Anda di halaman 1dari 23

ORIF

(Open Reduksi Internal Fiksasi)


NAMA KELOMPOK
DEVI ERLINA MANDASARI (P17221173041)
AHMAD ABIYYU MU’TASHIM (P17221173042)
ELY MUNYCA FATMAWATI (P17221174054)
NAYLA RIFA’ATUL AULIA (P17221174068)
PEMBAHASAN
1. • FRAKTUR

2. • PATOFISIOLOGI FRAKTUR

3. • PENGERTIAN ORIF

4. • TUJUAN ORIF

5. •INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI ORIF


6. •KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN ORIF
7. • PERAWATAN POST OPERASI ORIF

8. • PERAN PERAWAT PADA PASIEN ORIF

9. • ASUHAN KEPERAWATAN
1. FRAKTUR
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Dongoes, 2000).
Umumnya penanganan fraktur dibagi 2 macam, yaitu; secara konservatif
(penanganan tanpa pembedahan) dan operatif meliputi operasi ORIF dan
OREF.

Menurut Appley & Solomon (1995) yang dapat menyebabkan fraktur adalah
sebagai berikut:
• Traumatik
• Kelelahan atau tekanan berulang-ulang
• Kelemahan dan abnormal pada tulang (patologis)
2. PATOFISIOLOGI
3. PENGERTIAN
ORIF (Open Reduksi Internal
Fiksasi),open reduksi
merupakan suatu tindakan
pembedahan untuk
memanipulasi fragmen-
fragmen tulang yang patah /
fraktur sedapat mungkin
kembali seperti letak asalnya.
4. TUJUAN ORIF (OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION)
Ada beberapa tujuan dilakukannya pembedahan Orif, antara lain:
1. Memperbaiki fungsi dengan mengembalikan
gerakan dan stabilitas

2. Mengurangi nyeri.

3. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan yang


minimal dan dalam lingkup keterbatasan klien.

4. Sirkulasi yang adekuat dipertahankan pada


ekstremitas yang terkena

5. Tidak ada kerusakan kulit


5. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI ORIF (Open Reduction Internal
Fixation)

Indikasi tindakan pembedahan ORIF:


1. Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani
dengan metode terapi lain, terbukti tidak memberi hasil yang
memuaskan.
2. Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal,dan fraktur
intraartikular disertai pergeseran.
3. Fraktur avulsi mayor yang disertai oleh gangguan signifikan pada
struktur otot tendon
Kontraindikasi tindakan pembedahan ORIF:

1. Tulang osteoporotik terlalu rapuh menerima implan


2. Jaringan lunak diatasnya berkualitas buruk
3. Terdapat infeksi
4. Adanya fraktur comminuted yang parah yang menghambat
rekonstruksi.
5. Pasien dengan penurunan kesadaran
6. Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan
tulang
7. Pasien yang mengalami kelemahan (malaise)
6. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN ORIF (Open Reduction Internal
Fixation)

Keuntungan dilakukan tindakan pembedahan ORIF:


1. Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
2. Ketelitian reposisi fragmen-fragmen fraktur.
3. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf di
sekitarnya.
4. Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat dicapai
5. Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa
komplikasi.
6. Potensi untuk mempertahankan fungsi sendi yang mendekati
normal serta kekuatan otot selama perawatan fraktur.
Kerugian dilakukan tindakan pembedahan ORIF:

1. Setiap anastesi dan operasi mempunyai resiko komplikasi bahkan


kematian akibat dari tindakan tersebut.
2. Penanganan operatif memperbesar kemungkinan infeksi
dibandingkan pemasangan gips atau traksi.
3. Penggunaan stabilisasi logam interna memungkinkan kegagalan
alat itu sendiri.
4. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak,
dan struktur yang sebelumnya tak mengalami cedera mungkin
akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan
operasi.
7. PERAWATAN POST OPERASI ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

Dilakukan utnuk meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan pada


bagian yang sakit. Dapat dilakukan dengan cara:
1. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi.
2. Meninggikan bagian yang sakit untuk meminimalkan pembengkak.
3. Mengontrol kecemasan dan nyeri (biasanya orang yang tingkat
kecemasannya tinggi, akan merespon nyeri dengan berlebihan)
4. Latihan otot,Pergerakan harus tetap dilakukan selama masa
imobilisasi tulang, tujuannya agar otot tidak kaku dan terhindar dari
pengecilan massa otot akibat latihan yang kurang.
5. Memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan
menyarankan keluarga untuk selalu memberikan dukungan kepada
klien
8. PERAN PERAWAT PADA PASIEN YANG TERPASANG ORIF YAITU SEBAGAI
BERIKUT:

a. Manajemen nyeri baik dengan terapi farmakologi maupun non


farmakologi. Untuk tindakan non farmakologi dapat dilakukan dengan
kompres hangat atau dingin.
b. Memantau tanda-tanda infeksi pada daerah yang dilakukan insisi.
c. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi.
d. Meninggikan bagian yang sakit untuk meminimalkan pembengkak.
e. Mengontrol kecemasan dan nyeri (biasanya orang yang tingkat
kecemasannya tinggi, akan merespon nyeri dengan berlebihan)
f. Latihan otot, agar otot tidak kaku dan terhindar dari pengecilan massa
otot akibat latihan yang kurang.
g. Memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan
menyarankan keluarga untuk selalu memberikan dukungan kepada klien
VIDEO
9. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Identitas pasien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), No MR, umur, pekerjaan, agama, jenis
kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS, penanggung jawab.
B.Riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan juga penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya, riwayat penyakit pasien
yang pernah dirawat dirumah sakit serta pengobatan yang pernah didapatkan dan hasilnya. Dan ada
tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses perawatan post operasi.
• Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan pada pasien dan atau keluarga tentang keluhan pasien saat ini, biasanya pasien mengalami
nyeri pada daerah fraktur, kondisi fisik yang lemah, tidak bisa melakukan banyak aktifitas, mual,
muntah, dan nafsu makan menurun.
• Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada pasien dan atau keluarga mengenai penyakit yang berhubungan dengan yang diderita
pasien saat ini dan penyakit herediter/keturunan lainnya (anggota keluarga dengan riwayat penyakit
yang sama).
C. Data pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
-Makanan
Catat pola kebiasaan makan saat sehat dan sakit. Catat diit yang diberikan rumah
sakit pada pasien dan jumlahnya. Tanyakan konsumsi diit atau makanan sehari-
hari lainnya pada waktu sakit dan bandingkan pada waktu sehat, catat porsi makan
yang dihabiskan, keluhan saat makan serta kemandirian dalam pelaksanannya.
-Minuman
Tanyakan jumlah cairan yang diminum dan ragamnya, bandingkan jumlahnya pada
saat sakit dengan sehat. Catat keluhan yang dirasakan pasien dan kemandirian
dalam melaksanakannya.
b. Eliminasi
-Miksi
Tanyakan frekuensi buang air kecil dan perkiraan jumlahnya, bandingkan pada
keadaan sakit dengan sehat serta catat karakteristik urine (warna, konsistensi dan
bau serta temuan lain) serta keluhan yang dirasakan selama BAK dan kemandirian
dalam melaksanakannya serta alat bantu yang dipakai.
-Defekasi
Tanyakan frekuensi buang air besar, bandingkan pada keadaan sakit dengan sehat
serta catat karakteristik feses(warna, konsistensi dan bau serta temuan lainnya)
serta keluhan yang dirasakan selama BAB dan kemandirian dalam melaksanakannya.
D. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum pasien
-Tingkat kesadaran
-Berat badan
-Tinggi badan
• Kepala
-Amati bentuk kepala, adanya hematom/oedema, perlukaan (rinci keadaan luka, luas luka, adanya jahitan, kondisi luka).
Rambut : Amati keadaan kulit kepala dan rambut sertakebersihannya dan temuan lain saat melakukan inspeksi.
Wajah: Amati adanya oedema/hematom, perlukaan disekitarwajah (rinci keadaan luka, luas luka, adanya jahitan, kondisi
luka) dan temuan lain saat melakukan inspeksi.
Mata : Amati kesimetrisan kedua mata, reflek cahaya, diameterpupil, kondisi bola mata (sklera, kornea, atau lensa, dll)
keadaan kelopak mata dan konjungtiva serta temuan lainya.
Hidung : Amati keadaan hidung, adanya perlukaan, keadaanseptum, adanya sekret pada lubang hidung, darah atau
obstruksi), adanya pernafasan cuping hidung dan temuan lain saat melakukan inspeksi (rinci keadaan luka, luas luka,
adanya jahitan, kondisi luka).
Bibir : Amati adanya oedema, permukaan (rinci keadaanluka, luas luka, adanya jahitan, kondisi luka), warna bibir
dan kondisi mukosa bibir serta temuan lain saat melakukan inspeksi.
Gigi : Amati kelengkapan gigi, kondisi gigi dan kebersihanserta temuan lain saat melakukan inspeksi.
Lidah : Amati letak lidah, warna, kondisi dan kebersihanlidah serta temuan lain saat melakukan inspeksi.
• Leher
Amati adanya pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar getah bening dileher serta deviasi trakea,
adanya luka operasi, pemasangan drain serta temuan lain saat melakukan inspeksi. Lakukan
auskultasi pada kelenjar thyroid jika ditemukan pembesaran. Ukur jugularis vena pressure (JVP),
tuliskan lengkap dengan satuannya.
• Dada/thorak
Inspeksi : Pengamatan terhadap lokasi pembengkakan, warna kulit pucat, laserasi, kemerahan
mungkin timbul pada area terjadinya fraktur adanya spasme otot dan keadaan kulit.
Palpasi : Pemeriksaan dengan cara perabaan, yaitu penolakanotot oleh sentuhan kita adalah nyeri
tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit biasanya terdapat nyeri tekan pada area
fraktur dan didaerah luka insisi.
Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasusfraktur.
Auskultasi : Periksaan dengan cara mendengarkan gerakanudara melalui struktur merongga atau
cairan yang mengakibatkan struktur sulit bergerak. Pada pasian fraktur pemeriksaan ini pada area
yang sakit jarang dilakukan.
• Jantung
Inspeksi : Amati ictus cordis.
Palpasi : Raba lokasi dirasakan ictus cordis dan kekuatanangkanya.
Perkusi : Tentukan batas-batas jantung.
Auskultasi : Dengarkan irama denyutan jantung, keteraturandan adanya bunyi tambahan.
• Perut/abdomen
Inspeks : Amati adanya pembesaran rongga abdomen,keadaan kulit, luka bekas operasi pemasangan drain dan
temuan lain saat melakukan inspeksi.
Auskultasi : Dengarkan bunyi bising usus dan catatfrekuensinya dalam 1 menit.
Palpasi : Raba ketegangan kulit perut, adanya kemungkinanpembesaran hepar, adanya massa atau cairan.
Perkusi : Dengarkan bunyi yang dihasikan dari ketukandirongga abdomen bandingkan dengan bunyi normal.
• Genitourinaria
Amati keadaan genetalia, kebersihan dan pemasangan kateter serta temuan lain saat melakukan inspeksi.
• Ekstremitas
Amati adanya bentuk, adanya luka (rinci keadaan luka), oedema, dan pengisian kapiler, suhu bagian akral serta
temuan lain saat pemeriksaan.
• Sistem integumen
Amati warna kulit, rasakan suhu kulit, keadaan turgor kulit, adanya luka serta temuan lain saat pemeriksaan.
• Sistem neurologi (diperiksa lebih rinci jika pasien mengalami penyakit yang berhubungan dengan sistem
neurologis)
-Glascow Come score
-Tingkat kesadaran
-Refleks fisiologis
-Reflek patologis
-Nervus cranial I – XII
2. Diagnosa Keperawatan
• Nyeri yang berhubungan dengan kompresi saraf, kerusakan
neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang.
• Resiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan hilangnya darah dari
luka terbuka, kerusakan vaskuler, dan cedera pada pembuluh darah.
• Resiko tinggi sindrom komparteman yang berhubungan dengan terjebaknya
pembuluh darah, saraf, dan jaringan lunak lainnya akibat pembengkakan.
• Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan port de entree luka fraktur
terbuka, luka pasca-bedah.
• Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan cidera jaringan lunak
sekuderakibat fraktur terbuka.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
• Nyeri yang berhubungan dengan kompresi saraf, kerusakan
neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang.
• Tujuan: Dalamwaktu 3x24 jam, nyeri berkurang atau teradaptasi.
• Kriteria hasil: Secara subjektif, pasien melaporkan nyeri berkurang
atau dapat diadaptasi, dapat mengindentifikasikan aktifitas yang
meningkatkan atau menurunkan nyeri,pasien tidak gelisah, skala
nyeri 0-1 atau teradaptasi.
Intervensi:
• Kaji nyeri dengan skala 0 – 4
Rasional: Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klen melaporkan nyeri biasanya
diatas tingkat cidera.
• Pantau keluhan nyeri lokal, apakah disertai pembengkakan.
Rasional: Deteksi dini untuk mengetahui adanya tanda sindrom kompartemen.
• Lakukan manajemen nyeri keperawatan :
-Atur posisi imobilisasi.
Rasional: Mobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab
nyeri
-Manajemen lingkungan :Lingkungan yang tenang, batasi pengunjung, dan istirahatkan pasien.
Rasional: Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apa bila banyak pengunjung yang berada diruangan. Istirahat
akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer.
-Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam ketika nyeri muncul.
Rasional: Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder akibat iskemia.
-Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
Rasional: Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi
endorfin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri agar tidak dikimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan
presepsi nyeri.
-Lakukan menajemen sentuhan.
Rasional: Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan
nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai