Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu instrumen penting bagi organisasi dalam mencapai berbagai tujuannya.
Bagi sektor publik, tanggung jawab besar birokrasi dalam
memberi pelayanan kepada masyarakat harus didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur yang profesional dan kompeten.
Dalam konteks reformasi birokrasi, mengelola SDM merupakan
salah satu pilar perbaikan di samping aspek kelembagaan dan system. Utilisasi SDM aparatur secara efektif dan efisien menjadi fungsi utama SDM bagi birokrasi mulai dari perencanaan hingga tahap terminasi SDM. Motivasi Dalam Pelayanan Publik
Inovasi dalam pemerintahan telah terjadi pada proses
pelayanan publik yaitu adanya semacam strategi dalam memberikan motivasi lain untuk melakukan kegiatan pelayanan publik. Untuk itu, dalam pemberian motivasi pelayanan publik perlu adanya strategi-strategi khusus yang menunjang merasuknya motivasi tesebut kedalam jiwa pelaksana penyelenggaraan pelayanan publik. Hal inilah yang menjadi penting untuk diketahui lebih jauh terutama oleh pelaksana pelayanan publik karena dapat membantu menciptakan motivasi baru selain dari motivasi utama pelayanan publik yaitu untuk melayani kepentingan publik. Motivasi baru ini tidak akan tercipta begitu saja, tentunya harus ada pihak-pihak yang mau dan bisa berpartisipasi dalam pemberian motivasi pelayanan publik yang lebih inovatif. Yang berarti pula harus ada stakeholders yang akan berkepentingan nantinya. Stakeholder tersebut bisa pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik, atau masyarakat sebagai yang dilayani kebutuhannya, atau pihak lain yang juga berkepentingan dalam kegiatan pelayanan publik. Saat ini sektor public lebih sebagai sektor publik yang beroperasi sebagai pasar atau pasar semu, masih ada ruang untuk pelayanan publik motivasi, seperempat abad yang lalu telah melihat validasi konsep motivasi pelayanan publik. Pada saat yang sama tim, reformasi didasarkan pada asumsi dari kepentingan diri sendiri sedang diadopsi secara luas. Para model pasar bergantung pada kinerja keuangan dan langkah- langkah insentif untuk mengendalikan perilaku, dan telah diterapkan baik dalam sektor publik tradisional, dan dalam mengontrakkan pelayanan publik kepada pihak ketiga pemerintah. Profesionalisme Menurut pasal 4 ayat 1 Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang- undang nomor 17 tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian dijelaskan bahwa pegawai negeri adalah unsur aparatur negara yanag bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan. Jika dilihat dari pengertian tersebut, maka tak heran bila kerap kali profesi pegawai negeri dikaitkan dengan profesionalitas dan etika. Profesionalitas merujuk pada kompetensi teknis pekerjaan itu sendiri yang menuntut hasil dengan standar tinggi. Sedangkan etika lebih kepada kualifikasi perilaku moral bagi pegawai pelayan publik. Urgensi kedua hal tersebut adalah untuk menjamin bahwa kebijakan-kebijakan publik diimplementasikan dan menjadi realitas. Untuk itu bagi Anda yang berkarir di bidang pelayanan publik atau birokrasi hendaknya memperhatikan hal berikut. • Mempelajari dan menguasai pekerjaan Anda di bidang administrasi publik; • Menjadi pakar di bidang spesialisasi yang Anda pilih; • Menjadi teladan dalam berperilaku; • Memelihara pengetahuan dan keterampilan pada tingkat yang tinggi, menghindari benturan kepentingan dengan menempatkan nilai pengabdian kepada kepentingan publik di atas kepentingan pribadi; • Mendisiplinkan pelaku kesalahan dan anggota lainnya yang diyakini merusakreputasi profesi; • Mengungkapkan kecurangan dan malpraktik; • Secara umum meningkatkan kemampuan Anda melalui berbagai upaya pengembangan diri, termasuk penelitian, percobaan dan inovasi. Profesionalisme dalam pelayanan publik memang membutuhkan komitmen yang tinggi mengingat perilaku pelayan publik adalah terbuka sepanjang waktu dan menjadi sasaran penilaian publik jika seorang pelayan publik gagal menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu, sebagai pegawai negeri yang bekecimpung dalam pelayanan publik sudah sepantasnya menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme yang bersesuaian dengan nilai-nilai etika sebagai acuan perilaku dalam melayani publik. 1. Memberikan Manfaat Publik 2. Menegakkan Aturan Hukum 3. Menjamin Adanya Tanggung Jawab dan Akuntabilitas Publik 4. Menjadi Teladan 5. Meningkatkan Kinerja 6. Memajukan Demokrasi SEKIAN DAN TERMA KASIH . . . .!!!