Lapkas GBS
Lapkas GBS
Guillain-Barre Syndrome
Disusun oleh :
Akmal Fahrezzy 130100255
Alvin Henri 130100270
Indriani Nisfulaili 130100267
Christine 130100323
Walensia Sihombing 130100256
Pembimbing :
dr. Chairil Amin Batubara, M.Ked(Neu), Sp.S
BAB 1
PENDAHULUAN
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
PREVALENSI DBD
INDONESIA
1-2 dari 100.000
4
ANGKA KEJADIAN
DUNIA
1,7 per 100.000
AMERIKA
0,6-1,9 per 100.000
INDONESIA
RSCM 48 kasus
per tahun
5
BAB 1
PENDAHULUAN
Tujuan Penulisan
▰Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk memahami tinjauan
ilmu teoretis dan mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat
terhadap Guillain-Barre Syndrome serta melakukan penatalaksanaan yang
tepat, cepat, dan akurat sehingga mendapatkan prognosis yang baik
6
BAB 1
PENDAHULUAN
Manfaat Penulisan
▰Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk
lebih memahami dan memperdalam secara teoritis tentang Guillain-Barre
Syndorme. Selain itu, laporan kasus ini dapat digunakan sebagai bahan informasi
dan pengetahuan bagi pembaca mengenai Guillain-Barre Syndorme.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8
“ SGB adalah suatu polineuropati yang bersifat
ascending dan akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3
minggu setelah infeksi akut. SGB merupakan suatu sindroma
klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara
akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya
adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis.
- CDC 2012
9
Anatomi Neuron
10
Perbandingan Anatomi Neuron
11
Etiologi
12
Faktor Resiko
14
Patogenesis
15
Patogenesis
16
Manifestasi Klinis
17
Diagnosa
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
- Cek Darah Lengkap ( Elektrolit, LFT, CPK)
- EMG
- CSF (lumbal pungsi)
18
Penatalaksanaan
▰Kortikosteroid
▰Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan preparat
steroid tidak mempunyai nilai/tidak bermanfaat untuk terapi SGB.
▰Plasmaparesis
▰Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk
mengeluarkan faktor autoantibodi yang beredar. Pengobatan
dilakukan dengan mengganti 200-250 ml plasma/kg BB dalam 7-14
hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat awal
onset gejala (minggu pertama)
19
▰Pengobatan imunosupresan:
▰1. Imunoglobulin IV
▰Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan dibandingkan
plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih ringan. Dosis maintenance 0.4
gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari
tiap 15 hari sampai sembuh.
▰2. Obat sitotoksik
▰Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
▰ 6 merkaptopurin (6-MP)
▰azathioprine
▰cyclophosphamid
▰Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakit kepala. 20
Komplikasi
23
STATUS PASIEN
Identitas Pribadi
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 31 tahun
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lor II umum, Bagan Deli, Medan Belawan
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Tgl masuk : 29 September 2017
Tgl keluar :-
24
Anamnesa
26
Anamnesa
27
Anamnesa Traktus
28
Anamnesa Keluarga dan Sosial
Genitalia
34
Saraf Otak / Nervus Kranialis
Nervus I
Meatus Nasi Dextra Meatus Nasi Sinistra
Normosmia : + +
Anosmia : - -
Parosmia : - -
Hiposmia : - -
35
Saraf Otak / Nervus Kranialis
Nervus II
Oculi Dextra Oculi Sinistra
Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lapangan pandang
• Normal : + +
• Menyempit : - -
• Hemianopsia : - -
• Scotoma : - -
Refleks Ancaman : + + 36
Saraf Otak / Nervus Kranialis
Nervus V
Kanan Kiri
Motorik
• Membuka dan menutup mulut : + +
• Palpasi otot masseter dan temporalis : + +
• Kekuatan gigitan : + +
Sensorik
• Kulit : + +
• Selaput lender : + +
39
Saraf Otak / Nervus Kranialis
Nervus V
Kanan Kiri
Refleks kornea
• Langsung : + +
• Tidak langsung : + +
Refleks masetter : + +
Refleks bersin : + +
40
Saraf Otak / Nervus Kranialis
Nervus VII
Motorik
• Mimik : Sudut mulut tertarik ke kiri
• Kerut kening : Menghilang pada kening kanan
• Menutup mata : Lagophtalmus pada mata kanan
• Meniup sekuatnya : Bocor di mulut sebelah kanan
• Memperlihatkan gigi : Sudut mulut tertarik ke kiri
• Tertawa : Sudut mulut tertarik ke kiri
41
Saraf Otak / Nervus Kranialis
Nervus VII
Sensorik
• Pengecapan 2/3 depan lidah : Dalam batas normal
• Produksi kelenjar lidah : Dalam batas normal
• Hiperakusis :-
• Refleks stapedial :-
42
Saraf Otak / Nervus Kranialis
Nervus VIII
Kanan Kiri
Auditorius
• Pendengaran : Normal Normal
• Test rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Test weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Test schwabach: Tidak dilakukan pemeriksaan
43
Saraf Otak / Nervus Kranialis
Nervus VIII
Kanan Kiri
Vestibularis
• Nistagmus : (-) (-)
• Reaksi kalori : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Vertigo : (-) (-)
• Tinnitus : (-) (-)
44
Saraf Otak / Nervus Kranialis
Nervus IX, X
Pallatum mole : Medial
Uvula : Medial
Disfagia : (-)
Disartria : (-)
Disfonia : (-)
Refleks muntah : (+)
Pengecapan 1/3 belakang lidah : Dalam batas normal
45
Saraf Otak / Nervus Kranialis
46
Saraf Otak / Nervus Kranialis
Nervus XII
Lidah
• Tremor : (-)
• Atrofi : (-)
• Fasikulasi : (-)
Ujung lidah sewaktu istirahat : Dalam batas normal
Ujung lidah sewaktu dijulurkan : Medial
47
Sistem Motorik
Trofi : Eutrofi
Tonus otot : Hipotonus
Kekuatan otot : ESD : 44444 ESS : 44444
44444 44444
49
Test Sensibilitas
50
Refleks
Refleks patologis
• Babinski : - -
• Oppenheim : - -
• Chaddock : - -
• Gordon : - -
• Schaefer : - -
• Hoffman- tromner : - -
• Klonus lutut : - -
• Klunus kaki : - -
Refleks primitif : (-) 52
Koordinasi
Vasomotorik : Normal
Sudomotorik : Normal
Pilo- erector : Normal
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Potens dan libido : Tidak dilakukan pemeriksaan
54
Vertebra
Bentuk
• Normal :+
• Scoliosis :-
• Hiperlordosis :-
Pergerakan
• Leher : Normal
• Pinggang : Tidak dilakukan pemeriksaan
55
Test Peransangan Radikuler
Laseque : (-)
Cross laseque : (-)
Test lhermitte : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test naffziger : Tidak dilakukan pemeriksaan
56
Gejala – Gejala Serebelar
Ataksia : (-)
Disartria : (-)
Tremor : (-)
Nistagmus : (-)
Fenomena rebound : (-)
Vertigo : (-)
Dll : (-)
57
Gejala – Gejala Ekstrapiramidal
Tremor : (-)
Rigiditas : (-)
Bradikinesia : (-)
Dll : (-)
58
Fungsi Luhur
Agnosia
• Agnosia visual : Dalam batas normal
• Agnosia jari-jari : Dalam batas normal
• Akalkulia : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Disorientasi kanan-kiri : (-)
61
Tes Laboratorium
P: 12-14 g/dL
Hematokrit 27 L: 40-48%
P: 37-43%
Leukosit 4.950 5-10.103/µl
Trombosit 224.000 150-400.103/µl
62
Tes Laboratorium
Ureum 19 19-44
Kreatinin 0,76 0,7 - 1,3
ELEKTROLIT
Hasil:
• Jantung tidak membesar
• Kedua sinus costophrenikus lancip,
kedua diafragma licin
• Tidak tampak infiltrat pada kedua
lapangan paru
• Trakea medial
• Tulang – tulang dan soft tissue baik
64
Kesimpulan :Tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo
Neuron perifer (mielin)
Diagnosa
• Bed Rest
• O2 2-4 L/I via nasal cannule
• IVFD Ringer Solution 20 tetes/menit
• Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam
• Inj. Methylprednisolon 250 mg (LD) >> selanjutnya 125 mg / 6 jam
• Vitamin B comp 2x1 tab
66
BAB 4
FOLLOW UP
67
1 – 5 Oktober 2017
S O A P
Lemah pada ke- Sens : Compos Mentis Tetraparese tipe LMN Bedrest
4 ekstremitas + PN VII LMN dekstra
TD : 130/90 mmHg T : 36,8 ̊C O2 2-4 L/I via nasal cannule
e.c. GBS
HR : 92x/I RR : 22x/i IVFD R.Sol 20 gtt/i
Inj. Methyl Prednisolon 12,5
Nevus Kranialis : mg/6 jam
II, III : RC +/+, pupil bulat isokor Ø 3mm/3mm Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
IV, V, VI : gerak bola mata +/+ Vit B. kompleks 3x1
V : buka tutup mulut
VII : sudut mulut tertarik ke kiri /R
VIII : tinnitus (-) EMG
IX, X : uvula medial Fisioterapi
XI : mengangkat bahu (+)
XII : lidah dijulurkan medial
68
1 – 5 Oktober 2017
S O A P
Lemah pada ke- R. Fisiologis : Tetraparese tipe LMN Bedrest
4 ekstremitas + PN VII LMN dekstra
B/T : +/+ +/+ APR/KPR : +/+ +/+ O2 2-4 L/I via nasal cannule
e.c. GBS
IVFD R.Sol 20 gtt/i
R. Patologis : Inj. Methyl Prednisolon 12,5
H/T : -/- -/- Babinski : - - mg/6 jam
Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Kek. Motorik : Vit B. kompleks 3x1
ESD 44444 ESS 44444
EID 44332 EIS 44332 /R
EMG
Fisioterapi
69
6 – 10 Oktober 2017
S O A P
Lemah pada ke- Sens : Compos Mentis Tetraparese tipe LMN Bedrest
4 ekstremitas + PN VII LMN dekstra
TD : 130/90 mmHg T : 36,8 ̊C IVFD R.Sol 20 gtt/i
e.c. GBS
HR : 92x/I RR : 22x/i Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Tanda peningkatan TIK : - Refleks Meningeal : - Vit B. kompleks 3x1
Paracetamol 3x500mg
Nevus Kranialis : Fisioterapi 3x/minggu
II, III : RC +/+, pupil bulat isokor Ø 3mm/3mm
IV, V, VI : gerak bola mata +/+ /R
V : buka tutup mulut (+) Susul hasil EMG
VII : sudut mulut tertarik ke kiri, lagophtalmus (+) kiri
VIII : tinnitus (-)
IX, X : uvula medial (+)
XI : mengangkat bahu (+)
XII : lidah dijulurkan medial
70
6 – 10 Oktober 2017
S O A P
Lemah pada ke- R. Fisiologis : Tetraparese tipe LMN Bedrest
4 ekstremitas + PN VII LMN dekstra
B/T : +/+ +/+ APR/KPR : +/+ +/+ IVFD R.Sol 20 gtt/i
e.c. GBS
Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
R. Patologis : Vit B. kompleks 3x1
H/T : -/- -/- Babinski : - - Paracetamol 3x500mg
Fisioterapi 3x/minggu
Kek. Motorik :
ESD 44444 ESS 44444 /R
EID 44332 EIS 44332 Susul hasil EMG
71
11 – 16 Oktober 2017
S O A P
Lemah pada ke- Sens : Compos Mentis Tetraparese tipe LMN Bedrest
4 ekstremitas + PN VII LMN dekstra
TD : 120/80 mmHg T : 37,3 ̊C IVFD R.Sol 20 gtt/i
e.c. GBS
HR : 80x/i RR : 22x/i Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Tanda peningkatan TIK : - Refleks Meningeal : - Vit B. kompleks 3x1
Paracetamol 3x500mg
Nevus Kranialis : Fisioterapi 3x/minggu
II, III : RC +/+, pupil bulat isokor Ø 3mm/3mm
IV, V, VI : gerak bola mata +/+ /R
V : buka tutup mulut (+) Terapi Plasma Exchange
VII : sudut mulut tertarik ke kiri, lagophtalmus (+) kiri
VIII : tinnitus (-)
IX, X : uvula medial (+)
XI : mengangkat bahu (+)
XII : lidah dijulurkan medial
72
11 – 16 Oktober 2017
S O A P
Lemah pada ke- R. Fisiologis : Tetraparese tipe LMN Bedrest
4 ekstremitas + PN VII LMN dekstra
B/T : +/+ +/+ APR/KPR : +/+ +/+ IVFD R.Sol 20 gtt/i
e.c. GBS
Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
R. Patologis : Vit B. kompleks 3x1
H/T : -/- -/- Babinski : - - Paracetamol 3x500mg
Fisioterapi 3x/minggu
Kek. Motorik :
ESD 44444 ESS 44444 /R
EID 44332 EIS 44332 Terapi Plasma Exchange
Hasil EMG :
Poliradikuloneuropati sensorik dan motoric tipe aksonal dengan demielinasi sekunder
73
BAB 5
DISKUSI KASUS
74
TEORI DISKUSI
Definisi OS awalnya mengeluhkan kebas di kedua kaki, kebas
dirasakan semakin berat hingga pasien tidak bias berdiri.
Suatu poliradikuloneuropati yang bersifat
2 minggu sebelumnya OS pernah dirawat di RS swasta
ascending dan akut yang sering terjadi setelah 1-3
selama 1 minggu dengan diagnosa demam tifoid.
minggu setelah infeksi akut.
75
TEORI DISKUSI
Manifestasi klinis OS datang dengan keluhan utama lemah keempat
anggota gerak, hal ini telah dialami os sejak 3 hari ini
SGB merupakan penyebab paralisis akut yang
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya keluhan dirasakan
dimulai dengan rasa baal, parestesia pada bagian
seperti kebas di kedua kaki. Kebas dirasakan semakin
distal dan diikuti secara cepat oleh paralisis
berat hingga pasien tidak bias berdiri. Pasien juga
keempat ekstremitas yang bersifat asendens,
mengeluhkan kebas pada kedua tangan 1 hari
kelemahan otot pernapasan juga dapat timbul
setelahnya. Mulut mencong dialami sejak 1 hari
secara signifikan sehingga pasien membutuhkan
sebelum masuk rumah sakit. Kerut kening dan tertawa
bantuan ventilator dalam bernapas. Keterlibatan
ditemukan asismetris pada bagian wajah sebelah kanan.
saraf pusat muncul 50% pada kasus berupa facial
diplegia.
76
TEORI DISKUSI
Tatalaksana Terapi yang dijalankan oleh OS selama perawatan
sebagai berikut :
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh
sendiri. Pengobatan secara umum bersifat Bed rest
simtomatik. Tujuan terapi khusus adalah O2 2-4 liter/i via nasal cannule
mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat IVFD Ringer solution 20 gtt/min
penyembuhan melalui sistem imunitas Inj. Methylprednisolone 125 mg/6 jam/IV
(imunoterapi). Dapat diberikan terapi Inj. Ranitidine 1 amp /12 jam/IV
immunosupresan, terapi penggantian plasma B complex 3x1
untuk menghilangkan antibody yang terdapat Paracetamol 3x500mg
didalam darah serta fisioterapi. Terapi plasma exchange
77
BAB 6
KESIMPULAN
78
KESIMPULAN
Seorang laki-laki berinisial Tn.S, berusia 31 tahun datang dengan keluhan lemah
keempat anggota gerak, hal ini telah dialami os sejak 3 hari ini sebelum masuk rumah
sakit. Awalnya keluhan dirasakan seperti kebas di kedua kaki. Kebas dirasakan semakin
berat hingga pasien tidak bias berdiri. Pasien juga mengeluhkan kebas pada kedua
tangan 1 hari setelahnya. Mulut mencong dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit.
RPT : Demam Tifoid
RPO : tidak jelas
80
TERIMA KASIH
81
Pertanyaan
▰1. Apakah ada hubungan demam tifoid sebagai penyakit terdahulu dengan penyakit
GBS pasien ?
▰2. Apakah pada semua pasien GBS ditatalaksana dengan Plasma Exchange ? Apa
indikasinya ?
▰3. Kenapa pada pemeriksaan kekuatan motorik, berbeda nilainya pada
ekstrimitasnya? Coba jelaskan
▰4. Mengapa pada pasien ini diberi tatalaksana kortikosteroid ?
▰5. Selain EMG , pemeriksaan apalagi yang perlu dilakukan ?
▰6. Bagaimana klasifikasi varian GBS ini ? Coba jelaskan ke 6 tipenya dan pada kasus
ini termasuk ke tipe yang mana ?
82