Anda di halaman 1dari 31

KAWASAKI

DISEASE
Disusun oleh :
Anton
2017-0601-0005

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


Latar Belakang
• Kawasaki Disease atau dikenal sindroma mukokutan-kelenjar getah
bening, demam akut disertai vasculitis sistemik dan terutama terjadi
pada anak < 5 tahun

• Belum diketahui etiologinya hingga saat ini

• Penyakit ini biasanya terdiri dari gejala demam, eksantema, injeksi


konjungtiva, limfadenopati sevikal dan bersifat self-limited.

• Komplikasi Kawasaki Disease seperti aneurisma arteri koroner


sebesar 25-40%, stenosis arteri koroner, infark miokard hingga
kematian

• Kawasaki Disease sampai saat ini di Indonesia masih banyak


underdiagnosis atau terlambat didiagnosis.
Epidemiologi Kawasaki Disease
• Lebih banyak ditemukan di Asia terutama Jepang dan
Korea dengan angka kejadian mencapai 50 sampai 100
kasus per tahun per 100.000 balita.

• Insidensi tertinggi berada di Jepang dengan angka


kejadian mencapai 218 per 100.000 balita pada tahun
2007-2008

• Kasus Kawasaki Disease di Indonesia sendiri masih


sangat jarang dilaporkan, lebih dari 100 kasus terutama
terjadi di sekitar Jabotabek pada tahun 2004, dan
diperkirakan terdapat sekitar 5000 kasus baru / tahun
namun hanya < 200 kasus yang tercatat
Epidemiologi Kawasaki Disease
• 80% pasien Kawasaki Disease adalah anak dibawah 4 tahun

• Lebih sering terjadi pada anak laki-laki > perempuan (1,5:1)

• Angka kejadian pada saudara sekandung meningkat 8-9%


yaitu 10 kali lipat lebih tinggi dari populasi umum

• Waktu kejadian paling sering pada saat musim dingin dan


musim semi

• Angka kekambuhan berkisar antara 1-3% dengan insiden


tertinggi muncul 2 tahun setelah serangan yang pertama
Faktor Resiko Kawasaki Disease
• Faktor genetic : FcyR2a, Caspase 3 (CASP 3), HLA class
II, B-cell lymphoid kinase (BLK), Inositol 1,4,5-
trisphosphate Kinase-C (ITPKC) dan CD 40
• Varian gen, insidensi KD pada keturunan asia > eropa
Etiologi Kawasaki Disease
• Etiologi Kawasaki Disease sampai sekarang masih
belum diketahui secara pasti

• Hipotesis :agen infeksi yang biasa menyebabkan infeksi


asimptomatik namun karena adanya predisposisi genetik
pada individu tertentu mengakibatkan kejadian Kawasaki
disease

• Etiologi (masih kontroversial) : Propionibacterium acnes,


Staphylococcus, Streptococcus dan chlamydia, virus
seperti EBV, Retrovirus dan parvovirus, hingga berkaitan
dengan imunisasi. (5)
Patogenesis - Patofisiologi Kawasaki Disease

• Proses autoimun dimana teraktivasi sistem proinflamasi oleh


karena antigen sehingga melepaskan neutrofil, limfosit b dan t,
mieloid dendritic sel dan mediator inflamasi seperti TNF-ɑ, IL-1,
6, 8, serta sitokin lainnya (pada fase akut).

• TNF-ɑ akan membuat peningkatan adesi molekul dan


pelepasan kemokin di pembuluh darah (khususnya pembuluh
darah arteri koroner) dan diikuti oleh proteolisis (enzim MMP-
matrix metalloproteinase) salah satunya untuk degradasi
molekul matriks ekstraseluler yaitu Elastin.

• Degradasi elastin akan menyebabkan pembuluh darah


kehilangan struktur integritasnya dan membuat efek
“ballooning” yang berujung pada formasi aneurisma.(5)
Proses Patologis Kawasaki Disease

Sumber : Nature Reviews Rheumatology 2015 Stanford T. Shulman : Kawasaki


disease: insights into pathogenesis and approaches to treatment
Proses Patologis Kawasaki Disease
1. Proses pertama yaitu necrotizing arteritis dimana proses
inflamasi neutrophil selesai dalam waktu 2 minggu setelah
hari onset demam. Pada fase ini penyakit dalam keadaan
self limited dan secara progresif merusak dinding arteri
(tunika adventitia) menyebabkan aneurisma.
2. Proses kedua yaitu subakut / vasculitis kronik ditandai
dengan infiltrasi limfosit, sel plasma, eusinofil dan lebih
sedikit makrofag dimulai pada 2 minggu setelah onset
demam namun dapat berlangsung berbulan-bulan hingga
tahunan.
3. Proses ketiga yaitu proliferasi miofibroblasik luminal (LMP)
yang ditandai dengan adanya pembentukan sel otot polos
turunan (komponen miofibroblast beserta produk matrix
disertai subakut / kronik inflamasi sel) dari proses
miofibroblastik yang terjadi pada 2 minggu pertama dan
dapat berlangsung bulanan hingga tahunan. Hal ini dapat
menyebabkan progresif stenosis arteri. (5)
Proses Patologis Kawasaki Disease

Sumber : AHA
Guideline 2017
Kawasaki Disease
Parameter Diagnosis Kawasaki Disease
6 kriteria diagnostik berdasarkan Pedoman Pelayanan Medis
IDAI pada fase akut :
1. Demam remiten, tinggi, dapat mencapai 39- 41 °C dan berlangsung
selama 5 hari atau lebih (mutlak harus ada)
2. Injeksi konjungtiva bilateral dengan manifestasi mata merah, tanpa
eskudat (B)
3. Kelainan di mulut dan bibir : lidah stroberi, rongga mulut dan faring
merah difus, bibir merah dan pecah (C)
4. Kelainan tangan dan kaki : eritema telapak tangan dan kaki serta
edema (fase akut), pengelupasan kulit jari tangan dan kaki (fase
subakut) (D, E)
5. Rash, maculopapular, eritroderma difusa, atau eritema multiforme-
like (A)
6. Limfadenopati servikal, biasanya unilateral (diameter > 1,5 cm) (F)

Diagnosis Kawasaki ditegakkan apabila kriteria demam


ditambah 4 dari 5 kriteria lainnya
Parameter Diagnosis Kawasaki Disease
• Bila terbukti adanya kelainan arteri koroner pada
ekokardiografi walaupun < 4 kriteria selain demam →
Kawasaki Disease Inkomplit

• Manifestasi klinis lain :


• Kardiovaskuler : miokarditis, perikarditis, regurgitasi valvular,
shock, abnormalitas arteri koroner, aneurisma dari arteri non-
koroner ukuran sedang, gangrene perifer, pelebaran dasar aorta
• Respirasi : peribronkial / interstitial infiltrat, nodul pulmoner
• Muskuloskeletal : arteritis, athralgia
Parameter Diagnosis Kawasaki
Disease
• Manifestasi klinis lain :
• Gastrointestinal : diare, muntah, nyeri abdomen, hepatitis, jaundice,
hidrops kandung empedu, pankreatitis
• Sistem saraf : iritabilitas, aseptik meningitis, facial nerve palsy,
sensorineural hearing loss
• Genitourinari : uretritis / meatitis, hidrokel
• Lainnya : desquamasi rash di daerah selangkangan. retrofaringeal
phlegmon, anterior uveitis dari pemeriksaan slit-lamp, eritema dan
indurasi pada lokasi penyuntikan BCG
Fase Perjalanan Penyakit Kawasaki Disease
Fase Perjalanan Penyakit Kawasaki Disease
1. Fase akut
Terjadi pada hari onset 1 sampai hari ke 10 dengan gejala dan
tanda tersebut diatas yang merupakan kriteria diagnostik.
Pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan LED dan CRP,
serta penurunan kadar albumin dan haemoglobin. Pada
urinalisis dapat ditemukan leukosituria. (2)
2. Fase subakut
Terjadi pada hari ke 10 sampai 25 dimana gejala klinis mulai
hilang namun mulai timbul pengelupasan pada kulit jari-jari
tangan dan kaki. Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan
trombositosis sedangkan LED, CRP, SGOT, SGPT, albumin dan
haemoglobin mulai kembali normal. Pada fase ini biasanya
komplikasi jantung mulai muncul. (2)
Fase Perjalanan Penyakit Kawasaki Disease

3. Fase konvalesen
Terjadi setelah hari ke 25
dimana penyakit sudah tidak
aktif lagi dan dapat dijumpai
garis horizontal di kuku ynag
dikenal sebagai Beau’s Line. (2)
Diagnosis Banding Kawasaki Disease
Pemeriksaan Penunjang Kawasaki Disease
• Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang patognomonik
untuk Kawasaki Disease namun dapat ditemukan hasil
laboratorium konsisten dengan proses inflamasi akut

• Pemeriksaan darah :
• Leukosistosis dengan shift to the left pada hitung jenis
• Peningkatan CRP dan LED pada fase akut
• Trombosistosis pada fase subakut
• SGOT/SGPT dapat meningkat
• Albumin serum dapat menurun (< 3,0 g/dL pada usia < 1 tahun dan
< 3,8 g/dL pada usia > 1 tahun)
• Peningkatan enzim miokardium seperti creatin phosphokinase MB
menunjukkan adanya infark miokard
Pemeriksaan Penunjang Kawasaki Disease
• Pemeriksaan Urin :
• Dapat ditemukan pyuria yang steril (akibat urethritis)
• Jumlah leukosit diatas normal

• Pemeriksaan Ekokardiografi :
• Ekokardiografi mutlak dilakukan untuk mendeteksi kelainan arteri
koroner, lesi katup, efusi pericardium dan gangguan fungsi jantung.
• Ekokardiografi pertama dilakukan saat diagnosis pertama kali.
• Jika tidak ditemukan kelainan koroner, ekokardiografi diulang
2 minggu setelah onset dan kemudian 6 minggu setelah onset.
• Jika hasil ekokardiografi pada 6 minggu normal dan LED sudah
normal maka ekokardiografi tidak harus diulang lagi.
• Jika ditemukan kelainan pada fase akut, ekokardiografi ulangan
selanjutnya tergantung pada derajat kelainan.
Pemeriksaan Penunjang Kawasaki Disease
• Pemeriksaan Rontgen thorax :
• Sering dijumpai infiltrate ringan pada kedua lapangan paru.
• Dapat ditemukan kardiomegali jika terjadi kelainan katup
Pemeriksaan Penunjang Kawasaki Disease
• USG / CT scan leher :
• Untuk membedakan Kawasaki disease limfadenopati dengan
bakteria limfadenitis.
• Pada Kawasaki disease dapat ditemukan multipel nodus limfe yang
membesar, retrofaringeal edema / phlegmon
• Pada bakterial limfadenitis dapat ditemukan 1 nodus dengan inti
hipoekoik.

• Pemeriksaan Kateterisasi Jantung :
• Diperlukan jika pada pemeriksaan ekokardiografi ditemukan
aneurisma yang besar > 8 mm, giant aneurysm atau multiple
• Terdapat tanda iskemia secara klinis atau pada rekaman EKG
• Untuk monitoring jangka panjang pasien dengan risiko lesi koroner
stenosis atau oklusif
Algoritma Kawasaki Disease

Sumber : Nelson Textbook of Pediatrics 20th edition (6)


Algoritma Kawasaki Disease

Sumber : AHA Guideline of Kawasaki Disease 2017


Tatalaksana Kawasaki Disease
• Semua penderita Kawasaki Disease harus dirawat inap
dan dikonsultasikan ke dokter kardiologi anak untuk
dilakukan pemeriksaan ekokardiografi.

• Prinsip terapi :
1. Imunoglobulin (Gama-globulin) intravena (IVIG) segera
setelah diagnosis ditegakkan dengan yakin : dosis IVIG 2
g/kgBB selama 10-12 jam. Optimal hari ke-5 s/d 10. Tidak
diperlukan bila > hari ke 10 bila baik.
* Resistensi IVIG bila demam tidak membaik setelah 36 jam
pemberian. Dosis tambahan IVIG 2 g/kgBB. Atau dikombinasikan
dengan pemberian kortikosteroid (prednisone) atau TNF inhibitor
(infliximab, etanercept)
Tatalaksana Kawasaki Disease
2. Asetosal PO dosis 80-100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis hingga hari
onset ke-14 atau 2-3 hari sampai demam hilang. Pada fase
konvalesen diturunkan dosisnya menjadi 3-5 mg/kgBB sekali
sehari sampai 6-8 minggu sejak onset.

Pada pemberian jangka panjang pasien dengan abnormalitas koroner :


• Asetosal PO 3-5 mg/kgBB per hari
• Clopidogrel 1 mg/kgBB/hari (maksimum 75 mg/hari)
• Bila perlu warfarin atau LMW heparin

• Tindakan intervensi atau bedah pintas coroner


dipertimbangkan pada kasus stenosis coroner yang berat.
Komplikasi Pengobatan Aspirin
• Pasien dengan penggunaan aspirin jangka panjang
merupakan faktor risiko terjadinya Reye syndrome
(Fulminant Hepatitis & Cerebral edema) apabila
penderita juga sedang mengalami infeksi aktif varicella
atau influenza.

• Rekomendasi yang ada yaitu untuk semua anak > 6 bulan


dianjurkan untuk menerima vaksinasi influenza setiap
tahunnya dan juga anggota keluarganya.
Prognosis Kawasaki Disease
• Mayoritas pasien Kawasaki Disease kembali sehat seperti semula

• Pengobatan yang sesegera mungkin dapat mengurangi risiko


terjadinya aneurisma koroner hingga < 5 %.

• Prognosis pasien dengan abnormalitas koroner bergantung dari


derajat keparahan penyakit koroner tersebut. Berdasarkan penelitian
yang ada angka mortalitas < 1.0% dan 50% pasien yang memiliki
aneurisma arteri koroner kembali memiliki diameter lumen yang
normal setelah 1-2 tahun.

• Giant aneurisma memiliki kemungkinan kecil untuk kembali normal


dan lebih sering menyebabkan trombosis atau stenosis.

• Coronary Artery Bypass Grafting mungkin diperlukan pada kasus


dimana perfusi miokard sangat terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,
Harmoniati ED. Pedoman Praktik Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2011;344.
2. McCrindle BW, Rowley AH, Newburger JW, Burns JC, Bolger AF,
Gewitz M, et al. Diagnosis, Treatment, and Long-Term Management of
Kawasaki Disease: A Scientific Statement for Health Professionals
From the American Heart Association. Circulation [Internet]. 2017 Apr
25 [cited 2019 Mar 30];135(17). Available from:
https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/CIR.0000000000000484
3. Ariyani S, Advani N, Widodo DP. Profil Klinis dan Pemeriksaan
Penunjang pada Penyakit Kawasaki. Sari Pediatri. 2016 Nov
9;15(6):385.
4. Ratnasari DT, Lumintang H, Rosvanti TA, Sandra E. Manifestasi Kulit
dan Mukosa pada Penyakit Kawasaki. 2010;22(1):6.
5. Rowley AH, Shulman ST. Pathogenesis and management of Kawasaki
disease. Expert Rev Anti Infect Ther. 2010 Feb;8(2):197–203.
6. Kliegman R, Behrman RE, Nelson WE, editors. Nelson textbook of
pediatrics. Edition 20. Phialdelphia, PA: Elsevier; 2016. 2 p.

Anda mungkin juga menyukai