Anda di halaman 1dari 24

Zudha Mauliyani, S.

Ked
Identitas

Nomor RM : 147840

Nama : An. Achmad Nur Hakim

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 9 tahun

Alamat : Karanganyar

Agama : Islam

Status Marital : Belum Menikah

Tanggal MRS : 10 Juli 2018

Tanggal Pemeriksaan : 11 Juli 2018


Anamnesis dilakukan secara
autoanamnesis dan alloanamnesis
dengan ayah pasien pada
tanggal 11 Juli 2018 pada pukul
13.00 WIB di radiologi.

Keluhan Utama
• Benjolan di atas kemaluan sebelah
kanan.
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke UGD RSUD Karanganyar dengan keluhan
muncul benjolan di atas kemaluan sebelah kanan sejak 1 hari
SMRS, terasa nyeri terutama saat batuk. Benjolan muncul tiba-
tiba, sebelumnya pasien mengaku berolahraga futsal. Benjolan
pada awalnya sebesar telur puyuh. Pasien menyangkal adanya
demam, mual, maupun muntah. BAB dan BAK normal. Pasien
mengaku benjolan mengecil sedikit setelah dikompres dingin
sewaktu di UGD. Pasien lahir cukup bulan.
• Pasien pernah mangalami keluhan yg sama
Riwayat sehabis sunat 3 tahun yll tetapi hilang dengan
Penyakit Dahulu sendirinya. Tidak terdapat riwayat hernia
inguinalis maupun alergi.

Riwayat • Pasien rutin berolahraga futsal.


Kebiasaan

Riwayat • Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan


yang sama. Tidak terdapat riwayat keganasan
Penyakit atau kanker pada keluarga, hipertensi, alergi,
Keluarga asma, maupun kencing manis.
• Status Generalis
• Keadaan Umum
• Kesadaran : Compos Mentis
• Kesan sakit : Tampak sakit ringan
• Kesan gizi : Gizi Baik
• BB : 35 kg

• Tanda Vital
• Nadi : 90 kali/menit
• Respirasi : 24 kali/menit
• Suhu : 37,4°C
USG Inguinal : Tanggal 11/07/2018

Skrotum kanan : Tak tampak gambaran testis

Skrotum kiri : Tampak testis dengan ukuran normal,


echo parenkim homogen, tak tampak lesi
hypoechoic/hyperechoic

Inguinal kanan tampak echo testis dengan ukuran


normal, tak tampak gambaran usus

Inguinal kiri tak tampak echo testis, tak tampak


gambaran usus
• Kesan :
• Testis kanan berada di inguinal kanan mengesankan
Undesensus Testis Kanan
• Testis kiri tampak di scrotum kiri
• Undesensus Testis Dextra
• Konsul dr. SpB
• Konsul dr. SpA
• Konsul dr. SpAn
• Orchidopexy Dextra pada tanggal 15 Juli 2018
Dilakukan tindakan
aseptic dan Pasien supine Insisi di inguinal 
antiseptic di dalam GA tampak testis di
daerah operasi inguinal

Dilakukan sondase Dilakukan diseksi


Kanalis inguinalis
ke proximal  dibuka sampai dengan
buntu ring interna

Dilakukan Luka operasi


Orchidopexy 2 ditutup lapis demi Operasi selesai
jahitan lapis
• Definisi
• Undescended testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus
adalah suatu keadaan dimana setelah usia 1 tahun, satu atau
kedua testis tidak berada di dalam kantung skrotum, tetapi
masih berada di salah satu tempat sepanjang jalur desensus
normal.
• Epidemiologi
• Pada bayi prematur sekitar 30,3% dan sekitar 3,4% pada
bayi cukup bulan. Bayi dengan berat lahir < 900 gram
seluruhnya mengalami UDT, sedangkan dengan berat lahir <
1800 gram sekitar 68,5 % UDT. Dengan bertambahnya umur
menjadi 1 tahun, insidennya menurun menjadi 0,8 %, angka ini
hampir sama dengan populasi dewasa.
Etiologi
• Mekanisme terjadinya UDT berhubungan dengan banyak faktor
(multifaktorial) yaitu:
• Perbedaaan pertumbuhan relatif tubuh terhadap funikulus
spermatikus atau gubernaculum.
• Peningkatan tekanan abdomen.
• Faktor hormonal: testosteron, MIS, dan extrinsic estrogen.
• Perkembangan epididymis.
• Perlekatan gubernakular.
• Genito femoral nerve/calcitonin gene-related peptide (CGRP).
• Sekunder pasca-operasi inguinal yang menyebabkan jaringan
ikat.
• Suhu di dalam rongga abdomen kurang lebih 1-20C lebih tinggi
daripada suhu di dalam skrotum, sehingga testis abdominal
selalu mendapatkan suhu yang lebih tinggi daripada testis
normal, hal ini mengakibatkan kerusakan sel-sel germinal testis.
• Pada usia 2 tahun, sebanyak 1/5 bagian dari sel-sel germinal
testis telah mengalami kerusakan, sedangkan pada usia 3 tahun
hanya 1/3 sel-sel germinal yang masih normal. Kerusakan ini
makin lama makin progresif dan akhirnya testis menjadi
mengecil. Karena sel-sel Leydig sebagai penghasil hormone
androgen tidak ikut rusak, maka potensi seksual tidak
mengalami gangguan. Akibat lain yang ditimbulkan dari letak
testis yang tidak berada diskrotum adalah mudah terpluntir
(torsio), mudah terkena trauma, dan lebih mudah mengalami
degenerasi maligna.
• Pasien biasanya dibawa berobat ke dokter karena orang
tuanya tidak menjumpai testis di kantong skrotum, sedangkan
pasien dewasa mengeluh karena infertilitas yaitu belum
mempunyai anak setelah kawin beberapa tahun. Kadang-
kadang merasa ada benjolan di perut bagian bawah yang
disebabkan testis maldesensus mengalami trauma, mengalami
torsio, atau berubah menjadi tumor testis.
• Inspeksi pada region skrotum terlihat hipoplasia kulit skrotum
karena tidak pernah ditempati oleh testis. Pada palpasi, testis
tidak teraba di kantung skrotum, melainkan berada di inguinal
atau di tempat lain. Pada saat melakukan palpasi, untuk
mencari keberadaan testis, jari tangan pemeriksa harus dalam
keadaaan hangat.
• Saat pemeriksaan fisik kondisi pasien harus dalam keadaan
relaksasi dan posisi seperti frog-leg atau crosslegged. Pada
pasien yang terlalu gemuk, dapat dilakukan dalam posisi sitting
cross-legged atau baseball catcher’s. Tangan pemeriksa harus
dalam keadaan hangat untuk menghindari tertariknya testis ke
atas.
USG hanya dapat membantu menentukan lokasi
testis terutama didaerah inguinal, di mana hal ini
akan mudah sekali dilakukan perabaan dengan
tangan.
CT scan dan MRI mempunyai ketepatan yang
lebih tinggi dibandingkan USG terutama
diperuntukkan testis intra-abdomen (tak teraba
testis).
MRI mempunyai sensitifitas yang lebih baik untuk
digunakan pada anak-anak yang lebih besar
(belasan tahun). MRI juga dapat mendeteksi
kecurigaan risiko keganasan testis.
• Tujuan terapi UDT yang utama dan dianut hingga saat ini
adalah memperkecil risiko terjadinya infertilitas dan keganasan
dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum baik dengan
menggunakan terapi hormonal ataupun dengan cara
pembedahan (orchiopexy).
• Infertilitas mungkin terjadi pada 1 dari 4 laki-laki dewasa
dengan riwayat unilateral UDT dan pada 3 dari 4 laki-laki
dewasa dengan riwayat bilateral UDT.
• Resiko terjadinya keganasan meningkat sebanyak 5-10 kali
lebih tinggi pada laki-laki dengan riwayat unilateral UDT.
• Suatu meta analisis menunjukkan bahwa orchidopexy yang
dilakukan saat anak berusia lebih dari 10 tahun memiliki resiko
6 kali lebih tinggi untuk mengalami keganasan.

Anda mungkin juga menyukai