Anda di halaman 1dari 19

Filsafat dan Sifat Penelitian Medis dengan

Satu Contoh
SATU CONTOH PENELITIAN MEDIS

Pembimbing: dr. Soekamto Sp.OT


Oleh :Umar - 201720401011067

SMF ILMU BEDAH RS BHAYANGKARA KEDIRI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
Istirahat dan Gerakan pada Ortopedik

• Istirahat dan gerakan merupakan dua hal yang selalu dianjurkan dalam
metode penatalaksanaan penyakit atau cidera jaringan musculoskeletal
 indikasi, durasi, dan nilai terapeutik = kontroversial.
• Dasar empiris sejak 25 abad terakhir, dokter dan ahli bedah 
menganjurkan istirahat daripada gerakan.
• 3 dekade terakhir >> gerakan.
• Penelitian ilmiah menunjukkan efek yang berbahaya dari imobilisasi sendi
sinovial yang berkelanjutan pada hewan. Selain itu, efek bermanfaat
gerakan aktif intermiten dari kartilago artikular telah dilaporkan. Oleh karena
itu, hasil penelitian ilmiah mengenai istirahat dan gerakan pada tatalaksana
kelainan muskuloskeletal lebih jelas dan tidak kontroversial dibandingkan
dengan klinis empirisnya.
Pemikiran Awal di Balik Konsep CPM, Harapan yang
Tidak Dapat Tercapai, dan Tantangan pada Artritis

• The Arthritis Society  3,4% populasi Amerika Utara yang


menderita nyeri dan keterbatasan gerak pada satu atau lebih sendi
akibat artritis.
• Kemajuan teknologi dan biomedis dalam bedah ortopedi seperti
eksisi total sendi dan penggantian sendi prostetik pada kerusakan
sendi ireversibel
• Masih terdapat berbagai masalah dalam penggunaannya. Oleh
karena itu, klinisi dan ilmuwan ingin mengembangkan metode untuk
menstimulasi penyembuhan dan regenerasi kartilago artikular.
Pemikiran Awal di Balik Konsep CPM, Harapan yang
Tidak Dapat Tercapai, dan Tantangan pada Artritis

1. Observasi klinis  efek buruk dari imobilisasi


berkelanjutan dari sendi sinovial: kekakuan dan nyeri
yang persisten, atrofi otot, osteoporosis, dan artiritis
degeneratif dengan penggunaan lanjutan dari sendi
yang terlibat.
2. Observasi klinis menunjukkan efek bermanfaat secara
lokal dari gerakan aktif awal dibandingkan dengan
imobilisasi berkelanjutan dari sendi yang sakit atau
cidera.
3. Penelitian dasar  efek berbahaya dari imobilisasi sendi lutut
kelinci di bawah tekanan dengan klem kompresi atau dengan
imobilisasi sendi pada posisi yang dipaksa. Nekrosis tekanan
(pressure necrosis) pada kartilago artikular di area yang tertekan
selama 6 hari.
4. Penelitian dasar juga menunjukkan efek berbahaya dari imobilisasi
berkelanjutan (6 hingga 12 minggu) dari sendi lutut kelinci yang
difleksikan tanpa penekanan. Peneliti menemukan adanya
degenerasi obliteratif dari kartilago artikular pada area yang tidak
berkontak karena adanya perlengketan dari membran sinovial
dengan permukaan otot.
5. Lesi dari bedah jantung (khususnya operasi jantung terbuka),
operasi vaskular perifer, dan bedah toraks menunjukkan bahwa
jaringan luka tidak perlu diistirahatkan untuk mengalami
penyembuhan.

• Gerakan intermiten ATAU dengan gerakan kontinu/ terus-menerus


?
• Kelelahan otot skeletal  gerakan kontinu harus dilakukan secara
pasif dan bukan secara aktif.
• “Konsep biologis dari CPM sendi sinovial sebagai metode untuk
menstimulasi penyembuhan dan regenerasi kartilago artikular.”
• Berlawanan dengan prinsip tradisional yaitu imobilisasi pada sendi
yang sakit dan cidera.
Premis Dasar dan Hipotesis CPM
Premis dasar Manfaat

1. Sendi sinovial dirancang untuk 1. Meningkatkan nutrisi dan aktivitas


bergerak dan berfungsi untuk itu. metabolik kartilago artikular.
2. Nutrisi untuk kartilago artikular dari 2. Menstimulasi sel mesenkim
cairan sinovial meningkat apabila pluripoten untuk berdiferensiasi
sendi digerakkan. menjadi jaringan fibrosa atau tulang,
3. Imobilisasi berkelanjutan dan dan dengan begitu berujung pada
pembatasan gerakan sendi bersifat regenerasi kartilago.
merugikan terhadap kartilago artikular 3. Mempercepat penyembuhan
dan jaringan terkait, termasuk kartilago artikular dan jaringan
membran sinovial, ligamen, tendon, perartikular, seperti tendon dan
dan otot. ligament.

Tujuan investigasi eksperimental pada 28 tahun terakhir adalah menguji validitas


hipotesis ini dengan berbagai model eksperimen.
Penelitian Dasar dari CPM
• Beberapa investigasi eksperimental yang dilakukan
selama 28 tahun terakhir melibatkan topik seperti defek
jangka panjang dan pendek dari permukaan sendi,
artritis akut septik, tekanan cairan intra-artikular,
penyembuhan luka, atrofi otot, dll.
1. Regenerasi kartilago artikular hyalin  52% defek
dengan ketebalan penuh di kelompok CPM, 18% pada
pasien dengan imobilisasi sendi dan 9% pada pasien
dengan gerakan aktif intermiten (GAI). Namun, potensi
penyembuhan dan regenerasi defek ketebalan penuh
sangat terbatas.
2. Penyembuhan fraktur intraartikular timbul pada 80%
hewan dengan CPM, dibandingkan dengan 20%
dengan imobilisasi dan GAI.
3. CPM memiliki efek protektif yang signifikan pada
model eksperimen artritis septik.
4. Peningkatan derajat fleksi pada lutut kelinci 
Peningkatan tekanan cairan intraartikular yang
signifikan.
5. Penyembuhan luka insisi artrotomi parapatelar
meningkat secara signifikan pada CPM.
6. CPM secara signifikan mengurangi atrofi otot
gastroknemius.
7. CPM menyebabkan pembentukan kalus tendon yang
lebih tebal, penjajaran serat tendon yang lebih baik,
dan peningkatan kekuatan pada hewan dengan
laserasi parsial dari tendon patela.
8. CPM menghasilkan penyembuhan yang lebih baik
pada model eksperimen tenodesis.
9. Potensi kondrogenik dari autograft intraartikular
periosteal bebas meningkat secara signifikan dengan
penggunaan CPM pasca operasi.
10. Kartilago hyalin adalah jaringan yang paling dominan
(70%) setelah graft autogenous periosteal pada
kelompok CMP, dibandingkan dengan 10% pada
kelompok imobilisasi dan GIA.
11. Kartilago hyalin yang dihasilkan dari autograft periosteal
pada defek ostokondral dengan ketebalan penuh di
bawah pengaruh CPM dapat mempertahankan fungsi
artikulasi selama 1 tahun tanpa perburukan yang
signifikan.
12. Sel pada neokondrosis terutama berasal dari sel
progenitor graft autogenous periosteal. Namun pada
allograft periosteum, sel jaringan yang baru berasal dari
graft periosteal dan jaringan subkondral.
13. Kualitas neokondrogenesis yang dihasilkan graft
autogenous periosteal secara signifikan lebih baik pada
kelompok CPM dibandingkan pada kelompok
imobilisasi dan GAI.
14. Defek dengan ketebalan penuh yang disebabkan oleh
abrasi subkondral dapat sembuh dengan regenerasi
dari kartilago seperti hyalin di bawah pengaruh CPM.
Ringkasan dan Simpulan dari
Penelitian Dasar
• CPM dapat ditoleransi dengan baik pada kelinci remaja
dan dewasa dan mungkin pada pasien.
• CPM memiliki efek signifikan dalam menstimulasi
penyembuhan jaringan artikular termasuk kartilago,
tendon, dan ligamen.
• CPM mencegah adhesi dan kekakuan sendi.
• CPM tidak mengganggu penyembuhan insisi dari sendi
yang bergerak dan mendukung penyembuhan.
• Prinsip yang mengatakan bahwa jaringan dalam
penyembuhan harus diistirahatkan adalah salah.
• Regenerasi kartilago artikular melalui neokondrogenesis,
baik dengan atau tanpa graft periosteal, dapat terjadi di
bawah pengaruh CPM.
Aplikasi Klinis
Setelah berbagai penelitian dalam 8 tahun terakhir menunjukkan bahwa CPM
bersifat aman dan efektif terhadap penyembuhan dan regenerasi kartilago
artikular, diputuskan bahwa penelitian ini harus diteruskan dengan aplikasi klinis
dalam perawatan pasien ortopedik dengan indikasi spesifik. Untuk itu, diadakan
proyek multidisiplin untuk mengembangkan alat CPM untuk manusia yang
dipasang pada pergelangan kaki
Pada studi hewan dan pasien, CPM telah dilakukan segera setelah operasi
ketika pasien berada di bawah pengaruh anestesi umum dan diteruskan hingga
periode minimum 1 minggu, dimana aktivitas aktif dari sendi yang sakit sudah
dapat dilakukan. Laju gerakan alat CPM adalah 45 detik per siklus, namun dapat
berbeda pada model yang terbaru.

Indikasi klinis dari penggunaan CPM adalah manajemen pasca operasi setelah
prosedur bedah seperti: (1) reduksi terbuka dengan fiksasi internal dari fraktur
intraartikular, (2) artrotomi, kapsulotomi, artrolisis, dan debridemen pada artritis
pasca trauma, (3) insisi drainase tenosinovitis akut, dll.
Hasil dari aplikasi klinis CPM termasuk penghilang nyeri secara relatif,
peningkatan range of motion, penyembuhan luka normal, pencegahan
komplikasi, lama rawat yang lebih singkat, periode rehabilitasi yang lebih singkat,
dan hasil yang lebih baik pada pasien dengan kontrol rutin. Kebebasan dari nyeri
pada pasien yang diterapi dengan CPM segera setelah operasi mengonfirmasi
fenomena yang didapatkan pada investigasi eksperimental. Dengan terapi CPM,
adanya impuls proprioseptif secara kontinu dari pergerakan sendi dan
transmisinya menuju korda spinalis atau otak dapat menghambat transmisi nyeri
ke otak. Penelitian klinis dan eksperimental lebih lanjut diperlukan untuk menguji
validitas hipotesis ini.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai