Anda di halaman 1dari 42

EPILEPSI

Asih Kurnia Hasanah 1315085


Risya Juniarti 1315209
Pembimbing : dr. Anni, SpS

Ilmu Penyakit Saraf


Rumah Sakit Kasih Bunda
2018
Keterangan Umum
Nama : An. L
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 14 tahun
Alamat : Bandung
Pekerjaan : Pelajar
Status perkawinan :-
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Tanggal pemeriksaan : 2 Juli 2018
Anamnesis
• Heteroanamnesis oleh Ibu kandung pasien
• Keluhan Utama : kejang
• Anamnesis khusus :
Seorang anak perempuan 14 tahun di antar ibunya ke poliklinik saraf RS Imannuel
dengan keluhan utama kejang. Kejang 4 hari yang lalu. Setiap kejang lamanya
sekitar 1 menit. Kejang berbalik ke arah kanan, mata mendelik keatas disertai kedua
tangan dan kaki kelojotan. Disertai keluar sedikit busa dari mulutnya. Tidak disertai
kaku. Sebelum kejang pasien tertidur. Selama kejang pasien tidur, dan bangun
dengan gelisah. Kejang terjadi pada hari 1 dan 2, 1x sehari lalu pasien tertidur dan
beraktifitas seperti biasa. Hari selanjutnya kejang 2x tetapi setelah kejang tidur
sebentar lalu tampak kebingunan namun bisa beraktifitas seperti biasa. Riwayat
trauma kepala, demam sebelumnya disangkal.
• RPD : kejang seat umur 6 tahun
• RPK : tidak ada keluarga yang menderita sakit yang
sama
• R. Persalinan : lahir normal, usia kehamilan 38 minggu,
dengan berat 3.5 kg tidak ada penyulit
kehamilan maupun persalinan
• Tumbuh kembang : berjalan usia 1.5 tahun, bicara usia 2 tahun
• Riwayat pengobatan : saat umur 6 tahun pengobatan kejang
selama 2 tahun.
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran : Compos Mentis
• Kesan sakit : ringan
• Berat Badan : 45 kg
• Tinggi Badan: 150 cm

• Tanda vital
• TD : 110/70 mmHg
• Nadi : 80x/menit
• Respirasi : 22x/menit
• Suhu : 36,3 C
Status Generalis
• Kepala : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
• Leher : KGB tidak teraba membesar
• Thorax : B/P simetris
▫ Jantung : BJM, reg, murmur-
▫ Paru-paru : VBS ka=ki, rh -/-, wh -/-,
• Abdomen : datar , soepel, BU +, Nyeri tekan –
• Extremitas : akral hangat, CRT <2”
Pemeriksaan Neurologik
• Penampilan
▫ Kepala bentuk dan ukuran simetris
▫ Collumna vertebra dalam batas normal
• Rangsangan meningen
▫ Kaku kuduk : -
▫ Brudzinsky 1 : -
▫ Brudzinsky 2 : -
▫ Kernig : -
▫ La seque :-
Nervus cranialis
▫ NI
Penciuman dbn NV
Sensorik
▫ N II
Ketajaman penglihatan dbn oMaksilaris +/+
oMandibularis +/+
Kampus baik
Funduskopi tidak dilakukan Motorik = Dalam Batas Normal
▫ N III/IV/VI
Ptosis -/-
Refleks cahaya ODS DI +/+
Posisi mata sentral
Gerakan bola mata baik
kesegala arah
• N VII • N XI
▫ Angkat alis normal, simetris Angkat bahu dbn
▫ Memejamkan mata normal, simetris Menengok ke kanan dan kiri dbn
▫ Plika nasolabialis simetris
▫ Gerakan wajah simetris • N XII
▫ Rasa kecap 2/3 anterior lidah : tidak dilakukan Gerakan lidah dbn
• N VIII Atrofi -
▫ Pendengaran dbn Tremor/fasikulasi -/-
▫ Keseimbangan dbn
• N IX/X
▫ suara dbn
▫ Menelan dbn
▫ Arkus farinks dbn
▫ Uvula simetris
▫ Kontraksi palatum dbn
▫ Refleks farinks tidak dilakukan
▫ Rasa kecap 1/3 belakang tidak dilakukan
Pemeriksaan Motorik
Anggota Kekuatan Tonus atrofi fasikulasi
badan
Atas 5/5 n/n -/- -/-
Bawah 5/5 n/n -/- -/-

• gerakan involunter -
•Cara berjalan/gait : dalam batas normal
• Pemeriksaan Sensorik
Permukaan
Anggota badan atas +/+
Batang tubuh +
Anggota badan bawah +/+

• Koordinasi
▫ Cara bicara dbn
▫ Tremor -
▫ Tes telunjuk hidung : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Refleks
• Fisiologis • Patologis
Babinski -/-
▫ Biceps +/+
• Refleks primitif
▫ Triceps+/+ glabella : tidak dilakukan
▫ KPR +/+ mencucu mulut : tidak dilakukan
palmo mental : tidak dilakukan
▫ Epigastrik tidak
dilakukan • Pem. Fungsi luhur
▫ Mesogastrik Hubungan psikis : baik
Ingatan jangka pandek : tidak diperiksa
tidak dilakukan Ingatan jangka panjang : tidak diperiksa
▫ Hipogastrik Afasia : motorik (-) , Sensorik (-)
tidak dilakukan Kemampuan berhitung : tidak diperiksa
▫ Kremaster tidak
dilakukan
Resume
Seorang anak perempuan 14 tahun di antar ibunya ke poliklinik
saraf RS Imannuel dengan keluhan utama konvulsi 4 hari yang lalu
lamanya sekitar 1 menit posisi berbalik ke berbalik ke arah kanan,
mata mendelik keatas disertai kedua tangan dan kaki kelojotan
tidak disertai kaku badan. Disertai keluar sedikit busa dari mulutnya.
Sebelum kejang pasien tertidur. Kejang terjadi pada hari 1 dan 2, 1x
sehari lalu pasien tertidur beberapa menit dan beraktifitas seperti biasa.
Hari selanjutnya kejang 2x setelah kejang tidur sebentar lalu tampak
kebingungan karena di bawa ke UGD, namun bisa beraktifitas seperti
biasa. Riwayat trauma kepala, demam sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran : Compos Mentis
• Kesan sakit : ringan
• Berat Badan : 45 kg
• Tinggi Badan : 150 cm

• Tanda vital
• TD : 110/70 mmHg
• Nadi : 80x/menit
• Respirasi : 22x/menit
• Suhu : 36,3 C
Status Neurologis
▫ Rangsangan meningens -
▫ Saraf cranial dbn
▫ Motorik dbn
▫ Sensorik dbn
▫ Koordinasi dan keseimbangan dbn
▫ Refleks fisiologis +/+
▫ Refleks patologis -/-
▫ Refleks primitif –
▫ Fungsi Luhur dbn
Diagnosis
▫ Klinis : Epilepsi
▫ Tipe bangkitan : Bangkitan umum klonik
Usul Pemeriksaan
• EEG
• CT Scan
Penatalaksanaan
• Non medikamentosa
• Edukasi terhadap keluarga pasien mengenai penyakit dan penanganannya
• Meminum obat secara teratur

• Medikamentosa
• Asam valproat tablet 500 mg 1x1
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Definisi
Bangkitan epilepsi adalah aktifitas neural yang terjadi paroksismal, tersinkronisasi,
dan berlebihan pada kortekks serebral yang bermanifestasi gangguan kesadaran, perilaku,
emosi, fungsi motorik atausensasi.

Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai etiologi,


dengan gejala tunggal yang khas, yakni kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik
neuron otak secara berlebihan dan paroksimal > 2x dalam 24 jam .

International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for Epilepsy
(IBE) pada tahun 2005  suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi
yang dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis,
dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya.
KLASIFIKASI
Bangkitan Epilepsi (ILAE 1981)
A. Bangkitan Parsial
1. Bangkitan Parsial Sederhana
2. Bangkitan Parsial Kompleks
3. Bangkitan Parsial Yang Menjadi Umum Sekunder

B. Bangkitan Umum
1.Lena (Absence) 4. Tonik
2.Mioklonik 5. Tonik - klonik
3.Klonik 6. Atonik

C. Tak tergolongkan
Parsial Parsial Umum sekunder
sederhana kompleks

• Kesadaran tidak terganggu • Kesadaran terganggu • Berkembang dari bangkitaan


• Dengan gejala motorik : berupa gangguan parsial sederhana atau parsial
- Tanpa penjalaran awareness dan atau kompleks dalam waktu singkat
- Menjalar (Jacksonian responsiveness menjadi bangkitan umum
March): bangkitan mulai • Pada saat awitan dapat
dari tangan, kaki atau didahului bangkitan
muka unilateral kemudian parsial sederhana, baru
menyebar pada sisi yang timbul gangguan
sama kesadaran. (aura)
- Kepala berpaling ke arah • Kesadaran terganggu
bagian tubuh yang kejang sejak awitan
(adversif) • Sering disertai
otomatisme yang
stereotipik seperti
mengunyah, menelan
(gerakan tidak
bertujuan)
Lena Tonik klonik
• Mendadak timbul gangguan • Dapat didahului prodormal seperti
kesadaran yang berlangsung jeritan
• selama beberapa detik (absence) • Pasien tidak sadar, fase tonik
• Selama kegiatan motorik terhenti beberapa detik diikuti kelojotan
dan pasien diam ranpa reaksi pada keempat ektermitas (fase
• Setelah itu pasien sadar tanpa konik)
perasaan bingung dan melanjutkan • Dapat disertai mulut berbusa
aktifitas semula • Setelah bangkitan pasien lemas dan
• Di sertai otomatisme biasanya tertidur
Etiologi
1. Idiopatik : penyebab tidak diketahui, umumnya mempunyai
predisposisi genetik dan berhubungan dengan usia
2. Kriptogenik : dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum
diketahui
→ Sindrom West, Sindrom Lennox Gestaut, epilepsi mioklonik
3. Simtomatik : disebabkan kelainan/lesi struktural pada otak, ex:
trauma kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, SOL, gangguan
peredaran darah otak, toksik, metabolik, neurodegeneratif
Patofisiologi
Serangan Epilepsi terjadi karena
ketidakseimbangan antara eksitasi dan inhibisi.
Indikasi EEG
1. Membantu menegakkan diagnosis epilepsi
2. Menetukan prognosis pd kasus tertentu
3. Pertimbangan dlm penghentian OAE
4. Membantu dlm menentukan letak fokus
5. Bila ada perubahan bentuk bangkitan
Prinsip farmakoterapi epilepsi
• OAE mulai diberikan bila
• Mulai dengan monoterapi, jenis obat tepat untuk tipe bangkitan
yang sesuai
• “Start low”! Naikan bertahap
• Regimen simple dosis 1x-2x sehari bila memungkinkan
• Bila bangkitan menetap coba kombinasi OAE lini pertama + obat
baru (tergangtung jenis bangkitan dan mekanisme kerja)
Tipe bangkitan First line Second line Third line

Parsial sederhana, Karbamazepine As valproat Tiagabalin


kompleks Fenitoin Levetiracetam Vigabalin
Fenobarbital Pregabalin Pirimidon
Okskarzepin
Lamotrigin
Topiramat
Gabapentin

Tonik klonik As valproat Lamotigrin Topiramat


Karbamazepin Okskarzepin Levetiracetam
Fenitoin Pirimidon
Fenobarbital
Mioklonik As valproat Topiramat Lamotigrin
Levetiracetam Fenobarbital
Absence As valproat Etosuksimid Levetiracetam
Lamotrigin Zonisamid
Atonik As valproat Lamotrigin Felbamat
Topiramat
Penghentian OAE
►Penghentian OAE dpt didiskusikan dgn pasien atau keluarganya
setelah bebas bangkitan minimal 2 tahun
►Gambaran EEG normal
►Harus dilakukan bertahap, umumnya 25% dari dosis semula
setiap bln dlm jangka waktu 3-6 bln
►Penghentian OAE dimulai dari satu OAE yg bukan utama
Kriteria Rujukan

• Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat


antikonvulsi.
• Apabila kejang sering berulang disarankan EEG.
• Setelah diagnosis epilepsi ditegakkan maka pasien segera dirujuk
ke pelayanan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai