Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN KASUS

Guillain-Barre Syndrome
Disusun oleh :
Akmal Fahrezzy 130100255
Alvin Henri 130100270
Indriani Nisfulaili 130100267
Christine 130100323
Walensia Sihombing 130100256
Pembimbing :
dr. Chairil Amin Batubara, M.Ked(Neu), Sp.S
 
BAB 1
PENDAHULUAN

2
BAB 1
PENDAHULUAN

 Sindroma Guillain-Barre (SGB) merupakan penyebab


kelumpuhan yang cukup sering dijumpai pada usia
dewasa muda
 SGB dapat didefinisikan sebagai kumpulan gejala
klinis yang bermanifestasi tersering sebagai suatu
AIDP (Acute Inflammatory Demelinating
Polyradiculoneuropathy) dengan gejala yang tampak
adalah kelemahan anggota gerak dan hilang /
berkurangnya refleks.
3
PREVALENSI DBD

INDONESIA
1-2 dari 100.000

data RSCM 2012

4
ANGKA KEJADIAN
DUNIA
1,7 per 100.000

AMERIKA
0,6-1,9 per 100.000

INDONESIA
RSCM 48 kasus
per tahun

5
BAB 1
PENDAHULUAN

Tujuan Penulisan
▰ Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk
memahami tinjauan ilmu teoretis dan
mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah
didapat terhadap Guillain-Barre Syndrome serta
melakukan penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan
akurat sehingga mendapatkan prognosis yang baik

6
BAB 1
PENDAHULUAN

Manfaat Penulisan
▰ Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan
kasus ini adalah untuk lebih memahami dan
memperdalam secara teoritis tentang Guillain-Barre
Syndorme. Selain itu, laporan kasus ini dapat digunakan
sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca
mengenai Guillain-Barre Syndorme.

7
 
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

8
“ SGB adalah suatu polineuropati yang
bersifat ascending dan akut yang sering
terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah
infeksi akut. SGB merupakan suatu
sindroma klinis yang ditandai adanya
paralisis flasid yang terjadi secara akut
berhubungan dengan proses autoimun
dimana targetnya adalah saraf perifer,
radiks, dan nervus kranialis.
- CDC 2012

9
Anatomi Neuron

10
Perbandingan Anatomi Neuron

11
Etiologi

Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului dan


mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB,
antara lain:
▰ Infeksi (saluran napas atas, saluran pencernaan)
▰ Vaksinasi
▰ Pembedahan
▰ Penyakit sistematik:
▰ Keganasan
▰ systemic lupus erythematosus
12
Faktor Resiko

Guillain-Barre mungkin dipicu oleh:


 Paling sering, infeksi dengan campylobacter, jenis bakteri yang sering
ditemukan dalam makanan matang, khususnya unggas
 Operasi
 Virus Epstein-Barr
 Penyakit Hodgkin
 Mononucleosis
 HIV, virus penyebab AIDS
 Jarang, rabies atau imunisasi influenza
13
Klasifikasi

▰ 1. Acute inflammatory demyelinating


polyradiculoneuropathy (paling sering)
▰ 2. Subacute inflammatory demyelinating
polyradiculoneuropathy
▰ 3. Acute motor axonal neuropathy
▰ 4. Acute motor sensory axonal neuropathy
▰ 5. Fisher’s syndrome
▰ 6. Acute Pandysautonomia

14
Patogenesis

Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang


menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah:
1. didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (cell
mediated immunity) terhadap agen infeksious pada saraf tepi.
2. adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi
3. didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari
peredaran pada pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses
demyelinisasi saraf tepi.

15
Patogenesis

Perjalanan penyakit GBS dapat dibagi menjadi 3 fase:


▰ Fase progresif.
▰ Fase plateau.  
▰ Fase penyembuhan  

16
- Facial drop
- Diplopia
Manifestasi
- Disartria Klinis
- Disfagia
- Optalmoplegi

Gejala sensorik :
1. Kebas

Gejala motorik :
1. Hiporefleks
2. Hipotonus

17
Diagnosa

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
- Cek Darah Lengkap ( Elektrolit, LFT, CPK)
- EMG
- CSF (lumbal pungsi)

18
Penatalaksanaan
▰ Kortikosteroid
▰ Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa
penggunaan preparat steroid tidak mempunyai
nilai/tidak bermanfaat untuk terapi SGB.
▰ Plasmaparesis
▰ Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan
untuk mengeluarkan faktor autoantibodi yang
beredar. Pengobatan dilakukan dengan
mengganti 200-250 ml plasma/kg BB dalam 7-
14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila
diberikan saat awal onset gejala (minggu
pertama)
19
▰ Pengobatan imunosupresan:
▰ 1. Imunoglobulin IV
▰ Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih
menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena efek
samping/komplikasi lebih ringan. Dosis maintenance 0.4
gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis
maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.
▰ 2. Obat sitotoksik
▰ Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
▰ 6 merkaptopurin (6-MP)
▰ azathioprine
▰ cyclophosphamid
▰ Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, 20
mual dan sakit kepala.
Komplikasi

▰ Paralisis otot persisten


▰ Gagal nafas, dengan ventilasi mekanik
▰ Aspirasi
▰ Retensi urin
▰ Masalah psikiatrik, seperti depresi dan ansietas
▰ Nefropati, pada penderita anak
▰ Hipo ataupun hipertensi
▰ Tromboemboli, pneumonia, ulkus
▰ Aritmia jantung
▰ Ileus
21
Prognosis

Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik


tetapi pada sebagian kecil penderita dapat meninggal
atau mempunyai gejala sisa. 95% terjadi
▰ penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan
bila dengan keadaan antara lain:
▰ pada pemeriksaan NCV-EMG relatif normal
▰ mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai
saat onset
▰ progresifitas penyakit lambat dan pendek
▰ pada penderita berusia 30-60 tahun 22
 
BAB 3
STATUS PASIEN

23
STATUS PASIEN

Identitas Pribadi
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 31 tahun
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lor II umum, Bagan Deli, Medan Belawan
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Tgl masuk : 29 September 2017
Tgl keluar :-

24
Anamnesa

Keluhan Utama : Lemah pada keempat ekstremitas


Telaah : Hal ini telah dialami os ± 3 hari ini
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya keluhan dirasakan
seperti kebas di kedua kaki. Kebas dirasakan semakin
berat hingga pasien tidak bisa berdiri. Pasien juga
mengeluhkan kebas pada kedua tangan 1 hari
setelahnya. Nyeri kepala, muntah, dan kejang tidak
dijumpai. Buang air kecil dan besar dalam batas normal.
Mulut mencong dialami ± 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. 3 minggu sebelumnya pasien pernah dirawat25di RS
swasta selama satu minggu dengan diagnosa demam
Anamnesa

Riwayat hipertensi, diabetes mellitus,


hiperkolesterolemia, dan penyakit jantung disangkal.
Riwayat stroke sebelumnya tidak dijumpai. Riwayat
keluhan yang sama sebelumnya tidak dijumpai. Riwayat
keluhan yang sama pada keluarga tidak dijumpai.
Riwayat trauma tidak dijumpai.

Riwayat penyakit terdahulu : Demam Tifoid


Riwayat penggunaan obat: Tidak jelas 26
Anamnesa

8 September 22 September 29 September


2017 2017 2017

Pasien dirawat di Pasien mengalami Pasien dating ke IGD


RS swasta dengan keluhan kebas di RSUP H. Adam Malik
diagnosa demam kedua kaki, dengan keluhan lemah
tifoid. kemudian pada keempat
menyebar ke ekstremitas
kedua tangan 1
hari setelahnya.

27
Anamnesa Traktus

Traktus sirkulatorius : Pulsasi reguler


Traktus respiratorius : Sesak (-)
Traktus digestivus : Mual (+), Muntah (-), BAB
(+) normal
Traktus urogenitalis : BAK (+) normal
Penyakit terdahulu dan kecelakaan : Tifoid
Intoksikasi dan obat-obatan : Disangkal

28
Anamnesa Keluarga dan Sosial

Faktor herediter : Tidak ada


Faktor familier : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Kelahiran dan pertumbuhan : Kelahiran Normal dan tumbuh
kembang sesuai
Imunisasi : Tidak jelas
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Perkawinan dan anak : Belum menikah 29
Pemeriksaan Umum

Tekanan darah : 130/80mmHg


Nadi : 84/menit
Frekuensi nafas : 20/menit
Temperatur : 36,8°C
Kulit dan selaput lendir : Kulit hangat, CRT < 2”
Kelenjar dan Getah Bening : Tidak dijumpai
pembesaran KGB
Persendian : Normal
30
Kepala dan Leher

Bentuk dan posisi : Bulat, Medial


Pergerakan : Normal
Kelainan panca indera : Tidak ada
Rongga mulut dan gigi : Dalam batas normal
Kelenjar parotis : Dalam batas normal
Desah : Dalam batas normal
Dan lain-lain :-
31
Rongga Dada dan Abdomen

Rongga dada Rongga Abdomen


Inspeksi : Simetris Fusiformis Datar
Palpasi : Stem Fremitus Ka=Ki Soepel
Perkusi: Sonor Timpani
Auskultasi : Vesikuler Normoperistaltik

Genitalia

Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan


32
Status Neurologis

Sensorium: Compos Mentis (GCS 15 : E4M6V5)


Kranium
Bentuk : Bulat
Fontanella : Tertutup
Palpasi : Palpasi A. Temporalis dan A. Carotis (+)
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : Dalam batas normal
Transiluminasi: Dalam batas normal 33
Rangsangan
Status neurologis Meningeal
Kaku kuduk : (-)
Tanda Kerniq : (-)
Tanda Brudzinski I : (-)
Tanda Brudzinski II : (-)

Peningkatan Tekanan Intra Kranial


Muntah : (-)
Sakit kepala : (-) 34
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus I
Meatus Nasi Dextra Meatus Nasi Sinistra
Normosmia : + +
Anosmia : - -
Parosmia : - -
Hiposmia : - -

35
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus II
Oculi Dextra Oculi Sinistra
Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lapangan pandang
• Normal : + +
• Menyempit : - -
• Hemianopsia : - -
• Scotoma : - -
Refleks Ancaman : + + 36
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus III, IV, VI


Oculi Dextra Oculi Sinistra
Gerakan bola mata : dbn dbn
Nistagmus : - -
Pupil
• Lebar : 3 mm 3 mm
• Bentuk : Bulat, isokor Bulat, isokor
• Refleks cahaya langsung : + +
37
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus III, IV, VI


Oculi Dextra Oculi Sinistra
• Refleks cahaya tidak langsung : + +
• Rima palpebra : 7 mm 7 mm
• Deviasi konjugate : - -
• Fenomena doll’s eyes : - -
• Strabismus : - -
38
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus V
Kanan Kiri
Motorik
• Membuka dan menutup mulut : + +
• Palpasi otot masseter dan temporalis : + +
• Kekuatan gigitan : + +
Sensorik
• Kulit : + +
• Selaput lender : + +
39
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus V
Kanan Kiri
Refleks kornea
• Langsung : + +
• Tidak langsung : + +
Refleks masetter : + +
Refleks bersin : + +
40
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus VII
Motorik
• Mimik : Sudut mulut tertarik ke kiri
• Kerut kening : Menghilang pada kening kanan
• Menutup mata : Lagophtalmus pada mata kanan
• Meniup sekuatnya : Bocor di mulut sebelah kanan
• Memperlihatkan gigi : Sudut mulut tertarik ke kiri
• Tertawa : Sudut mulut tertarik ke kiri
41
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus VII
Sensorik
• Pengecapan 2/3 depan lidah : Dalam batas normal
• Produksi kelenjar lidah : Dalam batas normal
• Hiperakusis :-
• Refleks stapedial :-

42
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus VIII
Kanan Kiri
Auditorius
• Pendengaran : Normal Normal
• Test rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Test weber: Tidak dilakukan pemeriksaan
• Test schwabach: Tidak dilakukan pemeriksaan
43
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus VIII
Kanan Kiri
Vestibularis
• Nistagmus: (-) (-)
• Reaksi kalori : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Vertigo: (-) (-)
• Tinnitus : (-) (-)
44
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus IX, X
Pallatum mole : Medial
Uvula : Medial
Disfagia : (-)
Disartria : (-)
Disfonia : (-)
Refleks muntah : (+)
Pengecapan 1/3 belakang lidah : Dalam batas normal
45
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus XI Kanan Kiri


Mengangkat bahu : + +
Otot sternocleidomastoideus : + +

46
Saraf Otak / Nervus Kranialis

Nervus XII
Lidah
• Tremor : (-)
• Atrofi : (-)
• Fasikulasi : (-)
Ujung lidah sewaktu istirahat : Dalam batas normal
Ujung lidah sewaktu dijulurkan : Medial
47
Sistem Motorik

Trofi : Eutrofi
Tonus otot : Hipotonus
Kekuatan otot : ESD : 44444 ESS : 44444
44444 44444

EID : 44332 EIS : 44332


44332 44332
Sikap (duduk-berdiri-berbaring) : Berbaring
48
Gerakan spontan abnormal
Sistem Motorik
• Tremor : (-)
• Khorea : (-)
• Ballismus : (-)
• Mioklonus : (-)
• Atetosis : (-)

• Distonia : (-)
• Spasme : (-)
49
• Tic : (-)
Test Sensibilitas

Eksteroseptif : Dalam batas normal


Proprioseptif : Dalam batas normal
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
• Stereognosis : Dalam batas normal
• Pengenalan dua titik : Dalam batas normal
• Grafestesia : Dalam batas normal

50
Refleks

Refleks fisiologis Kanan Kiri


• Biceps : + +
• Triceps : + +
• Radioperiost : + +
• APR : + +
• KPR : + +
• Strumple : + +
51
Refleks

Refleks patologis
• Babinski : - -
• Oppenheim : - -
• Chaddock : - -
• Gordon : - -
• Schaefer: - -
• Hoffman- tromner: - -
• Klonus lutut : - -
• Klunus kaki : - -
Refleks primitif : (-) 52
Koordinasi

Lenggang : Tidak dilakukan pemeriksaan


Bicara : Dalam batas normal
Menulis : Dalam batas normal
Percobaan apraksia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Mimik : Sudut mulut tertarik ke kiri
Test telunjuk-telunjuk : Dalam batas normal
Test telunjuk- hidung : Dalam batas normal
Diadokhokinesia : Dalam batas normal
Test tumit- lutut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan 53
Vegetatif

Vasomotorik : Normal
Sudomotorik : Normal
Pilo- erector : Normal
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Potens dan libido : Tidak dilakukan pemeriksaan

54
Vertebra

Bentuk
• Normal :+
• Scoliosis :-
• Hiperlordosis :-
Pergerakan
• Leher : Normal
• Pinggang : Tidak dilakukan pemeriksaan
55
Test Peransangan Radikuler

Laseque : (-)
Cross laseque : (-)
Test lhermitte : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test naffziger : Tidak dilakukan pemeriksaan

56
Gejala – Gejala Serebelar

Ataksia : (-)
Disartria : (-)
Tremor : (-)
Nistagmus : (-)
Fenomena rebound : (-)
Vertigo : (-)
Dll : (-)
57
Gejala – Gejala Ekstrapiramidal

Tremor : (-)
Rigiditas : (-)
Bradikinesia : (-)
Dll : (-)

58
Fungsi Luhur

Kesadaran kualitatif : Compos Mentis


Ingatan baru : Dalam batas normal
Ingatan lama : Dalam batas normal
Orientasi
• Diri : Dalam batas normal
• Tempat : Dalam batas normal
• Waktu : Dalam batas normal
• Situasi : Dalam batas normal 59
Fungsi Luhur

Intelegensia : Dalam batas normal


Daya pertimbangan : Dalam batas normal
Reaksi emosi : Dalam batas normal
Afasia
• Ekspresif : (-)
• Reseptif : (-)
Apraksia : (-)
60
Fungsi Luhur

Agnosia
• Agnosia visual : Dalam batas normal
• Agnosia jari-jari : Dalam batas normal
• Akalkulia : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Disorientasi kanan-kiri : (-)

61
Tes Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 9,0 L: 13-16 g/dL

P: 12-14 g/dL

Hematokrit 27 L: 40-48%

P: 37-43%

Leukosit 4.950 5-10.103/µl


Trombosit 224.000 150-400.103/µl
62
Tes Laboratorium

Glukosa 94 <200 mg/dL


Sewaktu
GINJAL    

Ureum 19 19-44
Kreatinin 0,76 0,7 - 1,3
ELEKTROLIT    

Natrium (Na) 138 135 – 155

Kalium (K) 4,3 3,6 – 5,5

Klorida (Cl) 108 96 – 106 63


Pemeriksaan Radiologi
Foto thorax AP
Hasil:
• Jantung tidak membesar
• Kedua sinus costophrenikus
lancip, kedua diafragma
licin
• Tidak tampak infiltrat pada
kedua lapangan paru
• Trakea medial
• Tulang – tulang dan soft
tissue baik

Kesimpulan :Tidak tampak kelainan pada cor 64


Neuron perifer (mielin)

Diagnosa

DIAGNOSA FUNGSIONAL : Tetraparese tipe LMN + PN VII


dekstra tipe LMN
DIAGNOSA ANATOMI : Neuron perifer (mielin)
DIAGNOSA ETIOLOGI : Autoimun
DIAGNOSA BANDING :
• Tetraparese tipe LMN + PN VII tipe LMN dekstra ec Guillain Barre
Syndrome
• Tetraparese tipe LMN + PN VII tipe LMN dekstra ec Myastenia
Gravis
DIAGNOSA KERJA :
65
Tetraparese tipe LMN + PN VII tipe LMN dekstra ec Guillain Barre
Penatalaksanaan

• Bed Rest
• O2 2-4 L/I via nasal cannule
• IVFD Ringer Solution 20 tetes/menit
• Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam
• Inj. Methylprednisolon 250 mg (LD) >> selanjutnya 125 mg /
6 jam
• Vitamin B comp 2x1 tab
66
 
BAB 4
FOLLOW UP

67
1 – 5 Oktober 2017

S O A P
Lemah pada Sens : Compos Mentis Tetraparese tipe  Bedrest
ke-4 LMN + PN VII
TD : 130/90 mmHg T : 36,8 C
̊  O2 2-4 L/I via nasal
ekstremitas LMN dekstra e.c.
HR : 92x/I RR : 22x/i GBS cannule
   IVFD R.Sol 20 gtt/i
Nevus Kranialis :  Inj. Methyl Prednisolon
II, III : RC +/+, pupil bulat isokor Ø 3mm/3mm 12,5 mg/6 jam
IV, V, VI : gerak bola mata +/+  Inj. Ranitidin 1 amp/12
V : buka tutup mulut jam
VII : sudut mulut tertarik ke kiri  Vit B. kompleks 3x1
VIII : tinnitus (-)  
IX, X : uvula medial /R
XI : mengangkat bahu (+)  EMG
XII : lidah dijulurkan medial  Fisioterapi

68
1 – 5 Oktober 2017

S O A P
Lemah pada R. Fisiologis : Tetraparese tipe  Bedrest
ke-4 LMN + PN VII
B/T : +/+ +/+ APR/KPR : +/+ +/+  O2 2-4 L/I via nasal
ekstremitas LMN dekstra e.c.
  GBS cannule
R. Patologis :  IVFD R.Sol 20 gtt/i
H/T : -/- -/- Babinski : - -  Inj. Methyl Prednisolon
  12,5 mg/6 jam
Kek. Motorik :  Inj. Ranitidin 1 amp/12
ESD 44444 ESS 44444 jam
EID 44332 EIS 44332
 Vit B. kompleks 3x1
 
/R
 EMG
 Fisioterapi

69
6 – 10 Oktober 2017

S O A P
Lemah pada Sens : Compos Mentis Tetraparese tipe  Bedrest
ke-4 LMN + PN VII
TD : 130/90 mmHg T : 36,8 C
̊  IVFD R.Sol 20 gtt/i
ekstremitas LMN dekstra e.c.
HR : 92x/I RR : 22x/i GBS  Inj. Ranitidin 1 amp/12
Tanda peningkatan TIK : - Refleks Meningeal : - jam
 Vit B. kompleks 3x1
Nevus Kranialis :  Paracetamol 3x500mg
II, III : RC +/+, pupil bulat isokor Ø 3mm/3mm  Fisioterapi 3x/minggu
IV, V, VI : gerak bola mata +/+
V : buka tutup mulut (+) /R
VII : sudut mulut tertarik ke kiri, lagophtalmus (+) kiri  Susul hasil EMG
VIII : tinnitus (-)
IX, X : uvula medial (+)
XI : mengangkat bahu (+)
XII : lidah dijulurkan medial
70
6 – 10 Oktober 2017

S O A P
Lemah pada R. Fisiologis : Tetraparese tipe  Bedrest
ke-4 LMN + PN VII
B/T : +/+ +/+ APR/KPR : +/+ +/+  IVFD R.Sol 20 gtt/i
ekstremitas LMN dekstra e.c.
GBS  Inj. Ranitidin 1 amp/12
R. Patologis : jam
H/T : -/- -/- Babinski : - -  Vit B. kompleks 3x1
 Paracetamol 3x500mg
Kek. Motorik :  Fisioterapi 3x/minggu
ESD 44444 ESS 44444
EID 44332 EIS 44332 /R
 Susul hasil EMG

71
11 – 16 Oktober 2017

S O A P
Lemah pada Sens : Compos Mentis Tetraparese tipe  Bedrest
ke-4 LMN + PN VII
TD : 120/80 mmHg T : 37,3 C
̊  IVFD R.Sol 20 gtt/i
ekstremitas LMN dekstra e.c.
HR : 80x/i RR : 22x/i GBS  Inj. Ranitidin 1 amp/12
Tanda peningkatan TIK : - Refleks Meningeal : - jam
 Vit B. kompleks 3x1
Nevus Kranialis :  Paracetamol 3x500mg
II, III : RC +/+, pupil bulat isokor Ø 3mm/3mm  Fisioterapi 3x/minggu
IV, V, VI : gerak bola mata +/+
V : buka tutup mulut (+) /R
VII : sudut mulut tertarik ke kiri, lagophtalmus (+) kiri  Terapi Plasma Exchange
VIII : tinnitus (-)
IX, X : uvula medial (+)
XI : mengangkat bahu (+)
XII : lidah dijulurkan medial
72
11 – 16 Oktober 2017

S O A P
Lemah pada R. Fisiologis : Tetraparese tipe  Bedrest
ke-4 LMN + PN VII
B/T : +/+ +/+ APR/KPR : +/+ +/+  IVFD R.Sol 20 gtt/i
ekstremitas LMN dekstra e.c.
GBS  Inj. Ranitidin 1 amp/12
R. Patologis : jam
H/T : -/- -/- Babinski : - -  Vit B. kompleks 3x1
 Paracetamol 3x500mg
Kek. Motorik :  Fisioterapi 3x/minggu
ESD 44444 ESS 44444
EID 44332 EIS 44332 /R
 Terapi Plasma Exchange
Hasil EMG :
Poliradikuloneuropati sensorik dan motoric tipe aksonal dengan
demielinasi sekunder

73
 
BAB 5
DISKUSI KASUS

74
TEORI DISKUSI
Definisi OS awalnya mengeluhkan kebas di kedua kaki, kebas
dirasakan semakin berat hingga pasien tidak bias berdiri.
Suatu poliradikuloneuropati yang bersifat
2 minggu sebelumnya OS pernah dirawat di RS swasta
ascending dan akut yang sering terjadi setelah 1-3
selama 1 minggu dengan diagnosa demam tifoid.
minggu setelah infeksi akut.

75
TEORI DISKUSI
Manifestasi klinis OS datang dengan keluhan utama lemah keempat
anggota gerak, hal ini telah dialami os sejak 3 hari ini
SGB merupakan penyebab paralisis akut yang
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya keluhan dirasakan
dimulai dengan rasa baal, parestesia pada bagian
seperti kebas di kedua kaki. Kebas dirasakan semakin
distal dan diikuti secara cepat oleh paralisis
berat hingga pasien tidak bias berdiri. Pasien juga
keempat ekstremitas yang bersifat asendens,
mengeluhkan kebas pada kedua tangan 1 hari setelahnya.
kelemahan otot pernapasan juga dapat timbul
Mulut mencong dialami sejak 1 hari sebelum masuk
secara signifikan sehingga pasien membutuhkan
rumah sakit. Kerut kening dan tertawa ditemukan
bantuan ventilator dalam bernapas. Keterlibatan
asismetris pada bagian wajah sebelah kanan.
saraf pusat muncul 50% pada kasus berupa facial
diplegia.

76
TEORI DISKUSI
Tatalaksana Terapi yang dijalankan oleh OS selama perawatan
sebagai berikut :
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh
sendiri. Pengobatan secara umum bersifat  Bed rest
simtomatik. Tujuan terapi khusus
adalah  O2 2-4 liter/i via nasal cannule
mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat  IVFD Ringer solution 20 gtt/min
penyembuhan melalui sistemimunitas  Inj. Methylprednisolone 125 mg/6 jam/IV
(imunoterapi). Dapat diberikan terapi  Inj. Ranitidine 1 amp /12 jam/IV
immunosupresan, terapi penggantian
plasma  B complex 3x1
untuk menghilangkan antibody yang terdapat  Paracetamol 3x500mg
didalam darah serta fisioterapi.  Terapi plasma exchange

77
 
BAB 6
KESIMPULAN

78
KESIMPULAN

Seorang laki-laki berinisial Tn.S, berusia 31 tahun datang dengan


keluhan lemah keempat anggota gerak, hal ini telah dialami os
sejak 3 hari ini sebelum masuk rumah sakit. Awalnya keluhan
dirasakan seperti kebas di kedua kaki. Kebas dirasakan semakin
berat hingga pasien tidak bias berdiri. Pasien juga mengeluhkan
kebas pada kedua tangan 1 hari setelahnya. Mulut mencong
dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
RPT : Demam Tifoid
RPO : tidak jelas

Diagnosa Kerja : Tetraparese tipe LMN + PN VII LMN dextra ec 79


GBS
KESIMPULAN
Diberikan tatalaksana berupa :
- Bed rest
- O2 2-4 liter/i via nasal cannule
- IVFD Ringer solution 20 gtt/min
- Inj. Methylprednisolone 125 mg/6 jam/IV
- Inj. Ranitidine 1 amp /12 jam/IV

- B complex 3x1
- Paracetamol 3x500mg
- Terapi plasma exchange 80
TERIMA KASIH

81
Pertanyaan

▰ 1. Apakah ada hubungan demam tifoid sebagai penyakit


terdahulu dengan penyakit GBS pasien ?
▰ 2. Apakah pada semua pasien GBS ditatalaksana dengan
Plasma Exchange ? Apa indikasinya ?
▰ 3. Kenapa pada pemeriksaan kekuatan motorik, berbeda
nilainya pada ekstrimitasnya? Coba jelaskan
▰ 4. Mengapa pada pasien ini diberi tatalaksana
kortikosteroid ?
▰ 5. Selain EMG , pemeriksaan apalagi yang perlu dilakukan ?
▰ 6. Bagaimana klasifikasi varian GBS ini ? Coba jelaskan ke 6
tipenya dan pada kasus ini termasuk ke tipe yang mana ?

82

Anda mungkin juga menyukai