5. Apakah dokter diperbolehkan utk bekerja sama dgn 5. Diatur dalam KODEKI, Permenkes RI No. 434 Pasal 3. batasannya : dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan &
perusahaan obat? Apa saja batasan batasannya? kemandirian
6. Apakah pantas dokter memajang testimony 6. Tidak pantas. Tidak boleh mengiklankan secara lisan ? Tulisan. Diatur dalam
KODEKI Pasal 4, Permenkes RI no. 434 Pasal 4
kesembuhan pasien?
7. Dokter bias melakukan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat dengan
7. Tindakan apakah yang dapat dilakukan untuk memberi penjelasan ttg obat dan tarif.
mengubah pola pikir masyarakat mengenai “obat
mahal lebih manjur”?
IV. MIND MAP
DOKTER
Hukum Kedokteran
Kode Etik Professionalitas SIP 3 Tempat Praktik
Sumpah Dokter
KUHP
Konsil kedokteran merupakan badan otonom, mandiri, non-struktural dan bersifat independen, tdd
konsil kedokteran dan kedokteran gigi
Konsil kedokteran diharapkan dapat menjalankan fungsi regulator yg terkait dalam peningkatan
kemampuan dokter dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran
• Divisi registrasi
• Divisi pembinaan
KONSIL KEDOKTERAN
KONSIL KEDOKTERAN
LI 3 kaidah bioetika dan asas Prima
Facie
EMPAT PRINSIP DASAR ETIKA BIOMEDIS
Non-Maleficence
Beneficence
Otonomi Tom Beauchamp & James Childress
Justice
BENEFICENCE
• Bene= baik, -ficere= melakukan
• Prinsip berbuat baik
• Berbuat baik sbg kewajiban (bersifat positif)
• Segala tindakan dokter hrs terarah utk memulihkan kesehatan ps
• Adapun syarat2 melakukan kewajiban yg hrs terpenuhi:
– B menghadapi risiko mengalami kerugian besar
– Perbuatan A diperlukan utk mencegah kerugian
– Perbuatan A kiranya akan mencegah terjadinya kerugian
– Perbuatan A tdk mengandung risiko berarti bagi A
– Manfaat yg akan diperoleh B mengimbangi kerugian yg mgkn dialami A
72
• Hubungan profesi dokter – ps hrs bersifat covenant (sifatnya melebihi kontrak)
• Dokter wajib merasa peduli dg pasien jika terjadi perkembangan yg tdk disangka
dan tdk dipatok sampai batas yg ditetapkan sebelumnya
• Treating physician – dokter mengobati org sakit dgn tujuan memulihkan kesehatan
ps; mengutamakan kepentingan ps (subjektif)
• Assessing physician – memeriksa kesehatan utk menentukan org itu sakit/tdk;
bersifat objektif dan tdk boleh memihak pd ps (dokter perusahaan, sp forensik)
73
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
BENEFICENCE kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya
menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
NON MALEFICENCE
• Non = tidak, mal- = buruk, -ficence= melakukan
• Prinsip tdk merugikan
• Bersifat negatif: tdk mengatakan yg harus dilakukan, hny yg tidak boleh dilakukan
• Prinsip efek ganda
– efek baik disamping efek buruk
– Syarat:
• Tindakan harus bersifat baik
• Hanya efek baik dan bukan efek buruk scara lgsg yg dimaksud
• Efek baik tdk dihasilkan dr efek buruk
• Hrs ada alasan proporsional utk membiarkan efek buruk yg diketahui akan terjadi
75
• Prinsip totalitas
– Bagian tubuh boleh dikorbankan demi menyelamatkan tubuh sbg keseluruhan atau
demi menjamin kualitas tubuh
– Bisa dipakai dalam kasus amputasi atau tindakan medis lain yg melenyapkan integritas
tubuh
• Distingsi antara “killing” dan “letting die” pada kasus ps terminal
• Distingsi antara sarana biasa dan luar biasa wajib menggunakan sarana biasa utk
menyelamatkan ps, tp tdk wajib memakai sarana luar biasa
76
Kriteria
NON-MALEFICENCE
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian
MENGHORMATI OTONOMI
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
(kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
Yunani: autos= sendiri; nomos= hukum,
peraturn, pengaturan, pemerintahan. 6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
Inform consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil
Kompetensi keputusan sendiri
• Inkompeten keputusan bisa diwakili o/ 9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
org lain (keluarga terdekat) atau mll living
will/ advance directive 10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam
mengambil keputusan termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien
pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan
pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
MENGHARGAI OTONOMI
• Otonomi = hak untuk memutuskan sendiri dalam hal-hal yang
menyangkut diri sendiri
• Hak otonomi pasien hak pasien untuk mengambil keputusan
dan menentukan sendiri tentang kesehatan, kehidupan, dan
malahan secara ekstrim tentang kematiannya.
• Berlawanan dengan budaya tradisional Hippokrates, di mana
umumnya dokterlah yang menentukan apa yg dianggapnya
paling baik untuk pasien.
Tiga syarat untuk memastikan kompeten tidaknya seorang pasien (The President’s Commission):
✓Kemampuan untuk menilai Ia harus mampu menilai apakah suatu tindakan medis baik
atau buruk baginya, berguna atau tidak dalam perspektif tujuan tertentu
✓Kemampuan untuk memahami pasien harus mampu memahami informasi yang
diberikan dokter tentang penyakitnya, kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam hal
pengobatan, dan rekomendasi dari dokter sendiri
✓Kemampuan untuk menalar pasien harus mampu untuk mempertimbangkan alasan-
alasan yang ada untuk suatu tindakan medis. Ia harus dapat membandingkan beberapa
piihan pengobatan yang tersedia baginya
KEADILAN
Memberi kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.
Keadilan dapat menyangkut kewajiban individu thd masyarakat, masyarakat thd individu
dan kewajiban individu satu sama lain. Dg demikian timbul 3 macam keadilan:
• Keadilan umum (general justice): warga masyarakat diwajibkan memberi kpd masyarakat
apa yg mjd haknya.
• Keadilan distributif (distributive justice): negara diwajibkan memberi kpd warga negara
apa yg mjd haknya.
• Keadilan komutatif (commutative justice): setiap org atau kelompok harus memberik haknya
kpd org atau kelompok lain.
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
JUSTICE
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
KODEKI YANG MENGANDUNG DASAR BIOETIKA
Pasal 5 Pasal 7C (KODEKI 2012 Pasal 10)
Setiap perbuatan atau nasihat dokter Seorang dokter harus menghormati hak-
yang mungkin melemahkan daya tahan hak pasien, dan harus menjaga
psikis maupun fisik, wajib memperoleh kepercayaan pasien
persetujuan pasien/keluarganya dan
hanya diberikan untuk kepentingan dan
• Autonomi : Dokter menghargai hak pasien
kebaikan pasien tersebut menentukan nasib sendiri
• Justice : Menghargai hak orang lain
• Autonomi, hak pasien atas informasi tentang
dirinya
KODEKI YANG MENGANDUNG DASAR BIOETIKA
Pasal 10 (KODEKI 2012 Pasal 14)
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien ke
dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut
Sangat erat hubungannya dengan Hak cuti hamil seorang ibu adalah
besarnya tunjangan atau pensiun 3 bulan, yaitu sekitar 1 bulan
yang akan diterima oleh pekerja, sebelum dan 2 bulan setelah
persalinan.
yang tergantung kepada
keterangan dokter tentang sifat Tujuan : agar si ibu cukup istirahat
cacatnya. dan mempersiapkan dirinya dalam
menghadapi proses persalinan, dan
mulai kerja kembali setelah masa
nifas.
SURAT KETERANGAN PENGGANTIAN BIAYA DARI
ASURANSI KESEHATAN
Informasi Dasar: Identitas pasien dan perwalian (bila diperlukan), hasil rekam medik
oleh dokter
Diisi dan digabungkan dengan formulir claim asuransi
SURAT KETERANGAN IBU HAMIL BEPERGIAN
DENGAN PESAWAT UDARA
Sesuai dengan ketentuan internasional Aviation, Ibu hamil tidak dibenarkan
bepergian dengan pesawat udara, jika mengalami :
1. hiperemesis atau emesis gravidarum
2. hamil dengan komplikasi ( perdarahan, preeklamsi dsb )
3. hamil >36 minggu
4. hamil dengan penyakit-penyakit lain yang beresiko.
VISUM ET REPERTUM
Visum et repertum (VeR) adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter untuk
penyidik dan pengadilan.
VeR mempunyai daya bukti dan alat bukti yang sah dalam perkara pidana.
Kasus Pemerkosaan
• Kesulitan jika korban dikirim terlambat karena hasil pemeriksaan tidak menunjukkan
keadaan sebenarnya
Bedah mayat kedokteran kehakiman
• Harus objektif tanpa pengaruh dari mereka yang berkepentingan dalam perkara.
Keterangan dibuat dengan istilah yang mudah dipahami, berdasarkan apa yang dilihat
dan ditemukan, sehingga tidak berulang kali dipanggil ke pengadilan untuk dimintakan
keterangan tambahan.
LAPORAN PENYAKIT MENULAR
Diatur dalam UU No. 6 tahun 1962 tentang wabah.
Kepentingan umum yang diutamakan.
Pasal 50 KUHP : “ Tiada boleh dihukum barang siapa melakukan perbuatan untuk
menjalankan aturan undang-undang”.
KUITANSI
Sering diminta sebagai bukti pembayaran, tidak menimbulkan masalah apabila sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Berhubungan dengan penggantian biaya berobat dari
perusahaan tepat pasien atau pasangannya bekerja.
Contoh :
• perusahaan hanya mengganti 50% biaya pengobatan, pasien minta dibuatkan kuitansi
sebesar 2 kali imbalan jasa yang diterima dokter,
• pasien meminta agar imbalan jasa dokter dinaikkan dengan sisa imbalan dibagi 50-50%
antara dokter dan pasien,
• Pasien meminta agar biaya pengangkutan pulang pergi dari luar kota ke tempat berobat
dimasukkan dalam kuitansi berobat (built in), sedangkan dokter tidak menerima bagian dari
biaya pengangkutan tersebut.
Ketiga contoh di atas jelas malpraktik etik dan malpraktik kriminil.
SANKSI HUKUM PENYIMPANGAN PEMBUATAN
SURAT KETERANGAN
Pasal 267 KUHP: Pasal 179 KUHAP:
1. Seorang dokter yang dengan sengaja 1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai
memberikan surat keterangan palsu tentang ada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
atau tidaknya penyakit, kelemahan, atau cacat
diancam dengan hukuman penjara paling lama alinnya wajib memberikan keterangan ahli demi
empat tahun. keadilan.
2. Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk 2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi
memasukkan seseorang dalam rumah sakit gila
atau untuk menahannya disitu, dijatuhkan berlaku juga bagi mereka yang memberikan
hukuman penjara paling lama delapan tahun keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka
enam bulan. mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan
3. Diancam dengan pidana yang sama, barang keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-
siapa dengann sengaja memberikan surat benarnya menurut pengetahuan dalam bidang
keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai
keahliannya.
dengan kebenaran.
LI 5 hak dan kewajiban dokter dan
pasien
UU NO. 29 TAHUN 2004 PASAL 50
UU NO. 29 TAHUN 2004 PASAL 51
UU NO. 29 TAHUN 2004 PASAL 52 DAN PASAL 53
KODEKI - KEWAJIBAN DOKTER
“Aegroti Salus Lex Suprema” : keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi