REAKSI ALERGI
Seorang perempuan berusia 26 tahun, datang ke dokter dengan keluhan
gatal-gatal serta bentol-bentol merah yang hampir merata di seluruh tubuh,
timbul bengkak pada kelopak mata dan bibir sesudah minum obat penurun
panas (Parasetamol). Pada pemeriksaan fisik didapatkan angioedema di
mata dan bibir serta urtikaria di seluruh tubuh. Dokter menjelaskan keadaan ini
diakibatkan oleh reaksi alergi (hipersensitivitas tipe cepat), sehingga ia
mendapatkan obat anti histamine dan kortikosteroid. Dokter memberikan
saran agar selalu berhati-hati dalam meminum obat serta berkonsultasi dulu
dengan dokter.
HIPERSENSITIVITAS
KATA SULIT
WAKTU Intermediet
Lambat
ANTIGEN + ALERGEN
AKTIFASI SEL T
Merangsang sel b untuk aktivasi
Memproduksi sitokin Menarik sel sel
antibody IgE Sel mast melepaskan
yang menyebabkan reaksi
Histamin gatal, prutitus,
peradangan (eosinophil, basophil)
angioedema, urtikaria, kemerahan
Panas
pada kulit dan dermatitis
LI 2. Memahami dan Menjelaskan tentang
Hipersensitivitas Tipe 1
DEFINISI
Reaksi hipersensitifitas tipe 1 adalah suatu reaksi yang terjadi secara cepat
atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi timbul segera sesudah tubuh
terpajan alergen. (Imunologi Dasar, 2014)
Fase pada
respon imun
Histamin
Mediator
PG dan
Sitokin
LT
LI 2. Memahami dan Menjelaskan tentang
Hipersensitivitas Tipe 1
MANIFESTASI
Reaksi Lokal
Reaksi Sistemik -
Manifestasi
Anafilaksis
Reaksi
pseudoalergi
atau anafilaktoid
LI 2. Memahami dan Menjelaskan tentang
Hipersensitivitas Tipe 1
PENANGANAN
Anti Histamin
AH 1 AH 2
Terfenadin,
CTM Astemizol,
(Klorfeniramin) Loratadin,
Akrivastin.
FARMAKODINAMIK AH 1
AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus,
bermacam otot polos.
Obat AH1 dibedakan menjadi 2 yaitu AH1 generasi pertama dan AH2
generasi kedua.
Obat AH1 generasi pertama adalah klorfeniramin (CTM).
AH1 generasi kedua tidak menyebabkan efek samping karena tidak
menembus sawar otak sehingga tidak menyebabkan efek pada SSP
seperti kantuk, inkoordinasi, dll. (terfenadin, astemizol, loratadin, akrivastin,
dan setirizin).
Farmakokinetik AH1
Efek yang ditimbulkan dari antihistamin 15-30 menit setelah pemberian oral
dan maksimal setelah 1-2 jam.
Lama kerja AH1 umumnya 4-6 jam.
Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru.
AH1 disekresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk
metabolitnya.
Meminum obat saat makan akan mengurangi efek samping.
Indikasi dan Kontraindikasi AH1
INDIKASI untuk alergi debu yang tidak parah, mengatasi urtikaria akut,
dermatitis atopic, dermatitis kontak dan gigitan serangga, anti muntah
pasca bedah atau hamil dan setelah radiasi, paralisis agintans (Parkinson),
untuk mabuk perjalanan.
Kontraindikasi untuk pasien penderita penyakit hati.
Efek Samping
Mengentalkan sekresi bronkus sehingga menyulitkan ekspektorasi
(sehingga tidak efektif untuk penderita asma)
Sedasi (mengantuk parah). Namun ada obat non-sedasi yaitu Astemizol,
Terfenadin, Loratadin
Vertigo, Insomnia, Tremor, Nafsu makan menurun, inkoordinasi, pandangan
kabur, diplopia, euphoria, gelisah, lemah, penat, mulut kering, disuria,
hipotensi, sakit kepala, dll.
Pemberian astemizol, terfenadin yang diberikan bersama makrolida
(eritromisin) seperti ketokonazol, itrakonazol akan menyebabkan keadaan
fatal yaitu aritmia ventrikel.
AH2
AH2 menghambat sekresi asam lambung.
AH2 dibedakan menjadi 4 golongan yaitu:
Simetidin
Ranitidin
Famotidin
Nizatidin
INDIKASI Efektifitas Obat ini untuk tukak duodenum dan tukak lambung,
refluks esofagitis, dan untuk pasien dengan sindrom Zollinger-Ellison.
EFEK SAMPING ringan dan jarang terjadi, seperti sakit kepala, pusing,
konstipasi dan diare, dan tidak menimbulkan efek antiandrogenik.
AH2
Nizatidin
FARMAKODINAMIK Potensi nizatin daam menghambat sekresi asam
lambung.
INDIKASI Efektifitas untuk tukak duodenum diberikan satu atau dua kali
sehari selama 8 minggu, tukak lambung, refluks esofagitis, sindrom Zollinger-
Ellion. Kontraindikasi terhadap ibu hamil dan menyusui.
EFEK SAMPING ringan saluran cerna dapat terjadi, dan tidak memiliki efek
antiandrogenik
Kortokosteroid
11. Elektrolit Retensi Na/air, kehilangan kalium (astenia, paralisis, tetani, aritmia kor)
12. Sistem Menurun, rentan terhadap infeksi, reaktivasi Tb dan herpes simplek,
immunitas keganasan dapat timbul.
Kortokosteroid
Klasifikasi
1. Skin prick test tidak invasif, aman, hasil dapat diperoleh dengan cepat (15-20
menit), lebih murah dibandingkan pemeriksaan IgE spesifik dalam darah dan
mempunyai hasil yang cukup baik. Namun, tes ini tidak dapat dilakukan pada
keadaan:
Kelainan kulit yang luas karena SPT harus dikerjakan pada kulit yang sehat
Anak tidak dapat menghentikan konsumsi obat antihistamin/obat anti alergi,
karena bila obat tersebut dihentikan keluhan alergi yang timbul sangat
berat/mengganggu
Dermatografisme (keadaan kulit yang menjadi bentol dan merah apabila
ditekan/digores sesuatu).
Prosedur SPT dimulai dengan meneteskan beberapa jenis cairan alergen yang
akan diujikan di daerah lengan bawah. Jarum akan digunakan untuk
mencukit/menusuk kulit pada lokasi alergen. Proses ini akan menimbulkan sedikit
rasa sakit tapi tidak akan menimbulkan perdarahan. Setelah seluruh alergen
dicukit, anak diminta untuk menunggu selama 15 menit. Setelah 15 menit akan
timbul bentol dan kemerahan di lokasi alergen yang sensitif.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan tentang
Hipersensitivitas Tipe 1
Pencegahan
Hasil tes alergi yang positif atau terdeteksinya IgE spesifik baik pada uji kulit
maupun dalam darah hanya menandakan adanya sensitisasi dan tidak
selalu menandakan bahwa alergen tersebut menjadi pencetus gejala
alergi yang dialami pasien.
LI 3. Memahami dan Menjelaskan tentang
Hipersensitivitas Tipe 2
Definisi
1. Patogenesis
2. Opsonisasi dan fagositosis
3. Inflamasi
4. Disfungsi selular
LI 3. Memahami dan Menjelaskan tentang
Hipersensitivitas Tipe 2
Opsonisasi dan fagositosis
LI 3. Memahami dan Menjelaskan tentang
Hipersensitivitas Tipe 2
LI 4. Memahami dan Menjelaskan tentang
Hipersensitivitas Tipe 3
Definisi :
Reaksi hipersensitivitas tipe III atau yang disebut juga reaksi kompleks imun adalah
reaksi imun tubuh yang melibatkan kompleks imun yang kemudian mengaktifkan
komplemen sehingga terbentuklah respons inflamasi melalui infiltrasi masif neutrofil.
Mekanisme
LI 4. Memahami dan Menjelaskan tentang
Hipersensitivitas Tipe 3
Manifestasi klinis:
Reaksi lokala arthus
Reaksi sistemik serum sickness
vaskulitis dengan nekrosis
glomerulonefritis
AR dan
LES
LI 5. Memahami dan Menjelaskan tentang
Hipersensitivitas Tipe 4
Definisi:
Disebut juga reaksi hipersensitivitas tipe lambat yang diperantarai
oleh sistem imun selular, yaitu melalui perantara sel T yang
tersensitisasi secara khusus dan bukan diperantarai antibody.
Respon Imun:
Dematitis kontak
Hipersensitivitas tuberkulin
Reaksi Jones Mote
Penyakit CD8+
LI 5. Memahami & Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe 4
Mekanisme
LI 6. Pandangan Islam Terhadap
Pemilihan Obat
Maslahat:
Al-Ghazali memberikan isyarat bahwa ada dua bentuk kemaslahatan, yaitu
Kemasalahatan menurut manusia, dan
Kemaslahatan menurut syari‟at.
Hadist untuk berobat
Hadits Ziyadah bin Alaqah dari Usamah bin Syuraik menuturkan,
“Aku berada bersama Nabi lalu datanglah sekelompok orang Badui dan
bertanya,’Wahai Rasulullah, apakah kita boleh berobat?’
Rasulullah menjawab, ‘Ya, wahai hamba Allah, berobatlah. Sesungguhnya Allah
tidak menciptakan penyakit kecuali Allah menciptakan obatnya, kecuali satu
macam penyakit.’
Mereka bertanya,’Apa itu?’
Rasulullah menjawab,’Penyakit tua’.”
(HR Ahmad dalam Musnad : IV/278, Tirmidzi dalam Sunan (2038))
LI 6. Pandangan Islam Terhadap
Pemilihan Obat
Syaikhul Islam Ibnu
taimiyah rahimahullah berkata
“Berobat tidaklah wajib menurut mayoritas ulama. Yang
mewajibkannya hanyalah segelintir ulama saja sebagaimana yang
berpendapat demikian adalah sebagian ulama Syafi’i dan Hambali.
Para ulama pun berselisih pendapat manakah yang lebih utama,
berobat ataukah sabar. Karena hadits shahih yang menerangkan hal
ini dari Ibnu ‘Abbas, tentang budak wanita yang sabar terkena
penyakit ayan.” (Majmu’ Al Fatawa, 24: 268)
TERIMAKASIH
Wassalamualaikum wr.wb