa edema, eritema,
demam
• E. Rhinitis vasomotor  hidung mampet
bergantian
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

B. Corpus Alineum
41. E Suportif saja
• Keywords :
– Sulit makan dan demam sejak 2 hari
– Nyeri sendi, lemas, nyeri kepala, nyeri belakang bola
mata, batuk dan pilek.
– Minum Amoxcillin tak membaik
– PF mukosa nasal dan faring eritema, lain-lain dbn
– Terdapat leukopeni dan shift to the right

Diagnosa mengarah ke : Influenza


• Apa tatalaksana pasien tersebut?
Beda influenza dg Selesma (Common cold)
Influenza
• Infeksi virus (H5N1 Avian flu, H3N2, H1N1 Swine
flu, dll)
• Inkubasi singkat (1-4 hari)
• Gejala banyak!
• Gold standard :
Kultur Virus
• Treatment :
Antiviral (Oseltamivir)
Suportif
Vaksinasi
Rekomendasi Penggunaan Antiviral pd
influenza
• Manfaat diperoleh dalam 48 jam pertama
• Pasien yang dirawat
• Penyakit berat dan progresif
• terutama pd pasien yang dihawatirkan akan
terjadi komplikasi
– Anak krg dr 2 tahun
– Lebih dr 65 tahun
– Org dengan PPOK, asma, peny. Sistemik (renal,
kardiovascular, hepar, neurologi
Pilihan lainnya
• A. Ganti antibiotik golongan quinolon + Suportif
 quinolon tidak boleh diberikan pada anak
karena gangguan pertumbuhan
• B. Teruskan antibiotik + Suportif  tak perlu
antibiotik
• C. Teruskan antibiotik + Antiviral + Suportif  tak
perlu antibiotik
• D. Suportif dan Antiviral
• E. Suportif saja (pada kasus, usia dan keparahan
tidak memenuhi kriteria rekomendasi, meskipun
dr onset masih krg dari 48 jam)
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

E. Suportif saja
42. D. Antibiotik topikal + Analgetik
oral
• Keywords :
– Nyeri telinga kanan
– Rewel dan sering mengorek telinga
– Benjolan hiperemis pada liang telinga depan, nyeri
tekan +

Diagnosa : OE Sirkumskripta
• Apa tatalaksana pasien tersebut?
• SIRKUMSKRIPTA
– 1/3 luar  adnexa kulit (+)  furunkel
– ETIOLOGI: S.aureus
– GEJALA: nyeri (tidak ada jar. Longgar)
saat menekan perikondrium atau
membuka mulut, ggn pendengaran

OE AKUT
• DIFUS
– 2/3 dalam  kulit liang telinga
hiperemis dan edema tidak jelas
batasnya
KLASIFIKASI – ETIOLOGI: Pseudomonas
OTITIS EKSTERNA – GEJALA: nyeri tekan tragus, liang telinga
sempit, sekret bau

OE MALIGNA • Infeksi difus


TATALAKSANA UMUM • Terutama pada orang tua atau
• BERSIHKAN LIANG TELINGA imunokompromise
• Antibiotik dalam bentuk tampon lebih • ETIOLOGI: P. Aeruginosa
efektif • GEJALA: rasa gatal + nyeri,
• Topikal antibiotik neomisin pembekakan liang telinga, paralisis
• Topikal antifungal polimiksin B facial jika iritasi n.VII
• Topikal steroid
• Analgetik oral
Pilihan lainnya
• A. Antibiotik oral, analgetik oral  antibiotik
oral disarankan untuk OMSK/ OMA perforasi
• B. Antibiotik oral, analgetik topikal
• C. Antibiotik topikal, antiviral oral tidak
perlu antiviral
• D. Antibiotik topikal, analgetik oral
• E. Antifungal topikal, analgetik oral  tidak
perlu antifungal
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. Antibiotik topikal +
Analgetik oral
43. E. Otomikosis
• Keywords :
– Gatal pada telinga kiri
– Keluar cairan kental campur darah
– Terdapat serabut-serabut berwarna putih di
dinding bawah liang telinga
– Liang telinga lapang, MT dalam batas normal

• Apa diagnosa pasien tersebut?


Buku ajar THT
Otomikosis FKUI

• Otitis eksterna yang disebabkan oleh • PF:


jamur – Liang telinga merah, ditutupi oleh skuama,
• Etiologi: Pytirosporum dan dapat meluas sampai muara liang telinga dan
daun telinga
Aspergilus.3
– Cairan serosanguinos.12
• Predisposisi: cuaca yang lembab, – Akumulasi debris fibrin yang tebal,
adanya serumen, instrumentasi pada pertumbuhan hifa berfilamen putih dan
telinga, status pasien panjang
yang immunocompromised , dan • Preparat langsung: skuama dari kerokan
peningkatan pemakaian preparat kulit liang telinga diperiksa dengan KOH 10
steroid dan antibiotik topikal. %
• Gejala – hifa lebar, berseptum, dan kadang-kadang
– Otalgia dapat ditemyukan spora-spora kecil dengan
– Otorrhea diameter 2-3 u.
– Kehilangan pendengaran • Prinsip penatalaksanaan:
– Rasa penuh pada telinga - higieni
– Gatal - asam asetat 2-5 % dalam alkohol
– Tinnitus (alkohol  bunuh jamur, asam asetat 
membuat suasana asam jamur tak
tumbuh)
- antifungal
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

E. Otomikosis
44. E. Human Papilloma Virus
• Keywords :
– Nyeri menelan sejak 4 hari
– Batuk kering, demam, bau mulut
– Suara tidak serak
– Faring hiperemis

Diagnosa : Faringitis akut


• Apa mikroorganisme penyebab, KECUALI?
Faringitis
• Etiologi :
• Virus  Adenovirus (paling sering)
EBV, HSV, Influenza,
Parainfluenza, Coronavirus,
Enterovirus, RSV, CMV, HIV

• Bacterial  Grup A beta-


hemolytic Streptococcus
(paling sering)

Medscape
Bacterial vs Viral Pharyngitis
• Pada infeksi bakterial, cenderung didapatkan
gejala sistemik : Demam tinggi, limfadenopati
servikal, eksudasi tonsil, tidak batuk. Pada
pemeriksaan darah cenderung didapati
leukositosis dengan shift to the left.

• Sedangkan infeksi virus, terdapat gejala flu-like


syndrome, tonsil tidak ikut membesar, batuk
kering. Pada pemeriksaan darah tidak didapati
leukositosis dan terdapat shift to the right.
Medscape
Kriteria Centor : Bacterial Pharyngitis

A score of 0-1 makes GAS (Grup A Streptococcus) infection


unlikely; a score of >=4 makes it likely.
Score <=1  tidak dilakukan terapi
Score 2-3  Investigasi lanjut (Rapid Streptococcus test)
Score >=4  berikan antibiotik empiris
Medscape
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

E. Human Papilloma Virus


45. D. Otitis Media Efusi
• Keywords :
– Pendengaran berkurang
– Riwayat batuk pilek +
– Hidung mukosa pucat, tonsil normal, faring
hiperemis.
– MT tampak suram tidak hiperemis dengan refleks
cahaya menurun, tes valsava (-), tampak air fluid
bubble dalam cavum timpani

• Apa diagnosa kasus tersebut?


OTITIS • Anamnesa14
– Telinga terasa penuh, terasa ada
MEDIA EFUSI cairan (grebeg-grebeg
– Pendengaran menurun
– Terdengar suara dalam telinga
• Peradangan non bakterial mukosa sewaktu menelan atau menguap
kavum timpani • Pemeriksaan fisik :
• Ditandai terkumpulnya cairan – imobilitas gendang telinga pada
yang tidak purulen (serous atau penilaian otoskop pneumatik.
mucus) tanpa tanda infeksi – MT terlihat lebih kusam dan keruh.
• Etiologi – Maleus tampak pendek, retraksi
– Kegagalan fungsi tuba eustachius dan berwarna putih kapur.
– Alergi – reflek cahaya berubah atau
menghilang
– Otitis media yang belum sembuh
sempurna – garpu tala : untuk membuktikan
adanya tuli konduksi10
– Infeksi virus
TATALAKSANA
:
DEKONGESTAN, MIRINGOTOMI,
PIPA GROMET
Otosklerosis
• Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalamai spongiosis di
daerah kaki stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat
menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik
• Awal penyakit akan muncul tuli konduktif yang dapat menjadi tuli
campur bila penyakit sudah menyebar ke koklea
• Gejala :
– Pendengaran terasa berkurang secara progresif
– Keluhan lain: tinitus dan terkadang vertigo
– Lebih sering bilateral, perempuan lebih banyak dari laki-laki, antara
11-45 tahun
– Pemeriksaan :
• Membran timpani intak, tuba paten
• Dapat ditemukan gambaran membran timpani yang kemerahan karena
pelebaran pembuluh darah promontium (Schwarte’s sign)
• Pasien merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam ruangan bising
(paracusis willisii)
Schwartze sign  otosklerosis
Pilihan lainnya
• A. Otitis eksterna  infeksi liang telinga luar
• B. Otitis media supuratif kronis  perforasi
membran timpani, keluar sekret berulang
• C. Otitis media akut  infeksi akut telinga
tengah
• D. Otitis media efusi
• E. Otosklerosis  khas ada Schwartze sign
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. Otitis Media Efusi


46. A. Laringitis Akut
• Keywords :
– Keluhan suara hilang sejak 3 minggu
– Demam +, nyeri tenggorokan, batuk kering, suara
serak.

• Apa diagnosa kasus tersebut?


Medscape
Laringitis
• Akut / Kronis (>3 minggu)
• Penyebab : infeksi virus/bakterial, vocal misuse,
eksposur bahan kimia/ asam lambung
• Dapat bermanifestasi ISPA lainnya (batuk, demam,
nyeri tenggorok) dengah khas yaitu : suara
serak/hilang
• Diagnosa : laringoscopy  laringoedema dengan
tanda radang. Singkirkan DD lainnya
• Terapi : Antibiotik gram+, PPI, analgesic, istirahat
suara, O2. Penggunaan steroid/antihistamin tidak
terbukti bermanfaat.
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

A. Laringitis Akut
47. D. Mastoidektomi + Timpanoplasti
• Keywords :
– Penurunan pendengaran sejak 1 tahun
– Sering batuk pilek
– Telinga kanan terdapat krusta dan berbau
– MT tak jelas dan terdapat massa keputihan
– CT scan ada lesi opak dengan lesi litik tulang pada
cavum timpani
Diagnosa : OMSK maligna
• Apa tatalaksana kasus tersebut?
Otitis Media Supuratif Kronis

• OMSK  OMA yang gagal resolusi (dicetuskan infeksi


pseudomonas)
• Tampilan klinis : Membran timpani perforasi, sekret
keluar terus sampai di atas 6 minggu.
– tipe benigna: kolesteatoma (-). Perforasi sentral
– tipe maligna: kolesteatoma (+). Perforasi marginal/atik
komplikasi ke jaringan sekitar defisit neurologis
• Penunjang : CT-Scan bila dicurigai ada komplikasi
• Tatalaksana :
– Benigna : Tetes telinga antibiotik, ear toilet (H2O2 3% selama 3-
5 hari), dan kauterisasi bila ada jaringan granulasi
– Maligna : Operasi eradikasi kolesteatoma
+timpanoplasti/miringoplasti
Mastoidectomy
Pilihan Lain
• A. Antibiotik + steroid  untuk tipe Benigna
• B. H2O2 + Antibiotik + Timpanoplasti  OMSK
benigna
• C. Miringotomi  OMA supuratif
• E. Dekongestan topical  OMA oklusi
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. Mastoidektomi +
Timpanoplasti
48. E. Presbikusis
• Keywords :
– Usia 80 tahun
– Penurunan pendengaran sejak 2 tahun
– Dilakukan audiogram : hasil tuli sensorineural pada
kedua telinga
– PF telinga dalam batas normal
– Riwayat DM, HT, minum obat, dan penyakit lainnya
disangkal.
– Tidak ada riwayat pekerjaan bising

• Apa tatalaksana kasus tersebut?


AUDIOGRAM www.audiologyawareness.com

Paling kiri : tuli sensorineural


Tengah : tuli konduktif
Paling kanan : tuli campuran
Interpretasi Audiogram
• Tuli sensorineural : Bone dan air conduction
cenderung normal pada frekuensi rendah,
kemudian grafik turun pada frekuensi tinggi.
• Tuli konduktif : Bone conduction dalam batas
normal, sedangkan air conduction turun pada
seluruh frekuensi. Ini yang disebut air-bone
gap.
• Tuli campuran : Bone dan air conduction
keduanya turun, terutama pada frekuensi
tinggi dan terdapat air-bone gap.
Medscape
Presbikusis
• Adalah tuli sensorineural pada orang tua
• Khas : bilateral, grafik audiogram turun
terutama pada frekuensi tinggi, otoskopi
dalam batas normal.
• Terdapat beberapa jenis :
– Sensory presbycusis = atrofi sel rambut
– Neural presbycusis = atrofi koklea dan jaras syaraf
– Metabolic presbycusis = atrofi stria vaskularis
– Mechanical presbycusis = penebalan dan
kekakuan membrana basilaris koklea
Pilihan lainnya
• A. Audiogram dalam batas normal
• B. Tuli konduktif bilateral  air bone gap
• C. Tuli campuran bilateral  air bone gap
• D. Tuli sensorineural bilateral  benar namun
kurang tepat
• E. Presbikusis
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

E. Presbikusis
49. D. Tuli sensorineural telinga kiri
• Keywords :
– Usia 38 tahun
– Bekerja sebagai DJ club malam selama 15 tahun
– Tes rinne (+) telinga kiri
– Tes Weber lateralisasi telinga kanan

• Bagaimana interpretasi tes penala ?


Buku ajar ilmu THT
Tes penala FKUI

Tuli konduktif Tuli sensorineural Normal

Rinne - + +

Weber Lateralisasi ke Lateralisasi ke Di tengah


telinga sakit telinga sehat

Swabach Memanjang Memnedek Sama dengan


(dibanding (dibanding pemeriksa
pemeriksa) pemeriksa)
Tes Rinne
UNTUK MENGETAHUI ADANYA TULI KONDUKSI

Prinsip
Membandingkan AC (air conduction) dan BC (bone conduction) di satu telinga

Cara
• Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tulang mastoid pasien
• Pasien diminta memberi sinyal apabila suara tidak lagi terdengar
• Ketika pasien memberi sinyal, garpu tala segera ditempatkan 1-2 cm di depan lubang
telinga
• Pasien diminta memberitahu dokter apakah ia bisa mendengar suara garpu tala lagi

Hasil
Normal: AC lebih baik daripada BC; Rinne positif (suara masih terdengar ketika garpu tala
dipindahkan ke depan lubang telinga)
Konduktif: BC lebih baik daripada AC; Rinne negative
Sensorineural: positif; namun bisa negatif palsu pala tuli sensorineural ringan
Tes Weber
Prinsip
Membandingkan BC atara telinga kiri dan telinga kanan

Cara
Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tempat-tempat yang berjarak sama ke
telinga kiri ataupun telinga kanan, dan dilapisi kulit tipis yang berkontak dengan tulang di
bawahnya, yaitu:
• Di tengah dahi
• Di atas kepala
Pasien kemudian diminta melaporkan di telinga mana suara terdengar lebih keras

Hasil
Terdengar sama keras di kedua telinga  normal atau tuli sensorineural bilateral atau tuli
konduktif bilateral
Lateralisasi ke kiri  tuli sensorineural telinga kanan (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kiri (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Lateralisasi ke kanan  tuli sensorineural telinga kiri (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kanan (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Tes Swabach
Prinsip
Membandingkan BC pasien dengan pemeriksa (asumsi BC pemeriksa normal)

Cara
• Pangkal garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan ke prosesus mastoid pasien
• Ketika pasien memberi sinyal bahwa suara tidak lagi terdengar, pangkal garpu tala
segera dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa
• Pemeriksaan diulang dengan cara menempelkan garpu tala ke prosesus mastoid
pemeriksa terlebih dahulu, baru ke pasien

Hasil
Pada penempelan garpu tala ke pasien lalu ke pemeriksa:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa  tidak terdengar lagi  normal atau tuli konduktif
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa  masih terdengar  tuli sensorineural (BC
memendek)
Pada penempelan garpu tala ke pemeriksa lalu ke pasien:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien  tidak terdengar lagi  normal atau tuli sensorineural
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien  masih terdengar  tuli konduktif (BC memanjang)
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. Tuli sensorineural telinga


kiri
50. B. Hiperakusis
• Keywords :
– Usia 43 tahun
– Bekerja sebagai DJ club malam selama 20 tahun
– Tes rinne (+) telinga kiri
– Tes Weber lateralisasi telinga kanan
– Dx ke arah NIHL
• Fenomena saat sensitif terhadap frekuensi tertentu?
Hiperakusis
NIHL
• Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced
hearing loss / NIHL ) adalah tuli akibat terpapar oleh bising
yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja
• Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural
yang paling sering dijumpai setelah presbiakusis.
• Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea
terutama sel-sel rambut. Daerah yang pertama terkena
adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya
degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi
kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap
stimulasi.
NIHL  Tuli sensorineural
Noise induce hearing loss
PATOGENESIS
- Stimulasi bising
- Intensitas sedang perubahan silia dan hensen
body
- Intensitas keras dan lama kerusakan struktur sel
rambut spt mtokondria, granula lisosom, lisis sel
dan robekan membran reisner
NIHL
• DIAGNOSIS
– Riwayat bekerja di lingkungan bising
– Tes penala tuli sensorineural
– Pemeriksaan audiologi khusus fenomena
rekrutmen (pendengaran lebih sensitif thp
kenaikan intensitas bunyi yang kecil
– Sulit komunikasi dengan latar belakang bising
(Cocktail party deafness)
– Hiperakusis sering terjadi
Nilai Ambang Batas Bising
• Efek tergantung
– Intensitas
– Frekuensi
– Lama paparan
– Jenis bising
– Sensitivitas individu
• Peraturan
– Permenakertrans No, 13
Tahun 2011
Jawaban Lain
• Cocktail party effect • Ambylaudia
– Kemampuan – Perbedaan telinga kanan
memfokuskan (“tune dan kiri dalam
in”) pada satu orang, mendiskriminasi kata-
dibandingkan dengan kata
bising lain
• Tonal deafness
• Absolute pitch – Buta nada,
– Kemampuan seseorang ketidakmampuan
memproduksi frekuensi melakukan persepsi
nada yang tepat terhadap frekuensi suatu
suara
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

B. Hiperakusis
51 B. TB paru kasus loss to follow up
• Keywords:
- Batuk berdahak warna kuning sejak 3 minggu
- Keringat dingin di malam hari.
- Pengobatan TB selama 2 bulan namun berhenti
karena sudah merasa baikan.
- Pemeriksaan BTA saat ini (+/-/+).

• Diagnosis yang sesuai adalah?


TB paru kasus loss to follow up
TB Paru – Klasifikasi Pasien
Klasifikasi kasus TB berdasarkan riwayat Kasus setelah gagal (Failure)
pengobatan sebelumnya (tipe pasien): Hasil pemeriksaan dahak tetap positif atau
• Kasus baru kembali menjadi positif pada bulan kelima
atau lebih selama pengobatan
Belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu • Kasus Pindahan (Transfer In)
bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa Adalah pasien yang dipindahkan keregister
positif atau negatif. lain untuk melanjutkan pengobatannya
• Kasus kambuh (Relaps) • Kasus lain
Pernah mendapat pengobatan TB dan telah Semua kasus yang tidak memenuhi
dinyatakan sembuh atau pengobatan ketentuan diatas, seperti yang:
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA i. tidak diketahui riwayat pengobatan
positif (apusan atau kultur) sebelumnya,
• Kasus setelah loss to follow up ii. pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil
Telah berobat minimal 1 bulan dan kemudian pengobatannya,
putus iii. kembali diobati dengan BTA negative.
TB Paru – Tatalaksana
Paduan OAT lini pertama
• Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
• Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
– Pasien kambuh
– Pasien gagal
– Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (loss
to follow up)
• Kategori Anak (2RHZ/4RH)
• OAT Sisipan (RHZE) – tidak digunakan lagi dalam
regimen pengobatan TB paru terbaru
Pilihan lain
A. TB paru kasus baru belum pernah minum
OAT atau minum OAT < 1 bulan.
C. TB paru kasus gagal  BTA (+) atau tidak
ada perbaikan klinis di akhir pengobatan.
D. MDR TB  resisten terhadap minimal obat
Rifampicin dan INH.
E. TB paru kasus relaps  sudah dinyatakan
sembuh, didiagnosis kembali sebagai TB.
Sumber : Pedoman nasional pengendalian
TB,kemenkes
Jadi, Diagnosisnya adalah

B. TB paru kasus
drop out
52 D. Pneumothoraks spontan primer

• Keywords:
- Keluhan sesak secara tiba-tiba.
- Deviasi trakea ke kiri, dada kanan tertinggal,
suara nafas yang menurun dan hipersonor pada
dada kanan.
- Tidak didapatkan riwayat trauma dan TB paru.
- BB: 38kg, TB: 168cm.

• Diagnosis ? Pneumothoraks spontan primer


Pneumotoraks
• Sering disebut kolaps paru
• Akibat penimbunan udara dalam kavum pleura (kavum pleura seharusnya
tidak terisi udara sehingga paru dapat mengembang dengan baik)

• Closed pneumotoraks: • Open pneumotoraks: dinding


dada dan pleura parietal robek 
pleura visceral robek  terdapat hubungan antara kavum
udara inspirasi masuk ke pleura dengan udara luar
– Apabila lubang >2/3 diameter
kavum pleura trakea, udara cenderung
– Bila terbentuk suatu klep lewat lubang dibanding
traktus respiratorius yang
 udara masuk tidak seharusnya
bisa keluar  udara – Inspirasi: tekanan rongga
dada turun, udara masuk
menumpuk dalam kavum pleura lewat lubang 
rongga pleura  kolaps paru ipsilateral
mendorong ke – Ekspirasi: tekanan rongga
dada meningkat, udara dari
kontralateral  tension kavum pleura keluar lewat
pneumotoraks lubang
Spontan vs traumatik
• Pneumotoraks spontan
– Primer: pasien tidak punya penyakit paru.
Misal bleb atau bulla yang pecah (sering pada
pria berpostur tinggi kurus usia 20-40 tahun)
– Sekunder: komplikasi penyakit paru, misal
PPOK, asma, TB, dll

• Pneumotoraks traumatik
– Akibat cedera traumatik pada dada (tajam dan
tumpul) atau akibat tindakan medis
Pneumotoraks tension
• Tanda vital tidak stabil
• Jangan lakukan foto toraks, karena diagnosis harus
dapat ditegakkan dari klinis pasien!
• Tindakan paling utama adalah needle decompression
– Gunakan jarum infus, misalnya, dan tusukkan di sela iga
kedua linea midclavicularis pada sisi paru yang dicurigai
tension pneumotoraks
– Jika benar, akan terdengar udara yang keluar dari jarum
– Jangan lupa untuk pasang WSD setelah tindakan awal ini
Trakea dapat terdorong ke satu sisi akibat paru yang kolaps
Pilihan Lain
• A. Empiema  nanah di rongga toraks
• B. Hematothoraks  darah di rongga toraks
• C. Efusi pleura massif  cairan menutupi
sudut kostofrenikus.
• E. Pneumothoraks spontan sekunder 
pneumotoraks pada pasien dengan penyakit
paru.
Jadi, diagnosis yang tepat adalah

D. Pneumothoraks spontan
primer
53 C. Hernia subdiafragma

• Keywords:
- Bayi usia 1 hari sesak nafas hebat.
- Sianosis di hidung dan mulut, suara nafas
vesikuler.
- Massa di thoraks kiri, tampak gambaran lusen
seperti udara usus di pericardial kanan.

• Diagnosis ? Hernia subdiafragma


Pilihan Lain
• A. Penyakit membran hialin  bayi prematur,
distres nafas, gambaran retikulogranuler.
• B. Transient takipnea of newborn  bayi SC,
hasil radiologi dan AGD normal.
• D. Sepsis  faktor risiko (pecah ketuban),
tanda vital buruk, bayi merintih, hipotoni.
• E. Bronkopneumonia  nafas cepat, demam,
ronki, gambaran infiltrat.
Jadi, diagnosisnya adalah

C. Hernia
subdiafragma
54 B. Pneumonia aspirasi
• Keywords:
- Sesak napas sejak 1 minggu yang lalu.
- Riwayat stroke 2 tahun yang lalu.
- Ronki basah kasar di basal paru.
- Adanya infiltrat.

• Diagnosis yang tepat? Penumonia aspirasi


Pneumonia aspirasi
• Gangguan refleks
menelan  risiko
aspirasi
• Flora normal mulut +
asam lambung iritatif
• Komplikasi : abses paru.
Tatalaksana
• Stabilisasi jalan nafas
• Antibiotik , dipertimbangkan pada pasien :
- Tidak ada perbaikan dalam 48 jam
- Obstruksi usus bawah
- Pasien pengguna antasid
• Pilihan antibiotik :
- Inisial :
1) Tanpa gejala toksik : seftriakson + makrolid atau quinolon
respirasi
2) Dengan gejala toksik : imipenem/cilastatin + vankomisin
3) Aspirasi kronik, sekret batuk berbau busuk  curiga
anaerob : tambahkan klindamisin

EMEDICINE : Aspiration pneumonia


PNEUMONIA TIPIKAL DAN ATIPIKAL
Tanda dan gejala P. atipik P. tipik
Onset Gradual Akut
Suhu Kurang tinggi Tinggi, menggigil
Batuk Non produktif Produktif
Dahak Mukoid Purulen
Gejala lain Nyeri kepala, mialgia, sakit Jarang
tenggorokan, suara parau,
nyeri telinga

Gejala lain di luar paru Sering Lebih jarang

Pewarnaan gram Flora normal atau spesifik Gram (+) atau (-)

Radiologis “patchy” atau normal Konsolidasi lobar lebih tinggi

Laboratorium Leukosit normal kadang rendah Lebih tinggi

Gangguan fungsi hati sering Jarang

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Pilihan Lain
• A. Pneumonia komunitas
• C. Hospital acquired penumonia  onset
pneumonia baru muncul setelah dirawat > 48
jam.
• D. Ventilator assosiated pneumonia  onset
pneumonia baru muncul setelah > 48 jam
intubasi.
• E. Pneumonia atipikal
Jadi, diagnosisnya adalah

B. Penumonia aspirasi
55 D. PPOK

• Keywords:
- Sesak napas yang memberat
- Batuk berdahak
- Merokok 15 batang/hari sejak berusia 20 tahun.
- Riwayat alergi disangkal.
- FEV1/FVC<70%.
- Gambaran hiperlusen, jantung pendulum dengan
diafragma mendatar.

• Diagnosis ? PPOK
PPOK
• Definisi: • Manifestasi Klinis:
– Hambatan aliran udara yang – Sesak progresif, persisten,
tidak sepenuhnya reversibel, memberat dengan aktivitas,
progresif, berhubungan dengan berat, sukar bernapas
respon inflamasi paru terhadap – Batuk kronik
partikel/gas berbahaya, disertai – Batuk kronik berdahak
efek ekstraparu
– Gabungan antara obstruksi – Riwayat faktor risiko
saluran napas kecil & kerusakan
parenkim • Pemeriksaan Penunjang:
– Spirometri
• Faktor Risiko: – DPL & AGD
– Asap rokok, polusi udara, stres – Radiologi toraks (hiperinflasi,
oksidatif, genetik, tumbuh hiperlusens, ruang retrosternal
kembang paru, sosial ekonomi melebar, diafragma mendatar,
jantung pendulum)
Klasifikasi PPOK
Tatalaksana PPOK
Pilihan Lain
• A. Bronkiektasis  batuk berdahak 3 lapis,
gambaran honey comb.
• B. Asma persisten berat
• C. Gagal jantung kongestif  sesak terkait
aktivitas, terkait posisi tidur, kardiomegali, edema
ekstremitas.
• E. Pneumonia komunitas  batuk produktif,
sesak, leukositosis, gambaran infiltrat.
Jadi, diagnosisnya adalah

D. PPOK
56 C. Karsinoma paru

• Keywords:
- Batuk bercampur darah sejak tiga bulan lalu.
- Suaranya menjadi serak, berat badan turun drastis, dan
sesak.
- Riwayat merokok (+) sejak 35 tahun lalu sebanyak 2
bungkus / hari.
- Hemitoraks kiri tertinggal, fremitus kiri > kanan, suara
napas paru kiri menghilang.
- Konsolidasi di lobus inferior kiri.

• Kemungkinan diagnosis ? Karsinoma paru


Tatalaksana Ca paru
• Bedah
– Wedge resection: bagian kecil paru yang mengandung
tumor dengan batas jaringan sehat
– Reseksi segmental
– Lobektomi
– Pneumonektomi
• Kemoterapi
• Radiasi
• Terapi target: bevacizumab, erlotinib, crizotinib
• Terapi paliatif
Pilihan Lain
• A. TB paru  batuk > 2 minggu, keringat
malam, sputum BTA, infiltrat di apeks paru.
• B. PPOK  sesak, riwayat rokok, barrel chest,
gambaran jantung pendulum.
• D. Gagal jantung kronik
• E. Asma  sesak, berulang dan hilang timbul,
riwayat atopik, wheezing
Jadi, diagnosisnya adalah

C. Karsinoma paru
57 E. Transient tachypnea of the
newborn
• Keywords:
- Bayi berat lahir 2600 gram usia kehamilan 36
minggu.
- Lahir SC atas permintaan pasien.
- Napas cuping hidung disertai retraksi dinding
dada.
- pCO2 38 mmHg.

• Diagnosis ? Transient tachypnea of the newborn


Transient tachypnea of the newborn

• SESAK NAFAS PADA BAYI


• TANPA RETENSI CO2 (NORMAL TEKANAN CO2 PADA AGD)
• FAKTOR RISIKO: SC ELEKTIF
• PADA PERSALINAN NORMAL, PASASE BAYI MELEWATI PELVIS IBU
YANG SEMPIT AKAN “MEMERAS” CAIRAN KELUAR DARI PARU-PARU
• TRANSIENT = GEJALA MEMBAIK MAXIMAL DALAM 72 JAM
Penyakit membran hialin  prematur,
defisiensi surfaktan.
Faktor risiko infeksi intrauterin 
sesak, retraksi, sianosis  curiga
pneumonia kongenital
• Penunjang :
- Kultur darah
- CRP
- I/ T rasio

Tatalaksana :
Antibiotik empirik :
ampisilin + gentamisin
Jadi, diagnosisnya adalah

E. Transient
tachypnea of the
newborn
58 B. ARV diberikan setelah 2- 8
minggu OAT
• Keywords:
- Batuk lama disertai penurunan berat badan.
- Sel datia Langhans.
- Sering berganti-ganti pasangan.
- Pasien penderita HIV dengan CD4=400.

• Terapi pemberian ARV dan OAT yang benar


adalah? ARV diberikan setelah 2- 8 minggu OAT
• Sumber : petunjuk teknis tata laksana klinis ko infeksi TB HIV 2012, kemenkes
• http://spiritia.or.id/dokumen/juknis-tbhiv2013.pdf
Jadi, terapi yang tepat adalah

B. ARV diberikan
setelah 2- 8 minggu
OAT
59 B. Abses paru

• Keywords:
- Batuk berlendir yang dirasakan sejak 4 minggu
yang lalu.
- Demam, sesak dan nyeri dada.
- Kavitas berdinding tebal dengan air fluid level.

• Diagnosis ? Abses paru


• Gambaran X-Ray dari
abses paru ialah kavitas
dengan bentuk ireguler
dengan adanya air fluid
level inside.
• Air fluid level: ada
komponen udara dan
cairan

Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/299425-workup#a0720
Jadi, diagnosisnya adalah

B. Abses paru
60 A.Beri oksigen, pasang IV line,
lanjutkan nebulisasi, steroid oral
• Keywords:
- Anak sesak
- Suara mengi
- Nafas vesikuler di kedua lapang paru, wheezing,
ekspirasi memanjang.
- Diberi nebulisasi β agonis tiga kali, namun masih ada
mengi walau sudah membaik.

• Tatalaksana ? Beri oksigen, pasang IV line, lanjutkan


nebulisasi, steroid oral
PNAA, IDAI 2004
Jadi, tatalaksana yang tepat adalah

A.Beri oksigen, pasang IV


line, lanjutkan nebulisasi,
steroid oral
61 D. Eritromisin

• Keywords:
- Anak batuk tidak sembuh-sembuh sudah 3
minggu.
- Bila batuk, batuk sangat hebat dan bisa diselingi
muntah.
- Imunisasi pasien tidak lengkap.
- Konjungtiva hiperemis.

• Terapi ? Eritromisin
Pertusis
• Etiologi: Bordetella pertusis

http://www.cdc.gov/pertussis/images/pertussis-timeline.jpg
• Diagnosis: klinis (batuk persisten, whooping
cough, konjungtiva kemerahan).
• Penunjang
• Tatalaksana – Perawatan penunjang
• Hindarkan sejauh mungkin segala
– Antibiotik: eritromisin oral (12.5
tindakan yang dapat merangsang
mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) terjadinya batuk
selama 10 hari atau jenis • Jangan memberi penekan batuk,
makrolid lainnya. obat sedatif, mukolitik atau
antihistamin.
– Oksigen: bila pernah terjadi
• Obat antitusif dapat diberikan bila
sianosis atau berhenti napas atau batuk amat sangat mengganggu.
batuk paroksismal berat. • Jika anak demam (≥ 39º C) yang
– Tatalaksana jalan napas: Selama dianggap dapat menyebabkan
distres, berikan parasetamol.
batuk paroksismal, letakkan anak
• Beri ASI atau cairan per oral. Jika
dengan posisi kepala lebih anak tidak bisa minum, pasang pipa
rendah dalam posisi telungkup, nasogastrik dan berikan makanan
atau miring, untuk mencegah cair porsi kecil tetapi sering untuk
memenuhi kebutuhan harian anak.
aspirasi muntahan dan
membantu pengeluaran sekret.

http://www.ichrc.org/47-pertusis
Jadi, terapinya adalah

D. Eritromisin
62 B. Amoksilin
• Keywords:
- Sesak dan tampak sulit bernapas
- Tampak napas cuping hidung dan retraksi dada.
- Napas bronkial, wheezing, ronki basah kasar
kedua paru bilateral.
- Diberikan antibiotic ampisilin intravena dan
menunjukkan perbaikan.

• Antibiotik sediaan oral ? Amoksilin


Diagnosis Pneumonia Ringan
• Diagnosis
– Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya
terdapat napas cepat saja.
– Tidak mempunyai tanda-tanda pneumonia berat
• Tatalaksana
– Rawat jalan
– Antibiotik:
• Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3
hari
• Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari.
• Pasien HIV diberikan selama 5 hari.
Diagnosis Pneumonia Berat
• Batuk dan atau kesulitan bernapas – Suara merintih (grunting) pada bayi
ditambah minimal salah satu: muda
– Kepala terangguk-angguk – Pada auskultasi terdengar:
• Crackles (ronki)
– Pernapasan cuping hidung
• Suara pernapasan menurun
– Tarikan dinding dada bagian bawah
• Suara pernapasan bronkial
ke dalam
– Foto dada menunjukkan gambaran
pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, • Dalam keadaan yang sangat berat
dll) dapat dijumpai:
– Tidak dapat menyusu atau
• Selain itu bisa didapatkan pula tanda minum/makan, atau memuntahkan
berikut ini: semuanya
– Napas cepat: – Kejang, letargis atau tidak sadar
• < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit – Sianosis
• 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit – Distres pernapasan berat.
• 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
• ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
Buku Saku Pedoman Pelayanan Kesehatan
Anak di Rumah Sakit, WHO
Terapi Pneumonia Berat
• Anak dirawat di rumah sakit • Terapi Oksigen
• Terapi Antibiotik – Beri oksigen pada semua anak
– Ampisilin/amoksisilin (25-50 dengan pneumonia berat
mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam) – Pulse oximetry: panduan untuk
• Dilanjutkan amoksisilin oral (15 mg/
kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari terapi oksigen
berikutnya. • Saturasi oksigen < 90%
– Klinis berat: oksigen dan pengobatan
– Lanjutkan pemberian oksigen
kombinasi ampilisin-kloramfenikol
atau ampisilin-gentamisin.
sampai tanda hipoksia (seperti
tarikan dinding dada bagian
– Alternati: seftriakson (80-100
mg/kgBB IM atau IV sekali sehari). bawah ke dalam yang berat atau
– Pneumonia stafilokokal
napas > 70/menit) tidak
• Gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali
ditemukan lagi.
sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB
IM atau IV setiap 6 jam) atau
klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3 kali
pemberian).
Jadi, sediaan oralnya adalah

B. Amoksilin
63 C. Pasang NGT

• Keywords:
- Tidak dapat BAB sejak 1 minggu yang lalu.
- Nyeri perut dan tidak dapat kentut.
- Abdomen distensi, bising usus meningkat, defans
muskular (-).
- Gambaran herringbone.

Tatalaksana awal ? Pasang NGT


Ileus obstruksi Ileus paralitik
Tidak bisa BAB, kembung, Tidak bisa BAB, kembung, nyeri
muntah, nyeri perut perut (-)
Bising usus meningkat, dapat Bising usus menghilang
menghilang jika sudah lama
Dilatasi usus proksimal saja, distal Dilatasi usus proksimal – distal
cenderung tidak ada udara
Gambaran foto khas: step ladder,
herring bone
Dekompresi dengan NGT, Atasi penyebabnya, misal
laparotomi imbalans elektrolit (hipokalemia)
• Ileus :
- Obstruktif  bising usus meningkat
Foto polos abdomen 3 posisi : gambaran step
ladder, gambaran herring bone.
Tatalaksana: dekompresi NGT
- Paralitik  bising usus (-), pasca operasi
Foto polos abdomen 3 posisi : usus penuh udara
Tatalaksana: sesuai penyebabnya.
Herring bone vs step ladder
Jadi, tatalaksana awalnya adalah

C. Pasang NGT
64 B. Blumberg sign

• Keywords:
- Nyeri perut kanan bawah, riwayat demam
disangkal.
- Menekan bagian perut bawah lalu dilepas,
dinilai ada tidaknya nyeri.

• Apa nama pemeriksaan ? Blumberg sign


Tanda Apendisitis akut
• Blumberg Sign
– Nyeri yg muncul setelah penekanan pd abdomen dilepaskan
secara tiba-tiba (nyeri lepas). Indikasi peritonitis (lokal)
• Rovsing Sign
– Palpasi pada LLQ  nyeri pada RLQ (McBurney)
• Obturator Sign
– Nyeri RLQ saat internal/eksternal rotasi sendi panggul pada
posisi fleksi
• Psoas Sign
– Nyeri RLQ saat ekstensi panggul kanan
• Dunphy Sign
– Nyeri RLQ (sensasi tajam) saat batuk
• Ten Horn Sign
– Nyeri RLQ saat traksi lembut pada spermatic cord kanan
Apendisitis Akut
• PEMERIKSAAN LAB:
• WBC > 10.000/ul
• Neutrofilia
• CRP meningkat
• PEMERIKSAAN RADIOLOGI:
• USG dan CT scan
• TATALAKSANA: apendektomi
• KOMPLIKASI: ruptur apendik  peritonitis (demam
dan peningkatan WBC semakin jelas, defans
muskular). Perforasi saluran cerna (pada foto polos
tegak abdomen  udara subdiafragma)
Tanda apendisitis akut
ROVSING SIGN PALPASI LLQ  NYERI TIMBUL DI RLQ

NYERI RLQ TIMBUL SAAT:


OBTURATOR SIGN INTERNAL/EXTERNAL ROTATION PADA
PANGGUL POSISI FLEXI

NYERI RLQ TIMBUL SAAT:


PSOAS SIGN
EKSTENSI PANGGUL KANAN

DUNPHY SIGN NYERI RLQ TAJAM SAAT BATUK


Jadi, nama pemeriksaannya adalah

B. Blumberg sign
65 A. Hemoroid interna
• Keywords:
- Daging yang keluar serta darah menetes dari
anus saat BAB, tidak ada nyeri.

• Diagnosis yang paling mungkin? Hemoroid


interna
Anatomi anal canal
Transisi epitel
gepeng (kulit)
ke epitel
kolumnar
(saluran cerna)

Bila benjolan berasal dari


atas linea dentata 
hemoroid interna

Pada biopsi ditemukan


epitel gepeng, artinya
benjolan berasal dari
bawah linea dentata 
hemoroid eksterna
Derajat Hemorrhoid

Lunniss PJ. The anus and anal canal. in: Williams NS, Bulstrode CJK, O’Connell PR, editors. Bailey & Love’s short practice of surgery. 25th ed.
London: Hodder Arnold; 2008. p. 1240-70.
Algoritma tatalaksana hemoroid

Lowry SF, Eisenstat TE. Perianal complaints. In: Lowry SF, Ciocca RG, Rettie CS. Learning surgery: the clerkship manual. New York: Springer; 2005. p. 468-78.
Manajemen Hemorrhoid
• Simptomatik (nyeri)
• Sitz baths (duduk di air hangat, 10-20 menit,
dapat mengurangi nyeri)
• Perubahan gaya hidup (serat tinggi, hindari
menahan BAB/BAB mengejan)
• Tindakan operatif
Sumber : Sabiston textbook of surgery
Jadi, diagnosis paling mungkin adalah

A. Hemoroid interna
66 B. Ulkus peptikum

• Keywords:
- Muntah darah sejak 3 jam yang lalu.
- Sering mengonsumsi piroksikam untuk nyeri
sendinya
- Riwayat BAB hitam (+).

• Diagnosis yang tepat ? Ulkus peptikum


MELENA = BAB
Kehitaman akibat
perdarahan = tarry
faeces
Melena diasosiasikan
dengan perdarahan
saluran cerna atas
• Sumber : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK411/
Ulkus peptikum
• Ulkus peptikum adalah defek Tanda bahaya/alarm symptom utk segera
pada mukosa lambung / dirujuk :
duodenum yang melebar • Bleeding or anemia
hingga muscularis mucosa. • Early satiety
• Unexplained weight loss
• Anamnesis + PF
• Progressive dysphagia or odynophagia
- riwayat pemakaian NSAID • Recurrent vomiting
- riwayat infeksi H pylori • Family history of GI cancer
- merokok
- nyeri epigastrik/duodenal
- gejala dispepsia
- heart burn
- rasa tidak nyaman didada
- hematemesis /melena
- gejala anemia
Buku ajar ipd, konsensus dispepsia
Pilihan lainnya
• A. Perforasi esofagus  riwayat trauma
• C. Pecah varises esofagus  ada stigmata sirosis
hepatis/peningkatan tekanan vena porta
• D. Mallory-Weiss tear  laserasi pada mukosa
longitudinal pada gastroesophageal junction atau
gastric cardia, idiopatik dan tiba-tiba, diduga
akibat trauma tarikan pada gaster sehingga upper
GI bleeding, sering pada penderita alkoholisme.
• Hemoroid  perdarahan saluran cerna bawah,
darah merah segar.
Jadi, diagnosisnya adalah

B. Ulkus peptikum
67 A. Ciprofloxacin 500mg,2x sehari
selama 7 hari
• Keywords:
- Demam selama 7 hari, dan tidak BAB sejak 3 hari
yang lalu.
- Demam semakin tinggi pada sore hari.
- Lidah kotor.
- Tes tubex, hasilnya +++.

• Tatalaksana ? Ciprofloxacin 500mg,2x sehari


selama 7 hari
Thypoid
• Gejala khas pada typhoid
– Stepwise fever pattern  pola demam dimana suhu akan turun
di pagidansuhusemakintinggidariharikehari.
– Minggu pertama: gejala gastrointestinal (nyeriperut,
konstipasi), batuk, sakitkepala.
– Akhir minggu pertama: suhu masuk fase plateau (39-400C),
muncul rose spot (salmon-colored, blanching, truncal,
maculopapules)
– Minggu kedua: gejala di atas meningkat, dapat ditemukan
splenomegali. Bradikardirelatif, dicrotic pulse (double beat, the
second beat weaker than the first)
– Minggu ketiga:takipnue, distensi perut, diarehijau-kuning (pea
soup diarrhea), dapat masuk thypoid state(apatis, confusion,
psychosis), dapat terjadi perforasi ususdan peritonitis
– Minggu keempat: jika individu tersebut bertahan, gejala akan
membaik
• Pemeriksaan tifoid: pada minggu pertama
dapat dilakukan pemeriksaan tubex atau
kultur darah dengan media empedu dimana
kuman tersekuestrasi di empedu

• Pada minggu kedua, mengalami bakteremia


sehingga dapat diperiksa menggunakan widal
– Hasil positif jika terjadi kenaikan titer 4x lipat atau
Anti-O 1/320 atau anti-H 1/640
Jadi, tatalaksananya adalah

A. Ciprofloxacin
500mg,2x sehari
selama 7 hari
68 D. Peritonitis TB
• Keywords:
- Nyeri perut sejak 1 minggu lalu yang makin
memberat.
- Nyeri dirasakan di seluruh lapang perut.
- Riwayat batuk lama dan tidak minum obat
teratur.
- Fenomena chess board.

• Apa kemungkinan diagnosisnya ? Peritonitis TB


Peritonitis
• Inflamasi membran serosa pada rongga
abdomen
• Peritonitis sering disebabkan oleh infeksi pada
peritoneal yang steril karena perforasi organ
atau iritan lain seperti benda asing, bilus,
asam lambung
• Klasifikasi infeksi peritoneum:
– Umum (peritonitis)
– Terlokalisasi (abses intraabdomen)
http://emedicine.medscape.com/article/180234
Peritonitis
• Primer: infeksi monomikrobial;
ekstraperitoneal yang menyebar secara
hematogen
– Contoh: sirosis hepatis dgn asites, sindrom
nefrotik, peritoneal dialisis
• Sekunder: infeksi intraabdomen akibat
perforasi organ berongga
• Tersier: kegagalan respon inflamasi;
superinfeksi

Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34725/4/Chapter%20II.pdf
Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda PF:
• Demam (80% pasien) • Peningkatan suhu
• Nyeri abdomen • Takikardia
• Ensefalopati • Hipovolemia
perburukan intravaskular karena
• Diare anoreksia, muntah
• Asites • Abdomen: defnas
• Perburukan gagal ginjal muskular
• Ileus • RT: peningkatan nyeri
abdomen
http://emedicine.medscape.com/article/180234
Peritonitis TB
• Infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis (TB).
• Risiko meningkat pada pasien sirosis, HIV, DM, keganasan, dan pasien
dengan CAPD
• Infeksi pada peritoneum umumnya terjadi setelah reaktivasi laten TB foci
yang berasal dari penyebaran hematogen dari paru. Bisa juga dari TB
milier atau TB paru aktif. Jarang sekali infeksi terjadi langsung ke rongga
peritoneum secara transmural dari usus halus yang terinfeksi ataupun
salfingits tb
• Peritoneum viseral dan parietal akan dipenuhi tuberkel. Asites juga dapat
terjadi sekunder akibat eksudasi cairan kaya protein dari tuberkel
• 90% pasien menunjukkan gejala asites saat pemeriksaan, sisanya tidak
yang disebut “dry” phase, merepresentasikan bentuk fibroadesif dari
peritonitis TB
• Tanda dan gejala peritonitis TB mirip dengan peritonitis pada umumnya.
Tanda khas berupa fenomena papan catur/chessboard phenomenon yaitu
perkusi redup berselang-seling pada abdomen.

Sumber : emedicine, uptodate


Inflammatory Bowel Disease
• penyakit idiopatik yang menimbulkan reaksi
kekebalan tubuh (autoimun) terhadap saluran
ususnya sendiri sehingga terjadi inflamasi
• Ada 2 jenis utama dari IBD, yaitu kolitis ulseratif
dan penyakit Crohn.

Sumber : konsensus IBD; medscape


Karakteristik radiologis
Jadi, diagnosisnya adalah

D. Peritonitis TB
69 E. Vibrio cholera

• Keywords:
- Diare dan muntah hebat sejak 5 jam setelah
mengkomsumsi udang dan kerang setengah matang
- Diare profus dan muntah-muntah, tidak demam dan tidak
nyeri perut.
- Mukosa mulut kering dan mata sayu.
- TD 80/50 mmHg, suhu 37,5oC, nadi 120 kali/menit.
- Fecal smear tidak ditemukan sel darah.
- Hipokalemia, kadar bikarbonat serum rendah.

• Mikroorganisme penyebab ? Vibrio cholera


• Penyebab : Vibrio cholera  khas penyebab
diare profuse sampai menyebabkan dehidrasi
– Campylobacter jejuni, Shigella disentri, E. Yersenia
enterocolitis  diare darah
– Salmonella cholerasius  diare tanpa darah,
demam, sering akibat ternak
Vibrio cholera
• Gram-negative curved bacillus
dengan flagela tunggal
• Gejala khas: profuse secretory diarrhea, pada kasus berat
dehidrasi yang terjadi dapat menyebabkan kematian. Umumnya
tidak nyeri dan tanpa demam
• Merupakan organisme di air asin. Transmisi sekunder melalui
fecal oral, dapat dari makanan yang terkontaminasi
• Terapi: rehidrasi lalu AB pilihan: doksisiklin, tetrasiklin,
Trimethoprim sulfamethoxazole, ciprofloxacin
• Campylobacter jejuni
– curved atau spiral, motil, batang gram negatif.
– Anamnesis: riwayat minum susu yang belum dipasteurisasi/air yang
belum diolah
– Gejala: diare dan keluhan sistemik (sakit kepala, panas), seringkali diare
berdarah
– Tx: azythromycin
• Shigella disentri
– aerobic, nonmotil, batang gram negatif
– Diare berdarah, nyeri, demam
• Salmonella
– rod-shaped flagellated, facultative anaerobic, Gram-negative bacterium
• Yersenia enterocolitica
– pleomorphic gram-negative bacillus
Jadi, penyebabnya adalah

E. Vibrio cholera
70 C. Adenokarsinoma kolon

• Keywords:
- Buang air besar berdarah sejak 3 bulan lalu.
- Berat badan pasien cenderung menurun,
- Gambaran “apple core”.

• Diagnosis ? Adenokarsinoma kolon


Napkin ring = Apple core
Pilihan lainnya
• A. Kolitis ulseratif : diare kronik berdarah,
kolonoskopi : patchy ulcus, skip lesion (-),
tenesmus, gambaran “lead pipe”
• B. Divertikulitis : nyeri perut kiri bawah, diare
berdarah, komplikasi fistula kolovesical =
pneumaturia
• D. Karsinoma gaster : penurunan berat badan,
nyeri epigastrium kronik, “signet ring cell”
• E. Keganasan pankreas : paling sering tumor
kaput pankreas menimbulkan kolestasis, massa di
regio epigastrium
Jadi, diagnosisnya adalah

C. Adenokarsinoma
kolon
71 B. Volvulus

• Keywords:
- Perut kembung sejak 1 hari yang lalu.
- Muntah berwarna hijau, nyeri perut, dan tidak
bisa buang angin dan tidak buang air besar.
- Tidak teraba massa, defans muskular (-), nyeri
tekan (+); Perkusi timpani; Auskultasi bising usus
meningkat.
- Gambaran coffee bean.
• Diagnosis ? Volvulus
Volvulus
• ANAK, KEMBUNG, MUNTAH HIJAU (BILIER)
• TANDA OBSTRUKSI:
• BAB, flatus tidak bisa
• Bising usus meningkat, perkusi timpani

• USUS TERPUNTIR MELEBIHI 180O DARI MESENTERIUM.


• Pada anak: tersering berkaitan dengan sindrom down, atresia duodenum
• Letak volvulus tersering: dibawah ampula vater  muntah bilier
• KOMPLIKASI  NEKROSIS-GANGGREN
• RADIOLOGI foto polos  coffee bean sign (volvulus sigmoid), kidney sign
(volvulus sigmoid)
• TATALAKSANA: BEDAH
ANUS IMPERFORATA
DEFEK KONGENITAL:
= ANUS IMPERFORATA (TIDAK ADA LUBANG ANUS)
• GEJALA ATRESIA ANI:
• Mekonium tidak keluar dalam > 24-48 jam
• Perut kembung  lama-kelamaan muntah jika disusui
• Inspeksi daerah anus  TIDAK ADA anus, mungkin dijumpai FISTULA
• Pada atresia ani tipe letak tinggi  perineum datar (rocker bottom appearance)
• TIPE atresia esofagus tersering: Atresia esofagus + fistula distal transesofageal (+86%)
• DIAGNOSIS: Foto invertogram (Wangenstein Rice)
• TATALAKSANA: bedah

NECROTIZING ENTEROCOLITIS (NEC)


KEMATIAN JARINGAN USUS (INJURI MUKOSA  FULL TICKNESS NECROSIS PERFORASI)
• PREDISPOSISI:
• Prematur, bayi < 1500 gr
• Formula-fed infant
• GEJALA: muntah, diare, distensi abdomen, abdominal wall erythema, BAB darah (bisa sampai
penurunan kesadaran!!)
• DIAGNOSIS:
• LAB: neutropenia
• Foto polos x-ray: PNEUMATOSIS INTESTINALIS (udara pada dinding usus)
• TATALAKSANA: nutrisi parenteral, antibiotik
Sumber : Aschraft pediatric surgery
ATRESIA ESOFAGUS (AE)
DEFEK KONGENITAL:
TIDAK ADA HUBUNGAN ESOFAGUS BAGIAN PROXIMAL DAN DISTAL
• CURIGA AE:
• Ibu polihidramnion
• Bayi liur banyak dan sering tersedak saat minum
• TIPE atresia esofagus tersering: Atresia esofagus + fistula distal transesofageal (+86%)
• DIAGNOSIS: Foto polos x-ray: coiled nasogastric tube
• TATALAKSANA: bedah emergensi

Intususepsi
• Tatalaksana
• Diagnosis – Barium enema
– Paling sering umur 6 bulan-1 tahun • Diagnosis: gambaran meniskus.
– Gambaran klinis: • Tekanan cairan barium akan mereduksi
• Awal: kolik yang sangat hebat disertai muntah. intususepsi.
Anak menangis kesakitan. • Reduksi berhasil bila beberapa bagian usus halus
telah terisi barium/udara.
• Lebih lanjut: kepucatan pada telapak tangan,
perut kembung, tinja berlendir bercampur – Pasang NGT
darah (currant jelly stool) dan dehidrasi. – Resusitasi cairan.
– Palpasi abdomen teraba massa seperti sosis. – Antibiotik jika ada tanda infeksi (demam, peritonitis)
– Lakukan PEMERIKSAAN ULANG SEGERA oleh dokter
– Ultrasonografi: tampak tanda donat/pseudo- bedah.
kidney. • Pembedahan jika reduksi dengan enema gagal.
• Jika terdapat bagian usus yang iskemi atau mati,
reseksi perlu dilakukan.

Sumber : Aschraft pediatric surgery


Jadi, diagnosisnya adalah

B. Volvulus
72. D. Anti-HbS
• Keyword: faktor protektif terhadap hepatitis
B?
– Faktor protektif ditentukan dengan mengukur
kadar anti-HBs kuantitatif.
Results of HBV serologic markers can be reported qualitatively or quantitatively as
international units (IU) or signal per cutoff (s/c) value. For example, a hepatitis B surface
antigen (HBsAg) level of less than 1 s/c is considered negative, while a level more than 5
s/c is considered positive. Any value between 1 and 5 s/c is indeterminate and should be
repeated. For hepatitis B surface antibody (anti-HBs), a level less than 5 mIU is
considered negative, while a level more than 12 mIU is considered protective. Any value
between 5 and 12 mIU is indeterminate and should be repeated.

There is no standardization between laboratories, and these cutoff values tend to vary
between manufacturers. Therefore, results are usually reported as “negative” or
“positive.” The laboratory or manufacturer’s insert should be referenced for quantitative
measurement, if required.

These following reference ranges are based on qualitative measurement of serologic


markers in an asymptomatic, nonimmunized population.
HBsAg: Negative

: Negative; a level of greater than 10-12


Anti-HBs

mIU/mL is protective
Immunoglobulin M (IgM) hepatitis B core antibody (anti-HBc): Negative
Immunoglobulin G (IgG) anti-HBc: Negative
Hepatitis B e-antigen (HBeAg): Negative
Hepatitis B e-antibody (anti-HBe): Negative
HBV DNA: Negative
Interpretasi Serologi Hepatitis B
Jadi, diagnosisnya adalah

D. Anti-HBs
73 A. Amebiasis hepar

• Keywords:
- Demam dan nyeri perut bagian atas kanan sejak 2
minggu lalu.
- Riwayat diare berdarah berlendir yang sembuh sendiri.
- Kavitas besar pada hepar dan dikeluarkan cairan pus 15
cc dari kista tersebut.
- Detritus dengan sel target di sekitarnya dan
mikroorganisme

• Diagnosisnya ? Amebiasis hepar


Pemeriksaan
• Klinis:
– Nyeri perut
– Diare
– Demam
– Gejala paru
• Hematologi: leukositosis
• Chemistry: hiperbilirubinemia, akut  peningkatan SGPT,
peningkatan alkaline phosphatase
• Pemeriksaan feses: kurang bermanfaat, hanya 30-40% pasien yang
juga mengalami amebiasis usus
• Serologic testing: EIA
• USG: tes diagnostik awal terpilih
– Lesi bulat, batas tegas, hipoechoic

Emedicine Amebic hepatic abscess


Jadi, diagnosis yang tepat adalah

A. Amebiasis hepar
74 B. Omeprazol

• Keywords:
- Dada terasa terbakar sejak 1 bulan lalu.
- Mual muntah dan cepat merasa kenyang.
- Penurunan berat badan disangkal.
- Konjungtiva anemis (-), nyeri ulu hati (+), IMT 30.

Tatalaksana yang tepat ? Omeprazol


Tatalaksana
• Sumber : konsensus GERD
Pilihan lain
• A. Amoksisilin
• C. Metoklopramid
• D. Sukralfat
• E. Rujuk untuk endoskopi  bila ada alarm
sign
Jadi, terapinya adalah

B. Omeprazol
75 C. Omfalokel

• Keywords:
- Bayi memiliki benjolan di perut dengan dasar
umbilikus, diameter benjolan 8 cm.
- Benjolan berupa organ abdomen yang dilapisi
peritoneum.

• Diagnosis ? Omfalokel
Gastroskizis vs. Omfalokel
Pilihan lainnya
• A. Gastroskisis  tidak dilapisi peritoneum
• B. Tumor abdomen  perut membesar, gejala
dan tanda bergantung lokasi tumor spesifik
• D. Hernia diafragmatika  massa di rongga
toraks, bising usus pada toraks, abdomen
scaphoid
• E. Hernia umbilikalis  protrusi umbilikal,
umumnya karena peningkatan tekanan intra
abdomen, atau hipotiroid kongenital
Jadi, diagnosisnya

C. Omfalokel
76. C. Regurgitasi katup trikuspidal
Keywords:
• Tn. Arga 24 tahun
• Pengguna narkoba jenis suntik
• Demam disertai lemas sejak 3 hari yang lalu
• Iktus kordis di ICS V midklavikularis sinistra
• Auskultasi terdengar murmur sistolik grade III/6
didaerah ICS IV parasternalis sinistra.

• Apa yang mungkin terjadi pasien ini?


Murmur dan Lokasi Katup Jantung
Murmur Lokasi
• Murmur sistolik • Aorta  sela iga 2 linea
– Regurgitasi katup parasternal kanan
mitral/trikuspid • Pulmonal sela iga 2 linea
– Stenosis katup parasternal kiri
aorta/pulmonal
• Mitral  sela iga 5-6 linea
• Murmur diastolik
midklavikula kiri (apeks)
– Regurgitasi katup
aorta/pulmonal • Trikuspid  sela iga 4 linea
– Stenosis katup parasternal kiri
mitral/trikuspid
PSL : Parasternal Line
MCL : Midclavicular Line
Murmur

Bates’ physical
examination
Pilihan lainnya
• A. Regurgitasi katup mitral  murmur sistolik
di ICS V-VI midklavikula kiri
• B. Stenosis katup mitral  murmur diastolik di
ICS II parasternal kiri
• D. Stenosis katup trikuspidal  murmur
diastolik ICS IV parasternal kiri
• E. Regurgitasi katup aorta  murmur diastolik
di ICS II parasternal kanan
Jadi jawabannya adalah
C. Regurgitasi katup trikuspidal
77. D. Kardiomiopati Hipertrofi
Keywords
• Tn. Oktavandi 25 tahun
• Sesak setelah aktivitas memberat sejak 1 minggu
yang lalu. Cepat lelah sejak 2 bulan terakhir.
• Riwayat keluarga yang meninggal sakit jantung
saat usia muda.
• Foto kardiomegali.
• Echo  pembesaran jantung, penurunan fungsi
diastolik.

• Kemungkinan penyebab gejala yang dialami


pada pasien ini?
Patofisiologi Kardiomiopati

Lilly LS. Patophysiology of heart disease. 5ed. Philadelphia: Lippincott William&Wilkins;2011


Pilihan lainnya
• A. Infark miokard  nyeri dada tipikal, enzim
jantung meningkat
• B. Perikarditis  pericardial friction rub, ST
elevasi di semua lead
• C. Kardiomiopati dilatasi  terdapat
gangguan sistolik
• E. Kardiomiopati restriktif  gangguan
diastolik tanpa pembesaran jantung
Jadi jawabannya adalah
D. Kardiomiopati hipertrofi
78. A. Insufisiensi vena kronik
Keywords
• Tn. Rheza 33 tahun,
• Kaki kanan bengkak memberat sejak 1 minggu.
• Sudah dirasakan sejak 3 bulan.
• Warna kulit semakin gelap.
• Pekerjaan beridiri lama.
• PF: pitting edema dan hiperpigmentasi di
maleolus medialis disertai pelebaran vena.

Apakah diagnosis yang sesuai?


Insufisiensi vena kronik
• Insufisiensi katup vena  darah mengalir
kembali (tidak ke jantung)
• Gejala umum  hiperpigmentasi pada kulit
(biasanya ekstremitas bawah), bengkak yang
membaik bila pasien berbaring dan elevasi
tungkai, nyeri terutama saat bergerak, dilatasi
vena, ulkus
• Tempat paling sering  area medial kaki atau
tumit (drainase melalui vena safena magna)
CVI  insufisiensi katup vena
DVT  terbentuknya trombus
Pilihan lainnya
B. Limfedema  edema, tidak nyeri
C. Limfangitis  infeksi, demam, terdapat
riwayat trauma, dan pembesaran KGB
D. DVT  edema, merah, teraba hangat,
homan’s sign (+)
E. Buerger disease  iskemia pada ujung jari,
riwayat merokok
Jadi jawabannya adalah
A. Insufisiensi vena kronik
79. A. STEMI Anterior(anteroseptal)
80. B. Left anterior descending artery
• Tn. Fabianto 47 tahun
• Nyeri dada sejak 6 jam yang lalu, seperti tertindih
beban berat, menjalar hingga ketiak kiri, tidak
menghilang dengan istirahat, mual muntah
• EKG didapatkan sinus, HR 84 bpm, terdapat ST elevasi
di V1-V4
• Peningkatan CKMB dan Troponin.

• Diagnosis pada pasien adalah..


• Dimanakah arteri yang terganggu pada kasus di atas?
Penyakit Jantung Koroner
• Angina pektoris stabil  nyeri terjadi saat aktivitas, berkurang
bila diberi nitrat atau istirahat, nyeri berlangsung < 15 menit,
EKG normal bila istirahat  Stress test / Treadmill test
• Acute coronary syndrome  nyeri bisa terjadi mendadak dan
lama, tidak membaik dengan istirahat
– Unstable angina  ACS tanpa peningkatan enzim jantung,
EKG tidak spesifik
– NSTEMI  No ST elevasi, peningkatan enzim jantung
– STEMI  ST elevasi, peningkatan enzim jantung

Pathophysiology of Heart
Disease Lily
Nyeri dada tipikal

Angina pektoris Acute coronary


stabil syndrome

Unstable
STEMI NSTEMI
angina
Unstable
NSTEMI STEMI
Angina
Trombus Sumbatan trombus  Oklusi trombos total
parsial/intermiten kerusakkan jaringan
dan nekrosis minimal
miokard
ST elevasi atau
Nonspesifik EKG ST depresi +/- LBBB baru pada EKG
T inversi

Enzim Jantung Peningkatan enzim Peningkatan enzim


normal Jantung Jantung
No Segmen Jantung Lead EKG Pembuluh darah
yang mengalami
gangguan
1 Septal V1 – V2 LAD

2 Anterior V1 – V4 LAD
3 Anterior ekstensif V1 – V6, I, Avl Proximal/main left
coronary artery
4 Anterolateral V5 dan V6; I dan aVL circumflex coronary
artery
5 Inferior II, III, avF right coronary artery

6 Posterior V7-V9 right coronary artery


Pilihan lainnya
• B. STEMI Posterior  V7-V9; Right coronary
artery
• C. STEMI anterior ekstensif  V1-V6 i avl;
Proximal/Main left coronary artery
• D. STEMI inferior  II, III, aVF; Right coronary
artery
• E. STEMI anterolateral  V5, V6, I, aVL;
circumflex coronary artery
Jadi jawabannya adalah
A. STEMI Anterior
B. Left anterior coronary artery
81. A. Koarktasio aorta
• An. Mahatma usia 14 tahun
• Lemas sejak 1 bulan, terutama dirasakan pada
kedua tungkai.
• Denyut nadi a. radialis dan a. tibialis asimetris
• Tekanan darah pada lengan 120/80 mmHg dan
kaki 100/60 mmHg. Refleks patologis -/-, refleks
fisiologis ++/++.

• Apakah diagnosis yang paling memungkinkan


pada pasien tersebut?
Koarktasio aorta

• Obstruksi aorta akibat


penyempitan yang sebagian
besar terletak di distal
percabangan a. subclavia
sinistra

• Cepat lelah, nyeri dada, sakit


kepala, perbedaan tekanan
darah antar ekstremitas atas
dan bawah

• Foto thorax: Figure 3 sign

Medscape
Koarktasio aorta
Pilihan lainnya
• B. Penyakit arteri perifer  keterbatasan aliran
darah dalam arteri untuk mensuplai darah ke
ekstremitas
• C. Fenomena Raynaud  gangguan aliran darah
di cuaca dingin
• D. Arteritis sel raksasa (giant cell arteritis)
peradangan pembuluh darah arteri yang progresif
• E. Duktus arteriosus paten  penyakit jantung
bawaan menetapnya duktus arteriosus
menyebabkan left to right shunt
Jadi jawabannya adalah
A. Koartasio aorta
82. E. Cor Pulmonale
Keyword:
• Tn. Adhi 56 tahun
• PPOK: riwayat merokok berat, batuk berdahak,
sesak napas, rontgen sugestif PPOK (hiperinflasi
paru)
• Gejala dan tanda gagal jantung: sesak napas yang
semakin memberat sejak 1 bulan terakhir, gallop,
peningkatan JVP, edema perifer

• Diagnosis pada pasien adalah:


Cor pulmonale
• Perubahan struktur dan fungsi ventrikel
kanan akibat gangguan pada sistem respirasi
• Gangguan paru  peningkatan tekanan
arteri pulmonal  HT pulmonal  RVH 
gagal jantung kanan
• Gejala:
– Gejala gangguan paru: sesak napas, batuk lama
– Peningkatan tekanan RV: peningkatan JVP,
hepatomegali, edema perifer
Cor Pulmonale
• Pemeriksaan
– PF jantung: S2 mengeras, murmur e.c insufisiensi
trikuspid dan pulmonal, gallop S3 dan S4
mengeras saat inspirasi
– Rontgen:
• Gangguan paru yang mendasari: PPOK paling sering
• Pembesaran ventrikel kanan
• Pembesaran arteri pulmonal
• EKG
– Khas: gelombang P pulmonal
• A. Gagal Jantung kongestif: kumpulan gejala
sesak dan fatik karena kelainan struktur atau
fungsi jantung
• B. GJ sistolik: penurunan kontraksi jantung 
curah jantung menurun
• C. GJ diastolik: gangguan relaksasi dan pengisian
ventrikel
• D. Penyakit jantung koroner: gangguan pembuluh
darah koroner menyebabkan nyeri dada tipikal
Jadi jawabannya adalah
D. Cor pulmonale
83. D. Treadmill stress test
Keywords:
• Tn. Wasa usia 45 tahun
• Nyeri dada tipikal membaik dengan istirahat
• Mual muntah, keringat dingin disangkal
• EKG dan enzim jantung normal

• Pemeriksaan apa yang paling tepat untuk


menunjang diagnosis?
Nyeri dada tipikal

Angina pektoris Acute coronary


stabil syndrome

Unstable
STEMI NSTEMI
angina
Gejala penyakit jantung iskemik
• Angina pektoris stabil  nyeri terjadi saat aktivitas,
berkurang bila diberi nitrat atau istirahat, nyeri berlangsung <
15 menit, EKG normal bila istirahat  Stress test / Treadmill
test
• Acute coronary syndrome  nyeri bisa terjadi mendadak dan
lama, tidak membaik dengan istirahat
– Unstable angina  ACS tanpa peningkatan enzim jantung,
EKG tidak spesifik
– NSTEMI  No ST elevasi, peningkatan enzim jantung
– STEMI  ST elevasi, peningkatan enzim jantung
Pilihan lainnya
• A. Echocardiography  menilai struktur dan fungsi
jantung (pada gagal jantung, kelainan katup etc), bisa
dilakukan namun bukan yang utama – stress echo lebih
bermakna pada kondisi ini
• B. Foto Thorax
• C. BNP  B-type Natriuretic Peptide, deteksi adanya
gagal jantung, menentukan tingkat keparahan, dan
memperkirakan prognosis
• E. Angiografi koroner  menilai sumbatan pembuluh
darah koroner, bisa dilakukan terutama pada pasien hi-
risk
Jadi jawabannya adalah
D. Treadmill stress test
84. E. Injeksi adrenalin
Keywords:
• Pasien dengan sesak napas, mual dan gatal-
gatal, riwayat penyuntikan obat
• Tanda syok (+)  pasien tampak gelisah, nadi
120x/menit, teraba lemah. Tekanan darah
pasien 80/60 dan frekuensi napas 34x/menit

Apa tatalaksana yang tepat pada pasien ini?


Kata kunci untuk jenis-jenis syok
• Syok kardiogenik  pump failure. Ada
gangguan pada jantung, misal: aritmia, infark
miokard.
• Syok hipovolemik  intravascular volume loss
• Syok anafilaktik  vasodilatasi karena
respons sistem imun
• Syok neurologik  vasodilatasi karena
gangguan rangsangan simpatis, biasanya
akibat cedera spinal
• Syok hipovolemik  kekurangan cairan absolut
(diare, muntah, perdarahan) atau ekstravasasi
(syok dengue)

• Syok kardiogenik  masalah pada: fungsi


sistolik, diastolik, preload (volume dan tekanan
yang dialami ventrikel pada fase akhir
pengisian), afterload (tahanan yg harus dilawan
ventrikel untuk pengosongan), atau irama
– Obstruksi aliran  emboli paru, tamponade,
stenosis katup
• Syok distributif  total cairan tubuh tetap
namun volume intravaskular relatif tidak
seimbang dengan kapasitas vaskular misalnya
pada anafilaksis, sepsis, dan neurogenik

• Syok hemoragik (perdarahan) adalah bagian


dari syok hipovolemik, tapi tidak semua syok
hipovolemik disebabkan oleh hemoragik
(perdarahan). Misalnya pada kasus ini.
Syok Anafilaksis
• Reaksi hipersensitivitas tipe I (IgE)
• Terjadi sistemik di seluruh tubuh
- Sistem saluran napas: hiperaktivitas bronkus,
edema laring
- Sistem kardiovaskuler: perubahan vaskuler,
vasodilatasi sistemik
- Sistem saluran cerna: mual, muntah, diare
- Mata: angioedema, konjungtivitis
- Kulit : urtikaria, angioedema
http://science.unctv.org/content/peanut-solution-0
Jadi jawabannya adalah
E. Injeksi adrenalin
85. C. Melakukan resusitasi jantung
paru (RJP)
Keyword:
• Ny. Titi 56 thn
• Penurunan kesadaran, nadi tidak teraba, dan
tidak bernapas, sebelumnya nyeri dada

• Sebagian besar kasus sudden death pada dewasa


 pikirkan etiologi jantung.
• EKG  Pulseless Electrical Activity (PEA)
• Tatalaksana awal: RJP
Dasar Teori
• Henti jantung  sirkulasi darah berhenti karena
kontraksi jantung yg tidak efektif.
• Disebabkan:
– VF
– VT pulseless
– PEA
– Asistol
• Gambaran Klinis:
– Henti jantung
– Henti napas/gasping
– Tidak sadar
Pulseless Electric Activity (PEA) VT

Asystole
• PEA (Pulseless Electrical Activity)  terdapat output
EKG TANPA teraba nadi
• EKG menunjukkan PEA  lakukan CPR atau lanjutkan
CPR.
• Shock (defibrilasi)  kontra indikasi pada asistol, PEA,
VT dengan nadi.
• Pemberian epinefrin dilakukan seiring dengan CPR
• Anamnesis keluarga dilakukan seiring dengan CPR
• Cek refleks batang otak dilakukan seiring dengan CPR
• Keyword: DO LIFE SAVING FIRST
Jadi jawabannya adalah
C. Melakukan resusitasi jantung
paru (RJP)
86. B. Emboli paru
• Keywords :
• Ny. Handita, berusia 50 tahun
• Pasien pasca penerbangan panjang  stasis
• Terapi hormonal (estrogen)  hiperkoagulabel
• Tungkai kanan edema, merah, dan hangat.
• Homan’s sign (+) : nyeri >> pada dorsofleksi.
• Trias Virchow : Stasis, hypercoagulable, trauma endotel.
• Diagnosis  DVT

• Komplkasi apa yang mungkin terjadi pada pasien ini?


DVT
• Adanya trombus pada vena dalam yang menghalangi
aliran darah ke jantung
• Jika tidak ditangani, dapat terjadi pulmonary embolism
• Gejala: nyeri, swelling, kemerahan, hangat, dan
pembesaran vena superfisial, unilateral
• Pencegahan : Heparin
Gangguan vena vs arteri
Buerger disease
Disebut juga thromboangiitis obliterans
• Karakteristik:
– progressive inflamasi dan trombosis pada arteri
dan vena kecil dan sedang pada tangan dan kaki
– Asosiasi kuat dengan penggunaan rokok
– Gejala: rest pain, unremitting ischemic
ulcerations, dan gangrene pada jari kaki dan
tangan
Acute Limb Ischemia
• Terjadi penurunan aliran darah secara tiba-
tiba pada ekstremitas
• Dapat terjadi akibat emboli atau trombosis
• Limb ischaemia diklasifikasikan berdasarkan
onset dan beratnya penyakit
Phlebitis
• Inflamasi vena, terutama pada kaki
• Gejala:
– Eritema dan hangat
– Nyeri sepanjang vena
– Edema
• jika terjadi akibat blood clot atau trombus,
disebut thrombophlebitis.
Jadi jawabannya adalah
B. Emboli paru
87. B. Captopril + furosemid
Keywords:
• Tn. Vovo 75 tahun
• Gejala gagal jantung
• Riwayat asma (+)
• TD 150/90 mmHg, nadi 102x/menit, nafas
35x/menit, JVP meningkat, edema pitting pada
kedua tungkai.

• Apakah pengobatan yang tepat pada pasien ini?


Saat ini, pasien kemungkinan mengalami:

• Gagal jantung kongestif, dengan kemungkinan saat ini


dekompensasi (acute decompensated heart failure)
 suatu perburukan kasus gagal jantung yang tadinya
relatif stabil.
• Gejala dan tanda: DoE (dispnu of effort), PND
(paroxysmal nocturnal dypsneu), ortopneu (banyak
bantal untuk kepala)

• Dapat pula ditemukan: kardiomegali, gallop, murmur,


aritmia, ronki basah bilateral paru, wheezing, akral
dingin dan basah, saturasi O2 <90%, batswing
appearance dan Kerley line pd rontgen dada.
Yang terjadi pada kasus:
• Pasien mengalami gagal jantung, sesuai
rekomendasi dapat diberikan:
– Diuretic (Furosemide)
– ACEI (captopril)
– ARB (Valsartan)
– Beta Blocker (Propanolol)
• Namun pasien memiliki riwayat asma
(kontraindikasi beta bloker)
• ACEI dan ARB tidak boleh diberikan kombinasi
• Maka yang dapat diberikan adalah furosemid dan
captopril
Jadi jawabannya adalah
B. Captopril + furosemid
88. C. Penyakit jantung reumatik
Keywords:
• Perempuan 19 tahun, mengeluh sesak terutama saat
beraktivitas sejak 3 bulan yang lalu.
• Pasien mengeluh nyeri sendi berpindah-pindah sejak 2
tahun yang lalu, disertai gejala sesak napas.
• Riwayat radang tenggorok  infeksi Streptococcus
• PF: bising pansistolik grade 3-4 di apeks, nodul
subkutan

• Kemungkinan diagnosisnya adalah…


a. Rheumatic Heart RHD meurpakan komplikasi dari Rheumatic fever (RF).
Disease Gejala RF salah satunya Pharyngitis diakibatkan group
A beta-hemolytic streptococcal. Manifestasi RHD
adalah poliatritis, karditis, nodul subkutan, eritema
marginatum, korea Sydenham

b. Bacterial Endocarditis BE adalah Infeksi pada permukaan endokard jantung,


termasuk katup jantung,dan endokardium mural.
Etiologi: infeksi mikroorganisme yang masuk ke dalam
sirkulasi melalui infeksi fokal atau trauma, misal
pengguna jarum suntik. Staphylococcus aureus
bloodstream infections (BSI), meurpakan patogen
endokarditis.
Duke’s Criteria
Rheumatic Heart Disease
Vs.
Rheumatic Fever
sumber: https://www.chop.edu/service/cardiac-center/heart-conditions/rheumatic-fever.html

• Required Criteria
– Evidence of antecedent Strep infection: ASO / Strep antibodies /
Strep group A throat culture / Recent scarlet fever / anti-
deoxyribonuclease B / anti-hyaluronidase

• In some cases rheumatic fever causes long-


term damage to the heart and its valves.
This is called rheumatic heart disease.
Jadi jawabannya adalah
C. Penyakit Jantung Reumatik
89. B. Sifilis Sekunder

Keywords:
• Tn. Primatyo 23 tahun
• Keluhan bintik-bintik merah di badan, tangan dan
kakinya.
• Sebelumnya pasien mengalami luka di
kelaminnya dan menghilang sendiri tanpa
pengobatan.
• Sering berhubungan badan dengan PSK

• Apa diagnosis yang paling tepat pada pasien?


Sifilis vs Ulkus mole
Sifilis (ulkus durum)
• Ulkus genitalis  tidak
sakit
• Etiologi  Treponema
pallidum
Ulkus mole
• Ulkus genitalis  sakit
• Etiologi  Hemophillus
ducreyi
Pedoman IMS 2011
Depkes
Sifilis (Treponema pallidum) Hemophyllus ducreyi
• Pewarnaan lapangan gelap • Bentuk cocobacillus
• Bentuk spiral • Gram negatif
Pilihan lainnya
• A. Sifilis primer  Ulkus durum lokal,
limfadenopati
• C. Sifilis tersier  Gejala sistemik, infiltrasi
dalam, sifilis kardiovaskular
• D. Ulkus durum  Ulkus tanpa nyeri, dasar
bersih
• E. Ulkus mole  Ulkus nyeri, dasar kotor pada
infeksi H. ducreyi
Jadi jawabannya adalah
B. Sifilis Sekunder
90. B. Ca Prostat
Keywords:
• Tn Jason 70 tahun
• BAK terputus-putus, mengedan saat BAK  gejala
obstruktif
• BAK malam hari  gejala iritatif
• Tidak ada demam dan nyeri pinggang
• RT: prostat keras, berbenjol-benjol, pool atas tidak
teraba
• PSA: 12.

• Diagnosis pasien tersebut ialah


Deteksi Dini dan Diagnosis
• Jarang ada gejala pd stadium awal krn
letaknya pada zona perifer  gejala
obstruktif/ iritatif
• Trias pemeriksaan: RT, PSA (curiga Ca nilai >4),
TRUS
• Diagnosis  staging: skintigrafi (bone scan)
krn metastasis ke tulang paling sering

Sumber: Proceeding Book Common Urologic Problems in Daily Primary Practice (CUPID) 2013 ed 4
Staging
Tatalaksana
• Pilihan:
– Konservatif  monitoring aktif  u/ pasien dgn
angka harapan hidup di bawah 10 tahun atau Ca
prostat grade rendah (skor Gleason 2-5)
– Prostatektomi radikal  gold standard
– Radiasi: radioterapi eksterna (sinar gamma).

Sumber: Proceeding Book Common Urologic Problems in Daily Primary Practice (CUPID) 2013 ed 4
Pilihan lainnya
• A. Prostatitis  inflamasi pada prostat
• C. Hiperplasia prostat jinak  peningkatan
jumlah sel epitel dan stroma dari zona transisi
• D. Abses prostat  akumulasi pus pada
kelenjar prostat, fluktuasi (+)
• E. Ca rektum  Ca pada usus besar dgn gejala
perubahan pola BAB, diare BERDARAH, keram
perut, turun BB, lemas
Jadi jawabannya adalah
B. Ca prostat
91. D. HPV 6 dan 11
Keywords:
• Ny. Lia 24 tahun
• Bintil pada kemaluan sejak 3 hari lalu, tidak
nyeri
• PF  nodul soliter berukuran 0.5 cm dengan
permukaan verukosa

• Apa etiologi kasus di atas?


Human papilloma virus
• Kutil atau vegetasi  gejala paling umum
– Kutil biasa (veruka vulgaris)  HPV 1, 2, 4
– Kutil kelamin (kondiloma akuminata)  HPV 6, 11
• Faktor risiko ca serviks  HPV 16, 18
• Tatalaksana:
– Podofilin 0.05% solution  kontraindikasi di kehamilan
– Imiquimod krim 5%
– TCA 80%  treatment of choice di kehamilan dengan
multiple internal warts
– Krioterapi  treatment of choice di kehamilan dengan
multiple, easily accessible warts
Jadi jawabannya adalah
D. HPV 6 dan 11
92. A. Ginjal
Keywords:
• Tn.Ruslie 25 tahun kecelakaan 1 jam yang lalu
• Nyeri pinggang kanan dan kencing berwarna
merah
• PF  Nyeri ketok CVA (+)

• Apa kemungkinan organ yang terkena pada


pasien ini?
Trauma ginjal
• Epidemiologi: 10% dari kasus trauma tumpul
abdominal
• Ginjal termasuk organ retroperitoneal. Bagian
atas terlindung dari iga ke-12, sedangan
bagian bawahnya tidak.
• Diagnosis: urinalisis, foto dengan kontras, CT-
scan, FAST (USG).
Pilihan lain - Ruptur organ
Organ Gejala
Ginjal Nyeri di pinggang, hematuria
Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan,
jarang terjadi, hematuria
Buli/kandung kemih Nyeri di suprapubik, hematuria
Uretra anterior Nyeri di selangkangan, paling sering
karena straddle injury, butterfly
hematoma
Uretra posterior Nyeri di selangkangan, biasanya
disebabkan fraktur pelvis, floating
prostate
Jadi jawabannya adalah
A. Ginjal
93. B. Sirkumsisi segera
Keywords
• An. Rahmad 7 tahun
• Penis yang membengkak
• Preputium menjepit pangkal gland penis dan
tidak dapat dikembalikan
• Parafimosis

• Apakah tindakan yang tepat?


Fimosis vs Parafimosis
Fimosis Parafimosis
• Bukan emergensi • Emergensi
• Prepusium yang ditarik ke
• Prepusium tidak bisa ditarik belakang tidak bisa ditarik
ke belakang kembali  terjepit dan edema
• Gejala umum  kulit prepusium
• Gejala umum  ujung edema, terdapat cincin menjepit
penis menggembung penis  bisa iskemia
• Tatalaksana:
• Tatalaksana  sirkumsisi, – Manual reduksi
rujuk ke urologi – Cairan hipertonik kompres
– Pungsi
– Aspirasi
– Insisi vertikal
– Sirkumsisi SEGERA
Pilihan lainnya
• Fimosis: preputium tidak dapat diretraksi 
mengedan saat berkemih
Tatalaksana : sirkumsisi
• Hipospadia: orifium uretra eksterna di bagian
bawah (ventral)
Tatalaksana : rekonstruksi uretra
• Epispadia: OUE pada bagian atas (dorsal)
penis
Tatalaksana : rekonstruksi uretra
Jadi jawabannya adalah
B. Sirkumsisi segera
94. C. Prostatitis bakterial akut
Keywords:
• Tn. Ruslie usia 32 tahun
• Demam sejak 1 minggu yang lalu, disertai
dengan menggigil dan kencing sedikit.
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan
pada perabaan prostat, tanpa nyeri ketok CVA.

• Diagnosis yang tepat adalah…


Prostatitis
• Peradangan prostat akibat infeksi
(kronik  > 3 bulan)
• Etiologi tersering : E. coli,Proteous,
Klebsella,Pseudomonas,
Enterobacter,Serratia spp
• Tanda dan Gejala:
• Demam
• Sulit berkemih
• Nyeri perineum
• RT  Nyeri tekan prostat (+)
• Terapi: fluorokuinolon atau
cotrimoxazole PO 2-4 minggu
Gejala retensi urin
Penyakit Demam RT Hematuria
BPH - Prostat teraba -
lunak, Pool atas
tidak teraba, nyeri
tekan (-)
Prostatitis + Prostat teraba -
kenyal, pool atas
teraba, nyeri tekan
(+)
Ca prostat - Prostat teraba +
keras, dapat
berbenjol-benjol,
pool atas bisa
teraba atau tidak,
nyeri tekan (+/-)
Pilihan lainnya
• A. Uretritis gonorreha  kencing bernanah
• B. Pielonefritis  demam menggigil, nyeri
ketok CVA (+)
• D. Prostatitis bakterial kronik  gejala
prostatitis > 3 bulan
• E. Ureterolitiasis  Batu saluran kemih, nyeri
kolik
Jadi jawabannya adalah
C. Prostatitis bakterial akut
95. E. Menurunkan tonus ureter
• Kasus batu saluran kemih
• Bagaimana cara kerja tamsulosin?
Tamsulosin
• Sebagai alfa-1 blocker, tamsulosin bermanfaat
pada kasus pembesaran prostat jinak dan
sebagai medical expulsion therapy untuk
kasus batu saluran kemih (urolitiasis).
– Penurunan tonus ureter dapat memfasilitasi
pengeluaran batu untuk ukuran kecil
Jadi jawabannya adalah
E. Menurunkan tonus ureter
96. B. Glomerulonefritis akut
Keywords :
• An. Daud 16 tahun
• BAK terlihat agak merah, bengkak di wajah, perut, dan
ektremitas
• 2 minggu sebelumnya batuk pilek dan nyeri
tenggorokan selama 1 minggu
• PF: TD 145/90 mmHg, nadi 88x/menit, RR 26x/menit.
• Pemeriksaan lab ditemukan hematuria, dengan protein
+1.

• Diagnosis pada pasien ini…


GNAPS
• GNAPS terjadi akibat deposisi kompleks imun (Rx
hipersensitifitas tipe 3) pada GBM dan atau
mesangium sehingga terjadi reaksi inflamasi 
gangguan fungsi ginjal  komplikasi: ensefalopati
hipertensif, gagal jantung, edema paru dan gagal
ginjal

• Didahului oleh infeksi Streptococcus beta


hemoliticus group A nefritogenik (tipe 4, 12, 16,
25, dan 49) di saluran napas atas. Reaksi Ag-Ab
terjadi setelah infeksi saluran napas atas telah
usai.
Nefritik Nefrotik
• Dominan hematuria • Dominan proteinuria
• Hipertensi • Hipoalbuminemia
• Biasanya post-streptoccal • Gejala yang sering dikeluhkan
 bengkak
Medscape
Pilihan lainnya
• A. Sindroma nefrotik : Proteinuria masif 
hipoalbumin  edema & hiperkolesterolemi
• C. Gagal ginjal kronik : gangguan fungsi ginjal
progresif > 3 bulan
• D. Gagal ginjal akut : gangguan fungsi ginjal
secara cepat  tanda awal anuri/oligouri
• E. Pielonefritis : ISK dengan demam tinggi,
nyeri ketok CVA
Jadi jawabannya adalah
B. Glomerulonefritis akut
97. D. Antibiotik dan analgetik
Keyword :
• Tn Bejo 20 tahun nyeri skrotum kiri.
• Nyeri timbul tiba-tiba pada saat bangun tidur.
• PF: testis kiri memerah dan bengkak, phren sign
(+)
• Diagnosis: epididimitis

• Talaksana apa yang dapat diberikan pada


pasien?
dd/ nyeri skrotum
Bedakan epididimitis vs torsion
Tatalaksana
• Antibiotik: etiologi tersering N. Gonorrhea, C. trachomatis
• Analgetik
• Istirahat
• Elevasi skrotum
Pilihan lain
• A. Bedah detorsio  untuk torsio testis
• B. Insisi dan drainase  untuk abses skrotum
• C. Herniotomi  untuk hernia direk/indirek
• E. Sistostomi  untuk striktur uretra
Jadi jawabannya adalah
D. Antibiotik dan analgetik
98. C. Flurokuinolon oral 2 minggu
Keywords
– Tn. Bonar 28 tahun
– Anyang-anyangan, peningkatan frekuensi urine,
lampias
– PF nyeri suprapubik (+).
– Lab: kultur didapatkan kuman batang gram negatif
• Diagnosis kerja: sistitis pada pria  ISK
komplikata

• Apakah terapi yang paling tepat diberikan pada


pasien ini?
Infeksi Saluran Kemih (1)
Definisi Manifestasi klinis
•ISK non-komplikata: sistitis •Sistitis: disuria, urgensi,
pada perempuan tidak hamil frekuensi (gejala LUTS), urin
imunokompeten tanpa keruh, NT suprapubik, demam
penyakit struktural atau (-)
neurologik yang mendasari •Uretritis: mirip sistitis, tapi
•ISK komplikata: ada kencing nanah
– ISK atas pada perempuan
•Prostatitis: demam, nyeri
– ISK apapun pada pria atau
perineum, NT prostat pada RT
perempuan hamil •Pielonefritis: demam tinggi,
– ISK dengan kelainan nyeri pinggang, mual muntah,
struktural atau imunosupresi nyeri ketok CVA
Etiologi Tata laksana
•Non-komplikata: E. coli • Sistitis: fluorokuinolon atau
•Komplikata: E. coli, enterococci, cotrimoxazole PO selama 3 hari
pseudomonas
•Uretritis: C. trachomatis, N. (non-komp) atau 2 minggu
gonorrhoeae
(komplikata)
Penunjang • Uretritis: ceftriaxon 125 mg IM 1x
•Urinalisis: pyuria, bakteriuria (untuk Neisseria) + doxycycline
•Urinalisis penting pada wanita hamil 2x100 mg PO atau azithromycin 1
untuk mencari bakteriuria
asimptomatik g PO 1x (untuk Chlamydia)
• Prostatitis: fluorokuinolon atau
cotrimoxazole PO 2-4 minggu
• Pielonefritis: ceftriaxone IV
selama 14 hari
• http://www.chemotherapie-journal.de/archiv/artikel/2011/05/388.htm
tmedweb.tulane.edu
Jadi jawabannya adalah
C. Flurokuinolon oral 2 minggu
99. B. Operasi saat usia sekitar 6
bulan
• Keywords:
– An. Mahmud 3 bulan, kantong zakar tidak sama.
Riwayat trauma (-).
– PF: testis kiri tidak ada
• Diagnosis: Kriptokismus

• Tindakan selanjutnya?
Kriptokismus/Undescended Testis
• Dapat unilateral (2/3) dan
bilateral (1/3)
• 80% kasus akan membaik
pada usia 1 tahun (paling
sering dalam usia 3 bulan
pertama)
• Normalnya, testis turun
pada masa gestasi 8-14
minggu
Kriptorkismus: lokasi testis
1. Sepanjang jalur turunnya testis, mulai dari
retroperitoneal, tepat di bawah ginjal, hingga
cincin inguinal
2. Kanalis inguinalis (90%)
3. Ektopik (subkutan paha, perineum, skrotum
sebelahnya, kanalis femoralis)
4. Tidak berkembang (hipoplastik) atau
abnormal (disgenetik)
5. Tidak ada (anorchia)
Tatalaksana
• Sebagian besar kasus menyatakan operasi usia 6 bulan adalah tindakan
yang paling baik
– “For a palpable undescended testis, treatment is surgical orchiopexy, in which
the testis is brought into the scrotum and sutured into place; the associated
inguinal hernia also is repaired. For a nonpalpable undescended testis,
abdominal laparoscopy is done; if the testis is present, it is moved into the
Surgery should be
scrotum. If it is atrophic, the tissue is removed.
done at about 6 mo of age because early
intervention improves fertility potential and
may reduce cancer risk. Also, the shorter the child, the shorter
the distance necessary to place the testis into the scrotum. Atrophic
undescended testes are likely the result of prenatal testicular torsion.” (Merck
Manual)
• Operasi dilakukan di bawah 2 tahun karena penelitian menunjukkan
operasi sebelum usia 2 tahun mengurangi risiko infertilitas secara
signifikan
Jadi jawabannya adalah
B. Operasi saat usia sekitar 6 bulan
100. B. Tumor Wilms
• Keywords:
– An. Leo 4 tahun
– Nyeri perut, teraba massa
– Hematuria masif
– CT scan: massa pada ginjal

• Diagnosis yang mungkin pada pasien ini


adalah...
Wilms Tumor = Nefroblastoma
• Nefroblastoma, umumnya unilateral
• Muncul pada anak usia <5 tahun
• Dengan presentasi klinis abdomen membesar,
nyeri abdomen, demam, mual, muntah, darah
dalam urin, dan kadang tekanan darah tinggi.
• Diagnosis dengan USG, CT scan, jarang perlu
biopsi.
• 5-year survival rate: 90%
Stadium Tumor
Wilms
Pilihan lainnya
• A. Karsinoma sel ginjal  tumor malignansi
renal tersering, lebih sering pada laki-laki
dewasa
• C. Rabdomiosarkoma  kanker otot, sering
terjadi pada anak-anak
• D. Neurofibromatosis tipe I  tumor jaringan
saraf, sering pada anak-anak
• E. Retinoblastoma  tumor mata, sering pada
anak-anak
Jadi jawabannya adalah
B. Tumor Wilms
101. A. Reaksi Transfusi Alergi
Keywords:
• Ny. Garnet, 25 tahun, transfusi darah
• Gatal-gatal disertai panas di seluruh tubuh 1
jam setelah transfusi
• Bintil atau bercak yang menyembul pada kulit
yang berwarna kemerahan

Yang dialami pasien?


Reaksi Transfusi Alergi
• The clinical presentation of rash, pruritus, and/or
urticaria during a transfusion suggests that the
recipient was exposed to a foreign substance in the
blood product to which the recipient is sensitized.
• Studies in the medical literature suggest that causes of
allergic reactions include polymorphic proteins in the
donors' plasma, food (eg, nuts, tomatoes), or
medications (eg, penicillin) that the donor ingested
immediately before collection of blood.

Sumber: medscape
Reaksi Transfusi Panas
• Febrile nonhemolytic reactions
• Cytokines and other normal constituents of
leukocytes, platelets, or plasma accumulate in blood
components during storage. When blood
components are transfused, some recipients react
with varying generalized symptoms, of which fever is
the most common symptom.

Sumber: medscape
Reaksi Transfusi Hemolitik
• Bisa karena inkompatibilitas ABO atau antibodi terhadap komponen
lain eritrosit pendonor. Dicek dengan indirect Coombs test.
• Accidental transfusion of RBCs of a different ABO type than the
patient's typically occurs for one of two reasons, as follows:
– Misidentification of either the patient or the blood component when
the blood sample was collected for compatibility testing
– Failure to recognize that two patients have the same or similar names
but different ABO blood types
• Most transfusions of incorrect RBCs to the incorrect patient due to
misidentification are clinically benign. More than 60% of random
units of RBCs in a blood bank are serologically compatible with
random recipients because approximately 40% are type O (ie,
universal donor) and 20% are the same blood type as the patient or
are otherwise ABO-compatible.
Reaksi Transfusi Bakteremia
• Bacteria on the donor's skin may enter the container if the
needle entry site on the donor's skin is sterilized
incompletely.
• Some donors implicated in septic reactions have low
concentrations of bacteria (eg,Yersinia enterocolitica) in
their blood (eg, bacteremia) but do not have a fever or
other signs at the time of collection. If such contaminated
blood is stored for a few days at room temperature (eg,
platelets) or for a few weeks at refrigerated temperature
(eg, red cells), bacteria may grow and elaborate endotoxin,
which is a major adverse factor in such reactions.

Sumber: medscape
Reaksi Anafilaktik
• Most cases of anaphylaxis are reported in
recipients with IgA deficiency who developed
anti-IgA and whose transfused product contains
donor plasma with a normal content of IgA.
• Not all IgA-deficient persons who have anti-IgA
have a history of transfusions or pregnancy.
Similar reactions in ahaptoglobinemia have been
reported.

Sumber: medscape
• Jadi jawabannya adalah:

A. Reaksi transfusi alergi


102. B. Teruskan ASI dan diet
eliminasi
Keywords:
• Bayi Eiko usia 5 bulan dibawa ibunya karena BAB
sering diare dan berwarna kemerahan seperti
darah
• Pasien saat ini masih ASI eksklusif. Ibu pasien
minum susu coklat setiap pagi dan makan seperti
biasa. Pada pemeriksaan didapatkan kemerahan
pada daerah siku.

Tindakan yang perlu dilakukan adalah...


Alergi Susu Sapi (PPM IDAI)
Alergi Susu Sapi
Alergi Susu Sapi
Lactose Intolerance
• Lactose intolerance is a common disorder and is
due to the inability to digest lactose into its
constituents, glucose and galactose, secondary to
low levels of lactase enzyme in the brush border
of the duodenum
• Symptoms of lactose intolerance include loose
stools, abdominal bloating and pain, flatulence,
nausea, and borborygmi
• Physical exam: borborigmi, erythema natum

Sumber: medscape
• Jadi jawabannya adalah:

B. Teruskan ASI dan ibu diet eliminasi


103. C. Intoleransi Laktosa Sekunder
• Keywords:
• An. Vivi, 2 bulan, perut membesar sejak 2 hari lalu
• Riwayat BAB cair 3 hari 10 kali sehari, warna kuning cerah
• Saat ini berkurang menjadi 2-3 kali sehari terutama 3-4 jam
setelah minum ASI, namun perut membesar dan sering
buang angin
• Pada pemeriksaan fisik abdomen ditemukan bising usus
meningkat, borborigmi (+). Pada daerah perianal
ditemukan eritema natum (+)

Diagnosis yang mungkin SAAT INI…


Lactose Intolerance
• Lactose intolerance is a common disorder and is
due to the inability to digest lactose into its
constituents, glucose and galactose, secondary to
low levels of lactase enzyme in the brush border
of the duodenum
• Symptoms of lactose intolerance include loose
stools, abdominal bloating and pain, flatulence,
nausea, and borborygmi
• Physical exam: borborigmi, erythema natum

Sumber: medscape
Primary lactose intolerance
• This is the most common type of lactose intolerance.
People who develop primary lactose intolerance start
life producing plenty of lactase — a necessity for
infants, who get all their nutrition from milk.
• As children replace milk with other foods, their lactase
production normally decreases, but remains high
enough to digest the amount of dairy in a typical adult
diet.
• In primary lactose intolerance, however, lactase
production falls off sharply, making milk products
difficult to digest by adulthood.

Sumber: www.nhs.uk
Secondary lactose intolerance
• Secondary lactase deficiency is a shortage of lactase
caused by a problem in your small intestine.
Possible causes of secondary lactase deficiency include:
– Gastroenteritis – an infection of the stomach and
intestines
– Coeliac disease – a bowel condition caused by an
intolerance to a protein called gluten
– Crohn's disease – a long-term condition that causes
inflammation of the lining of the digestive system
– Ulcerative colitis – a long-term condition that affects the
large intestine
– Chemotherapy – a treatment for cancer
– Long courses of antibiotics
Sumber: www.nhs.uk
Congenital lactose intolerance
• Congenital lactase deficiency is a rare
condition that runs in families and is found in
newborn babies
• It is caused by an inherited genetic fault
(autosomal recessive) that means affected
babies produce very little or no lactase
• Failure to thrive since birth

Sumber: www.nhs.uk
Rotavirus infection
• Often, a history of exposure to other children with
diarrhea is reported.
• Symptoms usually begin within 2 days of exposure and
include the following:
– Anorexia
– Low-grade fever
– Watery, bloodless diarrhea
– Vomiting
– Abdominal cramps
– Stool output can be profuse during the diarrheal phase of
the illness, and dehydration is a common presenting
complaint.

Sumber: medscape
• Jadi jawabannya adalah:

C. Intoleransi Laktosa Sekunder


104. B. Sulfas Atropin
Keywords:
• Tn. Steiner, 21 tahun, penurunan kesadaran
• Tekanan darah 70/30 mmHg, frekuensi nadi 42
kali/menit, frekuensi napas 14 kali/menit
• Pinpoint pupil, mulut pasien tampak berbusa,
diaforesis (+), epifora (+), dan bekas muntah di
sampingnya

Terapi yang perlu segera diberikan?


Organophosphate Intoxication
Mnemonic devices used to remember the
muscarinic effects of organophosphates are:
• SLUDGE (salivation, lacrimation, urination,
diarrhea, GI upset, emesis)
OR
• DUMBELS (diaphoresis and diarrhea; urination;
miosis; bradycardia, bronchospasm,
bronchorrhea; emesis; excess lacrimation; and
salivation).

Antidot: Sulfas atropin


Sumber: medscape
Gejala Intoksikasi
Tekanan Frekuensi Frekuensi Ukuran Bising
Tanda Suhu Keringat
darah nadi napas pupil usus

Antikolinergik ~ Naik ~ Naik Naik Turun Turn

Tanda Intoksikasi (Toxidromes)


Kolinergik ~ ~ ~ ~ Turun Turun Naik

Halusinogenik Naik Naik Naik ~ Naik Naik ~

Opioid Turun Turun Turun Turn Turun Turun Turun

Simpatomimetik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik

Sedatif-hipnotik Turun Turun Turun Turun ~ Turun Turun

Sumber: medscape
Gejala Intoksikasi
• Antikolinergik
• Sedatif-hipnotik
– Contoh: antipsikotik, antidepresan,
antiparkinson – Contoh: antikonvulsan, barbiturat,
benzodiazepine, GABA, etanol
– Gejala: pandangan kabur, penurunan
kesadaran, halusinasi, flushing, – Gejala: penurunan kesadaran,
demam, kulit kering, ileus, retensi urin, pandangan kabur, ataxia,
takikardia parastesia, halusinasi, nistagmus
• Kolinergik • Simpatomimetik
– Contoh: organofosfat (obat nyamuk, – Contoh: amfetamin, kokain,
obat hama) metamfetamin, efedrin,
fenilpropanolamin
– Gejala: bronkorea, bronkospasme,
salivasi, lakrimasi, urinasi, diare, – Gejala: cemas, waham,
muntah hiperrefleks, piloeereksi, kejang
• Halusinogenik
– Contoh: amfetamin, kokain, fensiklidin
– Gejala: disorientasi, halusinasi, bising
usus meningkat, panik, kejang

Sumber: medscape
Pilihan Lain
• A. Nalokson  untuk intoksikasi opioid
• B. Sulfas atropin
• C. Natrium bikarbonat  untuk intoksikasi
jengkol
• D. Natrium tiosulfat  untuk intoksikasi
sianida
• E. Etanol  untuk intoksikasi metanol
• Jadi jawabannya adalah:

B. Sulfas Atropin
105. D. Hipersensitivitas tipe IV
Keywords:
• Tn. Quina, 23 tahun, batuk-batuk lebih dari 2
minggu
• Berat badan menurun serta sering berkeringat
pada malam hari
• Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan infiltrat
di daerah apeks paru kiri

Patofisiologi yang terjadi pada pasien?

Sumber: medscape
Hypersensitivity type I
• Type I reactions (ie, immediate
hypersensitivity reactions) involve
immunoglobulin E (IgE)–mediated release of
histamine and other mediators from mast
cells and basophils.
• Examples include anaphylaxis, urticaria, and
allergic rhinoconjunctivitis.

Sumber: medscape
Hypersensitivity type II
• Type II reactions (ie, cytotoxic hypersensitivity
reactions) involve immunoglobulin G or
immunoglobulin M antibodies bound to cell
surface antigens, with subsequent
complement fixation. An example is drug-
induced hemolytic anemia and Steven-
Johnson syndrome.

Sumber: Medscape dan buku kulit FKUI


Hypersensitivity type III
• Type III reactions (ie, immune-complex
reactions) involve circulating antigen-antibody
immune complexes that deposit in
postcapillary venules, with subsequent
complement fixation. An example is serum
sickness, SLE, RA, post-streptococcal
glomerulonephritis.

Sumber: medscape
Hypersensitivity type IV
• Delayed hypersensitivity reactions are inflammatory reactions
initiated by mononuclear leukocytes.
• The term delayed is used to differentiate a secondary cellular
response, which appears 48-72 hours after antigen exposure,
from an immediate hypersensitivity response which generally
appears within 12 minutes of an antigen challenge.
• Example: allergic contact dermatitis, tuberculous leprosy, TB,
mantoux test, sarcoidosis, and schistosomiasis

Sumber: medscape
• Jadi jawabannya adalah:

D. Hipersensitivitas tipe IV
106. B. Bulan ke-0, 1, dan 6
Keywords:
• Tn. Amarant, 23 tahun, mahasiswa kedokteran
dianjurkan untuk vaksinasi hepatitis B
sebelum menjalani masa pendidikan di rumah
sakit

Jadwal yang dianjurkan…


Pilihan Lain
• A. Setiap tahun 1 kali  influenza
• B. Bulan ke-0, 1, dan 6
• C. Satu kali tiap 3 tahun  demam tifoid
• D. Satu dosis untuk 2 tahun  meningitis
meningococcal untuk jemaah haji
• E. Bulan 0 dan 4-8 minggu kemudian 
varicella
• Jadi jawabannya adalah:

B. Bulan ke-0, 1, dan 6


107. A. Rehidrasi
• An. Freya, 12 tahun, muntah 5 kali dan BAB cair 5
kali. Beberapa temannya keluhan sama (+). Siang
sebelumnya pasien dan teman-temannya makan
siang bersama di sekolah dengan menu nasi
goreng dari cathering yang dipesan sekolah.
• Pada pemeriksaan fisik KU tampak sakit sedang,
kesadaran CM, TD 100/60 mmHg, nadi 96
kali/menit, nafas 24 kali/menit, T 37 C.

Tatalaksana awal?
Food Poisoning
• Because most cases of acute gastroenteritis are
self-limited, specific treatment is not necessary.
• The MAIN objective is adequate rehydration and
electrolyte supplementation.
• Adults with diarrhea that isn't bloody and who
have no fever may get relief from taking the
medication loperamide (Imodium A-D) or
bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol)  suportif
namun tidak dianjurkan pada food poisoning
dengan gejala demam dan disentri
Food Poisoning
• During episodes of acute diarrhea, patients
often develop an acquired disaccharidase
deficiency due to washout of the brush-
border enzymes. For this reason, avoiding
milk, dairy products, and other lactose-
containing foods is advisable.
• Jadi jawabannya adalah:

A. Rehidrasi
108. A. Henoch schonlein purpura
Keywords:
• Nn. Beatrix, 19 tahun, bintik-bintik merah di
kedua kaki, nyeri perut, diare dan nyeri sendi
namun tidak ada demam
• Dua minggu sebelumnya pasien mengalami batuk
pilek. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kedua
ekstermitas bawah terdapat purpura dan
beberapa hematom serta hiperpigmentasi.

Diagnosis?
Henoch Schonlein Purpura
• Henoch-Schönlein purpura (HSP) is an acute
immunoglobulin A (IgA)–mediated disorder
characterized by a generalized vasculitis involving
small vessels.
• Some have speculated that an antigen stimulates
the production of IgA, which, in turn, causes the
vasculitis. Allergens, such as foods, horse serum,
insect bites, exposure to cold, infections, and
drugs (eg, ampicillin, erythromycin, penicillin,
quinidine, and quinine), may precipitate the
illness.
Henoch Schonlein Purpura
Signs and symptoms:
The typical prodrome of HSP includes the following:
• Headache
• Anorexia
• Fever
Subsequently, symptoms develop, of which the following are the
most common:
• Purpura (rash) (95-100% of cases), especially involving the legs;
this is the hallmark of the disease
• Abdominal pain and vomiting (35-85%)
• Joint pain (60-84%), especially involving the knees and ankles
• Subcutaneous edema (20-50%)
• Scrotal edema (2-35%)
• Bloody stools
Immune Thrombocytopenic Purpura
• In immune thrombocytopenic purpura (ITP), an
abnormal autoantibody, usually immunoglobulin
G (IgG) with specificity for one or more platelet
membrane glycoproteins (GPs), binds to
circulating platelet membranes.
• In children, most cases of ITP are acute, and
onset seems to occur within a few weeks of
recovery from a viral illness. The most typical
association is with a vaguely defined viral upper
respiratory infection or gastroenteritis.
Immune Thrombocytopenic Purpura
• ITP is a primary illness occurring in an otherwise
healthy person (can be asymptomatic). Signs of
chronic disease, infection, wasting, or poor
nutrition indicate that the patient has another
illness. Splenomegaly excludes the diagnosis of
ITP.
• Although most cases of acute ITP, particularly in
children, are mild and self-limited, intracranial
hemorrhage may occur when the platelet count
drops below 10 × 109/L (< 10 × 103/µL).
Thrombotic Thrombocytopenic Purpura

• TTP is a rare blood disorder characterized by


clotting in small blood vessels of the body
(thromboses), resulting in a low platelet
count.
• The exact etiology of TTP is unknown. Most
sporadic cases of TTP appear to be associated
with severe deficiency of ADAMTS13 activity
due to autoantibodies against this protease.
TTP vs HUS
• Differentiation is often based on the presence
of central nervous system involvement in TTP
and the more severe renal involvement in
HUS. In HUS, an antecedent history of
diarrheal illness is more often present.
Viral Exanthem
• Exanthem is a widespread rash that is usually
accompanied by systemic symptoms such as
fever, malaise and headache. It is usually caused
by an infectious condition such as a virus, and
represents either a reaction to a toxin produced
by the organism, damage to the skin by the
organism, or an immune response.
• Causes: measles, rubella, etc.
• Jadi jawabannya adalah:

A. Henoch Schonlein Purpura


109. D. ITP
• Keywords:
– Petechie pada tubuh dan ekstremitas, didahului
demam + batuk pilek (ISPA) 2 minggu sebelumnya
– Splenomegali (-), limfadenopati (-) 
menyingkirkan keganasan
– Trombosit 18.000; Hb, Ht, leukosit normal

 Diagnosis: ITP
• Pilihan yang tersedia:
– Hemofilia (tersingkirkan) laki, delayed bleeding
dan hemarthrosis
– Anemia aplastik (tersingkirkan)  pansitopenia
– Von Wildebrand Disease (tersingkirkan) 
prolonged bleeding, riwayat keluarga (+)
– DIC (tersingkirkan)  perdarahan spontan atau
trombus, didahului penyakit ‘berat’
Immune Thrombocytopenic Purpura
• Adalah trombositopeni dengan sumsum
tulang yang normal dan tidak adanya
penyebab trombositopeni lainnya.
• ITP memiliki dua gambaran klinis: akut pada
anak-anak dan kronik pada dewasa.
• Etiologi: IgG autoantibodi terhadap
permukaan trombosit. Muncul dari spleen
antibodinya
ITP
• ITP akut sering mengikuti infeksi akut dan akan
mengalami resolusi spontan dalam dua bulan
walau pada 5-10% kasus menjadi kronik (>6
bulan).
• Pada 75% kasus terjadi sesudah vaksinasi atau
infeksi
• PF:
– Nonpalpable petechiae
– Purpura
– Perdarahan
– Limpa tidak teraba.
ITP
Pemeriksaan Lab:
• Trombositopenia
• Hitung leukosit dan hemoglobin biasanya normal
• Sumsum tulang: megakariosit normal atau meningkat.
• Uji koagulasi normal, bleeding time bertambah, PT dan
PTT normal.
• Tes untuk autoantibodi tidak tersedia secara luas 
Diagnosis ITP hanya dilakukan sesudah penyebab
defisiensi trombosit lainnya telah dieksklusi.
Hemofilia
• Kekurangan faktor pembekuan darah yang
diturunkan secara sex-linked recessive pada
kromosom X
• Hemofilia A (80-85%)  defisiensi/disfungsi
faktor VIII
• Hemofilia B defisiensi/disfungsi faktor IX
• Hemofilia C  defisiensi/disfungsi faktor XI
Hemofilia
• Tanda perdarahan yang sering dijumpai yaitu
hemartrosis, hematoma subkutan atau
intramuskular, perdarahan mukosa mulut,
perdarahan intrakranial, epistaksis, dan
hematuria.
• Pemanjangan APTT dengan PT yang normal
menunjukkan adanya gangguan pada jalur
intrinsik sistem pembekuan darah
Von Willebrand Disease
• Inherited bleeding disorder akibat
defisiensi/disfungsi von Willebrand factor
(VWF)  mempengaruhi platelet adhesion
atau menurunkan konsentrasi Faktor VIII
• Autosom dominan/resesif
• Isolated prolonged PTT atau normal
• Pemeriksaan VWF antigen; VWF ristocetin
cofactor activity; dan Faktor VIII
DIC
• Definisi: • Kondisi-kondisi predisposisi
– An acquired syndrome DIC:
characterized by intravascular – Sepsis & infeksi berat 
activation of coagulation, with tersering
loss of localization arising from – Trauma
different causes –
Subcommittee on DIC of – Destruksi organ (pankreatitis)
International Society on – Keganasan
Thrombosis & Haemostasis – Reaksi transfusi berat
– DIC bukanlah suatu penyakit, – Komplikasi obstetrik (HELLP,
namun komplikasi dari progresi eklampsia, dll.)
suatu penyakit – Retained dead fetus syndrome
• Manifestasi klinis: – Kelainan vaskular
– Riwayat kondisi predisposisi – Gagal liver
– Perdarahan, terutama berasal – Reaksi toksik berat
dari 3 lokasi yang tidak – Heat stroke & hipertermia
berhubungan
– Purpura fulminans
– Trombosis (DVT, AKI, gangren,
dll.) – Sindrom antifosfolipid berat
DIC
Pemeriksaan Laboratorium
• Trombositopenia
• Kadar fibrinogen menurun.
• Fibrin Degredation Products (FDP) meningkat 
contoh: D-dimer
• Thrombin time memanjang.
• Prothrombin time, activated partial thromboplastin
time memanjang pada sindrom akut.
• Ditemukan shcistocytes (pecahan/ kepingan eritrosit)
pada pemeriksaan mikroskopik.
• Jadi jawabannya adalah:

D. ITP
110. B. Anemia Defisiensi Besi
• Keywords:
- Anak dengan keluhan lemas
- Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak
ditemukan tanda-tanda pembesaran organ
- Hb 9,0, Hematokrit 28, Eritrosit 5 juta, Leukosit
6.800, Trombosit 255,000
- MCV 70, MCH 25
- Index Mentzer

• Penyebab kondisi anak ini?


Manifestasi Klinis Anemia Defisiensi
Besi
Profil Besi Anemia Defisiensi Besi
𝑀𝑒𝑎𝑛 𝐶𝑜𝑟𝑝𝑢𝑠𝑐𝑢𝑙𝑎𝑟 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑀𝑒𝑛𝑡𝑧𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 =
𝑅𝑒𝑑 𝐶𝑒𝑙𝑙 𝐶𝑜𝑢𝑛𝑡

Indeks Mentzer merupakan cara hitung sederhana


berdasarkan hasil pemeriksaan profil eritrosit yang dapat
digunakan untuk menentukan diagnosis anemia ke dalam 2
golongan, yaitu thalassemia dan anemia defisiensi besi.
Indeks Mentzer yang mencapai angka lebih dari 13
menunjukkan bahwa pasien kemungkinan besar mengalami
anemia defisiensi besi, sementara Indeks Mentzer yang
mencapai angka kurang dari 13 menunjukkan bahwa pasien
kemungkinan besar mengalami thalassemia.
Sumber:
medscaoe
Pilihan Lain
A. Anemia aplastik  pada pasien profil darah
lainnya normal
B. Anemia defisiensi besi
C. Anemia karena inflamasi kronis  tidak ada
gejala inflamasi kronis
D.Thalassemia beta  hasil Indeks Mentzer
harusnya < 13
E. Hipersplenisme  kondisi yang biasanya tidak
ditemukan pada anemia saja
• Jadi jawabannya adalah:

B. Anemia defisiensi besi


111. C. Anemia Karena Inflamasi
Kronis
• Keywords:
- Perempuan dengan keluhan lemah seluruh badan
- Riwayat pengobatan TB dalam 3 bulan terakhir
- Hb 9,0, Hematokrit 28, Eritrosit 5 juta, Leukosit
9.300, Trombosit 135.000
- Penurunan kadar besi serum
- TIBC turun, ferritin meningkat

• Diagnosis yang tepat?


Anemia karena inflamasi kronis
• Anemia karena inflamasi kronis merupakan salah
satu jenis anemia yang paling sering ditemukan
pada pasien dengan inflamasi, infeksi, dan
trauma yang sifatnya kronis.
• Jenis penyakit yang dapat menyebabkan anemia
karena inflamasi kronis:
– Infeksi (TB, osteomyelitis, abses pulmoner,
pneumonia, endokarditis bakterial)
– Non-infeksi (rheumatoid arthritis, SLE, sarcoidosis,
Crohn’s disease)
– Keganasan (karsinoma, limfoma, dan sarkoma)
INVESTIGATION OF A HYPOCHROMIC
MICROCYTIC ANAEMIA
MCV  / MCH

BLOOD FILM

SERUM IRON

SERUM IRON  SERUM IRON N / SERUM IRON 

HAEMOGLOBIN FERRITIN LEVEL


MARROW FOR
STUDIES : Hb F/
IRON
HbA2

Ferritin  Ferritin N / 
THALASSAEMIA,
SIDEROBLASTIC
ABNORMAL
ANAEMIA
HAEMOGLOBIN
IRON ANAEMIA OF
DEFICIENCY CHRONIC DISORDER

Lewis SM, Bain BJ, Bates I. Dacie and Lewis practical haematology. 9th ed. London : Churchill Livingstone; 2001.p.582.
LABORATORY DIAGNOSIS OF A
HYPOCHROMIC ANAEMIA

Iron deficiency Chronic inflammatory


or malignancy
MCV Reduced in relation to Normal or mild
MCH severity of anaemia reduction
Serum iron Reduced Reduced

TIBC Raised Reduced

Serum transferrin Raised Normal/low


receptor
Serum ferritin Reduced Normal or raised

Bone marrow iron Absent Present


stores
Erythroblast iron Absent Absent

Hoffbrand AV, Moss PAH, Pettit JE. Essential haematology .5th ed. Oxford : Blackwell Publishing; 2006.p.39.
Pilihan Lain
A. Anemia aplastik  hitung sel darah selain
eritrosit berada dalam nilai normal
B. Anemia defisiensi besi  harusnya ferritin
menurun disertai penurunan serum besi, TIBC
meningkat
C. Anemia karena inflamasi kronis
D. Thalassemia beta  tidak ada pembesaran
organ, sklera tidak ikterik
E. Hipersplenisme  tidak ada pembesaran organ,
sklera tidak ikterik
• Jadi jawabannya adalah:

C. Anemia karena inflamasi kronis


112. B. MAT
• Keywords:
- Laki-laki, demam sejak 6 hari sebelum masuk
rumah sakit
- Suhu tubuh 39oC, sklera ikterik, nyeri
gastrocnemius

• Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan


diagnosis?
Leptospirosis
• Leptospirosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh
Leptospira.

Sumber: Harrison
Manifestasi Klinis
• Manifestasi klinis dari leptospirosis adalah:
– Sakit kepala
– Demam
– Ikterik
– Rigors
– Nyeri otot (betis)
– Mual dan muntah
– Diare
– Batuk
– Faringitis
– Konjungtivitis
– Nonpruritic skin rash

Sumber: Medscape
• Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan
untuk menegakkan leptospirosis:
– Kultur darah (dalam 7-14 hari setelah terpajan)
– Microscopic Agglutination Testing (MAT)

Sumber: Medscape
Tata Laksana Leptospirosis
Pilihan Lain
A. NS1  untuk menegakkan Dengue
B. MAT
C. Widal  untuk menegakkan Demam Typhoid
D.Biopsi betis  irrelevant
E. Swab konjungtiva  irrelevant
• Jadi jawabannya adalah:

B. MAT
113. A. Praziquantel 60 mg/kgBB
• Keywords:
- Tn. Betsheba, 33 tahun, nyeri perut sejak 1 bulan terakhir
- Demam dan diare berdarah
- Berenang di danau Lindu, Sulawesi, dan setelah berenang
muncul bercak merah yang gatal di kulitnya
- Dari PF ditemukan T 37,8 C dan hepatosplenomegali (+).

- Tatalaksana antiparasit yang tepat?


Skistosomiasis
• Disebabkan oleh
Schistosoma japonicum

• Manifestasi klinis:
– Akut (2-8 minggu post
infeksi): anorexia,
muntah, nyeri
abdomen, diare
(berdarah), demam,
rash, hepato-
splenomegali
– Kronik: fibrosis hepar,
hipertensi portal

Sumber: CDC
Diagnosis dan Pengobatan
• Diagnosis:
– Ditemukan telur di feses, biopsi jaringan
– Pemeriksaan imunologi:
• Circum oval Precitipitin Test
• ELISA

• Tatalaksana:
– Praziquantel 60 mg/kgBB

Sumber WHO
Pilihan Lain
A. Praziquantel 60 mg/kgBB
B. Pirantel pamoat 10 mg/kgBB  bukan DOC
C. Mebendazole 2x200 mg  bukan drug of
choice
D. Albendazole 400 mg SD  bukan drug of
choice
E. Albendazole 2x200 mg  bukan drug of
choice
• Jadi jawabannya adalah:

A. Praziquantel 60 mg/kgBB
114. C. Sepsis Neonatorum Awitan Lanjut

Keywords:
• By. Gremio, usia 4 hari kuning, merintih, letargi,
sianosis, RR 42x/menit, leukosit 1800/ul, suhu
35oC, GDS 45
• BB lahir 2500 gram, usia gestasi 36 minggu
• Ibu mengalami keputihan pada trimester akhir
kehamilan

• Diagnosis?
SEPSIS NEONATORUM

SEPSIS NEONATORUM: Tanda klinis – tanda awal tidak


• AWITAN DINI < 72 jam, faktor spesifik
risiko: • Gawat napas (90%)
• KPD >18 jam • Gejalan GI : diare, malas minum,
• Korioamnionitis muntah
• Asfiksia ante atau intra partum • Ikterus
• Ibu ISK • Suhu hiper atau hipo(lbh sering)
• prematur • Hipo/hiperglikemia
• Letargi
• AWITAN LAMBAT  SETELAH HARI • Ubun-ubun menonjol
KE-3:
• PREMATUR/BBLR • Hipotensi, syok, purpura, kejang 
• PERAWATAN DI RS DENGAN TANDA LANJUT
TINDAKAN INVASIF (Cont
pemasangan infus, OGT)
• Tidak diberi ASI PEMERIKSAAN LAB:
• Kontak dengan lingkungan • CRP
berisiko infeksi • PROKALSITONIN

TATA LAKSANA:
• AMPISILIN IV + GENTAMISIN IV
• Jadi jawabannya adalah:

C. Sepsis Neonatorum Awitan


Lanjut
115. C. Inkompatibilitas ABO
• By. Cleo, kuning sejak 1 hari yang lalu
• Bayi terlihat lemas dan pucat
• BAB normal
• Pemeriksaan lab didapatkan golongan darah bayi
A Rh- dan golongan darah ibu O Rh+. Bilirubin
terkonjugasi 1 mg/dL, bilirubin total 12 mg/dL

Diagnosis?
Inkompatibilitas ABO
• Golongan darah ibu dengan anak berbeda
(misalnya ibu O – anak A, B, atau AB)
• Ibu membentuk antibodi terhadap surface
antigen eritrosit bayi
• Biasanya gejala kuning sejak hari pertama
kelahiran
• Ikterik disebabkan oleh anemia hemolitik
(autoimun) sehingga disertai gejala pucat dan
pada kondisi yang berat dapat dijumpai
hepatosplenomegali
Pilihan Lain
• A. Breast milk jaundice  akibat komponen ASI yang
meningkatkan sirkulasi enterohepatik, biasanya >1 minggu pertama kelahiran

• B. Breastfeeding jaundice  akibat ASI sedikit, sehingga


motilitas usus berkurang dengan meningkatkan sirkulasi enterohepatik bilirubin,
biasanya pada minggu pertama kelahiran

• C. Inkompatibilitas ABO
• D. Atresia bilier  harusnya ada BAB dempul
jika ikterik sejak lahir (tipe embrional)
• E. Inkompatibilitas Rh  harusnya Ibu Rh
negatif dan anak Rh positif
• Jadi jawabannya adalah:

C. Inkompatibilitas ABO
116. D. Necator americanus
Keywords:
• An. Bobi usia 12 tahun nyeri perut, lemas dan
suka mengantuk di kelas
• Konjungtiva anemis, pitting edema +/+ di
ekstremitas, kadar Hb 7,1 g/dL dengan
eritrosit mikrositik hipokrom

Mikroorganisme yang mungkin menjadi


penyebab adalah…
Infeksi Cacing Tambang
Etiologi: Ancylostoma duodenale, Necator
americanus
Pilihan Lain
• A. Giardia lambdia  steatorrhea
• B. Ascaris lumbricoides  malnutrisi, jarang
sampai anemia
• C. Enterobius vermicularis  gatal perianal
• D. Necator americanus
• E. Trichuris thriciura  nyeri perut, bisa diare
berdarah
• Jadi jawabannya adalah:

D. Necator americanus
117. C. Memberi nutrisi dengan kalori
sesuai BB aktual
Keywords:
- Anak 6 bulan, BB 4.5 kg, PB 62 cm
- Tak nafsu makan, tak aktif, berat badan tak naik,
tampak kurus  kecurigaan ke arah gizi buruk tipe
marasmus
- Demam, diare, mual, muntah disangkal + PF umum
dalam batas normal tidak ada tanda infeksi dan
penyakit lainnya
- Turgor baik, GDS 100, suhu normal  stabil (wet,
warm, sweet)

Tatalaksana awal?
Pada pasien ini tidak ditemukan tanda-tanda hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, dan
gangguan elektrolit sehingga bisa langsung dimulai inisiasi feeding
Cara Memberi Nutrisi pada Fase Akut
Severe Undernutrition
• Pada fase inisiasi, refeeding harus perlahan
(sekitar 50% kebutuhan kalori seharusnya).
Mengapa? Untuk mencegah refeeding
syndrome

Sumber:
Buku ajar nutrisi pediatrik FKUI
Metode Pemberian Nutrisi Gizi Buruk
Fase inisiasi (F75, 0.75 kkal = 1 cc)
• 80-100 kkal/kg
Fase transisi (F100, 1 kkal = 1 cc)
• 100-150 kkal/kg
Fase rehabilitasi (F100 lanjutkan dan mulai
diganti dengan makanan pendamping ASI)
• 150-220 kkal/kg
Pilihan Lain

A. Membungkus tubuh dengan kain  cegah


hipotermia
B. Memberi oralit mencegah dehidrasi
C. Memberi nutrisi dengan kalori sesuai usia 
justru tidak boleh karena anak sedang di fase akut
 refeeding syndrome
D. Memberi larutan glukosa 10%  Mencegah
hipoglikemia
E. Mengirim pasien ke IGD  Memenuhi kriteria
rawat inap
• Jadi jawabannya adalah:

C. Memberi nutrisi dengan kalori


sesuai BB ideal
118. B. Glikazid
• Keywords:
- Laki-laki 60 tahun
- Penurunan kesadaran
- Diagnosis DM sejak 3 tahun lalu
- Sebelum pingsan pasien minum obat DM 
curiga hipoglikemia

• Obat DM yang paling mungkin menyebabkan


hipoglikemia?
Cara Kerja Obat Antidiabetes Oral

Sumber:
Guideline ICMR
Sumber:
Konsensus DM 2011
Sulfonilurea

Sumber:
Konsensus DM 2011
• Jadi jawabannya adalah:

B. Glikazid
119. A. Loading cairan NaCl 0,9%
• Keywords:
– Laki-laki 15 tahun
– Lemas dan sesak napas berulang
– Batuk, demam disangkal  bukan dari paru
– Mual, muntah, diare disangkal  bukan dari GI
– Penurunan BB, mulut berbau seperti buah (fruity odor)
– Tanda vital: napas cepat dan Kussmaul, mata cekung,
turgor kulit menurun
– DPL dalam batas normal  bukan anemia

• Diagnosis, tatalaksana?
KAD vs HONK

PERKENI 2011
DM tipe 1 vs DM tipe 2
DM tipe 1 DM tipe 2

• Mudah terjadi KAD • Tidak Mudah terjadi KAD


• Pengobatan: harus insulin • Pengobatan: tidak harus insulin
• Onset akut • Onset lambat
• Biasanya kurus • Bisa gemuk atau tidak
• Biasanya pada umur muda • Biasanya > 45 tahun
• Berhubungan dengan HLA-DR3 & • Tak berhubungan dengan HLA
DR4 • Tidak didapatkan ICA
• Didapatkan islet cell antibody • Riwayat keluarga diabetes (+)
(ICA) pada 30%
• Riwayat keluarga diabetes (+) • Hampir 100% kembar identik
pada 10% terkena
• 30-50% kembar identik terkena • C-peptide negatif
• C-peptide positif
PERKENI 2011
Tatalaksana KAD

PERKENI 2011
Pilihan Lain
• A. Loading cairan NaCl 0,9%
• B. Pemberian insulin  mulai jam ke-2 karena
harus atasi dehidrasi intrasel dahulu pada KAD
• C. Pemberian kalium dalam infus NaCl 0,9% 
tidak harus langsung diberikan, disesuaikan
dengan kadar kalium darah
• D. Pemberian natrium bikarbonat  tidak harus
langsung diberikan, disesuaikan dengan kadar
bikarbonat darah
• E. Nebulisasi  bukan kasus paru
• Jadi jawabannya adalah:

A. Loading cairan NaCl 0,9%


120. E. Struma Nodosa Nontoksik
Keywords:
• Benjolan di leher kiri, ikut bergerak saat menelan 
khas tiroid
• Tidak mengganggu pernapasan dan menelan  belum
menekan trakea dan esofagus
• Dada berdebar, mata menonjol, tak tahan cuaca dingin,
dan banyak berkeringat disangkal  tanda toksik (-)
• PF: Benjolan diameter 3 cm di colli anterior sinistra
dengan karakteristik kenyal, mobile, dan nyeri tekan (-).

• Diagnosis?
Benjolan di Leher: Tiroid atau KGB?
Tiroid KGB
• Bergerak saat menelan • Tidak bergerak saat
• Auskultasi: Bruit (+) menelan
• Auskultasi: bruit (-)
Struma: Perbesaran tiroid
• Jadi jawabannya adalah:

E. Struma Nodosa Nontoksik


121. A. Cushing syndrome
Keywords:
– Wanita (27 tahun) wajah tampak bundar dan ditumbuhi
rambut, menstruasi tidak normal sejak 4 bulan yang lalu.
– Terdapat gangguan mood dan gangguan tidur.
– Terdapat riwayat minum jamu-jamuan
– Hasil PF: TD 140/110, HR 90. Pemeriksaan fisik lain dalam batas
normal.
– Lab: Tidak ada penekanan kadar kortisol.

• Diagnosis yang tepat: Sindrom Cushing


• Kelainan hormon apa yang akan ditemukan pada pasien
ini?
ACTH menurun
Endocrinol Metab Clin N Am. 34 (2005) 371–384
Hiperkortisolism
• Hiperkortisol: keadaan dimana kortisol dalam
darah terlalu tinggi
• Cushing syndrome: hypercortisolism oleh sebab
apapun.
– Sentral
• adenoma pituitari
– Perifer:
• adrenal hiperseksresi kortisol
• ektopik ACTH
• Konsumsi prednison/dexamethasone berlebihan

• Cushing disease: hypercortisolism sentral


(adenoma pituitari)
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan low-dose dexamethasone
suppression test:
– Supresi (+): bukan cushing sindrom
– Supresi (-): cushing sindrom (+)

• High-dose dexamethasone suppression test


(untuk tahu di sentral/perifer):
– Supresi (+): sentral (cushing disease)
– Supresi (-): perifer (ektopik ACTH, primary adrenal
tumor)
Sumber: emedicine/medscape
Pilihan Lain
• A. Cushing syndrome  ada riwayat minum
jamu-jamuan, kemungkinan steroid eksogen
• B. Cushing disease  kesalahan di sentral
(hipofisis) yang memproduksi ACTH berlebih
• C. Penyakit Addison  hipokortisolism, gejala
berkebalikan
• D. Sindrom ACTH ektopik  tidak ada tanda2
tumor di soal
• E. Adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH 
Cushing disease
• Jadi jawabannya adalah:

A. Cushing Syndrome
122. E. Menghambat hipoxanthin
menjadi xanthin
Keywords:
• Tn. Luca, 54 tahun, nyeri dan bengkak pada
jempol kaki
• Kadar asam urat 10 mg/dL
• Pasien belum pernah minum obat asam urat
sebelumnya

Mekanisme kerja obat yang diberikan untuk


menurunkan kadar asam urat setelah serangan
gout mereda adalah…
Sumber: American Academy of Rheumatology
Pilihan Lain
• A. Menghambat selektif enzim
siklooksigenase-2  celecoxib
• B. Memicu perubahan asam urat menjadi
alantoin  rasburicase
• C. Menghambat motilitas dan aktivitas
neutrofil  kolkisin
• D. Menghambat purin menjadi hipoxanthin 
bukan obat apapun
• E. Menghambat hipoxanthin menjadi xanthin
• Jadi jawabannya adalah:

E. Menghambat hipoxanthin
menjadi xanthin
123. B. Pengangkatan Kelenjar Paratiroid

Keywords:
• Ny. Lindsay, 36 tahun, baru saja menjalani
operasi pengangkatan kelenjar tiroid
• Saat ini pasien mengeluhkan bicara lambat,
bradikardia, Chovstek sign (+).

Apa yang mendasari keluhan tersebut?


Hipoparatiroid
Gejala  Pemeriksaan Fisik:
hipokalsemia: • Muscle cramps
• Chvostek sign: Facial
• Paresthesia twitching, especially
• Mood around the mouth, is
induced by gently tapping
swing/irritable the ipsilateral facial nerve
as it courses just anterior
• Kejang to the ear.
• Serak • Trousseau sign: Carpal
spasm is induced by
• Bicara lambat inflating a blood pressure
(slurred speech) cuff around the arm to a
pressure 20 mm Hg above
• Kaku otot obliteration of the radial
pulse for 3-5 minutes.
• Bronkospasme
Pilihan Lain
• A. Pengangkatan kelenjar tiroid  gejala
hipotiroid tidak ada pada pasien
• B. Pengangkatan kelenjar paratiroid
• C. Pengangkatan KGB sekitar kelenjar tiroid 
jarang menyebabkan gejala
• D. Infeksi nosokomial intraoperative  tidak
ada tanda-tanda infeksi
• E. Trauma pada n. laringeus superior  tidak
serak
• Jadi jawabannya adalah:

B. Pengangkatan Kelenjar
Paratiroid
124. D. Botulisme
• Keyword
– Perempuan 30 tahun, lumpuh mendadak 1 hari
– mual, muntah dan mulut kering.
– Dirasakan setelah sebelumnya pasien menyantap
makanan kaleng
– Paralysis descending
– PF: afebris, bising usus melemah, dan reflex
fisiologis menurun

• Diagnosis?
Botulisme
• Gangguan neurologis akut  neuroparalisis
akibat neurotoxin Clostridium botulinum.
• 3 tipe
– infant botulism (IB)  madu
– foodborne botulism (FBB)  makanan kaleng
– wound botulism (WB)  luka
• > 90% punya 3-5 gejala berikut: • Sistem saraf otonom:
– Nausea – Ileus paralitik
– Vomiting – Dilatasi gaster
– Dysphagia – Distensi kandung kencing
– Diplopia – Hipotensi orthostatik
– Dilated/fixed pupils – Penurunan salivasi
– Mulut kering – Penurunan lakrimasi
• Perjalanan penyakit: • Gejala lain:
– Gejala nonspesifik: nausea, – Deep tendon reflexes: positif
vomitus, nyeri perut, malaise, atau berkurang
pusing, mulut kering, nyeri
– Inkoordinasi tubuh
tenggorok
– Pemeriksaan sensorik dan gait
– Paralisis n.kranial: penglihatan
normal
buram, diplopia, ptosis,
fixed/dilated pupils, dysarthria, – Mental status examination
dysphagia, penurunan gag reflex normal
– Symmetrical descending
paralysis
– Respiratory muscle weakness:
ringan  berat http://emedicine.medscape.com/article/21331
1-overview#a0101
GBS
Patogenesis
Demielinasi serabut saraf perifer
akibat proses autoimun

Tatalaksana :
plasmafaresis atau IVIG

emedicine
Myasthenia Gravis
• Patogenesis:
Autoantibodi terhadap reseptor asetilkolin di neuromuscular junction otot rangka
• Klinis:
– Kelemahan otot yang dimulai dari palpebra (ptosis), menyebar ke wajah, lengan,
badan, dan akhirnya tungkai (atas ke bawah)
– Kelemahan bertambah berat dengan aktivitas, membaik dengan istirahat
– Pemeriksaan: tes wartenberg
• Lab: tes antibodi anti-reseptor asetilkolin
• Tata laksana:
– Inhibitor cholinesterase (co. pyridostigmine)
– Kortikosteroid

Sumber: medscape
Poliomielitis
• Infeksi virus polio (fekal-oral) yang
menghancurkan sel neuron di kornu anterior
medula spinalis
• Klinis: demam yang diikuti oleh kelemahan otot
akut yang berat, umumnya asimetris
• Tata laksana: Tidak ada tata laksana definitif. Yang
penting adalah pencegahan (vaksinasi).

Sumber :
www.emedicine.Medscape.com
Tetanus – Patogenesis, Patofisiologi
• Spasme:
– Otot napas & laring:
asfiksia & sianosis
– Otot uretral: retensio
urin
– M.mastikatoris: trismus
– M.erector trunki: kuduk
kaku, opistotonus
– M.rectus abdominis:
o perut papan
– M.fasialis: risus
sardonikus
– Ekstremitas inferior:
ekstensi, lengan kaku,
tangan mengepal

Sumber : www.cdc.gov
• Jadi jawabannya adalah:

E. Botulisme
125. D. USG-guided FNAB
Keywords:
• Nn. Shanaz, 30 tahun, benjolan di leher kiri sejak 3
bulan lalu
• Serak sejak 3 hari lalu dan sulit menelan
• Benjolan ikut bergerak saat menelan
• Keluhan dada berdebar, mata menonjol, tak tahan
cuaca dingin, dan banyak berkeringat disangkal
• Benjolan berdiameter 6 cm di colli anterior sinistra
keras, immobile, dan nyeri tekan (-)

Pemeriksaan penunjang?
Nodul tiroid tanpa gejala
harus dicurigai cancer
sebelum dibuktikan
sebaliknya
• Jadi jawabannya adalah:

D. USG-guided FNAB
126. D. Uji tempel
Keywords
• Wanita, gatal pada daun telinga sejak 3 hari
yang lalu
• Diawali saat memakai anting-anting baru
• PF: bercak erimatosa, krusta, papul, dan
eksudat

• Apa pemeriksaan penunjang yang tepat?


Dermatitis Kontak
Iritan Alergi
Dermatitis yang disebabkan oleh
Dermatitis yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel
bahan/substansi yang menempel
pada kulit, kemudian
pada kulit, kemudian
menimbulkan reaksi
menimbulkan reaksi imunologik
nonimunologik (tanpa
(melalui fase sensitisasi)
sensitisasi)

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


DKI Vs. DKA
DK Alergik DK Iritan
Penyebab Bahan-bahan sehari-hari Bahan-bahan iritan
Patofisiologi Reaksi hipersensitivitas tipe IV Iritasi langsung
Onset Setelah paparan kedua; akut Setelah terpapar kronik
Siapa yang terkena Penderita alergi Semua orang
Tampilan klinis Nyeri dan gatal; umumnya eritema, Gatal; umumnya likenifikasi
vesikel, dan bula dan fisura
Batas Tegas Tidak tegas
Uji tempel (patch test) Reaksi crescendo Reaksi decrescendo

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

D. Uji Tempel Kulit (Patch Test)


127. D. Merupakan penyakit akibat gangguan fungsi
taut intradermal

Keywords
• Wanita, 29 tahun
• Makula putih, tanpa keluhan
• Riwayat penyakit sistemik ada (anemia
pernisiosa).

• Informasi yang tidak tepat terkait dugaan


diagnosis pasien ini adalah…
Vitiligo
• Penyakit kronik progresif
• Berupa makula berbatas tegas, biasanya
multipel
• Terkait autoimun (anemia pernisiosa, tiroiditis,
DM, SLE) – namun dapat tanpa gejala penyakit
autoimun lainnya
– Pemeriksaan serologi autoimun menjadi penting
Tatalaksana Vitiligo
• Psolaren
• PUVA (terapi cahaya ultraviolet)
• Wajib menggunakan tabir surya (sunscreen)
• Berdasarkan pembahasan diatas, pernyataan
yang tidak tepat adalah

D. Merupakan penyakit akibat


gangguan fungsi taut intradermal
128. E. Rifampisin 600 mg/bulan, dapson 100 mg/hari,
klofazimin 300 mg (hari ke1), 50 mg/hari (hari ke2-28)
selama 12 bulan
Keywords
• Wanita, 28 tahun
• bercak merah di wajah dan lengan sejak 1 tahun yang lalu
• tidak terasa gatal dan terasa lebih tebal
• PF : didapatkan patch eritematosa batas tegas dengan skuama tipis
di atas sebanyak 6 buah
• Tes sensibilitas: hipoanestesi pada lesi
• Pemeriksaan saraf: pembesaran nervus auricularis magnus dextra
dan nervus ulnaris dextra
• Ditemukan BTA (+)

• Diagnosis: MH multibasiler
• Apakah terapi pada pasien ini?
Morbus hansen
Pausibasiler Multibasiler
1-5 lesi >5 lesi
Distribusi tak simetris Distribusi lebih simetris
Hilangnya sensasi jelas Hilangnya sensasi kurang jelas
Kerusakan saraf: satu cabang Kerusakan saraf: banyak cabang

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Terapi Morbus hansen
PB dengan lesi tunggal
Rifampisin 600 mg + Ofloksasin 400 mg dan Minosiklin 100
mg (ROM) dosis tunggal

PB dengan lesi 2-5


Rifampisin 600 mg/bulan + Dapsone 100 mg/hari selama 6
bulan

Multibasiler lesi >5


Rifampisin 600 mg/bulan + Dapsone 100 mg/hari +
klofazimin 300 mg (hari ke1 tiap bulan), 50 mg (hari ke 2-28
tiap bulan) selama 12 bulan
• Berdasarkan pembahasan diatas, pengobatan
yang harus diberikan pada pasien ini adalah

E. Rifampisin 600 mg/bulan + Dapsone 100 mg/hari + klofazimin


300 mg (hari ke1 tiap bulan), 50 mg (hari ke 2-28 tiap bulan)
selama 12 bulan
129. A. Dermatitis seboroik
Keywords
• Wanita, 22 tahun, ketombe di kepala yang terasa gatal
sejak 2 hari yang lalu
• bisul bisul kecil dan nyeri
• Kerudung yang jarang di ganti dan sering ganti sampo
• Pemeriksaan dermatologikus didapatkan papul eritem,
pustul di belakang kepala dan skuama kekuningan di
sekitarnya

• Diagnosis yang tepat adalah


Dermatitis seboroik
• Eritema dan skuama berminyak, agak
kekuningan, batasnya agak kurang
tegas
• Tatalaksana: Kortikosteroid topikal,
shampoo antifungal
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

A. Dermatitis seboroik
130. E. Ektima
Keywords
• Anak, 11 tahun, mengeluh adanya luka-luka di
kakinya
• sering bermain sepak bola tanpa alas kaki
• PF: ulkus dangkal multipel punched out, tertutup
krusta, melekat erat dengan kulit dan sulit
dilepaskan

• Diagnosis yang tepat adalah


Ektima
• Predileksi : ekstremitas
• Ulkus dangkal multipel
punch out, tertutup krusta
• Terapi: wound
toilet+antibiotik

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

E. Ektima
131. B. Paederus fuscipes

Keywords
• Laki-laki, 20 tahun
• keluhan muncul gelembung cair di lipat siku
yang terasa panas
• Riwayat kontak dengan serangga

Apakah kemungkinan serangga penyebabnya?


• Paederus fuscipes (sering dikenal “ tomcat”)
Gejala klinis gigitan serangga Paederus fuscipes (dermatitis paederus)
• Sensasi tersengat atau terbakar
• Riwayat kontak dengan serangga (kontak terjadi pada malam hari)
• Plak eritema, tersusun linier kemudian muncul vesikel berubah
menjadi pustul di daerah sentral
• Khas: kissing lesion pada daerah lipatan
• Lesi pada mata terjadi karena mengusap mata dengan tangan yg
terkontaminasi
• Gejala: edema, konjungtivitis, lakrimasi disebut Nairobi eyes
• Self limiting , tatalaksana utama bersifat suportif (antipruritus)
• Berdasarkan pembahasan diatas,
kemungkinan serangga penyebabnya adalah

B. Paederus fuscipes
132. B. Folikulitis
Keywords
• Anak, 14 tahun
• keluhan bisul kecil di kepala sejak 2 hari yang lalu
• Bila benjolan pecah, akan keluar nanah dan nyeri
• lesi pustuloeritematosa dan terdapat rambut di
bagian tengah lesi

• Diagnosis yang tepat adalah


Folikulitis
• lesi pustuloeritema,
terdapat rambut di
bagian tengah lesi
• Folikulitis merupakan
infeksi folikel rambut oleh
S.aureus
• Tatalaksana: antibiotik
oral atau topikal
(antibiotik topikal
misalnya: bacitracin)

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Furunkel: Infeksi folikel rambut
dan jaringan sekitarnya. Berupa Furunkel

nodus berbentuk kerucut dengan


pustul di tengahnya.

• Karbunkel: beberapa furunkel


bergabung menjadi satu
• Furunkulosis: beberapa Karbunkel

furunkel yang terpisah

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Erisipelas: infeksi jaringan
subkutis berupa eritema berbatas Erysipelas
tegas, warna merah cerah

Selulitis: infeksi jaringan subkutis


Cellulitis
berupa eritema dengan batas tidak
tegas

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

B. Folikulitis
133. A. Menghasilkan asam yang
merusak melanosit
Keywords
• Wanita, 25 tahun
• timbul bercak-bercak di bahu dan lengan atas,
terasa gatal terutama saat berkeringat
• PF: makula hipopigmentasi dengan skuama halus
diatasnya
• Diagnosis: Tinea versikolor (Malasezzia spp, atau
Pityrosporum spp.)
• Hasil yang dapat ditemukan adalah
Pitiriasis versikolor
• Disebabkan oleh Malasezia furfur
• Berupa bercak berskuama halus berwarna putih
sampai coklat hitam terutama meliputi badan dengan
skuama halus.
• Pemeriksaan lampu wood berwarna kuning keemasan
• Kerokan kulit dengan KOH 20% terlihat campuran hifa
pendek dan spora bulat berkelompok (spageti and
meatball appearance)
• Pengobatan: suspensi selenium sulfida (selsun) dipakai
sebagai shampo 2-3 kali seminggu dan derivat azol

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Pilihan lain
B. Bukan dermatofita sejati
C. Genus Malasezzia
D. Tidak memiliki kapsul
E. Gambaran khas seharusnya hifa pendek
dengan spora bulat berkelompok
hifa pendek dan spora bulat berkelompok

Pseudohifa dengan blastospora


• Berdasarkan pembahasan diatas, karakteristik
yang tepat adalah…

A. Menghasilkan asam yang merusak


melanosit
134. B. Sarcoptes scabei
Keywords
• Anak, 9 tahun
• gatal-gatal terutama malam hari
• di sela jari, bokong, dan punggung
• teman sekelas pasien juga mengeluhkan hal yang
sama
• PF: papul, dengan terowongan

• Diagnosis: skabies
• Apa penyebab penyakit pasien?
Skabies
• Gudik, budukan, gatal agogo
• Infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei
• Gejala klinis  2 dari 4 tanda kardinal:
– Pruritus nocturna
– Menyerang kelompok
– Ditemukan terowongan
– Ditemukan tungau
• Pemeriksaan penunjang:
– Congkel papul di ujung terowongan  taruh di kaca objek
 lihat dengan mikroskop
– Menyikat kulit  tamping di kertas putih  lihat dengan kaca pembesar
– Biopsi irisan  lihat dengan mikroskop
– Biopsi eksisional  periksa dengan pewarnaan HE

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Tatalaksana Skabies
– Sulfur presipitatum 10%: dioleskan 3x24 jam; tidak efektif
untuk stadium telur sehingga harus digunakan >3 hari
– Emulsi benzil benzoas 20%: efektif untuk semua stadium,
diberikan malam hari selama 3 hari; sulit ditemukan
– Gameksan 1%: efektif untuk semua stadium, dihindari
untuk anak <6 tahun dan wanita hamil, efek neurotoksik
dan teratogenik
– Permetrin 5% (dapat membunuh seluruh stadium
tungau), dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam
kemudian dicuci bersih. Bila belum sembuh, diulang 1
minggu kemudian. Kontraindikasi: anak kurang dr 2 bulan
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Pilihan lain
A. Enterobius vermicularis : menyebabkan diare
C. Ancylostoma braziliense : menyebabkan
cutaneus larva migrans (creeping eruption)
D. Pedikulosis: di pubis, kapitis (kutu)
E. Dermatophyta : jamur penyebab tinea
• Berdasarkan pembahasan diatas, etiologi
penyakit pasien adalah

B. Sarcoptes scabei
135. C. Akne derajat ringan tipe
komedonal
Keywords
• Wanita, 17 tahun, timbul komedo berwarna
putih dan hitam pada wajahnya
• Pada pemeriksaan ditemukan jumlah komedo
< 20, tidak ada lesi inflamasi  akne vulgaris
derajat ringan

• Diagnosis pasien ini adalah?


•Mild acne: • Diagnosis pasien ini
– <20 comedones adalah akne derajat
– <15 inflammatory lesions ringan tipe komedonal
• terapi : retinoid topikal
– Or, total lesion count <30
•Moderate acne:
– 20-100 comedones
– 15-50 inflammatory lesions
– or, total lesion count 30-125
•Severe acne:
– >5 cysts
– Total comedo count >100
– Total inflammatory count >50
– Or total lesion count >125
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Akne Vulgaris – Patogenesis
Akne Vulgaris – Tatalaksana
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

C. Akne derajat ringan tipe komedonal


136. B. Asiklovir 5 x 800 mg 7-10 hari
Keywords
• Laki-laki, 30 tahun
• muncul bintik kemerahan pada wajah kanan
(unilateral) + nyeri sejak 3 hari yang lalu
• disertai demam
• saat usia 10 tahun pernah terkena cacar air

• Diagnosis: herpes zooster


• Apakah tatalaksana yang tepat pada pasien ini?
Herpes Zoster
• Infeksi virus varicela zoster yang
menyerang kulit dan mukosa
• Reaktivasi virus yang terjadi
setelah penderita mendapat
varisela
• Sebelum timbul gejala kulit,
timbul gejala prodormal.
• Lokasi unilateral dan dermatomal
• Penunjang: Tzanck test  sel datia berinti banyak
• Tatalaksana: asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari atau valasiklovir
3x1000 mg
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
• Berdasarkan pembahasan diatas, terapi yang
tepat untuk pasien ini adalah

B. Asiklovir 5 x 800 mg 7-10 hari


137. B. Hemangioma
Keywords
• Bayi, usia 1 minggu
• bercak berwarna merah terang di dahi semenjak lahir
• Bercak agak meninggi, berukuran 2 cm, berbentuk
lobular, berbatas tegas, dan lunak pada perabaan
• Riwayat trauma saat lahir disangkal

• Diagnosis yang paling mungkin pada bayi tersebut


adalah
Hemangioma
• tumor jinak pembuluh darah yang terdiri
dari prolifelasi sel- sel endotel, yang dapat
terjadi pada kulit membrana mukosa, dan
organ-organ lain.
• Secara histopatologis dapat dibedakan
menjadi hemangioma kapiler, hemangioma
kavernosa dan campuran.
• Hermangioma kapiler terdiri dari
pembuluh darah kecil dan superfisial, lunak
serta hilang pada penekanan.Termasuk
dalam kategori ini adalah nevus flameus,
hemangioma strawberi
• hemangioma kavernosa mengenai
pembuluh darah yang lebih besar dan lebih
dalam, serta warnanya lebih gelap
dibandingkan hemangioma kapilaris

Hurwitz. S, Vascular Disorders of Inlancy and Childhood, In Clinical Pediatric Dermatology ed WB Sauderns Company, Philadelphia, 1993: 242- 272.
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

B. Hemangioma
138. A. Ancylostoma braziliense
Keywords
• Laki-laki, 24 tahun
• bentol kemerahan pada bokong dan paha kiri disertai gatal
sejak 1 minggu lalu
• berbentuk seperti garis yang berkelok-kelok
• sehabis berjemur di pantai tanpa memakai baju dan tanpa
pengalas
• PF: papul eritema, linier, serpiginosa, gambaran folikulitis
berupa papul-papul eritem

• Diagnosis: Cutaneous larva migrans (creeping eruption)


• Apa kemungkinan penyebab dari keluhan pasien ini ?
Cutaneous larva migrans
(creeping eruption)
• Etiologi (tersering): ancylostoma braziliense
• Gejala klinis: masuknya larva disertai rasa gatal dan panas.
Muncul papul, lalu lesi linier atau berkelok-kelok, kemerahan.
Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari.
• Pengobatan: thiabendazole 50 mg/kgBB/hari,sehari 2 kali,
selama 2 hari
• Obat lain: albendazol, 400 mg sehari, diberikan 3 hari
berturut-turut

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Berdasarkan pembahasan diatas,
kemungkinan etiologi kasus pada pasien
adalah

A. Ancylostoma braziliense
139. D. Urtikaria
Keywords
• Anak, 5 tahun
• bentol-bentol seperti pulau-pulau yang berwarna
lebih pucat di tengah
• di tangan dan badan dan terasa gatal
• muncul pada malam hari dan menghilang pagi
harinya

• Apakah kemungkinan diagnosisnya?


Urtikaria
• Reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam
sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat
yang cepat timbul dan hilang perlahan, berwarna
pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit,
sekitarnya dikelilingi halo.
• Pada kasus ini kemungkinan merupakan cold urtikaria
(karena udara dingin di malam hari)  pemeriksaan
untuk menegakkan diagnosis menggunakan ice tube
test
• Tatalaksana: antihistamin H-1 generasi 2
Ice cube test

• Untuk mendiagnosis
urtikaria akibat dingin
• Es batu ditempel di kulit
lengan bawah selama 1-5
menit
• Hasil (+) jika muncul
edema pada area yang
distimulasi dingin
Angioedema
• Bentuk lebih berat dari urtikaria
adalah angioedema
(patofisiologinya sama)
• Pada angioedema, terjadi edema di
dalam jaringan subkutis akibat
kebocoran vaskular
• Tampilan klinis: Edema berbatas
tegas yang tidak eritema dan tidak
gatal. Biasanya menyerang wajah
dan bibir, tapi bisa juga menyerang
saluran GI dan laring
(kegawatdaruratan).
• Tatalaksana:
– Ringan: antihistamin generasi 2
– Sedang: difenhidramin IV +
kortikosteroid
– Berat: epinefrin Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Prurigo
• Erupsi papular kronik dan
rekurens
• Lesi biasanya muncul dalam
kelompok-kelompok
• Likenifikasi muncul sebagai
bentuk kronik
• Tatalaksana : obat untuk
mengurangi gatal, baik
sistemik maupun topikal

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

D. Urtikaria
140. A. Eritromisin
Keywords
• Wanita, 45 tahun, bercak kemerahan bersisik
pada lipat paha
• lampu wood: fluoresensi warna coral red

• Diagnosis: eritrasma
• Terapi yang tepat untuk diagnosis kasus
tersebut adalah
Eritrasma
• Penyakit bakteri kronik pada stratum korneum
• Disebabkan oleh Corynebacterium minitussismum
• Gejala: lesi eritroskuamosa, skuama halus terlihat
merah kecoklatan.
• Predileks: ketiak dan lipat paha
• Lampu Wood: efloresensi merah membara (coral red)
• Pengobatan: eritromisin 1 gram sehari (4 x 250mg)
untuk 2-3 minggu, obat topikal misalnya salep
tetrasiklin 3%

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Berdasarkan pembahasan diatas, terapi pasien
ini adalah

A. Eritromisin
141. B. Fraktur os.scaphoid sinistra
Keywords
• Wanita18 tahun
• pergelangan tangan kirinya sakit sejak 3 jam yang lalu,
• kemerahan dan sulit digerakkan dan diekstensikan
• PF pergelangan tangan kiri sisi radial didapatkan
edema, eritema, dan krepitasi
• Foto rontgen wrist PA, didapatkan gambaran berikut:

• Apakah diagnosis yang tepat?


Scaphoid fractures usually
a
A scaphoid fracture is usually caused by
cause pain and
fall on an outstretched swelling at the
hand, with the weight landing on the base of the thumb.
palm. The end of one of the forearm bones
The pain may be severe when
(the radius) may also break in this type of
you move your thumb or wrist,
fall, depending on the position of the hand
or when you try to grip
on landing.
something.
Fractures of the scaphoid occur in people
Unless your wrist is deformed,
of all ages, including children. The injury
it might not be obvious that the
often happens during sports activities or a
scaphoid bone is broken. In
motor vehicle accident. Men aged 20 to 30
some cases, the pain is not
years are most likely to experience this
severe, and may be mistaken
injury.
for a sprain.
There are no specific risks or diseases that
Any pain in the wrist that does
increase the chance of having a scaphoid
not go away within a day of an
fracture. Some studies have shown that
injury may be a sign of a
use of wrist guards during activities like
fracture. A simple "sprained"
inline skating and snowboarding can
wrist is very rare and it is
decrease the chance of breaking a bone
important to see a doctor if pain
around the wrist.
persists.
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00012
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien adalah

B. Fraktur os.scaphoid sinistra


142. A. Fraktur mandibula
Keywords
• Laki-laki, 20 tahun
• setelah KLL
• rahang bawah bengkak dan tidak dapat membuka
mulut
• kesan rahang bawah unstable dan maloklusi

• Kemungkinan kelainan pada pasien ini adalah?


Fraktur mandibula
• Dislokasi, berupa perubahan posisi rahang yg menyebabkan
maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan rahang
atas
• Pergerakan rahang yang abnormal
• Rasa sakit pada saat rahang digerakkan
• Pembengkakan pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan
lokasi fraktur
• Krepitasi
• Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan
daerah sekitar fraktur.
• Disability, terjadi gangguan fungsional berupa penyempitan
pembukaan mulut
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

A. Fraktur mandibula
143. A. Non-union
Keywords
• Wanita,35 tahun
• gerakan yang aneh saat berjalan di bagian betis
kanan, tanpa disertai nyeri
• Riwayat patah tulang 1 tahun yang lalu
• Foto rontgen cruris dekstra diperoleh gambaran
pseudoarthrosis

• Apakah yang paling mungkin terjadi pada tulang


yang pernah mengalami fraktur tersebut?
Penyembuhan abnormal pada fraktur
• Malunion: keadaan dimana fraktur menyembuh
pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang
terbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi.
• Delayed union: fraktur yang tidak sembuh setelah
selang waktu 3 -5 bulan (3 bulan untuk anggota
gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak
bawah.
• Nonunion:fraktur tidak menyembuh antara 6 – 8
bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga
didapat pseudoarthrosis (sendi palsu)
• Berdasarkan pembahasan diatas, yang paling
mungkin terjadi pada pasien adalah

A. Non-union
144. B. Collar neck + jaw thrust
Keywords
• Laki-laki, 50 tahun
• Tidak sadar, cedera kepala berat, GCS E2M2V3
• Terdengar suara ngorok
• Terdapat jejas di kepala dan leher
• TD 90/70 mmHg, Nadi 120x/menit, RR 28x/menit, suhu
37 C

• Tindakan awal yang perlu dilakukan pada pasien


adalah
Primary survey trauma (ATLS)

• A : Secure airway and C-Spine protection 


dengan pemasangan collar neck
• B : Breathing  pertahankan jalan napas
dengan jaw thrust (curiga cedera servikal)
• C : Circulation and hemorrhage control
• D : Disability
• E : Exposure
• Berdasarkan pembahasan diatas, tindakan
awal yang perlu dilakukan pada pasien adalah

B. Collar neck + jaw thrust


145. A. Osteogenesis imperfecta
Keywords
• Bayi, usia 5 bulan
• bentuk lengan dan kaki yang berbeda
• PF: tanda vital normal, sklera kebiruan
• Pemeriksaan rontgen didapatkan beberapa
garis fraktur

• Apa kemungkinan diagnosis pasien ini?


Osteogenesis imperfecta
• “Brittle Bone Disease” Symptoms:
• Genetically acquired • Malformed Bones
disease • Short, small body
• Inadequate bone • Loose joints
development • Blue-ish tone in the
• Very rare: 1 in 20,000 whites of the eyes
people • Curved spine
• Weak teeth
• Breathing problems
• Hearing Loss
• Stunted growth

https://summerexperiences.wustl.edu
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

A. Osteogenesis imperfecta
146. A. Drop foot
147. C. N.peroneus komunis
Keywords
• Laki-laki, 27 tahun
• Kelemahan pada telapak kaki kanan sejak mengalami
kecelakaan motor 3 bulan lalu
• Telapak kaki pasien tidak bisa menapak di lantai
• Pergelangan kaki kanan tidak dapat melakukan dorsi
fleksi maupun eversi

• Kelainan yang dialami pasien adalah…


• Saraf yang mengalami kerusakan pada kasus di atas
adalah…
http://www.medicalexhibits.com/medical_exhibits.php?exhibit=07030_01X
http://www.footpainreliefstore.com/library/73679.htm
• Berdasarkan pembahasan diatas, kelainan
yang dialami pasien ini adalah

A. Drop foot

• Saraf yang mengalami kerusakan adalah

C. N.peroneus komunis
148. D. Podagra

Keywords
• Wanita, 32 tahun
• Keluhan nyeri, bengkak, dan merah pada ibu jari kaki
kanan selama 3 hari
• Riwayat hipertensi sejak 4 tahun lalu dan gout arthritis
• Sejak 1 minggu lalu pasien mengonsumsi diuretik
sebagai obat anti hipertensi

• Diagnosis: gout artritis


• Kondisi pembengkakan: PODAGRA
(pembengkakan/peradangan pada ibu jari)
Arthritis gout akut
Faktor pencetus Pemeriksaan penunjang
• Trauma lokal • Aspirasi cairan sendi:
• Diet tinggi purin – menemukan kristal urat 
membedakan gout atau
• Kelelahan fisik pseudogout
• Stres – Sensitivitas 84%, spesifitas
• Tindakan operasi 100%

• Pemakaian obat diuretik,


seperti loop diuretik

Tehupeiory ES. Artritis pirai (artritis gout). Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
Jawaban lain
Serum asam urat Pemeriksaan asam urat urin
• The most misused test in UA • Untuk mengecek perlu atau
diagnosis tidaknya pemberian terapi
urikosurik
• 15% pasien dengan
serangan akut memiliki • Jika >800mg/24 jam
overproduce/overexcreted
asam urat serum normal.  indikasi pemberian
• Pasien dengan asam urat allopurinol
tinggi (hiperurisemia) belum • Jika >1100/24 jam harus
tentu berkembang menjadi monirot fungsi gijal secara
gout. ketat (risiko batu dan
nefropati urat)

Gout and pseudogout. Diunduh dari: www.emedicine.com


• Istilah pembengkakan tersebut merujuk ke
jawaban:

D. Podagra
149. A. Neonatus Aterm/BMK +
Paralisis Erb
Keywords
• Bayi, usia 3 hari
• keluhan kelemahan lengan sebelah kanan
• Bayi lahir secara spontan, presentasi belakang kepala,
ditolong bidan, usia kehamilan 40 minggu, BBL 4300
gram, didapatkan kesulitan saat lahir
• PF: lengan atas kanan adduksi dan endorotasi, lengan
bawah kanan ekstensi dan pronasi
• Refleksi Moro asimetris, refleks genggam (+)

• Apakah diagnosis pasien ini?


Cedera Pleksus Brakialis
• Paralisis Erb
“ Waiter tips hand”
Paralisis Erb
Refleks genggam (+)

• Paralisis Klumpke
“Clawing Hand”
Refleks genggam (-)

• Paralisis Total
Paralisis Klumpke
adduksi lengan yg sakit
LESI PLEKSUS BRAKIALIS LAIN
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

A. Neonatus Aterm/BMK + Paralisis Erb


150. C. Osteosarkoma
Keywords
• Anak, 15 tahun
• nyeri pada lutut kiri yang memberat sejak satu minggu
terakhir
• PF: ditemukan massa keras serta pergerakan sendi
terbatas
• Pemeriksaan radiologis : gambaran massa radioopak
dengan sunburst appearance dan Codman’s triangle
pada lutut kiri

• Diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?


Osteosarkoma
Pilihan lain
• Kondrosarkoma  usia > 30 thn, kalsifikasi
non spesifik

• Leiomioma  “whorl like pattern”

• Rhabdomiosarkoma
– Tumor ganas jaringan lunak pd anak-anak (berasal
dari otot)
– Umumnya di kepala leher, urogenital tract, lengan
tungkai
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

C. Osteosarkoma
151. E. Trichomonas vaginalis
Keywords:
• Wanita usia 25 tahun gatal dan panas saat BAK
• Keputihan berbau busuk
• Pemeriksaan vagina: serviks kemerahan dan
berbusa
Etiologi?
Diagnosis: trikomniasis
Etiologi: T. vaginalis
Trikomoniasis

• Gambaran klinis:
– Duh tubuh banyak, bau, kehijauan, busa
– Dispareunia, perdarahan pascakoitus
• PF: strawberry cervix apperarance
• Diagnosis: ditemukan T. vaginalis pada sediaan
langsung
• Terapi:
– Metronidazol 3x500 mg 7 hari/ 2 gr dosis tunggal

Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima. 2007.


152. A. 60 mg besi elemental dan 400
mcg asam folat
Rekomendasi suplementasi besi dan asam folat
pada ibu hamil?

Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kemenkes RI.
153. D. Secondary arrest of dilatation
Keywords:
• Wanita G1P0A0 uk 38-39 minggu
• Nyeri perut terus menerus 1 jam lalu dengan
lendir dan darah
• Pemeriksaan dalam pembukaan 5 cm. Pasien
diobservasi selama 2 jam dan pembukaan
tetap 5 cm
Diagnosis? Secondary arrest of dilatation
Gangguan Proses Persalinan
• Protracted disorders:
– Protracted active phase dilation  dilatasi serviks kurang dari laju
normal
– Protracted descent  keterlambatan turun kepala pada fase aktif
• Arrest disorders:
– Secondary arrest of dilation  tidak ada dilatasi serviks lebih sama
dengan 2 jam
– Arrest of descent  kepala tidak turun lebih dari 1 jam pada primipara
dan ½ jam pada multipara
– Failure of descent  tidak ada penurunan kepala
* Protracted active labor: less than 1.2 cm/hr.
* Active phase at rest: no dilation for 2 hours.
* Protracted descent: less than 1 cm/hr.
* Arrested descent: no descent for 1 hour.

http://www.birthsource.com/scripts/article.asp?articleid=120
http://www.birthsource.com/scripts/article.asp?articleid=120
154. A. FAM
Keywords:
• Wanita 25 tahun dengan benjolan payudara kanan 3
bulan
• Tidak dipengaruhi siklus menstruasi
• PF: benjolan ukuran 2 cm, batas tegas, licin, mudah
digerakkan
Diagnosis? FAM

• FAM
– Massa payudara plg umum pd wanita <25 th
– Massa tunggal (10-15% multipel), padat, kenyal, licin,
mobil, nyeri (-), 1-5 cm (bs bertambah besar)
• Ca mammae = curiga bila massa
keras, ireguler, terfiksasi
– Disertai perubahan ukuran/bentuk
payudara (asimetri payudara),
perubahan kulit (bengkak, penebalan,
radang, edema/peau d’ orange),
abnormalitas puting (retraksi, inversi,
bloody discharge, ulserasi), massa
aksila
• Payudara fibrokistik = massa jinak
payudara, periodic swelling (bs nyeri)
berkaitan dg siklus mens
• Phyllodes tumor = nodul besar (rata2 5
cm), soliter, padat; terutama pd wanita 40-
50 th
– 10% ganas
• Papiloma duktus = tumor jinak duktus
payudara, biasanya dkt puting, discharge
jernih/bloody
– Papiloma multipel = risiko ca payudara >
155. B. Amenorea sekunder
Keywords:
• Wanita 25 tahun tidak mens 1 tahun
• Sebelumnya pasien mens setiap bulan
• Menarche usia 10 tahun
Kondisi ini disebut? Amenorea sekunder
Menstruasi
• Siklus menstruasi normal antara 21-35 hari dan berlangsung selama 3-7 hari
• Etiologi siklus haid tidak teratur
– Gangguan keseimbangan hormonal
– Gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
– Indeks massa tubuh (IMT) > 30
– Stres psikologis
– Atlit
– Kekurangan vitamin K
– Penggunaan obat tertentu
– Kelainan pembekuan darah
– Gangguan hormon tiroid
• Amenorea sekunder 
– Berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haid tetapi berhenti
berturut-turut selama 3 bulan.
– Tidak haid selama 6 bulan pada wanita yang sebelumnya pernah
mengalamihaid teratur atau selama 12 bulan pada wanita yang
mempunyai haid tidak teratur
– Berhenti haid selama 6 bulan atau lebih pada wanita yang sudah pernah
mengalami haid dan bukan pada wanita yang
tidak hamil, menyusui atau menopause

http://www.lusa.web.id/amenore-sekunder-secondary-amenorrhea/
Pilihan Lain
A. Amenorea primer  belum menarche hingga
usia 16 tahun
C. Metroragia  perdarahan pervaginam antara
2 siklus haid
D. Polimenorea  mens yang sering karena
siklus pendek (<21 hari)
E. Oligomenorea  mens yang jarang karena
siklus panjang (>35 hari)
156. B. Mastalgia
Keywords:
• Wanita baru saja melahirkan 1 minggu lalu
dengan IUFD
• Nyeri payudara 2 hari
• Demam
• Payudara keras, permukaan rata, nyeri saat diraba
• Tidak ada gambaran kemerahan di sekitar
payudara
Diganosis? Mastalgia
Mastalgia
• Mastalgia (nyeri payudara)
– Lokalisir  kista atau infeksi
– Difus  fibrokistik akibat perubahan hormon
• Diagnosis
– Anamnesis: nyeri akut/ kronik, siklus menstruasi,
gejala mengarah pada kehmailan, pengunaan
estrogen dan progestin
– PF: perubahan kulit dan tanda infeksi
• Tatalaksana: NSAID/asetaminofen untuk
mengurangi nyeri
https://www.merckmanuals.com/professional/gynecology-and-obstetrics/breast-
disorders/mastalgia-(breast-pain)
Pilihan Lain
A. Mastitis  peradangan pada mammae biasa
akibat putting lecet karena proses menyusui
kurang tepat
C. Abses mammae  terdapat pendulasi dan
pus
D. Ca mammae  tidak nyeri, usia tua
E. FAM  terlokalisir, usia muda
157. B. 16 minggu
Keywords:
• TFU pertengahan pusat dan simfisis
Usia kehamilan?

Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kemenkes RI.
158. B. Ruptur uteri
Keywords:
• Wanita P4A0 keluhan perdarahan dari jalan
lahir setelah melahirkan plasenta
• Riwayat dorong-dorong perut
• PF: TD 90/50 mmHg, nadi 130 x/menit, napas
24 x/menit, fundus uteri lembek tidak teraba
Etiologi? Ruptur uteri
Perdarahan Post Partum

Atonia
uteri
Robekan jalan
lahir
Retensio
placenta

Sisa
Placenta
Inversio
uteri
Ruptur
uteri
Sumber : Paket Pelatihan PONED (Depkes RI) 2008
159. C. Ca serviks
Keywords:
• Wanita usia 45 tahun
• Sering keputihan
• Berdarah pasca sengama
• Riwayat menikah usia 16 tahun  3 x menikah
• Inspekulo: keputihan (+), portio berdarah (+),
rapuh
Diagnosis? Ca cervix
Kanker Serviks
• Definisi : keganansan pada leher rahim
• Etiologi : HPV
• Faktor Risiko :
• Menikah/ memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari
20 tahun).
• Berganti-ganti pasangan seksual
• Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti
pasangan
• Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul.
• Perempuan yang melahirkan banyak anak.
• Merokok aktif/pasif
• Pemeriksaan Penunjang
• IVA dan Pap Smear : untuk deteksi dini lesi pra kanker
• Biopsi

Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Leher Rahim (Depkes RI) 2013
160. A. Atonia uteri
Keywords:
• P1A0 postpartum 10 jam
• Pemanjangan kala I fase aktif
• PF: TD 90/60
• Bayi dan plasenta lahir lengkap
• Tidak ada robekan jalan lahir
Kemungkinan? Atonia uteri
Perdarahan Post Partum

Atonia
uteri
Robekan jalan
lahir
Retensio
placenta

Sisa
Placenta
Inversio
uteri
Ruptur
uteri
Sumber : Paket Pelatihan PONED (Depkes RI) 2008
Atonia Uteri
• Penyebab tersering perdarahan pascasalin
(50%)
• Faktor risiko
– Persalinan cepat
– Korioamnionitis
– Obat-obatan (MgSO4, agonis β-adrenergik, uterus
yang sangat besar)
• Tanda: uterus lembek di atas umbiikus

Kaplan Medical USMLE Step 2


Tatalaksana
• Berikan 20-40 IU oksitosin dlm 1000 ml NaCl
0,9%/ RL kecepatan 60 tpm dan 10 IU IM  infus
20 IU oksitosin dalam 1000 ml NaCl 0,9%
kecepatan 40 tpm hingga perdarahan berhenti
• Tidak ada oksitosin  ergometrin 0,2 mg IM/IV
maks 1 mg
• Perdarahan berlanjut  1 g asam transeksamat
IV
• Pasang kondom kateter/ kompresi bimanual
interna 5 menit  siapkan ruang operasi

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Pilihan Jawaban Lain
B. Retensio plasenta: perdarahan karena
plasenta tidak keluar/ keluar namun tidak
lengkap  cek kotiledon
C. Plasenta previa: perdarahan pada kehamilan
tua, darah warna merah segar
D. Solusio plasenta: perdarahan pada kehamilan
tua dengan darah merah hitam, perut tegang
E. Laserasi jalan lahir: terlihat ada robekan pada
vagina saat eksplorasi
161. B. Ruptur mengenai otot perineum
• Keywords :
– Ny. Randu, berumur 36 tahun, P3A0 baru saja
melahirkan
– Ruptur perineum grade II
Ruptur Perineum

Tingkat I : selaput lendir vagina


dengan atau tanpa kulit
perineum
Tingkat II: selaput lendir vagina
dan otot perinei transversalis,
tetapi tidak mengenai otot
sfingter ani
Tingkat III : perineum sampai
dengan otot sfingter ani
Tingkat IV : perineum hingga
otot sfingter ani dan mukosa
rektum
162. E. Paralisis Erb
• Keywords :
• Ny. Gina, 30 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu
• In partu  fase kala II memanjang
• Kepala bayi melekat pada perineum.
• Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir 4100
gram.

Kesimpulan  persalinan macet dikarenakan distosia


bahu
Komplikasi pada bayi?
Distosia Bahu

• Faktor risiko
• Makrosomia (> 4000 gram)
• Taksiran berat janin pada kehamilan ini
• Riwayat persalinan dengan bayi makrosomia
• Riwayat keluarga dengan makrosomia
• Diabetes Gestatsional
• Multiparitas
• Kehamilan post term
• Gejala dan Tanda
• Kala II memanjang
• Kepala bayi melekat pada perineum
Distosis Bahu
• Komplikasi
– Kerusakan pleksus brachialis
– Erb – Duchenne Palsy  kerusakan nervus servikal
setinggi tulang belakang servikal V dan VI
– Paralisis Klumpke’s  kerusakan nervus kolumna
vertebralis setinggi tulang belakang servikal VIII dan
thorakal I
– Patah tulang : fraktur klavikula dan fraktur humerus
– Asfiksia janin
– Kematian bayi
163. C. Menarik puting menggunakan
nipple puller sebelum bayi mulai
menyusui
• Keywords :
• Seorang ibu berusia 22 tahun baru melahirkan
anak pertamanya 2 hari yang lalu
• Kesulitan menyusui karena puting terbenam

Diagnosis : Inverted nipple


Tatalaksana?
Inverted Nipple/Puting Terbenam
• Puting terbenam bukan merupakan masalah
karena puting masih akan bertambah lentur
setelah bayi lahir dan tidak menghisap dari puting
tetapi dari areola
• Tatalaksana :
– Usahakan agar bayi tetap menyusui sedini mungkin
secara alamiah hingga puting muncul
– Jika puting tidak muncul, dapat ditarik menggunakan
nipple puller beberapa saat sebelum bayi mulai disusui
– Bila ASI terlalu penuh dapat diperas terlebih dahulu
Pilihan jawaban lainnya
A. Memberi susu formula untuk bayi  tidak
dianjurkan
B. Memberikan analgesik  tidak ada bukti untuk
inverted nipple
C. Menarik putting menggunakan nipple puller
sebelum bayi mulai menyusui
D. Memperbaiki perlekatan ibu dan bayi  masalah
puting terbenam secara garis besar bukan masalah
latch on ibu dan bayi
E. Mengkonsumsi antibiotic  puting terbenam
bukan merupakan suatu infeksi
164. D. Terminasi dengan SC
• Keywords :
• Ny. Sukmi, 19 tahun G1P0A0 hamil aterm
• Keluar air-air sejak 1 hari lalu.
• Tidak ada keluhan keluar lender maupun darah.
• Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
• TFU sesuai usia kehamilan, DJJ 180 x/menit, presentasi
kepala.
• Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 2 cm,
pendataran serviks sekitar 30%, kepala di Hodge II.

Diagnosis : Ketuban pecah dini dengan gawat janin


Ketuban Pecah Dini
• Definisi : Keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan atau dimulainya tanda
inpartu
• Faktor predisposisi :
– Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan
sebelumnya
– Infeksi traktus genital
– Perdarahan antepartum
– Merokok
Ketuban Pecah Dini
• Anamnesis
– Merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba
– Anamnesis mencari faktor risiko
• Pemeriksaan fisik
– Inspekulo: melihat adanya cairan yang keluar dari serviks
atau menggenang di forniks posterior
– Tercium bau khas cairan ketuban
• Pemeriksaan Penunjang
– Tes Lakmus (merah menjadi biru)/Pemeriksaan pH vagina
didapatkan hasil basa
– Ferning (+) pada pemeriksaan mikroskopis
– Pemeriksaan LEA cairan ketuban untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi intrauterin (LEA +2 atau lebih curiga
infeksi)
Ketuban Pecah Dini
• Tatalaksana Umum
– Eritromisin 4x250 mg selama 10 hari
– Rujuk ke fasilitas yang memadai
• Tatalaksana Khusus
– Usia kehamilan lebih dari 34 minggu
• Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada
kontraindikasi
– Usia kehamilan 24-33 minggu
• Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin
lakukan persalinan segera
• Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam
• Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.
• Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia kehamilan
32-33 minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru
dan hasil menunjukkan bahwa paru sudah matang
165. A. Keringkan bayi, posisikan, beri kehangatan,
bersihkan jalan napas bila perlu

• Keywords :
• By. Ny. Hana baru lahir cukup bulan BB 3100.
• Mekonium pada air ketuban.
• Anak menangis keras, gerak aktif.

Tatalaksana selanjutnya?
166. A. IUD
• Keywords :
• Ny. Saskia 28 tahun, P1A0 ingin kontrasepsi.
• Memiliki 1 anak, usia 1 tahun, tidak menyusui.
• Menunda kehamilan hingga 3 tahun.
• Memiliki riwayat kehamilan di luar Rahim.
• Tekanan darah 120/80

Pilihan kontrasepsi?
Metode Kontrasepsi
Keterangan Angka

1. Tidak ada pembatasan


apapun dalam penggunaan
kontrasepsi
2. Penggunaan kontrasepsi
lebih besar manfaatnya
dibandingkan dengan risiko
yang diperkirakan akan
terjadi
3. Tidak dianjurkan, kecuali
cara yang terpilih ditolak
atau cara yang dianjurkan
tidak tersedia
4. Risiko akan terjadi apabila
metode kontrasepsi
tersebut digunakan
Mengapa jawaban nya IUD?
• Kontrasepsi dengan tujuan menjarangkan
kehamilan pilihan terbaiknya adalah IUD/AKDR
• Pada kasus, ibu tersebut memang memiliki
riwayat kehamilan ektopik namun penggunaan
AKDR tidak dibatasi sehingga tetap bisa diberikan
pada pasien tersebut
• Pilihan jawaban yang lain nya juga merupakan
kontrasepsi yang dapat diberikan pada pasien,
namun pertanyaan nya adalah pilihan
kontrasepsi yang paling tepat maka jawabannya
adalah IUD
167. C. 24-28 minggu
Keywords:
• Wanita 23 tahun G3P1A1
• Hamil 4 bulan dengan keluhan 3P
• GDS 180 mg/dL
Waktu terbaik TTGO? 24-28 minggu
DM Gestasional
• DM gestasional  intoleransi karbohidrat
yang pertama kali ditemukan saat hamil
• Faktor risiko: obesitas, riwayat DMG
sebelumnya, glukosuria, riwayat keluarga DM,
abortus berulang, riwayat lahir bayi cacat/
>4000 g, riw preeklamsia
• Diagnosis:
– TTGO  24-28 minggu

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
168. E. Perlu dilakukan kultur urin terlebih dahulu
sebelum ditentukan apakah perlu antibiotik atau tanpa
antibiotik

• Keywords:
– Perempuan, G2P1A0, hamil 28 minggu
 pemeriksaan kehamilan  urinalisis: leukosituria
– Dokter  diagnosis : infeksi saluran kemih
• Pernyataan yang benar? Kultur urin terlebih
dahulu
* Kehamilan:
• Pembesaran ureter dan uretra  perubahan hormon dan tekanan di
kandung kemih
• Progesteron dan obstruksi mekanis dari uterus  pelebaran traktus
urinarius bag. bawah berkaitan dengan kontraksi otot polos
 stasis urin, penurunan peristalsis, peningkatan kapasitas kandung kemih 
ISK

* 20-40%  ISK pada kehamilan akibat bakteria asimptomatik


(2-7% pada wanita hamil).

* Bakteria asimptomatik biasanya tidak perlu terapi, namun, wanita


hamil: 15% berpeluang sistitis akut, 45% berpeluang pielonefritis 
komplikasi u/ibu dan fetus  lahir prematur, BBLR, retardasi
pertumbuhan intrauterin, pre-eklamsia, anemia, trombositopenia, dan
insufisiensi renal transien.
Strategi & Terapi
• Sangat direkomendasikan:
skirining bakteri asimptomatik  kultur urin
 +  terapi Ab 7 hari  kultur ulang 2
minggu setelah terapi, kemudian kultur setiap
bulan hingga persalinan.
• Antibiotik yang aman: nitrofurantoin,
amoxicillin, amoxicillin + clavulanate, dan
cephalosporins.
169. B. Laparotomi
• Keywords:
– Atikah, 18 tahun, nyeri perut hebat  torsi kista dx
• Penanganan yang tepat adalah laparotomi
Treatment of ovarian torsion

• Any patient with a typical history, positive physical findings and


ultrasound images suggestive of ovarian torsion should be prepared
for operation. Surgical treatment is the only treatment for ovarian
torsion.

• The ovary must be untwisted as soon as possible to ensure its


viability. The best outcomes are when the operation is within 8
hours from the onset of the torsion. Laparoscopy (key-hole surgery)
is diagnostic and only treatment of choice.

• If the ovary has already become necrotic (tissues have died), it will
be removed resulting in subsequent sub-fertility. Any ovarian mass
or cysts that are found intra-operative may be removed too.
Teknik
• Operasi bedah terbuka (laparotomi)
• Operasi bedah minimal invasif (laparoskopi)
170. C. Kadar FT4 sampai batas atas
nilai normal
• Keywords:
– Ibu Kobochan  hamil 10 minggu
– Jantung berdebar-debar, mata menonjol, gampang
berkeringat
• Target terapi? Kadar FT4 pada batas atas nilai
normal
Hipertiroid pada kehamilan
• PTU  obat pilihan pengobatan hipertiroidisme dalam kehamilan.
• Awal hamil sblm terbentuk plasenta: dosis PTU mulai 100-150 mg/8 jam
• Keadaan terkontrol : perbaikan klinis & penurunan kadar T4 serum 
dosis turun sampai 50 mg 4 kali sehari
• Tercapai keadaan eutiroid  150 mg/ hari, setelah 3 mgg 50 mg 2x/hari
• Pemeriksaan kadar T4 serum  setiap bulan
• Trimester 2 & 3  dosis PTU sebaiknya diturunkan serendah mungkin.
• Kadar T4 dan T3 bebas  dipertahankan di batas normal tertinggi pada
terapi anti tiroid pada dosis terendah
171. C. Mencegah terjadinya konvulsi
• Keywords:
– Perempuan, 36 tahun, kehamilan 32 mgg  ANC
– TD 170/100, proteinuria +++
– Terapi: MgSO4
• Manfaat? Mencegah konvulsi
172. B. PEB dapat menyebabkan
hipoksia janin
• Keywords:
– Perempuan, 37 thn, umur kehamilan 33 minggu
– Rutin konsumsi beta bloker u/ hipertensi sjk 2 thn yll
– Saat ini: TD 170/110 dan proteinuria +++
• Alasan perlu dilakukan non-stress test?
Eklamsia  hipoksia janin
Nonstress Test (NST)
• Goal: Mengetahui suplai oksigen janin dengan mengecek denyut jantung janin dan
responnya terhadap gerakan fetus.
• Hasil tes menentukan terapi atau tindakan segera untuk mencegah kematian fetus.
• Normal : denyut jantung janin meningkat saat ia aktif.
• Abnormal: kondisi hipoksia fetus  janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup
• NST dilakukan pada:
– Kehamilan multipel dengan komplikasi
– Adanya kondisi medis seperti: diabetes tipe 1, hipertensi, gangguan darah, lupus,
penyakit tiroid, penyakit jantung maupun ginjal.
– Kehamilan lebih dari 2 minggu dari taksiran waktu persalinan (post-term)
– Riwayat abortus sebelumnya
– Fetus dengan penurunan aktivitas gerak atau masalah pertumbuhan fetus
– Polihidroamnion atau oligohidroamnion
– Sensitisasi rhesus
173. A. Mioma Geburt
• Keywords:
– Ibu Amir, 32 thn  poliklinik  nyeri & berdarah saat
berhubungan intim dengan suami
– Massa intra abdomen  massa bertangkai di mulut rahim,
turun ke arah vagina
• Diagnosis? Mioma geburt
Mioma Geburt
• Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur
utamanya adalah otot polos rahim
• Penyebab pasti tidak diketahui
• Mioma jarang ditemukan sebelum usia pubertas, sangat
dipengaruhi hormon reproduksi
• Seringkali asimtomatik
• Gejala yang mungkin ditimbulkan sangat bervariasi
seperti metroragia, nyeri, menoragia, hingga infertilitas
Klasifikasi mioma(berdasarkan lokasi)
• Mioma submukosa: berada di lapisan di
bawah endometrium dan menonjol ke
dalam (kavum uteri). Mioma jenis ini sering
bertangkai panjang sehingga menonjol
melalui serviks atau vagina disebut mioma
geburt
• Mioma intramural: berkembang diantara
miometrium
• Mioma subserosa: tumbuh dibawah lapisan
serosa uterus dan dapat tumbuh ke arah
luar dan juga bertangkai
Kista Bartolin
• Kista pada kelenjar
bartolin di labia mayor.
• Nyeri, eritema
• Tatalaksana :
marsupialisasi
Kista gartner

Benjolan keluar
masuk vagina,
tanda radang (-),
arah jam 12.
174. B. Keluar gelembung-gelembung
dari kemaluan
• Keywords:
– Ny. Fandi, 32 thn, G3P2A1, kehamilan 12 minggu
– TFU setengah simpisis dan umbilikus
– Keluar darah dari kemaluan, nyeri, muntah-muntah
– Tampak keluar gelembung-gelembung dari kemaluan
– Dokter mendiagnosis mola hidatidosa
• Yang mendukung diagnosis mola?
Keluar gelembung mola
• Mola Hidatidosa
– bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang
disebabkan oleh kelainan pada villi khorionik yang
disebabkan oleh proliferasi trofoblastik dan edem
• Diagnosis
– Perdarahan pervaginam berupa bercak hingga berjumlah
banyak
– Mual dan muntah hebat
– Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan (setinggi
pusat20 minggu)
– Tidak ditemukan janin intrauteri
– Nyeri perut
– Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin
– Takikardi, berdebar-debar (tanda-tanda tirotoksikosis)

WHO. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan.


Diagnosis banding
• Macam-macam abortus

WHO. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan.


Diagnosis
• Diagnosis pasti dari Mola Hidatidosa adalah
keluarnya gelembung Mola.
• Patologi anatomi/pemeriksaan jaringan hasil
kuretase (kerokan) :
– Makroskopik : tampak adanya gelembung Mola
– Mikroskopik :
• Stroma villi mengalami degenerasi hidrofik yang
tampak sebagai kista
• Proliferasi trofoblas
• Tidak adanya/berkurangnya pembuluh darah vili
175. B. Infeksi primer Rubella
• Keywords:
– Maya  lab terdekat  TORCH karena 3 bulan
lagi ia akan menikah
– IgG rubella (-) dan IgM rubella (+)
• Diagnosis yang ditegakkan a/ infeksi primer
rubella
Diagnosis Rubella
• Penegakkan diagnosis rubella --> bila titer meningkat 4 x
saat fase akut, dan imunitas menetap lama
• IgM spesifik rubella dapat terlihat 1 – 2 mgg setelah
infeksi primer dan menetap selama 1 - 3 bln
• IgM (+)  adanya infeksi primer, tetapi IgM (-) belum
tentu tidak terinfeksi
176. C. Ordinal
• Keywords:
– Mencari hubungan antara tingkat keparahan
proteinuria dengan munculnya eklampsia
– Proteinuria dinyatakan dalam (-)/(+)/(++)/(+++)
– Jenis variabel apa yang dinyatakan dalam
proteinuria ?
Variabel Ordinal
• Ada order/urutan dalam kategorinya.

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


5- Sudigdo Sastroasmoro
Pilihan yang lain
A. kategorikal: pilihan berupa kategori, sebetulnya
benar dalam kasus ini namun lebih tepat adalah
ordinal karena pilihan jawabannya ada urutan
B. Nominal : tidak tepat karena pada kasus
nominal, tidak ada urutan
D. Numerik: tidak tepat karena jawaban bukan
angka
E. Dikotom: tidak tepat karena pilihan lebih dari dua
177. A Chi-square
• Keywords:
– Ingin mencari hubungan antar variabel berikut:
– Eksposur terhadap rokok di tempat kerja 
kategorikal
– Kanker paru (terkena/tidak terkena) kategorikal

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


5- Sudigdo Sastroasmoro
Chi square
• Uji hipotesis yang digunakan untuk melihat
apakah dua variabel kategorikal dikotom
tersebut memiliki hubungan atau tidak.
• Chi-square ini dibuat dalam tabel 2x2
Uji hipotesis yang lain
B. T-test : untuk melihat hubungan antara dua
variabel numerik. Biasanya akan didapat rerata
(mean)

C. Kaplan-meier test: untuk melihat


kesintasan/survival dari variabel. Misalnya:
harapan hidup pasien kanker paru adalah …
tahun
Uji hipotesis yang lain
• D. Regresi logistik: uji hipotesis untuk melihat
outcome dari satu dependent variabel yang
dipengaruhi oleh beberapa independent
variabel. Contoh: Dependent variabel: sakit
jantung. Independent variabel: umur,
merokok, kadar kolesterol

• E.Regresi linerar: melihat hubungan 2 variabel


numerik dalam bentuk grafik.
178. B. Melakukan plant survey untuk
melihat pajanan suara
• Keywords:
– Bekerja di pabrik baja
– Masalah pendengaran (berhubungan dengan
kerja??)
– Langkah yang selanjutnya dilakukan oleh dokter
Langkah mendiagnosis penyakit akibat
kerja
1. Diagnosis klinis
2. Pajanan yang dialami
3. Hubungan pajanan dengan klinis
4. Jumlah pajanan yang dialami
5. Peranan faktor individu (genetik dsb)
6. Faktor lain diluar pekerjaan
7. Diagnosis penyakit akibat kerja atau bukan

Buku Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) Departemen


kesehatan Republik Indonesia
Langkah yang seharusnya diambil:
• Plant survey untuk melihat pajanan apa saja
yang ada di tempat kerja.
Pilihan yang lain
• Tidak tepat karena tidak sesuai dengan urutan
diagnosis penyakit akibat kerja
1. Diagnosis klinis
2. Pajanan yang dialami
3. Hubungan pajanan dengan klinis
4. Jumlah pajanan yang dialami
5. Peranan faktor individu (genetik dsb)
6. Faktor lain diluar pekerjaan
7. Diagnosis penyakit akibat kerja atau bukan
179. C. Pasal 186 KUHAP
• Pasal yang mengatur pemberian keterangan
ahli?
– Pasal 186 KUHAP: Keterangan alhli sidang
pengadilan ialah apa yang seorang ahli nyatakan di
sidang pengadilan.

– Pasal 187 KUHAP mengatur jenis-jenis bukti


– Pasal 179 KUHAP sebenarnya lebih spesifik
mengatur “ahli kedokteran kehakiman”, atau
“dokter”, atau “ahli lainnya”.
180. A. Terjadinya hemodilusi di dalam
darah
• Menemukan mayat tenggelam di air tawar
• Mekanisme kematian di air tawar?
Air Tawar
• Relatif hipotonik dibandingkan darah
• Terjadi proses osmosis, sehingga air tawar
akan masuk ke intravaskular, sehingga
menyebabkan hemodilusi
• Kontras dengan kematian di air laut, di mana
air laut (relatif hipertonik) yang terkumpul di
paru menarik darah ke paru, sehingga terjadi
edema paru
Hemodilusi merupakan mekanisme kematian
pada kejadian tenggelam di air tawar
181. A. Kebebasan dan kemandirian
profesi
• Keywords:
– Dokter
– Meresepkan produk suplemen kesehatan
– Melanggar KODEKI

KODEKI
Kebebasan dan kemandirian profesi
• Adalah salah satu poin KODEKI dimana dokter
sebaiknya tidak terpengaruh oleh pihak lain
termasuk farmasi/ MLM
Pilihan lain:
• B.Bijak dalam penemuan baru : misalnya ada
klaim bahwa rompi XX dapat menyembuhkan
kanker. Dokter harus melakukan penelaahan
literatur terlebih dahuu sebelum bersikap.

• C. Memberi keterangan atau pendapat yang valid


: dokter seringkali dimintakan untuk memberi
keterangan untuk pihak lain. Harus sesuai dengan
kompetensinya
• D. Profesionalisme : profesional dalam
bersikap dan bertindak

• E. Kejujuran dan kebajikan terhadap pasien


dan sejawat : jujur dan menyatakan sesuatu
apa adanya.
182. B. Pendekatan terhadap tokoh
masyarakat
• Keywords:
– Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
masih rendah
– Apa strategi paling efektif dalam mengatasi
masalah tersebut?
Penjelasan
• Masalah dalam soal ini lebih pada
BUDAYA. Solusi dalam masalah
budaya adalah pendekatan yang baik
pada tokoh masyarakat/pemuka
agama daerah tersebut.
Pilihan yang lain
A. Penyuluhan: apabila masalahnya adalah pengetahuan
yang terbatas

C. Pemberian beasiswa: apabila ada masalah dengan care


provider (dukun)

D. Pelayanan kesehatan (kualitas): apabila masalahnya


ada pada kualitas layanan kesehatan yang rendah

E. Advokasi: apabila masalah struktural/undang-


undang/peraturan pemerintah
183. B. Memperoleh second opinion
dari dokter lain
• Keywords:
– Pasien tidak puas dan memutuskan untuk pindah
ke dokter lain
– Hak pasien pada kasus diatas?
Hak Pasien
• Hak pasien yang diatur dalam pasal 52 UU no
29/2004 mencakup

a) mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang


tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat
(3);
b) meminta pendapat dokter atau dokter lain;
c) mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
medis;
d) menolak tindakan medis;
e) mendapatkan isi rekam medis.
Pilihan lain
• Memberikan informasi selengkap-lengkapnya
 kewajiban pasien
• Memperoleh perlindungan hukum terhadap
profesinya  hak dokter
• Memiliki privacy dan terjaga kerahasiannya 
tidak termasuk dalam hak pasien menurut UU
• Mematuhi perintah dokter terkait terapi
penyakitnya: kewajiban pasien
184. E. Likelihood ratio
• Keywords:
– Probabilitas kebenaran diagnosis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pengalaman
klinisnya
– Apa yang bisa dilakukan oleh dokter tersebut?
Likelihood ratio
• Seberapa mungkin Anda terkena penyakit ini
apabila positif hasil pemeriksaanya.

• Misalnya, likelihood ratio nyeri epigastrium


pada kasus gastritis adalah 4.2. Artinya,
setelah dokter mendapatkan hasil nyeri
epigastrium (+), Anda 4.2 x lebih
memungkinkan terkena gastritis dibandingkan
(-)
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi 5- Sudigdo Sastroasmoro
Pilihan yang lain
A. Meta analysis  analisis yang mencoba melihat
kumpulan penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya dan mengambil kesimpulan
B. Posttest probability  setelah hasil itu positif,
berapa chance orang tersebut kena penyakit
C. Pretest probability  sebelum dilakukan
pemeriksaan, berapa chance orang tersebut
kena penyakit
Pilihan yang lain
D. Threshold analysis  penelitian yang
mencoba meihat “cost-effectveness” dari biya
yang dikeluarkan
185. B Membangun hubungan,
eksplorasi, pengertian dan diskusi
rasional
• Keywords:
– Pasien mengalami Ductal Carcinoma in Situ (DCIS)
– Perlu diakukan operasi
– Menolak melakukan terapi  terapi alternatif
– Apa yang perlu dilakukan?
• Apabila pasien mengalami kekhawatiran, ada
baiknya bagi kita untuk membangun
hubungan, eksplorasi, pengertian dan diskusi
yang rasional
Pilihan yang lain
A. Menilai lingkungan rumah dan memeriksa keadaan
klinis  tidak berhubungan dengan kasus

C. Menilai keadaan awal, mendeteksi penyakit  sudah


terdeteksi penyakitnya

D. Mencegah komplikasi, mencegah kecacatan dan


meningkatkan status gizi  apabila sudah setuju diterapi

E. Menganjurkan pasien ikut asuransi BPJS  bukan


masalah biaya
186. E. Pandemi
• Keywords:
– Peningkatan insidens dan kejadian Avian influenza
di Tiongkok
– Meluas ke berbagai negara

Epidemiology: An Introduction.
Gordis 3rd Edition
Pandemi
• Penyebaran dari infeksi ke banyak populasi di
dunia  menyebar ke berbagai negara/benua
• Contoh: pandemik virus Black Death di Eropa
Pilihan yang lain
Epidemik : penyebaran infeksi ke populasi
jumlah besar dalam jangka waktu singkat (tidak
separah pandemik)

15 kasus per 100.000 kasus dalam suatu


populasi  epidemik
Pilihan yang lain
• Outbreak  biasanya tidak ada kasus,
sekarang tiba-tiba kasus meningkat

• Endemic  suatu jenis penyakit yang terus


menerus terdapat di satu daerah dan tidak
tereliminasi
187. A. Endemik
• Keywords:
– Penyakit diare selalu muncul setiap bulan
– Masuk 10 besar penyakit terbanyak di daerah
tersebut
– Apa istilahnya?

Epidemiology: An Introduction.
Gordis 3rd Edition
Endemik
• Endemik  suatu jenis penyakit yang terus
menerus terdapat di satu daerah dan tidak
tereliminasi
Deskriptif
• Penelitian yang mencoba mengambil data ttg
sesuatu. Tidak mencoba menghubungkan
antar variabel.

• Contoh: prevalensi penyakit DHF di kecamatan


Pesanggrahan pada tahun 2015
Pandemik
• Penyebaran dari infeksi ke banyak populasi di
dunia  menyebar ke berbagai negara/benua
• Contoh: pandemik virus Black Death di Eropa
Pilihan yang lain
Epidemik : penyebaran infeksi ke populasi
jumlah besar dalam jangka waktu singkat (tidak
separah pandemik)

15 kasus per 100.000 kasus dalam suatu


populasi  epidemik
Pilihan yang lain
• Outbreak  biasanya tidak ada kasus,
sekarang tiba-tiba kasus meningkat
• Endemic  suatu jenis penyakit yang terus
menerus terdapat di satu daerah dan tidak
tereliminasi
188. A. Peningkatan penyediaan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan
yang berkualitas pada remaja
• Keywords:
– Pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi masih rendah (58.2%)
– 53% memiliki pengetahuan yang kurang lengkap
ttg penularan HIV
– Apa strategi nasional yang tepat?
Pilihan jawaban
• A dipilih karena satu-satunya jawaban yang
berkaitan dengan kesehatan remaja. Program
yang meningkatkan edukasi/pengetahuan
remaja ttg kesehatan reproduksi juga bs
menjadi pilihan jawaban
Pilihan lain
• B --> boleh dipilih apabila ada bencana di
lingkungan
• C  apabila masalah berkaitan dengan
hubungan antar lembaga dan sektor swasta
• D  sebaiknya bukan orang tua yang peduli
terhadap kesehatan namun individunya
sendiri
• E.  pilihan E apabila ada masalah narkoba di
lingkungan sekitar
189. D. Rujukan spesimen ke
laboratorium kesehatan daerah
• Keywords:
– Di pedalaman hutan mendapatkan 30 pasien
penderita kusta
– Tidak ada reagen untuk memeriksa
– Rujukan apa yang perlu dilakukan

Epidemiology: An Introduction.
Gordis 3rd Edition
Alasan menjawab D.
• Masalah yang kita lihat di kasus ini adalah
spesimen yang tidak cukup  perlu tindakan
berupa rujukan ke laboratorium kesehatan
daerah
Pilihan yang lain
• A. Rujukan pengetahuan dari pakar kusta 
pengetahuan bukan masalah dalam kasus
kusta
• B. Rujukan sarana dan logistik pemeriksaan
BTA  daerah pemeriksaan ada di hutan
• C. Rujukan pasien ke P3M kusta  agak sulit
untuk jalan ke puskesmas karena mungkin
jauh dari hutan. Spesimen saja diperkirakan
sudah cukup.
Pilihan yang lain
• E. Rujukan tenaga ksehatan dari dinas
kesehatan setempat  masalah utama bukan
tenaga kesehatannya yang tidak cukup
190. A Kohort
• Keywords:
– Bayi lahir  diikuti 5 tahun kedepan
– Mengamati masalah tumbuh kembang

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


5- Sudigdo Sastroasmoro
Kohort
• Mengikuti subjek penelitian selama beberapa
waktu dan melihat apakah selama waktu
tersebut bayi mengalami masalah tumbuh
kembang
Pilihan yang lain
• B. Potong lintang  mengambil data pada
suatu waktu dan dilihat hubungan antar
variabelnya
• C. Kasus kontrol  ada kelompok kasus dan
kontrol, dilihat paparannya
• D. Uji klinis  ada intervensi
• E. Uji deskriptif  hanya mengambil data,
tidak dicari hubungan antar variabel
191. D. Collaborative
• Keywords:
– Dokter ingin meminta suntikan vitamin C yang
tidak ada indikasinya
– Dokter mengajak pasien berdiskusi dan memberi
penjelasan
Jenis hubungan dokter-pasien apa?
• Collaborative  dokter sebagai narasumber
yang memberikan informasi dan membantu
pasien mengambil keputusan yang tepat
Pilihan yang lain
A. Individual  pilihan kurang sesuai dengan jenis
hubungan dokter/pasien
B. Paternalistik  dokter memilihkan yang terbaik
bagi pasiennya. Bagaikan hubungan bapak dan
anak.
C. Cultural-based  hubungan dokter/pasien
dipengaruhi oleh budaya. Misalnya, di negara
timur lebih paternalistik dibandingkan di budaya
barat
D. Independent  hubungan dokter/pasien bebas
dari intervensi pihak lain
192. E. Meta analisis dari RCT
• Keywords:
– Kasus terapi
– Apa desain penelitian yang dapat memberikan
bukti klinik terbaik

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


5- Sudigdo Sastroasmoro
Tingkatan kekuatan bukti
193. D. Meningkatkan pengawasan
tumbuh kembang menggunakan KMS
• Keywords:
– Peningkatan kasus anak kurang gizi jenis
kekurangan energi dan protein
– Program primary prevention?

Epidemiology: An Introduction.
Gordis 3rd Edition
Primary Prevention
• Pencegahan terhadap suatu penyakit.
Mencegah penyakit tersebut muncul untuk
pertama kali.
• Misalnya: pada kasus Stroke.. Pencegahan
yang baik adalah dengan melakukan
pengawasan tekanan darah
Bedakan dengan secondary prevention
• Sudah terkena penyakit  pencegahan untuk
mencegah masalah tersebut terulang
• Pemberian aspirin pada kasus stroke
Pilihan yang lain
• Pengembangan fasilitas PKM  tidak
memecahkan masalah
• Survey penemuan kasus  bukan primary
prevention
• Memberikan maknana tambahan 
tatalasakan
• Melakukan kegiatan perbaikan gizi 
tatalaksana
194. C Respect for autonomy
• Keywords:
– Pasien mengalami pendarahan otak ec stroke
– Meminta ventilator dicabut
– Dokter mengikutinya
– Prinsip etika?
Prinsip etika Autonomi
• Menyadari bahwa pasien memiliki otonomi
yang khusus terhadap tubuhnya sendiri
Pilihan yang lain
A. Beneficence  kebermanfaatan pasien
biasanya di kasus-kasus poliklinik
B. Non-malifecence  tidak mencelakakan
pasien di kasus-kasus kegawatdaruratan
D. Justice  persamaan hak
E. Confidentiality  rahasia medis
195. E. Layanan geriatri
• Keywords;
– Cakupan program posyandu

Pamflet Layanan Posyandu. KEMENKES. 2006


Program posyandu adalah
• Posyandu = layanan dari, oleh, dan untuk
masyarakat
• Program kegiatan utama:
– Layanan pada ibu hamil
– Layanan ibu nifas/menyusui
– Layanan ibu/balita
– Imunisasi
196. B. Kholin
• Keywords:
– Pemeriksaan sperma
– Menggunakan reagen lugol
– Zat apa yang dideteksi?

-Buku Ajar Forensik, FKUI


Reaksi florence
• Mengekstrak sperma, diletakan pada kaca
ojek, ditutup dengan kaca dan dialirkan
reagen  reaksi: tampak kristal kholin-
periodida bewarna coklat
Pilihan yang lain
• A. Asam fosfatase : salah satu reaksi lain yang
dapat digunakan untuk mendeteksi sperma
• B. Spermin  dideteksi dengan reaksi
berberio
• D. Ter iodida  reagen yang ditambahkan
• E. Asam fukhsin  reagen yang digunakan
197. E. Reaksi Teichmann
• Keywords:
– Reaksi untuk mendeteksi darah di TKP

-Buku Ajar Forensik, FKUI


Reaksi Teichmann
• Pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi
darah ada dua: Teichmann dan Wagenaar

• Reaksi Teichmann: jarum bercak kering + 1


butir kristal NaCl + 1 tetes asam asetat glasial
 hasil positif muncul kristal hemin-HCl yang
bewarna coklat
Pilihan yang lain
• Reaksi gonzalez: pendapat bahwa sperma
akan muncul 30-60 menit pasca-
psersetubuhan
• Reaksi voight: pendapat bahwa sperma masih
bergerak kira-kira 4 jam paska persetubuhan
• Reaksi Nickols : sperma masih didapat 5-6 hari
paska persetubuhan
• Wilson: sperma masih didapat 30 jam paska
persetubuhan
198. D. Meta analysis
• Keywords:
– Membandingkan dua jenis obat sebagai
tatalaksana
– Mendapatkan artikel yang berisi rangkuman 23
penelitian serupa yang pernah dilakukan
Meta analysis
• Suatu jenis penelitian yang berisi rangkuman
penelitian-penelitian lain
• Dianggap evidencenya yang paling tinggi di
dalam EBM

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


5- Sudigdo Sastroasmoro
Pilihan yang lain
• A. Kohort  melakukan follow up pada pasien
dan dilihat apakah muncul “event” pada
kasus-kasus tersebut
• B. Kohort retrospektif  dilakukan “follow up
virtual” menggunakan bantuan rekam medis
dari waktu ke waktu.. Mencari kapan muncul
“event” atau tidak
Pilihan yang lain
• C. Kasus kontrol  ada kelompok kasus dan
kontrol, dilihat paparannya
• E. Potong lintang  mengambil data pada
suatu waktu dan dilihat hubungan antar
variabelnya
199. D. Stratified random sampling
• Keywords:
– Pengambilan sampel
– Diambil dari tingkat provinsi, kabupaten,
kecamatan
– Jenis pengambilan sampel apa?
Stratified random sampling
• Pengambilan sampel dari “tingkatan” yang
berbeda-beda dalam suatu populasi
• Ada dari tingkat kecamatan  kabupaten 
provinsi
• TINGKATAN /Stratifikasi

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


5- Sudigdo Sastroasmoro
Pilihan yang lain
• Systematic random sampling: sampel diambil dari
berbagai lokasi yang “selevel”
– Sampel diambil dari SMA A, SMA B, SMA C yang sama-
sama satu level
• Cluster random sampling : mirip dengan stratified
random sampling, namun sampel dari satu
daerah dianalisis bersama-sama menjadi satu
“cluster”. Kalau stratified/systematic, setiap
individu dianalisa masing-masing
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi
5- Sudigdo Sastroasmoro
Pilihan yang lain
• Simple random sampling : tidak dilakukan
stratifikasi, semua dipilih random
• Convenience sampling : semua sampel yang
mendaftar/berpartisipasi dimasukan kedalam
penelitian

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


5- Sudigdo Sastroasmoro
200. E. Convenience sampling
• Keywords:
– Menghubungkan konsumsi kopi dan tingkat stress
– Membuat iklan
– Semua yang menghubungi menjadi sampel pasien
– Teknik apa?
Convenience sampling
• Convenience sampling : semua sampel yang
mendaftar/berpartisipasi dimasukan kedalam
penelitian

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


5- Sudigdo Sastroasmoro
Pilihan yang lain
• Systematic random sampling: sampel diambil dari
berbagai lokasi yang “selevel”
– Sampel diambil dari SMA A, SMA B, SMA C yang sama-
sama satu level
• Cluster random sampling : mirip dengan stratified
random sampling, namun sampel dari satu
daerah dianalisis bersama-sama menjadi satu
“cluster”. Kalau stratified/systematic, setiap
individu dianalisa masing-masing
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi 5- Sudigdo Sastroasmoro
Pilihan yang lain
• Simple random sampling : tidak dilakukan
stratifikasi, semua dipilih random
• Convenience sampling : semua sampel yang
mendaftar/berpartisipasi dimasukan kedalam
penelitian

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


5- Sudigdo Sastroasmoro

Anda mungkin juga menyukai