Invaginasi
Invaginasi
Oleh
Azra Dania Sarah
71160891878
PEMBIMBING
dr. SAYED MUSY’ARI SP.B
SMF ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI
MEDAN
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
• Penyebab tersering terjadinya intususepsi belum diketahui.
• Berhubungan erat dengan infeksi adenovirus( 50 %)
• Pemberian makanan padat dini
• 5-10%, hal-hal pendorong seperti apendiks yang terbalik,
divertikulum Meckel, polip usus, limfosarkoma.
• Hipertrofi payer’s patch di ileum
• Invaginasi idiopatik (usia 6-36 bulan)
ETIOLOGI
• Invaginasi terjadi ketika suatu segmen usus berikut mesenterium masuk ke dalam lumen usus
bagian distalnya oleh suatu kausa. 90% kausa tersebut masih belum diketahui secara pasti,
tetapi diduga oleh penebalan dinding usus, khususnya ileum
• Invaginasi seringkali terjadi pada saat penderita mengalami infeksi pernapasan atau suatu
episode gastroenteritis yang kemudian menyebabkan hipertropi plak Peyer, menginisiasi
terjadinya invaginasi. Adenovirus dan rotavirus diketahui berimplikasi pada 50% kasus.
PATOFISIOLOGI
Intususepsi berdasar lokasi dibedakan dalam 4 tipe :
• Entero Enterik : usus halus ke usus halus
• Ileosekal : valvula ileosekalis mengalami invaginasi prolaps ke sekum dan menarik ileum di
belakangnya. Valvula tersebut merupakan apex dari intususepsi.
• Kolokolika : kolon ke kolon.
• Ileokoloika : ileum prolaps melalui valvula ileosekalis ke kolon.
KLASIFIKASI
DIAGNOSIS
Anamnesa
Tanda & Gejala :
serangan rasa sakit/kholik (Rasa sakit berhubungan dengan passase
dari intususepsi).
Muntah warna hijau
keluarnya darah melalui rektum (red currant jelly)
terdapatnya masa yang teraba di perut
• Pada dewasa : nyeri perut, distensi disertai gejala-gejala invaginasi pada
anak
• Adanya gejala obstruksi usus berulang, harus dipikirkan kemungkinan
intususepsi
Red current jelly stool
Muntah hijau
TRIAS
PEMERIKSAAN FISIK
Foto Polos Abdomen
Barium Enema
Ultrasonografi
CT Scan
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Kasus invaginasi di RS kasus gawat darurat
• Tindakan pertama yaitu:
Tindakan perbaikan keadaan umum
Pertolongan kurang dari 24 jam dari serangan pertama -> prognosis yang lebih baik
1. Reduksi dengan Barium Enema
2. Reduksi dengan Operasi
sebelum dilakukan tindakan reduksi
1. Dipuasakan
2. Resusitasi cairan
3. Dekompressi dengan pemasangan pipa lambung
PENATALAKSANAAN
Reduksi dengan Barium Enema
- Berfungsi sebagai diangnostik dan terapi
MILKING
Reposisi manual “milking” intususeptum keluar
dari intususipien
Mempertahankan tekanan manual halus dari
pada menarik keluar intususeptum untuk
menghindari resiko perforasi iatrogenik.
Jika reduksi operasi berhasil apendiktomi
sering dilakukan
PERAWATAN PASCA OPERASI
• Nasogastric tube berguna sebagai dekompresi pada saluran cerna selama 1-2 hari dan
penderita tetap dengan infus.
PROGNOSIS
• Mortalitas sangat rendah jika penanganan dilakukan dalam 24 jam pertama dan meningkat
dengan cepat setelah waktu tersebut, terutama setelah hari kedua.
STATUS ANAK SAKIT
Diagnosa Kerja
Susp. Invaginasi + dehidrasi berat + hypokalemia + hipoalbumin
Terapi
- O2 1-2 L/I
- IVFD RL 240 cc/ 30i mikro Rehidrasi awal
- IVFD RL 560 cc/ 2,5 jam mikro Maintanance
- Pasang OGT
- Pasang Kateter
- Transfusi PRC 96 cc
Pemberian I 40 cc
Pemberian II 50 cc
- Koreksi Albumin
Rencana
Konsul Anak
Konsul Anastesi
Konsul bedah anak untuk dilakukan tindakan Laparotomi
Prognosa
Dubia ad malam