Anda di halaman 1dari 73

MATERI XI

SEXING SPERMATOZOA
Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa


memahami dasar-dasar pengembangan teknik
sexing serta manfaat aplikasinya

Sub Pokok Bahasan


*- Dasar-dasar metode sexing spermatozoa.
- Teknik-teknik sexing spermatozoa
- Identifikasi sex pada spermatozoa
- Identifikasi sex pada embrio
- Aplikasi sexing
Sexing spermatozoa
• Penentuan jenis kelamin (sex) pada
spermatozoa atau embrio
• Pengaturan jenis kelamin dengan cara
pemisahan spermatozoa X dan Y.
Penentuan jenis kelamin

Penentuan jenis kelamin spermatozoa yang diakui internasional


Adalah menggunakan metode FISH (Fluoresent Insitu Hibridi-
Sation). Tetapi juga digunakan berdasarkan pengukuran panjang
Lebar kepala spermatozoa, juga berdasar fluoresensinya.
Tujuan dan manfaat Pengaturan jenis
kelamin
• Mendapatkan anak dengan jenis kelamin sesuai
harapan.
• Program pembibitan lebih cepat.
• Sapi perah—Dibutuhkan anak betina untuk
replesmen.
• Sapi Potong/penggemukan—Dibutuhkan anak jantan
krn PBB lebih tinggi
• Menghilangkan penyakit yg Linked pada kromosom
tertentu
Perbedaan spermatozoa
X dan Y
• DNA  Lebih sedikit pada spermatozoa
Y.
• Ukuran  X Lebih besar dari Y
• Identifikasi  Y Chromosome
berfluorescent
• Motilitas Spermatozoa Y Lebih Cepat
• Surface Charge Spermatozoa X
bergerak ke arah katode.
Syarat Pemisahan spermatozoa

1. Motilitas tetap Tinggi


2. Terjadi Pemisahan Spermatozoa
X dan Y
Metode sexing yang dikembangkan di
Fapet Unibraw
• Sentrifugasi Gradien densitas
Percoll
• Filtrasi sephadex
• Sedimentasi putih telur
Perbedaan viabilitas embrio hasil feritilisasi in vitro menggunakan
spermatozoa dengan berbagai perlakuan.
Macam spermatozoa yang 2 sel 4 sel 8 sel 16 sel
digunakan
Spermatozoa tanpa 62 48 42 35
perlakuan (110 oosit) (56,30%) (43,60%) (38,18%) (31,81%)

Spermatozoa hasil filtrasi 40 36 28 10


(105 oosit) (38%) (34,28%) (26,67%) (9,50%)

Spermatozoa hasil 38 26 5 -
sentrifugasi gradien (42,22) (28,88) (5,5)
densitas percoll (90
oosit)
Spermatozoa beku tanpa 40 30 20 15
perlakuan (98 oosit) (40,81) (30,61) (20,41) (15,31)

Spermatozoa beku hasil 10 - - -


filtrasi (80 oosit) (12,50)

Spermatozoa beku hasil - - - -


sentrifugasi (86 oosit)
Penurunan yang drastis pada saat
pembekuan
• Terdapat kerusakan membran setelah
sexing
• Maka dibutuhkan pengencer yang
mengandung lemak yang dapat
melindungi spermatozoa seawal
mungkin, maka pengencer di tambahkan
kuning telur se awal mungkin. (Susilawati
dkk , 2000)
Di negara maju digunakan Laser for Cell Sorting
Sentrifugasi Gradien densitas Percoll
• Dasar : Perbedaan Ukuran Kepala / berat
spermatozoa X dan Y
• Sentrifugasi : Kecepatan Rendah dengan
waktu yang pendek
• Bahan Pemisah dan pengencer Tidak Toxic
• Perbedaan gradien semakin kecil semakin baik
• Spermatozoa X di lapisan Bawah, sedang
spermatozoa Y di lapisan atas
SEXING SPERMATOZOA
Metode Sentrifuasi
Gradien Densitas
Percoll

10 densitas/konsentrasi
Atas Y Bawah X
20% 65%

Sentrifugasi
0,5 ml
0,5 ml 2250 ,5 menit

Dibuat 10 gradien
Pencucian
Sentrifugasi 1500 rpm, 3 menit)
Hasilnya 89% Terpisah
Filtrasi Sephadex G-200
• Dasar : Berat / besar kepala berbeda
• Perbedaan muatan di permukaan
spermatozoa
• Proses pemisahannya cepat (15-20
menit)
• Yang didapat spermatozoa X saja
Masukkan

Gel
sephadex

Semen segar
Motilitas>70%
Glass wool

Filtrat 89% spermatozoa X


Spermatozoa Y terikat dalam
sephadex
Siap dibekukan

Sexing Spermatozoa menggunakan metode Filtrasi Sephadex


Spermatozoa hasil sexing juga diuji
cobakan dengan mengaplikasikannya
• Konsentrasi yang didapatkannya
masih kurang dari SNI (25 juta/ straw
dengan motilitas 40%)  akan tetapi
hasil dari CR dan S/C tidak berbeda
dengan semen tanpa sexing
Deposisi semen saat IB bisa pada posisi 4
maupun 4+
Spermatozoa hasil filtrasi sephadex G-200 Di Inseminasikan
pada sapi perah menghasilkan anak betina
80%
Pedet hasil IB dengan sexing tanpa terdapat gangguan pertumbuhan
Maupun kelainan genetik
Pedet hasil IB menggunakan semen
Sexing dengan sentrifugasi gradien
Densitas Percoll yaitu anak jantan hasil
Persilangan PO dengan limosin

Lab Reproduksi Ternak, 2011


Terobosan Baru

• Kelemahan dari kedua metode


tersebut adalah bahannya masih
harus import, maka perlu suatu
upaya pencarian metode dengan
bahan baku yang ada , misalnya
putih telur.
Gradien putih telur
• Dasar : Perbedaan Motilitas, Y Lebih
cepat bergerak.
• Waktu semakin cepat semakin baik
• Spermatozoa Y di lapisan bawah,
sedang X di lapisan atas.
Gradien Putih Telur

Atas Sperma X
Bawah Sperma Y
10 %
30 %

Sentrifugasi

Buang supernatannya
Spermatozoa Y dan motilitas spermatozoa
setelah pemisahan dengan putih telur (
Susilawati dkk 2000)

Motilitas Spermatozoa setelah pemisahan menggunakan Putih Telur

60
Spermatozoa Y setelah pemisahan menggunakan albumin

50
80

70
40
60

50

Spermatozoa Y 40 Persentase Motilitas 30


30

20 20
10

0
Tris+KT Tris 10
Atas Pengencer
Bawah
0
Tris+KT Tris
Atas
Pengencer
Bawah
Viabilitas dan konsentrasi spermatozoa
setelah pemisahan dengan putih telur

Konsentras spermatozoa setelah pemisaha menggunakan putih telur


Viabilitas Spermatozoa Setelah pemisahan Menggunakan Putih Telur

140
80
120
70

60 100

50 80
Persentase Viabilitas 40 Juta/ml
60
30
40
20

10 20

0 0
Tris+KT Tris+KT Tris+KT Tris

Atas Pengencer Atas Pengencer


Bawah Bawah
Bagaimana pengaturan jenis kelamin tanpa
harus di sexing ?

• Berdasarkan sifat spermatozoa


Y yang pergerakannya cepat
akan tetapi cepat mati, maka
hipotesanyanya apabila
diletakkan di bagian apex
cornua maka akan jantan.
Keberhasilan kebuntingan dan
pedet jantan
Kebuntingan dan Pedet Jantan pada posisi disposisi
4 dan 4+

100
90
80
70
60
Jumlah dan persen 50
40
30

Total 20

bunting 10

Jantan 0
4 4+ Total
Persen
Keberhasilan kebuntingan & pedet jantan
• Deposisi semen di 4+
keberhasilannya tinggi.
• Deposisi semen di 4+ kecenderungan
anak jantan.
• Apabila waktu sudah sedikit
terlambat, maka lebih baik posisi 4+
Persiapan penampungan semen

Lokasi BIB Singosari Malang


Peningkatan libido
Penampungan semen
3 Macam Pengencer (TCM 199 kuning telur, Tris
aminomethan kuning telur dan andromed)
Pembuatan gradien densitas
percoll

Menggunakan 3 macam medium


Setelah dilakukan Sentrifugasi
Proses pendinginan dengan cara basah

Dimasukkan air
Pada suhu 37oC
Kemudian masukkan
Di refrigerator
Proses memasukkan dalam straw secara
manual
Proses penutupan straw manual
Proses pendingan semen tanpa sexing

Anda mungkin juga menyukai