Anda di halaman 1dari 120

PEMICU 1 KELOMPOK 5

BLOK ETIKA, HUKUM KEDOKTERAN DAN


NOVEMBER 2018
KEDOKTERAN FORENSIK
KELOMPOK 5
Tutor : dr. Chandra Maria Fransisca
Ketua : Haraka Nabda P Jerry Setiawan
Sekretaris : Siti Nur R. Firda Fauziyah Giano Florian Rumbay
Penulis : Sitti Sri Alicia O A B Jennifer Christanty
Nadisa Tiofunda Budiman
Ricky Andhika Pratama
Kintana Muarabagja
Anak Agung Ayu Gotri P
Vincent Vandestyo Chandra
DOKTER TOKCER
Dokter A diminta temannya untuk menggantikan praktik selama 3 minggu. Temannya, Dokter B akan bepergian ke
luar negeri untuk mengikuti seminar kedokteran dengan disponsori sebuah perusahaan obat dan sekaligus berlibur. Meskipun
sudah berpraktik di tiga tempat, Dokter A tidak menolak tawaran tersebut, karena menurutnya ia hanya menggantikan untuk
sementara.
Tempat praktik tersebut ternyata sangat ramai dikunjungi masyarakat sekitar. Dokter A merasa herana mengapa praktik
pribadi dapat seramai itu. Ternyata dokter B terkenal pintar di masyarakat sekitar karena banyak pasien yang ditanganinya
sembuh setelah berobat. Berbagai sertifikat kedokteran, piagam penghargaan dan testimony kesembuhan pasien dipajang di
dinding tempat praktik sehingga membuat masyarakat percaya pada kepintaran dokter tersebut. Meskipun demikian,
beberapa pasien mengatakan sebenarnya dokter B kurang komunikatif dan informatif saat melayani pasien, tetapi obatnya
sangat manjur. Bila pasien banyak bertanya mengenai penyakitnya, dokter tampak tidak senang dan mempersilakan pasien
tersebut mencari opini dokter lain.
Kecepatn penyembuhan penyakit merupakan hal terpenting bagi masyarakat sehingga mereka tidak peduli dengan cara
dokter melayani pasien. Mereka juga tidak peduli dengan tarif pengobatan yang mahal. Mereka menganggap obat mahal
lebih manjur. Dokter B juga sering menyuntik dengan alas an agar pasien cepat sembuh, sehingga pasien terkadang meminta
sendiri untuk disuntik. Hal tersebut membuat berbagai perusahaan obat berlomba lomba bekerja sama dengan dokter
tersebut.
Hal lain yang membuat pasien senang berobat yaitu kemudahan dalam mendapatkan surat keterangan dokter. Ada pasien
langganan yang pernah meminta surat keterangan sakit untuk menghiindari siding pengadilan perdata. Dokter langsung
memberikannya tanpa memeriksa lebih lanjut.
II. RUMUSAN MASALAH III. CURAH PENDAPAT
1. Apakah dokter A dapat menggantikan dokter B 1. Bisa, selama ada surat rujukan (interval referral) utk dokter A
secara legal? 2. Dokter B :
• Melanggar aturan kemenkes RI No. 434 Pasal 7 mengenai dokter memberi surat
2. Apakah ada pelanggaran yang dilakukan dokter A keterangan yang tidak diperiksa sendiri kebenarannya
dan dokter B pada kasus ini? Apa saja? • Melanggar Pasal 267 KUHP mengenai dokter memberikan surat keterangan palsu
• Melanggar UU RI No. 29 Tahun 2004 Pasal 52
3. Dokter B kurang komunikatif, bagaimana sikap • Melanggar KODEKI Pasal 4, Permenkes RI No. 434 Pasal 4
• Dokter A : dokter A tidak bs menggantikan dokter B
seharusnya yang dilakukan oleh dokter B?
3. Dokter B harus menjunjung hak otonom pasien yang diatur dalam UUD No.29
4. Apakah dokter diperbolehkan asal menyuntik dengan tahun 2004 Pasal 51
alas an pasien cepat sembuh? Apakah dampak pd 4. Tidak diperbolehkan, harus sesuai dengan kebutuhan pasien. Diatur dalam UU
pasien? RI no.29 Tahun 2004 Pasal 52

5. Apakah dokter diperbolehkan utk bekerja sama dgn 5. Diatur dalam KODEKI, Permenkes RI No. 434 Pasal 3. batasannya : dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan &
perusahaan obat? Apa saja batasan batasannya? kemandirian

6. Apakah pantas dokter memajang testimony 6. Tidak pantas. Tidak boleh mengiklankan secara lisan ? Tulisan. Diatur dalam
KODEKI Pasal 4, Permenkes RI no. 434 Pasal 4
kesembuhan pasien?
7. Dokter bias melakukan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat dengan
7. Tindakan apakah yang dapat dilakukan untuk memberi penjelasan ttg obat dan tarif.
mengubah pola pikir masyarakat mengenai “obat
mahal lebih manjur”?
IV. MIND MAP
DOKTER

Hukum Kedokteran
Kode Etik Professionalitas SIP 3 Tempat Praktik

Sumpah Dokter

Komunikasi Disiplin STR


Permenkes

UU RI Pasien Dokter Prosedur Operasional

KUHP

Tidak Komunikatif Edukasi Rujukan


V. LEARNING ISSUES
1. Menjelaskan tentang dasar dasar hukum kedokteran
2. Menjelaskan tentang Undang Undang yang mengatur praktik kedokteran
3. Menjelaskan tentang kaidah bioetika dan asas Prima Facie
4. Menjelaskan tentang surat keterangan dokter
5. Menjelaskan tentang hak dan kewajiban dokter dan pasien
6. Analisis kasus pemicu 1
LI 1 dasar dasar hukum kedokteran
KODEKI
SUMPAH DOKTER INDONESIA
Lafal sumpah dokter Indonesia sesuai dengan PP No. 26 tahun 1960 diperbaharui
dengan SK Menkes RI No. 434/Menkes/SK/X/1983
Sumpah dokter Indonesia berdasarkan Sumpah Hippocrates dan Deklarasi Jenewa dari
WMA 1948
SUMPAH DOKTER INDONESIA
DEMI ALLAH SAYA BERSUMPAH BAHWA:
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi
kedokteran.
4. Saya akan merahasiakan segala sessuatu yang saya ketahui karena keprofesiaan saya.
5. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.

(Berdasarkan SK Menkes No. 434/SK/X/1983)


7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat.
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan
jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
9. Saya akan memberi kepada guru guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih
yang selayaknya.
10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara sekandung.
11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh sungguh dan dengan mempertaruhkan
kehormatan diri saya..

(Berdasarkan SK Menkes No. 434/SK/X/1983)


SUMPAH HIPPOKRATES
Dibagi menjadi 2 bagian
1. Bagian pertama  sumpah demi dewa-dewa dan dewi dewi dari mitologi
yunani kuno tentang kewajiban seorang (mantan) murid terhadap guru (yang
dianggap orang tua sendiri) dan keluarga gurunya. Serta kewajiban seorang
(mantan) murid tentang pengalihan ilmu pengobatan tanpa bayaran atau janji
apapun – jika mereka kehendaki – kepada putera-putera gurunya dan putera-
puteranya sendiri, serta kepada murid-murid laki laki yang sudah
menandatangani perjanjian dan telah mengucapkan sumpah, dan tidak kepada
siapapun juga diluar itu
2. Bagian kedua  berisikan tentang etika medisnya sendiri
SUMPAH HIPPOKRATES
SUMPAH HIPPOKRATES
UU NO.36 TAHUN 2009
UU NO.36 TAHUN 2014
Bagian Keenam Rekam Medis
LI 2 Undang Undang yang mengatur
praktik kedokteran
STR (UU RI NO 29 TAHUN 2004 PASAL 29)
STR dokter Surat Tanda Registrasi (STR), merupakan dokumen hukum/tanda bukti
tertulis bagi dokter dan dokter spesialis bahwa yang bersangkutan telah
mendaftarkan diri dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan serta telah
diregistrasi pada Konsil Kedokteran Indonesia. Masa berlaku STR dokter dan dokter
spesialis di Indonesia adalah 5 (lima) tahun.
STR Sementara STR yang diberikan kepada dokter dan dokter spesialis warga
negara asing yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan,
pelatihan,penelitian, pelayanan kesehatan di bidang kedoktran yang bersifat di
bidang kedokteran yang bersifat sementara di Indonesia berlaku selama 1 (satu)
tahun.
STR Bersyarat STR bersyarat diberikan oleh KKI kepada peserta program
pendidikan dokter spesialis warga negara asing yang mengikuti pendidikan dan
pelatihan di Indonesia.
http://www.kki.go.id/index.php/subMenu/1016
STR DOKTER (SURAT TANDA REGISTRASI)
1) Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter
dan surat tanda registrasi dokter gigi.
2) Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia.
3) Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki ijazah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi spesialis;
b. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter atau dokter gigi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki sertifikat kompetensi; dan
e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
4) Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi berlaku selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi ulang
setiap 5 (lima) tahun sekali dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dan huruf d
5) Ketua Konsil Kedokteran dan Ketua Konsil Kedokteran Gigi dalam melakukan registrasi ulang harus mendengar
pertimbangan ketua divisi registrasi dan ketua divisi pembinaan.
6) Ketua Konsil Kedokteran dan Ketua Konsil Kedokteran Gigi berkewajiban untuk memelihara dan menjaga registrasi dokter
dan dokter gigi.
STR SEMENTARA (UU RI NO 29 TAHUN 2004
PASAL 31)
1) Surat tanda registrasi sementara dapat diberikan kepada dokter dan dokter
gigi warga negara asing yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan,
pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di bidang kedokteran atau
kedokteran gigi yang bersifat sementara di Indonesia.
2) Surat tanda registrasi sementara berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang untuk 1 (satu) tahun berikutnya.
3) Surat tanda registrasi sementara diberikan apabila telah memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2).
STR BERSYARAT (UU RI NO 29 TAHUN 2004 PASAL
32)
1) Surat tanda registrasi bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan
dokter spesialis atau dokter gigi spesialis warga negara asing yang mengikuti
pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
2) Dokter atau dokter gigi warga negara asing yang akan memberikan pendidikan
dan pelatihan dalam rangka alih ilmu pengetahuan dan teknologi untuk waktu
tertentu, tidak memerlukan surat tanda registrasi bersyarat.
3) Dokter atau dokter gigi warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus mendapat persetujuan dari Konsil Kedokteran Indonesia.
4) Surat tanda registrasi dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (3) diberikan melalui penyelenggara pendidikan dan pelatihan.
UU RI NO 29 TAHUN 2004 PASAL 33
Surat tanda registrasi tidak berlaku karena :
a. dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftar ulang;
c. atas permintaan yang bersangkutan;
d. yang bersangkutan meninggal dunia; atau
e. dicabut Konsil Kedokteran Indonesia.
UU RI NO 29 TAHUN 2004 PASAL 35
(1) Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat g. menulis resep obat dan alat kesehatan;
tanda registrasi mempunyai wewenang melakukan
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan
kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas : i. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang
diizinkan; dan
a. mewawancarai pasien;
j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
yang praktik di daerah terpencil yang tidak ada
c. menentukan pemeriksaan penunjang; apotek.
d. menegakkan diagnosis; (2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kewenangan lainnya diatur dengan Peraturan
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan
Konsil Kedokteran Indonesia.
pasien;
f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
SURAT IZIN PRAKTIK (SIP)
PERMENKES NO. 2052/MENKES/PER/X/2011
Surat Izin Praktik adalah bukti tertulis yang diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter
dan dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran
Macam2 SIP:
• SIP dokter :5 tahun
• SIP dokter gigi: 5 tahun
• SIP dokter spesialis: 5 tahun
• SIP dokter spesialis gigi: 5 tahun
• SIP internship: 1 tahun
Perpanjangan SIP diajukkan selambatnya 3 bulan sebelum masa berlaku SIP berkahir
jikaSTR masa berlakunya habis SIP diperpanjang apabila permohonan perpanjangan STR telah
diproses (bukit: tnada terima pengurusan dengan masa berlaku 6 bulan)
SIP dokter dan dokter gigi
Paling banyak untuk 3 tempat praktik (termasuk faskes milik pemerintah, swasta,
praktik perorangan)
SIP bagi staf pendidik melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi berlaku
juga untuk pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi di RS pendidikan lainnya dan
RS atau faskes lain yang dijadikan sebagai jejaring pendidikan
Dokter dan dokter gigi yang memiliki SIP, tidak perlu mendapat SIP setempat untuk
memberikan pelayanan kedokteran atau konsultasi dalam hal:
A. Diminta o/ suatu faskes dalam rangka pemenuhan pelayanan kedokteran yang
bersifat khusus, yang tidak terus menerus atau tidak berjadwal tetap
B. Dalam rangka bakti sosial/kemanusiaan
C. Dalam rangka tugas kenegaraan
D. Dalam rangka melakukan penanganan bencana atau pertolongan darurat
lainnya
E. Dalam rangka memberikan pertolongan pelatanan kedokteran kepada
keluarga, tetangga, teman, pelayanan kunjungan rumah dan pertolongan
masyarakat tidak mampu yang sifatnya insidentil
CARA MENDAPATKAN SIP DENGAN MENGAJUKAN PERMOHONAN KEPADA DINAS
KESEHATAN KABUPATEN/KOTA TEMPAT PRAKTIK KEDOKTERAN DILAKSANAKAN
DENGAN MELAMPIRKAN:
KETENTUAN PIDANA
NO PELANGGARAN PIDANA UU 29/2004
1 dr./drg. praktik tanpa Surat Tanda Registrasi Penjara max. 3 tahun Pasal 75 ayat 1
Denda max 100 juta rupiah
2 dr./drg. praktik tanpa Surat Izin Praktik Penjara max. 3 tahun Pasal 76
Denda max 100 juta rupiah
3 dr./drg. WNA praktik tanpa STR sementara atau Penjara max 3 tahun Pasal 75 (2) & (3)
bersyarat Denda max 100 juta rupiah
4 dr./drg. yang tidak : Penjara max. 1 tahun Pasal 79
▪ Memasang papan praktik Denda max. 50 juta rupiah
▪ Membuat rekam medis yang baik
▪ Memenuhi kewajiban (pasal 51)
5 Identitas dan gelar palsu, tanpa STR dan SIP Penjara max. 5 tahun Pasal 77
Denda max. 150 juta rupiah

6 Mempekerjakan dr/drg tanpa SIP Penjara max. 10 tahun Pasal 80


Denda max. 300 juta rupiah
TUJUAN DAN FILOSOFI
UPPK tergambar dari 3 yang menyatakan:
• memberi perlindungan kepada pasien
• mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
• memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dokter gigi
undang-undang ini berisi berbagai macam kebijakan baru seperti:
• konsil kedokteran
• memberdayakan organisasi profesi (IDI, PDGI, asosiasi RS, Institusi pendidikan)
KONSIL KEDOKTERAN
Mengatur pelayanan praktik kedokteran dan kedokteran gigi di masa yang akan datang

Konsil kedokteran merupakan badan otonom, mandiri, non-struktural dan bersifat independen, tdd
konsil kedokteran dan kedokteran gigi

Konsil kedokteran diharapkan dapat menjalankan fungsi regulator yg terkait dalam peningkatan
kemampuan dokter dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran

Konsil ini tdd 3 divisi:

• Divisi registrasi

• Divisi standar pendidikan profesi

• Divisi pembinaan
KONSIL KEDOKTERAN
KONSIL KEDOKTERAN
LI 3 kaidah bioetika dan asas Prima
Facie
EMPAT PRINSIP DASAR ETIKA BIOMEDIS
Non-Maleficence
Beneficence
Otonomi Tom Beauchamp & James Childress
Justice
BENEFICENCE
• Bene= baik, -ficere= melakukan
• Prinsip berbuat baik
• Berbuat baik sbg kewajiban (bersifat positif)
• Segala tindakan dokter hrs terarah utk memulihkan kesehatan ps
• Adapun syarat2 melakukan kewajiban yg hrs terpenuhi:
– B menghadapi risiko mengalami kerugian besar
– Perbuatan A diperlukan utk mencegah kerugian
– Perbuatan A kiranya akan mencegah terjadinya kerugian
– Perbuatan A tdk mengandung risiko berarti bagi A
– Manfaat yg akan diperoleh B mengimbangi kerugian yg mgkn dialami A

72
• Hubungan profesi dokter – ps hrs bersifat covenant (sifatnya melebihi kontrak)
• Dokter wajib merasa peduli dg pasien jika terjadi perkembangan yg tdk disangka
dan tdk dipatok sampai batas yg ditetapkan sebelumnya
• Treating physician – dokter mengobati org sakit dgn tujuan memulihkan kesehatan
ps; mengutamakan kepentingan ps (subjektif)
• Assessing physician – memeriksa kesehatan utk menentukan org itu sakit/tdk;
bersifat objektif dan tdk boleh memihak pd ps (dokter perusahaan, sp forensik)

73
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
BENEFICENCE kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya
menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
NON MALEFICENCE
• Non = tidak, mal- = buruk, -ficence= melakukan
• Prinsip tdk merugikan
• Bersifat negatif: tdk mengatakan yg harus dilakukan, hny yg tidak boleh dilakukan
• Prinsip efek ganda
– efek baik disamping efek buruk
– Syarat:
• Tindakan harus bersifat baik
• Hanya efek baik dan bukan efek buruk scara lgsg yg dimaksud
• Efek baik tdk dihasilkan dr efek buruk
• Hrs ada alasan proporsional utk membiarkan efek buruk yg diketahui akan terjadi

75
• Prinsip totalitas
– Bagian tubuh boleh dikorbankan demi menyelamatkan tubuh sbg keseluruhan atau
demi menjamin kualitas tubuh
– Bisa dipakai dalam kasus amputasi atau tindakan medis lain yg melenyapkan integritas
tubuh
• Distingsi antara “killing” dan “letting die”  pada kasus ps terminal
• Distingsi antara sarana biasa dan luar biasa  wajib menggunakan sarana biasa utk
menyelamatkan ps, tp tdk wajib memakai sarana luar biasa

76
Kriteria

NON-MALEFICENCE
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian

2. Mengobati pasien yang luka


3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
• Malpraktek medis
– Pelanggaran prinsip tdk merugikan
– Penyimpangan dari standar medis: tenaga medis melakukan sesuatu yg harusnya tdk
dilakukan (commission) atau tenaga medis tdk melakukan hal yg sharusnya dilakukan
(omission)
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai
martabat pasien

MENGHORMATI OTONOMI
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
(kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
Yunani: autos= sendiri; nomos= hukum,
peraturn, pengaturan, pemerintahan. 6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
Inform consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil
Kompetensi keputusan sendiri
• Inkompeten  keputusan bisa diwakili o/ 9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
org lain (keluarga terdekat) atau mll living
will/ advance directive 10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam
mengambil keputusan termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien
pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan
pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
MENGHARGAI OTONOMI
• Otonomi = hak untuk memutuskan sendiri dalam hal-hal yang
menyangkut diri sendiri
• Hak otonomi pasien  hak pasien untuk mengambil keputusan
dan menentukan sendiri tentang kesehatan, kehidupan, dan
malahan secara ekstrim tentang kematiannya.
• Berlawanan dengan budaya tradisional Hippokrates, di mana
umumnya dokterlah yang menentukan apa yg dianggapnya
paling baik untuk pasien.
Tiga syarat untuk memastikan kompeten tidaknya seorang pasien (The President’s Commission):
✓Kemampuan untuk menilai  Ia harus mampu menilai apakah suatu tindakan medis baik
atau buruk baginya, berguna atau tidak dalam perspektif tujuan tertentu
✓Kemampuan untuk memahami  pasien harus mampu memahami informasi yang
diberikan dokter tentang penyakitnya, kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam hal
pengobatan, dan rekomendasi dari dokter sendiri
✓Kemampuan untuk menalar  pasien harus mampu untuk mempertimbangkan alasan-
alasan yang ada untuk suatu tindakan medis. Ia harus dapat membandingkan beberapa
piihan pengobatan yang tersedia baginya
KEADILAN
Memberi kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.
Keadilan dapat menyangkut kewajiban individu thd masyarakat, masyarakat thd individu
dan kewajiban individu satu sama lain. Dg demikian timbul 3 macam keadilan:
• Keadilan umum (general justice): warga masyarakat diwajibkan memberi kpd masyarakat
apa yg mjd haknya.
• Keadilan distributif (distributive justice): negara diwajibkan memberi kpd warga negara
apa yg mjd haknya.
• Keadilan komutatif (commutative justice): setiap org atau kelompok harus memberik haknya
kpd org atau kelompok lain.
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal

JUSTICE
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan

16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
KODEKI YANG MENGANDUNG DASAR BIOETIKA
Pasal 5 Pasal 7C (KODEKI 2012 Pasal 10)
Setiap perbuatan atau nasihat dokter Seorang dokter harus menghormati hak-
yang mungkin melemahkan daya tahan hak pasien, dan harus menjaga
psikis maupun fisik, wajib memperoleh kepercayaan pasien
persetujuan pasien/keluarganya dan
hanya diberikan untuk kepentingan dan
• Autonomi : Dokter menghargai hak pasien
kebaikan pasien tersebut menentukan nasib sendiri
• Justice : Menghargai hak orang lain
• Autonomi, hak pasien atas informasi tentang
dirinya
KODEKI YANG MENGANDUNG DASAR BIOETIKA
Pasal 10 (KODEKI 2012 Pasal 14)
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien ke
dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut

• Beneficence : Bersikap tulus ikhlas


• Non – maleficence : Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan merujuk ke dokter ahli, ini menunjukan tidak merugikan pasien (do not harm)
• Autonomi : Menghormati autonomi pasien dalam kalimat “atas persetujuan pasien”
• Justice : Dokter tidak melakukan penyalahgunaan wewenang
KODEKI YANG MENGANDUNG DASAR BIOETIKA
Pasal 11 (KODEKI 2012 Pasal Pasal 12 (KODEKI 2012 Pasal 17)
15) 16)
Setiap dokter wajib melakukan
Setiap dokter harus Setiap dokter wajib pertolongan darurat sebagai
memberikan kesempatan merahasiakan segala seuatu suatu tugas perikemanusiaan,
kepada pasien agar yang diketahuinya terhadap kecuali bila ia yakin ada
senantiasa dapat berhubungan seorang pasien, bahkan orang lain bersedia dan
dengan keluarga dan setelah pasien meninggal mampu memberikannya
penasehatnya dalam dunia
beribadat dan atau dalam
masalah lainnya • Beneficence : Menolong tanpa
• Autonomi : Menjaga rahasia pasien pamrih
• Non maleficence : Menolong pasien
• Autonomi : Menghargai privasi emergensi
pasien

Pasal 13 (KODEKI 2012 Pasal


PRIMA FACIE
Prinsip menghormati otonomi dapat dikalahkan / ditinggalkan guna mengutamakan
prinsip lain
Sebagai dokter kita mempunyai kewajiban prima facie yang terdiri atas empat
kaidah dasar moral
Dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang dokter harus melakukan pemilihan 1
kaidah dasar etik ter-”absah” sesuai konteksnya berdasarkan data atau situasi
konkrit terabsah.

BERTENS K. ETIKA BIOMEDIS. YOGYAKARTA: PENERBIT KANISIUS; 2011.


PRIMA FACIE
The four principles referred to here are by determining which carries more weight
non-hierarchical, meaning no one principle in the particular case
routinely “trumps” another
A moral person's actual duty is
Yet, when two or more principles apply, determined by weighing and balancing
we may find that they are in conflict all competing prima facie duties in any
particular case (Frankena, 1973)
In other words, in the face of no other
competing claims, we have a duty to
uphold each of these principles (a prima
facie duty).
However, in the actual situation, we must
balance the demands of these principles
LI 4 surat keterangan dokter
SURAT KETERANGAN DOKTER
Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang dokter kadang kalanya
harus menerbitkan surat-surat keterangan dokter.
Pedomannya antara lain:
1. Bab I Pasal 7 KODEKI,” Setiap dokter hanya memberikan keterangan
dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya”.
2. Paragraph 4, pasal 48 UU No.29/2004 tentang praktik Kedokteran.
JENIS SURAT KETERANGAN DOKTER
1. Surat Keterangan lahir
2. Surat Keterangan Meninggal
3. Surat Keterangan Sehat
4. Surat Keterangan Sakit
5. Surat Keterangan Cacat
6. Surat Keterangan Pelayanan Medis untuk penggantian biaya dari asuransi kesehatan
7. Surat Keterangan Cuti Hamil
8. Surat Keterangan Ibu hamil, bepergian dengann pesawat udara
9. Visum et Repertum
10. Laporan Penyakit Menular
11. Kuitansi
SURAT KETERANGAN LAHIR
SK kelahiran berisikan tentang waktu (tanggal dan jam) lahirnya bayi, kelamin, BB
dan nama orang tua.
Diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya oleh karena sering adanya
permintaan khusus dari pasien.
Hal yang sering menjadi masalah:
1.Anak yang lahir dari inseminasi buatan dari semen donor (Arteficial Insemination by
Donor = AID)
2.Anak yang lahir hasil bayi tabung yang sel telur dan/atau sel maninya berasal
dari donor (In vitro Fertilization by Donor)
3.Anak yang lahir hasil konsepsi dari saudara kandung suami
Ketiga hal diatas bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
SURAT KETERANGAN MENINGGAL
Surat keterangan untuk keperluan penguburan, perlu dicantumkan identitas
jenazah, tempat, dan waktu meninggalnya.
Surat Keterangan (Laporan) Kematian
Mengenai hal ini perlu diisi:
- Sebab kematian sesuai dengan pengetahuan dokter.
- Lamanya menderita sakit hingga meninggal dunia.
- Jika jenazah dibawa ke luar daerah atau luar negeri maka adanya
kematian karena penyakit menular harus diperhatikan.
SURAT KETERANGAN SEHAT
A. Untuk Asuransi Jiwa
Dalam menulis laporan pengujian kesehatan untuk asuransi jiwa, perlu diperhatikan agar:
• Laporan dokter harus objektif.
• Sebaliknya jangan menguji kesehatan seorang calon yang masih atau pernah menjadi
pasien sendiri untuk menghindari timbulnya kesukaran.
• Jangan memberitahukan kesimpulan hasil pemeriksaan medik kepada pasien, langsung
kepada perusahaan asuransi itu sendiri.
Dokter selaku ahli, bukan orang kepercayaan perusahaan asuransi kesehatan.
Pemeriksaan oleh dokter yang dipilih pasien pada dasarnya untuk kepentingan pihak
asuransi oleh karena sebagai dokter penguji kesehatan tersebut, dokter wajib
memberitahukan kepada perusahaan tentang segala sesuatu yang ia ketahui dari orang
yang kesehatannya diuji. Dapat terjebak melanggar wajib simpan rahasia jabatan.
Seharusnya dokter keluarga menolak untuk menguji kesehatan pasiennya
B. Untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM)
Perlu diperhatikan oleh karena pengendara atau faktor manusia merupakan
faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas.
C. Untuk Nikah
Selain pemeriksaan medis, dokter juga harus memberikan edukasi reproduksi
dan pendidikan seks kepada pasangan calon suami-istri.
Yang sering menjadi dilema adalah apakah dokter harus memberitahukan
kepada salah satu calon suami-istri tersebut apabila menemukan kelainan-
kelainan atau penyakit-penyakit yang diderita salah satu calon pasangannya
SURAT KETERANGAN SAKIT UNTUK ISTIRAHAT

Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan simulasi atau agravasi


pada waktu memberikan keterangan mengenai cuti sakit seorang karyawan.
Ada kalanya cuti sakit disalahgunakan untuk tujuan lain.
Surat keterangan cuti sakit palsu dapat menyebabkan seorang dokter dituntut
menurut pasal 263 dan 267 KUHP.
SURAT KETERANGAN SURAT KETERANGAN
CACAT CUTI HAMIL

Sangat erat hubungannya dengan Hak cuti hamil seorang ibu adalah
besarnya tunjangan atau pensiun 3 bulan, yaitu sekitar 1 bulan
yang akan diterima oleh pekerja, sebelum dan 2 bulan setelah
persalinan.
yang tergantung kepada
keterangan dokter tentang sifat Tujuan : agar si ibu cukup istirahat
cacatnya. dan mempersiapkan dirinya dalam
menghadapi proses persalinan, dan
mulai kerja kembali setelah masa
nifas.
SURAT KETERANGAN PENGGANTIAN BIAYA DARI
ASURANSI KESEHATAN
Informasi Dasar: Identitas pasien dan perwalian (bila diperlukan), hasil rekam medik
oleh dokter
Diisi dan digabungkan dengan formulir claim asuransi
SURAT KETERANGAN IBU HAMIL BEPERGIAN
DENGAN PESAWAT UDARA
Sesuai dengan ketentuan internasional Aviation, Ibu hamil tidak dibenarkan
bepergian dengan pesawat udara, jika mengalami :
1. hiperemesis atau emesis gravidarum
2. hamil dengan komplikasi ( perdarahan, preeklamsi dsb )
3. hamil >36 minggu
4. hamil dengan penyakit-penyakit lain yang beresiko.
VISUM ET REPERTUM
Visum et repertum (VeR) adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter untuk
penyidik dan pengadilan.
VeR mempunyai daya bukti dan alat bukti yang sah dalam perkara pidana.
Kasus Pemerkosaan
• Kesulitan jika korban dikirim terlambat karena hasil pemeriksaan tidak menunjukkan
keadaan sebenarnya
Bedah mayat kedokteran kehakiman
• Harus objektif tanpa pengaruh dari mereka yang berkepentingan dalam perkara.
Keterangan dibuat dengan istilah yang mudah dipahami, berdasarkan apa yang dilihat
dan ditemukan, sehingga tidak berulang kali dipanggil ke pengadilan untuk dimintakan
keterangan tambahan.
LAPORAN PENYAKIT MENULAR
Diatur dalam UU No. 6 tahun 1962 tentang wabah.
Kepentingan umum yang diutamakan.
Pasal 50 KUHP : “ Tiada boleh dihukum barang siapa melakukan perbuatan untuk
menjalankan aturan undang-undang”.
KUITANSI
Sering diminta sebagai bukti pembayaran, tidak menimbulkan masalah apabila sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Berhubungan dengan penggantian biaya berobat dari
perusahaan tepat pasien atau pasangannya bekerja.
Contoh :
• perusahaan hanya mengganti 50% biaya pengobatan, pasien minta dibuatkan kuitansi
sebesar 2 kali imbalan jasa yang diterima dokter,
• pasien meminta agar imbalan jasa dokter dinaikkan dengan sisa imbalan dibagi 50-50%
antara dokter dan pasien,
• Pasien meminta agar biaya pengangkutan pulang pergi dari luar kota ke tempat berobat
dimasukkan dalam kuitansi berobat (built in), sedangkan dokter tidak menerima bagian dari
biaya pengangkutan tersebut.
Ketiga contoh di atas jelas malpraktik etik dan malpraktik kriminil.
SANKSI HUKUM PENYIMPANGAN PEMBUATAN
SURAT KETERANGAN
Pasal 267 KUHP: Pasal 179 KUHAP:
1. Seorang dokter yang dengan sengaja 1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai
memberikan surat keterangan palsu tentang ada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
atau tidaknya penyakit, kelemahan, atau cacat
diancam dengan hukuman penjara paling lama alinnya wajib memberikan keterangan ahli demi
empat tahun. keadilan.
2. Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk 2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi
memasukkan seseorang dalam rumah sakit gila
atau untuk menahannya disitu, dijatuhkan berlaku juga bagi mereka yang memberikan
hukuman penjara paling lama delapan tahun keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka
enam bulan. mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan
3. Diancam dengan pidana yang sama, barang keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-
siapa dengann sengaja memberikan surat benarnya menurut pengetahuan dalam bidang
keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai
keahliannya.
dengan kebenaran.
LI 5 hak dan kewajiban dokter dan
pasien
UU NO. 29 TAHUN 2004 PASAL 50
UU NO. 29 TAHUN 2004 PASAL 51
UU NO. 29 TAHUN 2004 PASAL 52 DAN PASAL 53
KODEKI - KEWAJIBAN DOKTER
“Aegroti Salus Lex Suprema” : keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi

Macam-macam kewajiban dokter dibahas dalam Bab 3 KODEKI:


• Kewajiban umum
• Kewajiban terhadap pasien
• Kewajiban terhadap teman sejawat
• Kewajiban terhadap diri sendiri
Kewajiban Umum
Pasal 1
Setiap dokter menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang
tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk
kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik
atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan
masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang terlah diperiksan sendiri kebenarannya.
Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan
kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas
martabat manusia.
Kewajiban umum
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawat dan
berupaya untuk mengigatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter
atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan dalam menangani pasien.
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepecayaan pasien.
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat
dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Kewajiban dokter terhadap pasien Kewajiban dokter terhadap teman sejawat
Pasal 10 Pasal 14
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya
mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
unutk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu Pasal 15
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari
atas pesetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien teman sejawatnya, kecuali dengan persetujuan atau
kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam berdasarkan prosedur yang etis.
penyakit tersebut. Kewajiban dokter terhadap diri sendiri
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada Pasal 16
pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya
keluarga dan penasihatnya dalam beribadat dan dpat bekerja dengan baik.
atau dalam masalah lainnya. Pasal 17
Pasal 12 Seriap dokter harus senantiasa mengikuti
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan kedokteran/kesehatan.
juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat
sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
LI 6 Analisis Kasus
ANALISA KASUS
Dokter B :
melanggar Kemenkes RI no 434 pasal 7 -> tidak memberi surat keterangan yang
telah diperiksa sesuai kebenarannya
Melanggar pasal 267 KUHP-> surat keterangan palsu
Melanggar UU RI no 29 pasal 52 th 2004-> melanggar hak pasien mendapatkan
penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
Melanggar kode etik pasal 4 -> menghindarkan perbuatan yang memuji diri

Anda mungkin juga menyukai