DEFINISI:
Trauma kapitis adalah trauma mekanik
terhadap kepala baik secara langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis
yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi
psikososial baik temporer maupun
permanen.
Klasifikasi
Buka mata
Nil >1 tahun 0-1 tahun
ai
4 Spontan Spontan
3 Dengan perintah Dengan
verbal panggilan
2 Dengan nyeri Dengan
nyeri
1 Tidak ada respon Tidak ada
respon
Respon motorik terbaik
Nil >1 tahun 0-1 tahun
ai
6 Menurut perintah
Penunjang diagnosis:
CT Scan otak: perdarahan (hiperdens)
diruang subarakhnoid
Konsensus Manajemen di Unit
Gawat Darurat
Penanggulangan Trauma Kapitis Akut
Penanganan emergensi sesuai dengan
beratnya trauma kapitis
Survei Primer, guna; menstabilkan
kondisi pasien, meliputi;
A = Airway (jalan nafas)
bebaskan jalan nafas dengan memeriksa
mulut dan dan mengeluarkan darah, gigi
yang patah, muntahan dan sebagainya.
Bila perlu lakukan Intubasi (waspadai
adanya fraktur tulang leher)
B = Breathing (pernafasan)
Pastikan pernafasan adekuat.
Perhatikan frekuensi, pola nafas dan pernafasan
dada atau perut dan kesetaraan pengembangan
dada kanan dan kiri (simetris). Bila ada gangguan
pernafasan, cari penyebab apakah terdapat
gangguan pada sentral (otak dan batang otak) atau
perifer (otot pernafasan atau paru-paru). Bila perlu,
berikan oksigen sessuai dengan kebutuhan dengan
target saturasi O2 > 92%
C = Circulation (sirkulasi)
Pertahankan tekanan darah Sistolik > 90 mmHg.
Pasang sulur intravena. Berikan cairan intervena
drip, NaCl 0.9% atau Ringer. Hindari cairan
hipotonis. Bila perlu berikan obat vesopresor dan /
inotropik.
D = Disability (untuk mengetahui lateralisasi
dan kondisi umum dengan pemeriksaan
cepat status umum dan neurologi)
- Tanda vital: tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu
- Skala koma glasgow
- pupil; ukuran, bentuk dan refleks cahaya
- pemeriksaan neurologi cepat;
Hemiparesis, refleks patologis
- Luka-luka
- Anamnesa: AMPLE (Allergies,
Medications, Past illness, last meal,
event / environment related to injury)
Survei Sekunder; meliputi pemeriksaan dan
tindakan lanjutan setelah kondisi pasien
stabil
E = Laboratorium
Darah : Hb, Leukosit, hitung jenis lekosit,
trombosit, ureum, keatinin, gula darah
sewaktu, analisis gas darah dan elektrolit
Urine : Perdarahan (+) / (-)
Radiologi :
- Foto polos kepala, posisi AP, lateral,
tangensial
- CT Scan otak.
- Foto lainnya sesuai indikasi (termasuk
foto servikal)
F = Manajemen Terapi
- Siapkan untuk operasi pada
pasien yang mempunyai indikasi
- Siapkan untuk masuk ruang
rawat
- Penaganan luka-luka
- Pemberian terapi obat-obatan
sesuai kebutuhan
Indikasi Operasi Penderita
trauma kapitis
1. EDH (epidural Hematoma):
a. > 40 cc dengan midline shifting pada
daerah temporal / frontal / parietal
dengan fungsi batang otak masih baik.
b. > 30 cc pada daerah fossa posterior
dengan tanda-tanda penekanan batang
otak atau hidrosefalus dengan fungsi
batang otak masih baik.
c. EDH progresif.
d. EDH tipis dengan penurunan
kesadaran bukan indikasi operasi.
2. SDH (Subdural hematoma):
a. SDH luas (> 40 cc / > 5 mm) dengan GCS >
6, fungsi batang otak masih baik.
b. SDH tipis dengan penurunan kesadaran
bukan indikasi operasi.
c. SDH dengan edema serebri / kontusio
serebri disertai midline shift dengan fungsi
batang otak masih baik.
3. ICH (perdarahan intraserebral) pasca
trauma.
indikasi operasi ICH pasca trauma:
a. penurunan kesadaran progresif
b. Hipertensi dan bradikardi dan tanda-
tanda gangguan nafas (cushing refleks)
c. perburukan defisit neurologi fokal.
4. Fraktur impresi melebihi 1
(satu) diploe.
5. Fraktur Kranii dengan laserasi
serebri
6. Fraktur kranii terbuka
(pencegahan infeksi intra-
kranial)
7. Edema serebri berat yang
disertai tanda peningkatan
Kasus ringan (Simple Head
Injury)
1. Pemeriksaan status umum dan neurologi
2. Perawatan luka-luka
3. Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh
keluarga selama 48 jam.
bila selama dirumah terdapat hal-hal sebagai
berikut;
- Pasien cendrung mengantuk
- Sakit kepala yang semakin berat
- muntah proyektil
4. Pasien perlu dirawat apabila ada hal-hal berikut
- ada gangguan orientasi
- Sakit kepala dan muntah
- Tidak ada yang mengawasi dirumah
- Letak rumah jauh atau sulit untuk kembali ke RS.
Konsensus diruang rawat
Pelayanan medis: tujuan yang paling utama dan
tata laksana trauma kapitis tertutup harus
maksimal terhadap proses fisiologi dari
perbaikan otak itu sendiri (Miller, 1978)
A. Kritikal – SKG 3-4
Perawatan di Unit Intensif Neurologi (Neurological
ICU)/ ICU (bila fasilitas tersedia)
B. Trauma kapitis beratdan sedang SKG 5-12
1. Lanjutkan penanganan ABC
2. Pantau tanda vital (suhu, pernafasan, tekanan
darah), pupil , SKG, gerakan Ekstremitas, sampai
pasien sadar
1. Pantauan dilakukan tiap 4 jam
2. Lama pantauan sampai pasien mencapai SKG 15
Perhatian khusus harus diberikan untuk
mencegah terjadinya hipotensi. Tata
laksana tradisional meliputi pembatasan
cairan dalam mengurangi terjadinya
edema otak, kemungkinan akan
membahayakan pasien, terutama yang
telah banyak kehilangan cairan.
dijaga jangan sampai kondisi berikut
terjadi:
- tekanan darah sistolik < 90 mm Hg
- Suhu > 38 derajat celcius
- Frekuensi nafas > 24 x / menit
3. Cegah kemungkinan terjadinya
tekanan tinggi intrakranial,
dengan cara;
1. Posisi kepala ditinggikan 30 derajat
2. Bila perlu dapat diberikan Manitol
20% (hati-hati kontraindikasi). Dosis
awal 1 gr/kg BB, berikan dalam
waktu ½ - 1 jam, drip cepat,
dilanjutkan pemberian dengan dosis
0,5 gr / kg BB cepat, ½ - 1 jam
setelah 12 jam dan 24 jam dari
pemberian pertama
3. Berikan analgetika, dan bila perlu
dapat diberikan sedasi jangka
4. Atasi komplikasi:
1. Kejang : profilaksis OAE selama 7 hari
untuk mencegah Immediate dan early
seizure pada kasus risiko tinggi.
2. Infeksi akibat fraktur basis kranii / fraktur
terbuka : profilaksis antibiotika, sesuai
dosis infeksi intrakranial, selama 10 – 14
hari
3. Gastrointestinal – perdarahan lambung
4. Demam
5. DIC : pasien dengan trauma kapitis
tertutup cenderung mengalami
koagulaopati akut
5. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
6. Roboransia, neuroprotektan
(citicholine, nootropik )sesuai
indikasi.
Trauma Kapitis Ringan
(komosio serebri)
• Di rawat 2 x 24 jam
• Tidur dengan posisi kepala
ditinggikan 30 derajat
• Obat-obat simptomatis seperti
analgetik , anti emetik, dan lain-
lain sesuai indikasi dan
kebutuhan.
Konsensus Neurorestorasi dan
Neurorehibilitasi
Prompt treatment
Pain killer
Stabilization
2. Contussion
Direct or indirect injury to vertebral collumn
fracture and dislocation maybe found
Severe, prolonged functional disturbance incomplete
recovery
Gray matter is most affected local dysfunctioned of cord
injury
Clinical Syndrome
3. Compression
Vertebral collumn is affected
Lesion is completely or incompletely irreversible
Symptoms of cord compression
Continuous pain
Worsening neurological deficits
Incomplete neurological deficits
New neurological deficits
Bilateral cervical dislocation arouse from unilateral one with
locked facet
Spinal Cord Injury (SCI)
Symptoms of SCI
Symptoms varies
Depend on completeness of the lesion
Complete lesion :
All sensory and motor function at lesion area loss
Autonomic reflex unihibitted (hypereflexia)
Clinical picture may varied according to location
Incomplete lesion– related to site of lesion
Spinal Cord Injury (SCI)
Symptoms of SCI
1. Spinal Shock
From a few minute to 6 – 12 weeks.
Loss of autonomic function
(esp. lesion above T4 emergency !!
(cardiovascular threatening)
3 – 4 minute after trauma BP to 200 – 300 mm Hg.
Sympathetic stimulation (preganglionic)
Neurogenic shock : TRIAD
Hypotension ( SBP 60 – 70 % of previous SBP )
Bradycardia
Hypothermia (below lesion)
a part of spinal shock : loss of sympathetic function
Symptoms of SCI
2. Respiratory problem
Often occurs on lesion of cervical or upper thoracal segment
Worse if positive abdominal distension
Spinal shock ends :
Recovery of motor and sensory function started cranially
Vasomotor tone : recover about 4 months in complete lesion.
The completeness of lesion at spinal cord is difficult to
assess clinically
Distribution :
all over the body
(cranial, spinal, autonomic nerves)
Main manifestation : lower motor neuron type
Classification according to Seddon :
Neuro praxia : merely functional disturbance
Axonotmesis axonal damage
Neurotmesis axon dan myelin sheath damage
Peripheral nerve injury
Brachial Plexopathy
Cause :
- Trauma
- Neoplasma
- Idiopathic
Clinical manifestation
Depends on :
- involved component
- lesion site (complete or incomplete)
Brachial Plexopathy
Upper lesion :
Biceps reflex / -
Middle lesion :
Medial trunk ( C7)
Radiasl nerve symptom/signs Ttriceps reflex / -
Loss of sensibility extensor area at lower arm and radial
side dorsum of hand
Lower lesion
Dejerine – Klumpke type
Inferior trunk ( C8 – Th1 )
Muscles weakness and atrophy of hand and fingers
Loss of sensibility on medial side of upper arm, lower arm, and
ulnar side of hand
Ulnar reflex / -
Ipsilateral Horner’ syndrome also common
Brachial Plexopathy
Plexus lesion at the level of fascicle ( cord )
Similar to proximal lesion to Median, Ulnar, and Radial nerves
Cause :
- Neoplasma
- Surgery (around pelvic area)
- Trauma
- Diabetics
- Fracture
- Idiopathic
Lumbosacral Plexopathy
Lumbal plexus lesion
Inability in
Knee extension
Thigh adduction
Loss of sensibility from inguinall, genitalia, lateral
anterior and medial thigh, and medial leg
Quadriceps reflex (KPR) and cremasteric reflex / -
Lumbosacral Plexopathy
Weakness or paralysis in
Knee flexor
Foot dorsiflexion
Foot eversion
Loss of sensibility : end of the leg, foot and toes
Achilles reflex (APR ) / -
Peripheral nerve injury
Diagnosis
Clinical picture
ENMG
Treatment