Anda di halaman 1dari 191

SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI

TKP 290614 – 2018/2019

VI. SUMBERDAYA KELOMPOK BATUAN


A. TAHAPAN KEGIATAN PERTAMBANGAN
B. DIFINISI SUMBERDAYA ALAM
KULIAH KE 06
C. KLASSIFIKASI SUMBERDAYA ALAM
D. CADANGAN SUMBERDAYA MINERAL
Peranan Bahan Galian Industri

 Banyak orang beranggapan bahwa bahan galian industri memegang peran


kecil dalam pembangunan di Indonesia. Sebenarnya anggapan itu kurang
tepat, sebab bahan galian industri berperan sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari.

 Sejak bangun tidur dan bahkan selama tidur pun orang memerlukan atau tidak
dapat lepas dari barang, peralatan atau keperluan, yang sebagian atau
seluruhnya terbuat dari bahan galian industri.
Rumah, peralatan rumah tangga, sabun mandi, tapal gigi, bedak, kertas, plastik,
cat, semen, dan lain-lain adalah terbuat dari bahan galian industri. Tanpa kita
sadari bahwa kehidupan kita sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari bahan galian
industri. Dengan kata lain kita tidak dapat hidup tanpa bahan galian industri
atau hasil olahannya.

 Memang selama dasawarsa terakhir ini tercatat kemajuan yang


menggembirakan dalam pengusahaan bahan galian industri di Indonesia, namun
sebenarnya masih jauh dari yang harapkan. Hal ini dikaitkan dengan potensi
sumberdaya bahan galian yang berlimpah. Memang banyak kendala, masalah
atau tantangan yang harus dihadapi dalam pengolahan bahan galian di
Indonesia.
 Kendala, Permasalahan atau Tantangan yang harus dihadapi dalam
pengusahaan bahan galian Industri di Indonesia, antara lain,
1. Pemasaran bahan galian industri di dalam dan luar negeri sering terganggu
dan mengalami pasang surut yang disebabkan oleh,
 Nilai komoditas rendah,
 Kuantitas besar,
 Nilai tambah rendah,
 Perubahan teknologi penggunaan dan pengolahan sangat cepat,
 Penemuan mineral subsitusi, baik alam maupun sintesis,
 Biaya transportasi tinggi.

2. Komunikasi dua arah antara industri hulu (pemasok) dan industri hilir
(pemakai) belum terjalin dengan baik.

3. Pentingnya kontrol kualitas dengan membuat laboratorium, cara


penambangan yang baik serta eksplorasi yang memadai.

4. Data dan informasi bahan galian industri di Indonesia belum lengkap dan
belum tersebar luas, baik mengenai jenis endapan, jumlah cadangan, mutu,
kegunaan, pengolahan dan pemasarannya.
5. Kelembagaan penanganan bahan galian industri di Indonesia belum
mantap. Hal ini terkaitnya beberapa departemen dalam perijinan dan
pengusahaan bahan galian industri, misalnya Departemen Pertambangan
dan Energi, Departemen Kehutanan, Departemen Transmigrasi, Depertemen
Perindustrian, Menteri Negara KLH dan lain-lain.

6. Dampak lingkungan dalam pengusahaan bahan galian industri cukup besar,


sehingga penyajian studi AMDAL merupakan keharusan. Bagi pengusaha
besar hal ini tidak menjadi masalah, namun bagi pengusaha kecill dan
penduduk merupakan kendala karena penyajian Studi AMDAl yang baik
cukup mahal.

7. Rencana untuk tata ruang (RUTR) daerah atau wilayah belum memadai
karena data dan informasi bahan galian di wilayah bersangkutan belum
lengkap. Kadang-kadang penataan ruang tersebut berdasarkan inventarisasi
bahan galian yang tidak sempurna, karena dilakukan oleh orang atau instansi
yang tidak professional.
 Meskipun beberapa jenis bahan galian industri berlimpah di Indonesia dan
mutunya cukup baik, namun untuk memenuhi kebutuhan berbagai industri di
dalam negeri sebagian besar masih diimpor dari luar negeri, baik dalam bentuk
mentah maupun hasil olahannya.

 Hal ini disebabkan bahan galian industri atau hasil olahannya tersebut
menggunakan nama dagang yang beraneka ragam serta tidak mencerminkan
bahan asalnya, sehingga baik konsumen maupun importer dan pengusaha tidak
sadar bahwa bahan tersebut terdapat berlimpah di negeri sendiri.

 Keadaan demikian dapat terjadi karena kurangnya informasi atau harga beli dari
luar negeri lebih murah daripada biaya produksi di dalam negeri, yang lebih
menyedihkan bila hal itu terjadi karena “luar negeri minded” atau hal-hal yang
terselubung.

 Untuk dapat meningkatkan dan menggalakkan kegiatan pengusahaan


sumberdaya mineral industri dalam negeri agar dapat dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, maka kendala-kendala
tersebut harus ditiadakan atau diperkecil.
 Langkah-langkah untuk mengatasi Kendala dalan Pengusahaan Bahan
Galian Industri, antara lain,

1. Menjalin dan mengukuhkan kerjasama antar departemen terkait yang


dituangkan dalam bentuk peraturan atau keputusan bersama serta diadakan
penataan bersama dan lain-lain.

2. Dibentuk suatu badan, lembaga atau panitia terpadu yang memantau semua
permasalahan yang terkait dengan bahan galian industri, antara lain
mengenai situasi pemasaran di dalam dan luar negeri, perubahan spesifikasi
kegunaan, penentuan teknologi baru, baik teknologi kegunaan dan
pengolahan, maupun teknologi penambangan dan eksplorasi.

3. Dijalin komunikasi dua arah yang baik antara industri hulu (penghasil dan
pemasok) dengan industri hilir (pengelola dan pemakai), misalnya dengan
jalan tukar munukar data dan informasi secara berkesinambungan.

4. Penyebaran data dan informasi kepada masyarakat, khususnya para


pengusaha di bidang mineral industri, baik langsung kepada yang
memerlukan atau melalui pemerintah daerah dan instansi terkait.
Informasi meliputi keterdapatan mineral industri (lokasi, jumlah, dan mutu),
kegunaan dalam industri, industri hilir terkait, pembakuan mutu, jumlah
produksi dan kebutuhan, nama dagang, situasi pasar dalam dan luar negeri
dan sebagainya.

5. Pembakuan mutu dan pengawasan mutu produk mineral industri harus


dibantu.

6. Memberikan bantuan, bimbingan dan kemungkinan perijinan dan


pelaksanaan, baik dalam rangka penjajakan kemungkinan usaha,
penyelidikan, penambagan dan pengolahan, maupun pemasaran dan
penataan kembali lahan bekas tambang oleh instansi, lembaga atau badan
terkait, terutama instansi pemerintah.
Perbedaan Bahan Galian Industri Dengan Bijih

Mineral Non-logam & Batuan Mineral Logam

Dimanfaatkan sifat fisiknya Dimanfaatkan logamnya

Dapat langsung dipasarkan Tidak dapat langsung dijual

Sifat fisik, ukuran, warna, kadar, derajat keputihan Persyaratan konsumen biasanya kadar

Sederhana, canggih, murah Penambangan, pengolahan, canggih/mahal


Modal dapat kecil, perusahaan murah Modal besar, pengusahaan sulit/rumit
Penggolongan Bahan Galian Batuan

01. Pumice, 02. Tras, 03. Toseki, 04. Obsidian,


05. Marmer, 06. Perlit, 07. Onik, 08. Diatome,
09. Slate, 10. Granit, 11. Granodiorit, 12. Andesit,
13. Gabro, 14. Peridotit, 15. Basalt, 16. Trakhit,
17. Leusit, 18. Tanah liat, 19. Tanah urug, 20. Batu apung,
21. Opal, 22. Kalsedon, 23. Chert, 24. Kristal kuarsa,
25. Jasper, 26. Krisoprase, 27. Gamet, 28. Kayu terkersikan,
29. Giok (Jade), 30. Agat, 31. Diorit, 32. Topas,
33. Batu gunung quarry besar, 34. Kerikil galian dari bukit,
35. Kerikil sungai, 36. Kerikil sungai ayak tanpa pasir,
37. Batu kali, 38. Pasir urug,
39. Pasir pasang, 40. Kerikil berpasir alami (sirtu),
41. Batu Gamping (Batu Keprus), 42. Urukan tanah setempat,
43. Tanah merah (Laterit), 44. Bahan timbunan pilihan (tanah),
45. Tanah serap (Fullers Earth), 46. Pasir laut, dan
47. Pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral bukan
logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Klassifikasi Bahan Galian Non-logam berdasarkan cara
Pemanfaatan (Noetsaller)

Menurut Noetsaller, 1988, "Profile of Industrial Minerals by End-uses Classes“


berdasarkan cara pemanfaatan Mineral bukan logam dapat dikelompokan dalam
4 (empat) kelompok utama, yaitu,
1. Bahan Galian Bangunan,
Yaitu, BGI yang digunakan terutama sebagai bahan mentah dalam industri
bahan bangunan atau kontruksi dan ornamen.
2. Bahan Galian Mineral Industri,
Yaitu, BGI yang digunakan terutama sebagai bahan mentah dalam industri
pupuk, kertas, plastik, cat, peternakan, pertanian, kosmetik, farmasi dan
kimia.
3. Bahan Galian Mineral Keramik,
Yaitu, BGI yang memiliki sifat kramik dan dapat digunakan terutama sebagai
bahan mentah dalam industri kramik
4. Bahan Galian Batu Permata.
Yaitu, BGI yang dapat digunakan terutama dalam industri perhiasan dan
kerajinan
Contoh-contoh Bahan Galian

No BAHAN BANGUNAN MINERAL INDUSTRI MINERAL KERAMIK BATU PERMATA


1 Andesit, Diatome, Perlit, Agat,
2 Basalt, Leusit Pumice, Amethyst,
3 Batu apung, Slate, Andalusit,
4 Batu gunung, Toseki, Batu Sabak,
5 Batu kali, Trakhit, Chert,
6 Batu Keprus, Gamet,
7 Diorit, Giok (Jade),
8 Fullers Earth, Jasper,
9 Gabro Kalsedon,
10 Granit, Kayu terkersikan,
11 Granodiorit, Krisoprase,
12 Kerikil bukit, Kristal kuarsa,
13 Kerikil sungai, Opal,
14 Kerikil sungai kasar, Peridotit,
15 Laterit Safir,
No BAHAN BANGUNAN MINERAL INDUSTRI MINERAL KERAMIK BATU PERMATA
16 Marmer, Topas,
17 Obsidian,

18 Onik,

19 Pasir laut,
20 Pasir pasang,
21 Pasir non-logam,
22 Pasir urug,

23 Sirtu,

24 Tanah liat,
25 Tanah urug,
26 Tanah timbunan ,
27 Tras,
28 Urukan tanah stempat,
29
30
A. BAHAN GALIAN BAHAN BANGUNAN

 Bahan Bangunan,
Yaitu, Bahan galian batuan yang banyak dipakai dalam industri bangunan,
konstruksi dan ornament,
Contoh, Andesit,
 Basalt,
 Batu apung,
 Diorit,
 Granit,
 Marmer,
 Obsidian,
 Onik,
 Pasir,
 Sirtu,
 Tras.
Contoh-contoh Bahan Bangunan
No BAHAN BANGUNAN No BAHAN BANGUNAN
1 Andesit, 16 Marmer,
2 Basalt, 17 Obsidian,
3 Batu Apung, 18 Onik, Andesit Basalt

4 Batu Gunung, 19 Pasir laut,


5 Batu kali, 20 Pasir pasang,
6 Batu Keprus, 21 Pasir non-logam,
7 Diorit, 22 Pasir urug, Batu Apung Diorite

8 Fullers Earth, 23 Sirtu,


9 Gabro, 24 Tanah Liat,
10 Granit, 25 Tanah Urug,
11 Grano Diorit, 26 Tanah Timbunan ,
12 Kerikil Bukit, 27 Tras, Granite
Marmer
13 Kerikil Sungai, 28 Urukan Tanah Se tpt,
14 Kerikil Sungai Kasar, 29
15 Laterit 30

Obsidian
1. Andesit

 Andesit termasuk kelompok batuan yang merupakan sejenis batuan beku


vulkanik atau batuan beku luar yang terbentuk dari hasil pembekuan magma
intermedier sampai basa yang keluar ke permukaan bumi saat letusan gunung
berapi.
 Nama Andesit sendiri diambil dari nama tempat pertama batu ini ditemukan yaitu
di daerah pegunungan Andes, Amerika Selatan. Nama pegunungan Andes itu
diambil sebagai nama batu tersebut, yaitu andesit dari kata andes.

Ganesa Andesit
 Keterdapatannya dapat berupa retas, Sill, aliran permukaan atau lahar gunung
api.

 Batu Andesite adalah batuan beku yang mempunyai kandungan silica lebih
tinggi dibandingkan dengan batuan basalt, dan mempunyai kandungan silika
lebih rendah dibandingkan dengan batuan rhyolite atau felsite.

 Secara umum mempunyai warna yang menandakan dengan baik akan


kandungan silika dari lava, dengan kandungan basalt yang terlihat gelap dan
kandungan felsitenya terang.
 Walaupun demikian para Geologist akan selalu melakukan analisa kimia di
dalam identifikasi batuan andesite ini, di lapangan batuan ini dicirikan oleh warna
abu-abu atau medium sampai merah dari lava andesite.

 Nama Andesite dinamakan dari pegunungan Andes di Amerika Selatan, dimana


busur batuan batuan vulkanik baercampur dengan magma basalt dengan
batuan-batuan keras jenis granit yang menghasilkan lava dengan komposisi
intermiediate.

 Batuan Andesite mempunyai kandungan fluida lebih sedikit dibandingkan batuan


basalt dan diletuskan dengan hebatnya dikarenakan adanya gas gas terlarut
yang terdapat di dalamnya.

 Jenis batuan Andesite ini berbentuk kristalin. Bagian-bagian kecil yang berwarna
hitam disebut mineral biotite dan yang berwarna putih disebut potassium
feldspar. Hornblende dan pyroxen adalah mineral-mineral gelap lainnya yang
terdapat pada batuan Andesite.

 Batuan Andesite mempunyai lebih dari 20 persen kandungan kuarsa dan yang
terbanyak adalah mineral plagioklas, walaupun mineral-mineral ini kadang hanya
terlihat di bawah mikroskop. Batuan Andesite mempunyai kesamaan
pembentukannya secara letusan dengan batuan diorite.
 Kristal terbesar dinamakan phenocryst, terbentuk jauh sebelum lava terletuskan
dan membeku, dan kristal-kristal tersebut dari bentuknya dapat menceritakan
sejarah dari proses perjalanan magma. Lava yang seperti ini yang mempunyai
banyak phenocrysts, dinamakan bertexture porphyritic.
Ciri-ciri Andesit,
 Tekstur Porfiritik sampai Afanitik,
 Tersusun dari senyawa kimia SiO2, Fe2O3, MgO,
 Mineral utama Andesit adalah Plagioklas, Hornblende, Biotit dan Pyroksin,
 Umumnya berwarna abu-abu gelap sampai hitam,
 Strukturnya kompak, keras, masif, rekah-rekah dan sedikit berpori,
 Berat jenis = 2,3 – 2,7,
 Kuat tekan antara 600 – 2.400 kg/cm,
 Andesit adalah jenis batu alam yang mempunyai tingkat kekerasan cukup tinggi.
Kegunaan Andesit
 Andesit banyak digunakan dalam bangunan-bangunan megalitik, candi dan
piramida.
 Perkakas-perkakas pada zaman prasejarah banyak memakai Andesit, misalnya,
sarkofagus, punden berundak, lumpang batu, meja batu, arca dll.
 Kegunaan bahan galian andesit ini terutama untuk bahan bangunan (agregat)
dan batu hias (ornamental stone).
 Zaman sekarang Batu Andesit dapat diaplikasikan pada dinding maupun lantai
baik untuk interior maupun exterior.
Tempat Terdapat Andesit,
 Batu Andesit tersebar cukup luas di indonesia, mengikuti rangkaian pegunungan
mulai dari Sumatera, Jawa, NTB, NTT, Sulawesi, Maluku sampai Irian Jaya.
 Andesi yang potensial terdapat di Bobo, Dokiri, dan Soadara (Pulau Tidore)
dengan cadangan yang menyebar berupa lava andesit yang umumnya
membentuk perbukitan.
 Di Sumatera Utara, Andesit umumnya terdapat di daerah pemukiman,
perkebunan, perladangan dan hutan di Kecamatan Berastagi (Berastagi),
Kecamatan Kabanjahe (Kabanjahe) dan Kecamatan Simpang Empat (Surbakti).
2. Basalt

 Basalt merupakan batuan beku vulkanik, yang berasal dari hasil pembekuan
magma berkomposisi basa di permukaan atau dekat permukaan bumi, biasanya
membentuk lempeng samudera di dunia dan mempunyai ukuran butir yang
sangat baik sehingga kehadiran mineral mineral tidak terlihat.

 Batuan Basalt lazimnya bersifat masif dan keras, bertekstur afanitik, terdiri atas
mineral gelas vulkanik, plagioklas, piroksin. Amfibol dan mineral hitam.

 Kandungan mineral Vulcanik ini hanya dapat terlihat pada jenis batuan basalt
yang berukuran butir kuarsa, yaitu jenis dari batuan basalt yang bernama gabro.

 Type Basalt,
Berdasarkan komposisi kimianya, basalt dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu
 Basalt Alkali,
 Basalt Tholeitik.
Perbedaan di antara kedua tipe basalt itu dapat dilihat dari kandungan Na2O dan
K2O.
Untuk konsentrasi SiO2 yang sama, Basalt Alkali memiliki kandungan Na2O dan
K2O lebih tinggi daripada Basalt Tholeitik.

 Basalt tholeitik khas dijumpai di lantai samudera atau sebagai lava ekstrusi yang
sangat besar, sehingga membentuk plateau di kerak benua,
Contoh, terdapat Deccan Trap di India.

 Komposisi Kimiawi
 Al2O3,
 SiO2,
 TiO2,
 K2O,
 MnO2,
 MgO,
 CaO
 Ciri Basalt,
 Secara petrografi,
 Basalt Alkali mengandung fenokris olivin, titanium-augit, plagioklas dan
oksida besi, serta nephelin.
 Basalt Tholeitik mengandung plagioklas-Ca, augit subkalsik, pigeonit
(piroksin miskin Ca), gelas antar kristal (interstitial glass) dan struktur
saling tumbuh kuarsa-feldspar.
 Basalt tholeitik adalah tipe basalt yang lewat jenuh (oversaturated) dengan
silika, sedang basalt alkali bersifat underaturated dengan silika yang
ditunjukkan dengan kehadiran nepheline.

 Pembentukan Basalt,
Basalt alkali khas dijumpai di daerah kerak benua yang terangkat berbentuk
kubah (updomed continental crust) dan kerak benua yang mengalami rifting
(rifted continental crust), dan pulau-pulau oseanik seperti Hawai.
 Kegunaan Basalt,
Basalt kerap digunakan sebagai bahan baku dalam industri, yaitu,
 Abrasibe (poles),
 Bahan bangunan atau pondasi bangunan (gedung, jalan, jembatan, dll)
 Agregat pada kontruksi jalan

 Lokasi Basalt,
 Madiun,
 Mojokerto,
 Pasuruan,
 Malang,
 Probolinggo
3. Batu Apung

 Batu apung merupakan hasil material erupsi gunung api yang mengandung silika
tinggi dan mempunyai sifat titik berongga-rongga.

 Batu apung berasal dari magma asam yang muncul ke permukaan dan
bersentuhan dengan udara luar, dimana ada kebebasan gas yang terkandung di
dalamnya untuk keluar sehingga “buih gelas alam” tadi membeku dengan tiba-
tiba.

 Batu apung umumnya terdapat sebagai fragmen yang dilemparkan pada letusan
gunung api dengan ukuran dari kerikil sampai bongkah.

 Umumnya batu apung terdapat sebagai lelehan atau aliran permukaan, bahan
lepas dan fragmen dalam breksi gunung api.

 Keterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan rangkaian


gunung api kuarter sampai tersier muda,

 Rumus Kimia batu apung, SiO2 Al2O3,


 Tempat terdapat batu apung,
 Serang dan Sukabumi (Jawab Barat),
 Lombok (Nusa Tenggara Barat),
 Surumalao (Pulau Tidore) dengan cadangan yang menyebar,
 Desa Nagrek (Kecamatan Bl, Limbangan), tersebar secara tidak merata
dalam batuan breksi gunung api.
4. Batu Gunung

 Batu gunung di pasaran dikenal dengan nama Agregat adalah material batuan
yang didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan
kenyal (solid),

 Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan butir–butir batu pecah,


kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang
berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmen-
fragmen,

 Agregat dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu Agregat kasar dan
agregat halus.
 Agregat kasar,
Yaitu, Agregat dengan ukuran terkecil yang tertahan di atas saringan no. 8
(2,38 mm) atau partikel yang lebih besar 4,75 mm menurut ASTM, lebih
besar dari 2 mm menurut AASHTO (Silvia Sukirman, 1992: 42).
Agregat kasar berfungsi untuk memberikan kekuatan pada
campuran.

 Agregat halus,
Yaitu, Agregat dengan ukuran terkecil yang tertahan di atas saringan no. 200
(0,074 mm) dan lolos saringan no. 8 (2,36).
Agregat halus mempunyai fungsi untuk meningkatkan stabilitas
campuran melalui saling pengunci (interlocking) antar butir dan
pengisi ruang antar butir agregat kasar.
Bahan ini dapat terdiri dari butir-butir pecahan batu atau pasir alam
maupun campuran kedua-duanya.

 Lapis Pondasi Agregat Kelas A (lapis pondasi atas atau base course),
Yaitu, Agregat yang terletak tepat di bawah permukaan perkerasan, maka
lapisan ini menerima pembebanan yang berat dan untuk mencegah
terjadinya keruntuhan akibat tegangan yang terjadi langsung di bawah
permukaan, lapis pondasi atas harus terdiri dari bahan bermutu tinggi.
 Lapis pondasi agregat kelas B (pondasi bawah atau subbase course),
Yaitu, Pondasi bawah atau subbase terletak antara base dan subgrade,
karena letaknya di bawah base maka syarat-syaratnya agak longgar dari
syarat-syarat untuk base.

 Lapis Pondasi Agregat Kelas S


 Lapis pondasi agregat kelas S digunakan pada bahu jalan tanpa penutup
aspal tebal padat 15 cm, dengan kondisi elevasi permukaan dan kemiringan
melintang mengacu pada spesifikasi teknik.
 Bahan material kelas S terdiri dari fraksi agregat kasar (tertahan saringan No.
4), dan fraksi agregat halus (lolos saringan No. 4) dengan rentang komposisi
dan syarat spesifikasi bahan yang diatur dalam spesifikasi teknik.
5. Batu Kali

 Batu kali,
Yaitu, Bongkahan batu yang umumnya ukurannya tidak beraturan yang
didapatkan dari sungai ataupun gunung yang digunakan sebagai bahan
pondasi bangunan rumah, gedung, dan lain-lain

 Batu kali ada dua jenis, yaitu,


 Batu kali bulat,
Yaitu, Batuan alami yang bentuknya bulat tidak beraturan yang biasanya
didapat kan dari sungai.
Bahan bangunan ini cukup keras dan tahan terhadap cuaca namun
mortar kurang mengikat/menempel kuat karena tekstur permukaannya
halus.
 Batu kali belah,
Yaitu, Batu kali belah adalah batuan alami yang bentuknya besar lalu
dihancurkan menjadi ukuran sekitar 30-40 cm yang biasanya
didapatkan dari gunung atau perbukitan, namun terkadang ada juga
yang didapatkan dari sungai.
 Batu kali belah merupakan bahan bangunan yang paling baik untuk pembuatan
fondasi karena selain bahan ini keras, tekstur permukaannya pun cukup kasar
karena hasil pemecahannya sehingga mortar mengikat/menempel dengan kuat.

 Batu kali merupakan salah satu bahan bangunan yang penting untuk
membangun rumah dan bangunan, yaitu sebagai pembuatan fondasi rumah atau
bangunan. Batu kali dipasang bersama mortar (campuran semen, pasir, dan air)
sebagai konstruksi awal pembuatan dinding rumah.

 Batu kali juga merupakan bahan bangunan yang tahan terhadap kondisi
lingkungan seperti hujan dan panas, sehingga sampai saat ini penggunaannya
sebagai fondasi rumah masih belum tergantikan dengan bahan buatan.
 Batu kali merupakan jenis batuan yang tedapat di alam yang dapat berasal dari
jenis batuan, yaitu,
 Batu andesit, merupakan jenis batuan beku vulkanik yang terbentuk dari
pembekuan lava yang keluar ke permukaan bumi saat letusan gunung berapi
 Batuan Beku (Igneous Rock), merupakan Jenis batuan yang terbentuk dari
pembekuan lava yang keluar ke permukaan bumi (Ekstrusif) saat letusan
gunung berapi dan pembekuan magma yang menerobos lapisan tanah di
bawah permukaan bumi atau yang di kenal dengan Intrusif.
 Batuan Sedimen (Sedimentary Rocks), merupakan jenis batuan yang
terbentuk dari proses pengendapan atau sedimentasi lapisan-lapisan tanah
dan zat-zat kimia yang dihanyutkan oleh air.
 Batuan metamorf, merupakan batuan yang terbentuk karena perubahan
tekanan dan suhu yang tinggi atau panas bumi.
6. Batu Keprus

 Batu keprus adalah jenis batu gamping bio-klasik (terumbu) lunak yang yang
secara megaskopis berwarna putih atau putih kekuningan sampai putih keabuan,
terdiri dari cangkang-cangkang fosil moluska, koral dan foraminifera, serta
berbutir sedang sampai kasar (0,2 mm – 0,5 mm), dengan tekstur nonklastik,
struktur masif, komposisi mineral karbonat dan mengandung algae.

 Batu Keprus didalam PP No 23/2010 termasuk ke dalam kelompok Batuan, yaitu


sejenis batu gamping.

 Endapan batu kerpus yang telah diketahui antara lain terdapat di daerah Gunung
Kidul (Yogyakarta), Pracimantoro (Wonogiri), dan tempat-tempat lainnya.
7. Diorit

 Diorit adalah batuan beku intrusive yang mengandung plagioklas feldspar, biotit,
hornblende, dan piroksen dan abu-abu gelap dengan massa jenis 2,8 – 2,9
gram/cm³,

 Batu Diorit adalah salah satu jenis batuan yang bersifat asam dan terbentuk dari
proses pembekuan magma di dalam bumi.

 Diorit merupakan hasil peleburan lantai samudra bersifat mafic (banyak


mengandung besi) pada daerah subduction zone (sepeanjang tepi benua,
seperti pada deretan pegunungan),
8. Fullers Earth (tanah serap)

 Tanah Serap merupakan sejenis tanah diatomae atau diatomit atau tepung fosil
(Johnstone & Johnstone, 1961 dan Hoeve, 1984).

 Tanah Serap adalah suatu batuan sedimen silika, yang secara geologi terbentuk
dari akumulasi dan pengendapan kulit atau kerangka diatomea (fosil tumbuhan
air atau binatang kersik atau ganggang bersel tunggal) dan terendapkan di
danau atau non marin.

 Diatomea berasosiasi dengan elemen pengotor dan bervariasi, baik jenis


maupun jumlahnya. Elemen pengotor diatomea tersebut yaitu abu vulkanik,
larutan garam, lempung, senyawa karbonat, pasir silika, dan unsur organik
lainnya.

 Salah satu kandungan Fullers Earth atau diatomea earth adalah mineral opal
(SiO2 n H2O), Opal merupakan suatu mineral biasa dan jenisnya bermacam-
macam.
 Tanah serap terjadi apabila adanya penumpukan cangkang diatom yang telah
mati, protoplasma sel dan pectin dari dinding selnya terdekomposisi dan terpisah
dari lapisan silika, karena cangkang tersebut mengandung silika, cangkang ini
akan tetap utuh walaupun tertimbun selama berabad-abad, selanjutnya silika
mengendap di dasar air dan menjadi tanah diatom.

 Tanah serap mempunyai berat jenis rendah (±0,45), oleh sebab itu agar diatome
yang mati dapat membentuk endapan maka pengaruh arus air harus kecil, sifat
diatome yang lain selain berat jenis yang rendah adalah kemampuan daya serap
air 25 - 45%, warna putih hingga coklat tergantung kontaminasinya, kemampuan
daya hantar listrik atau panas rendah, di lapangan memberikan kenampakan
seperti lembaran tipis dan mudah dipisahkan.

 Ciri-ciri Tanah serap,


Tanah serap mempunyai sifat porous, permeabel, ringan, mudah pecah, dan
abrasif, densitas 0,5 – 1 ton/m3, berat jenis, 2 – 2,3, porositas < 90%, dan
kandungan cangkang 1,7 – 30 juta/cm3, dengan ukuran 0,001 – 0,4 mm,
sebagian diatomit berwarna putih atau abu-abu, akan tetapi ada juga yang
berwarna kuning, coklat, merah muda, hitam, dan hijau, yang tergantung dari
unsur pengotornya.
 Secara kimia, komposisi utama diatomit adalah silika, tetapi ada unsur lainnya
seperti alumina, oksida besi, magnesium, sodium, potassium oksida, titanium
oksida, fosfat, dan kalsium oksida.
 Komposisi utama tanah serap berupa silica amorf yang kadarnya mencapai 55-
70%, tergantung lingkungan setempat. Kadar senyawa silica dalam tanah
diatomae sangat bervariasi, demikian juga strukturnya. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh asalnya. Komponen tanah diatomae yang berhubungan dengan
sifat sebagai adsorben adalah silika, yang tentu saja berkaitan erat dengan
struktur senyawa silika tanah diatomea tersebut.
 Tanas serap diperoleh dari penambangan dan dipisahkan dari batuan yang lain
dan dari bahan organic, selanjutnya digiling dan dihisap untuk mendapatkan
ukuran butir yang halus atau diayak dengan ukuran yang dikehendaki.
 Kegunaan Tanah Diatome,
 Bahan Bangunan,
Tanah serap dicampur dengan bahan perekat, kemudian dicetak tekan dapat
dimanfaatkan sebagai bata ringan, bata cetak tekan dengan diberi pori-pori
dapat dimanfaatkan sebagai dinding peredam.
 Bahan Isolator/peredam panas,
Karena sifatnya yang ringan, tidak terbakar, maka tanah serap dengan bahan
perekat tertentu dapat dicetak sesuai dengan bentuk dan ukuran. Salah satu
penggunaannya untuk isolator pipa gas/cairan yang menghasilkan panas.
 Bahan Penyaring/ Filter,
Adanya SiO2 yang tak larut dalam air atau minyak, tanah serap dimanfaatkan
sebagai penyaring air/minyak kelapa.
 Bahan Pemutih,
Dicampur dengan bahan perekat, dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pemutih pada industri kertas, cat tembok ataupun plamer/filler.
 Bahan Keramik,
Tanah serap sebagai salah satu sumber silika sebagai pencampur bahan
keramik disamping itu dimanfaatkan juga sebgai isolator pada industri
elektronik, katalisator dalam laboratorium kimia.
 Bahan Penggosok logam,
Kandungan SiO2 yang tinggi, menyebabkan tanah serap dapat dipergunakan
sebagai bahan penggosok logam.
9. Gabro

 Gabro adalah batuan beku intrusif, berwarna gelap, dan tersusun atas kristal-
kristal mineral yang berukuran kasar (coarse-grained), yang terjadi dari proses
pembekuan magma yang bersifat ultra basa,

 Batuan ini selalu berwarna hitam gelap, hijau gelap atau hijau kehitaman hingga
hitam legam karena mineral utamanya adalah plagioklas dan piroksen.

 Gabro adalah batuan yang paling melimpah pada kerak samudera, sebaran
bantuan ini di Indonesia umumnya menempati daerah bagian timur kepulauan
Indonesia seperti pulau Sulawesi, Kalimantan, Kepulauan Halmahera, Pulau
Timor dan Irian.

 Gabro memiliki berbagai kegunaan di industri konstruksi, biasanya digunakan


sebagai "base material" (landasan) konstruksi setelah dilakukan proses
penghancuran (stone crusher).

 Daerah-daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan antara lain daerah


Pulau Padamarang/Pulau Lambassina (Sulawesi Tengah dan Tenggara) dan
Kabupaten Manatuto, Propinsi Timor Timur.
 Ciri-Ciri dan Komposisi Mineral pada Gabro
 Gabro terutama terdiri dari mineral yang kaya kalsium-plagioklas feldspar
(biasanya labradorit) dan klinopiroksen (augit), sejumlah kecil olivin dan
ortopiroksen, tidak seperti banyak batuan beku lainnya, batuan ini biasanya
mengandung sedikit kuarsa.
 Dilapangan, gabro terlihat mirip dengan basalt, hal ini dikarenakan Komposisi
gabro sama dengan basalt.
Perbedaan mendasar antara kedua jenis batuan ini adalah ukuran butir
mineralnya.
 Basal adalah batuan beku ekstrusif yang mengalami pendinginan dengan
cepat sehingga memiliki kristal yang lebih halus,
 Gabro adalah batuan beku intrusif yang mengalami pendinginan secara
perlahan-lahan sehingga masih sempat terjadi pertumbuhan kristal.
 Proses Terbentuknya Batu Gabro,
 Banyak ungkapan dari para ahli yang mengatakan bahwa kerak samudera
terbuat dari basalt. Kata "basalt" yang disebutkan sebenarnya mengacu pada
komposisi "basaltik" kerak samudera tersebut. Batuan Basalt hanya terbentuk
tipis di permukaan kerak samudera, sedangkan ke arah yang lebih dalam
akan didominasi oleh gabro.
 Basalt terbentuk pada permukaan kerak karena magma asal batuan ini
mengalami pendinginan yang cepat. Pada kedalaman lebih besar, laju
pendinginan magma akan lebih lambat sehingga kristal memiliki waktu untuk
berkembang, inilah yang menyebabkan terbentuknya gabro.
 Di kerak benua, gabro dapat ditemukan dalam aliran lava tebal yang
berkomposisi "basaltik", di mana terjadi pendinginan lambat sehingga
memungkinkan pembentukan kristal besar. Gabro juga bisa hadir pada
plutonik dalam, yang terbentuk ketika magma (lihat disini pengertian magma)
mengirimkan material berkomposisi "basaltik" yang mengkristal lebih dahulu
(tidak sempat keluar ke permukaan).
 Kegunaan Batu Gabro
 Dalam industri batu interior, gabro dikenal dengan nama "granit hitam", yang
biasa digunakan sebagai ubin lantai, batu nisan, dan "facing stone". Gabro
juga digunakan pada banyak proyek konstruksi, biasa disebut sebagai "base
material constructions".
 Penggunaan gabro yang paling umum dalam konstruksi adalah sebagai
agregat (hasil crushed stone). Gabro yang dihancurkan biasanya dipakai
pada pembangunan jalan, kereta api, dan landasan konstruksi bangunan.
 Batuan gabro kadang-kadang mengandung sejumlah mineral logam yang
bernilai ekonomis. Gabro mengandung sejumlah besar mineral ilmenit yang
dapat ditambang sebagai penghasil logam titanium. Terkadang gabro dapat
bertindak sebagai batuan sumber (source rock) dari nikel (lihat kegunaan
nikel), kromium atau platinum.
10. Granit

 Granit merupakan salah satu dari jenis batuan beku dalam (plutonik), yang
terbentuk melalui pendinginan magma yang terjadi dalam bumi. Batu granit
memiliki sifat yang asam. Selain itu batu granit memiliki tekstur yang kasar,
terutama terdiri atas mineral-mineral feldspar dan kuarsa.

 Warna granit beraneka ragam tergantung pada komposisi mineral pembentuk


batuannya, rata-rata berwarna terang seperti abu-abu, coklat, atau kemerahan,
berbentuk besar dan memiliki tekstur yang kuat, bahkan dikatakan batu granit
memiliki kekuatan sama atau melebihi kekuatan baja. Karena batu granit adalah
salah satu batu yang kuat, maka kepadatan batu granit tergolong besar.

 Lokasi sebaran granit dan granodiorit di Indonesia umumnya menempati wilayah


kepulauan Indonesia bagian barat, mulai dari Sumatera Bagian Utara,
Kepulauan Riau, hingga Sumatera Bagian Salatan kemudian membelok ke
bagian timur mulai dari pulau Bangka, pulau Belitung hingga Kalimantan Barat
dan Kalimantan Tengah.
 Berdasarkan lokasi dan kemudahan untuk mencapainya serta sarana yang
tersedia, endapan granit dan granodiorit di daerah Riau Kepulauan (Pulau
Karimun, Pulau Bulan, dan lain-lain), Pulau Bangka, Pulau Belitung, Propinsi
Sumatera Selatan dan daerah Singkawang serta Ketapang, Propinsi Kalimantan
Barat, mempunyai potensi untuk dikembangkan.

 Batu granit yang meleleh akibat panas dari magma berubah menjadi batu riolit.
Batu riolit memiliki tekstur hampir sama dengan granit, yang membedakan
adalah riolit memiliki tekstur lebih halus, terang, dan terbentuk di permukaan
bumi, sehingga termasuk batuan beku luar atau batu vulkanik.
 Proses Pembentukan Batu Granit,
 Batu granit termasuk dalam batuan beku dalam. Oleh karena itu, batu granit
terbentuk di dalam bumi, melalui proses intrusi magma. Instrusi magma
adalah proses naiknya magma ke permukaan bumi, dan menyusup diantara
celah-celah batuan. tetapi, karena tenaga yang kecil, magma tidak pernah
sempat keluar dari dalam bumi, dan mengalami pendinginan di dalam bumi.
batu granit terbentuk melalui pendingan magma yang terjadi di dalam bumi,
dengan tempo yang lama.
 Akibat pendinginan yang lama, tekstur batu granit cenderung kasar. Magma
yang mengalami pendinginan membentuk butiran mineral yang besar. Butiran
mineral yang besar ini, kemudian bersatu, dan menjadi batu granit. Batu
granit juga dapat ditemukan di permukaan bumi. hal ini dapat terjadi jika
lelehan lava yang merayap di permukaan bumi mengandung unsur batu
granit. Struktur dari batu granit adalah 20 hingga 60 persen batu grannit
terdiri dari kuarsa dan fieldspar, dengan rincian 10 persen kuarsa, 30 hingga
60 persen fieldsparkalium, 0 hingga 35 persen plagioklas natrium dan mineral
mavis 30 hingga 35 persen.
 Manfaat Batu Granit
 Batu granit adalah salah satu batu di bumi yang banyak dimanfatkan untuk
kebutuhan manusia. Karena kuat, batu granit sering dipakai sebagai bahan
konstruksi. Selain itu batu granit yang berbentuk lembaran, banyak dipakai
sebagai ornamen dinding.
 Batu granit yang tahan air, juga dipakai sebagai tekel untuk lantai. Sisa- sisa
ptongan batu granit, juga bisa dipakai sebagai teraso. Tidak hanya dipakai di
bidang konstruksi, batu granit juga dipakai sebagai alat pengukur koordinat.
Alat pengukur ini bernama Coordinate Measuring Machine. Alat ini
memanfaatkan batu granit yang tahan air.
11. Grano Diorit

 Granodiorit adalah batuan beku dalam (intrusif kasar) yang mengandung kuarsa
(20 %) dan plagioklas (65 sd 90 %) sebagai mineral utama, dan memiliki
komposisi di antara granit dan diorite, mineral sisa dari granodiorit adalah
Natrium dan Kalsium.

 Granodiorit dapat digunakan untuk,


 Material pengeras (jalan dan pondasi), sebagai batu belah karena mineralnya
berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, menyerupai granit.
 Batu ornamen dinding maupun lantai bangunan gedung,

 Diorit merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi) yang terbentuk
dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu subduction
zone. biasanya diproduksi pada busur lingkaran volkanis, dan membentuk suatu
gunung didalam cordilleran (subduction sepanjang tepi suatu benua, seperti
pada deretan pegunungan), terdapat emplaces yang besar berupa batholiths
(banyak beribu-ribu mil-kwadrat) dan mengantarkan magma sampai pada
permukaan untuk menghasilkan gunung api gabungan dengan lahar andesite.

 Diorit berwarna Kelabu bercampur putih, atau hitam bercampur putih dengan
massa jenis 2,8 – 2,9 gram/cm³.
 Penambangannya sama seperti andesit, umumya penambangan granidiorit
dilakukan di quarry (Kuari). Cara mengambilnya dengan cara blasting
(peledakan) atau jika ada rekahan maka akan diambil dengan alat berat
langsung

 Batuan ini bertekstur feneris, mengandung feldspar plagioklas calsiksodik dalam


jumlah yang besar dengan tipe sodik yang banyak. Plagioklasnya melebihi
ortoklas, kwarsa tidak ada, tetapi mengandung augit dalam jumlah sedikit.
Harnbledia biasanya lebih banyak dari biotit.

 Diorite sangat mirip dengan gabro, tetapi diorit plagioklasnya lebih asam (sodik)
daripada labradorit. Batuan dengan plagioklas yang lebih basa disebut dengan
gabro. Jika banyak penokris disebut dengan porfir diorit. diorit terdiri dari kurang
lebih 65% plagioklas dan 35% mineral silikat gelap seperti biotit dan augit.
Mineral-mineral accesorisnya kwarsa, apotik, kalsit, klorit, granit, dan epidot.
Varietas yang umum adalah diorite hornblende. Warna diorit cerah abu-abu
gelap hijau keabu-abuan.
15. Laterit

 Salah sata dari beberapa elemen penyusun bumi yang utama selain batuan
adalah tanah.

 Tanah sendiri merupakan sekumpulan atau himpunan beberapa material yang


terlepas dari satu unsur dengan unsur lainnya yang berupa hasil pelapukan dari
bebatuan dan tumbuh-tumbuhan melalui proses kimiawi dalam jangka waktu
yang sangat lama.

 Wesley (1973), tanah dapat digolongkan kedalam beberapa pokok material,


yaitu baru kerikil, pasir, lanau, dan lempung orgnik.

 Bowles (1991), tanah dibedakan menjadi dua macam, yaitu,


 Tanah tak kohesif yang merupakan jenis tanah yang berada dalam keadaan
basah yang disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara permukaan di
dalam air, misalnya tanah berpasir,
 Tanah kohesif adalah tanah yang memiliki karakteristik fisis yang selalu
terdapat pembasahan dan pengeringan yang menysusun butiran tanah
bersatu sesamanya sehingga sesuatu gaya akan diperlakukan untuk
memisahkan dalam keadaan kering, misalnya tanah lempung.
 Buchanan (India, 1807), berdasarkan dari epistemologinya, Laterit berasal dari
bahasa Latin yaitu later yang bermakna batu bata.

 Tanah laterit merupakan tanah yang memiliki tingkat kesuburan yang rendah
karena unsur hara yang terdapat didalamnya telah tererosi oleh derasnya
intensitas air hujan yang tinggi dan kemudian terbawa oleh aliran air sehingga
menyebabkan kandungan mineral dan hara dalam tanah ikut hilang.

 Tanah jenis ini tidak cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan karena kondisi
dan kandungan tanahnya tidak mendukung pertumbuhan akar dan
perkembangan tumbuhan yang tumbuh diatasnya.

 Tanah laterit merupakan lapisan tanah dari hasil pelapukan akhir dari proses
desintegrasi dan dekomposisi, tanah laterit terbentuk dari pemindahan silika
secara kimiawi yang keluar dari solum tanah sehingga konsentrasi Fe dan Al
meningkat secara relative, prosesnya sendiri terbentuk pada daerah tropis
dimana intensitas curah hujan dan suhu yang tinggi dimana menyebabkan
kandungan Si mudah terlarut dan membentuk tanah oksisol yang meliputi tanah
laterit dan latosol.
 Ciri-ciri Lterit berdasarkan struktur kandungan yang ada di dalamnya,
yaitu,
 Terdapat di daerah tropis dan sub-tropis, karena di wilayah ini intensitas
hujan sepanjang tahunnya sangat tinggi,
 Pelapukan batuan basa dan ultrabas sangat tinggi, pelapukan ini disebabkan
karena proses kimiawi pada saat terjadinya hujan dengan intensitas yang
tinggi menyebabkan degradasi lapisan basa dan ultrabasa yang sangat
tinggi.
 Mengandung mineral lempung relatif tinggi, mineral lempung ini meliputi
lapisan illite dan montmorilonite yang memiliki potensi kerusakan lapisan
tanah yang sangat besar.
 Profil tanah yang mudah menyerap air, letak tanah laterit yang sangat dalam
dari permukaan tanah menyebabkan tanah ini mudah untuk menyerap air
yang terjadi pada saat terjadi turunnya hujan yag deras. Selain itu, tanah
laterit juga terdapat pada genangan-genangan air.
 Memiliki kadar pH yang tinggi, kadar pH yang ada pada kandungan tanah
laterit cenderung bersifat asam karena lapisan basa dan ultrabasnya sudah
hilang karena terbawa aliran air.
 Tekstur tanah yang kokoh dan padat, tekstur ini merupakan ciri dari tanah
laterit karena pada jenis tanah ini kandungan lempung atau liatnya sangat
tinggi.
 Memiliki kandungan mineral tanah yang cukup, kandungan mineral tanah
yang ada dalam lapisan tanah laterit adalah zat besi, timah, zirkon, kwarsa,
aluminium, nikel, oksida titanium dan lainnya.
 Memiliki warna merah agak kekuning-kuningan, tanah laterit merupakan
tanah yang sudah berusia tua dan terdapat di lapisan bawah.
 Memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah, tanah laterit yang sudah
kehilangan unsur haranya tidak dapat lagi dipergunakan untuk media
bercocok tanam karena sudah tidak produktif lagi.
 Pemanfaata laterit adalah,
 bahan baku pembuatan batu bata dan genting,
 bahan baku pembuatan gerabah dan tembikar,
 bahan baku industri semen,
 bahan baku dalam pengerasan jalan raya,
 media penampung cadangan air,
 media tanam padi tadah hujan dan palawija, dan
 bahan baku campuran pembuatan tembok.
16. Marmer

 Marmer berasal dari batu gamping yang kompak berwarna atau bermotif
menarik, yang belum atau sudah mengalami ubahan, baik dipoles dan
diperdagangkan sebagai marmer.

 Dalam istilah dagang (umum) marmer adalah segala jenis batuan yang apabila
digosok (dipoles) menjadi mengkilap, batuan tersebut bisa berupa batu gamping,
marmer (marble), basalt, granit dan sebagainya.

 Marmer dalam istilah geologi adalah batu gamping atau dolomit yang mengalami
metemorfosa kontrak ataupun regional.

 Batu gamping atau dolomit bisa diterobos oleh batuan beku akan mengalami
perubahan fisik yang berupa penghabluran mineral kalsit atau dolomit dengan
tekstur gula pasir (sacharoidal texture) dan membentuk marmer.

 Mineral-mineral lain sebagai pengikat atau pengotor antara lain kuarsa, granit,
hematit, limonit, pirit, mika diorit, termolit, wolastonit diopsit dan hormblende,
meskipun dalam jumlah kecil, dapat mempengaruhi warna dan mutu marmer.
 Pada umumnya marmer murni berwarna putih mengkilap, sedangkan warna-
warna lainnya tergantung kepada mineral pengotor yang terkandung di
dalamnya, contohnya,
 Abu-abu muda sampai hitam karena adanya mineral grafit,
 Hijau karena adanya mineral khlorit,
 Merah muda sampai merah kerana adanya limonit, atau mangan.

 Batuan Marmer berwarna abu-abu gelap dan agak kemerahan, keras, kompak,
masif, sebagian terkekarkan kuat, terisi mineral kalsit dan oksida besi, umumnya
tidak menunjukkan suatu perlapisan, ketebalannya 5 - 10 meter.

 Endapan batuan marmer biasanya terdapat di daerah yang membentuk


perbukitan terjal, sebagian berupa perladangan dan hutan semak belukar.

 Marmer terutama digunakan untuk, yaitu,


 Bangunan seperti ubin lantai, dinding, papan nama,
 Dekorasi atau hiasan,
 Ornamen,
 Perabot rumah tangga seperti meja.
 Batu marmer adalah hasil proses metamorfosa pada batu kapur yang
menyebabkan terjadinya kristalisasi sebagai akibat dari pengaruh temperatur
dan tekanan yang dihasilkan oleh alam.
 Pada umunnya ditemukan terutama dengan penampakan warna putih, selain
variasi warna merah, kuning, coklat, abu-abu, biru dan hitam, mempunyai berat
jenis 2,9, kerapatan < 2,8 gr/cm3 dan kuat tekanan kurang lebih 900 kg/cm3.
 Beberapa varietas batu mamar yang telah dikenal diantaranya adalah,
 Batu marmer stature adalah batu mamar dengan ciri berbutir halus dan
berwarna utih merah bersih
 Batu marmer arsitektur, mempunyai kualitas dan kekuatan yang bagus
 Batu marmer ornamental, dicirikan dengan kenampakan warna yang indah
 Batu marmer onix, teridiri dari aragonite dan klasit, menunjukkan
kenampakkan yang jernih dan bagus
 Batu marmer cipolin, suatu jenis yang kaya akan unsur kimia yang baik
 Batu marmer ruin, mempunyai tekstur halus dengan segi-segi yang tidak
teratur
 Batu marmer breksia, mempunyai tekstur besar-besar dan bersegi
 Batu marmer kerang, adalah sehari-hari dengan penampakkan fosil-fosil
 Hasil analisa kimia marmer, memperlihatkan komposisi sebagai berikut,
 SiO2 2,30 %,
 TiO2 0,04 %,
 Al2O3 1,27 %,
 Fe2O3 75,80 %,
 CaO 5,25 %,
 MgO 2,14 %,
 MnO 0,17 %,
 H2O 13,03 %.
 Tempat Terdapat Marmer,
 Gresik, Tuban, Lamongan, Bojonegoro dan Trenggalek (Jawa Timur),
 Pati, Cilacap dan Karangputih (Jawa Tengah),
 Indarung (Sumatera Barat),
 Pangkajene (Sulawesi Selatan),
 Kupang (Nusa Tenggara Timur),
 Lampung, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan.
17. Obsidian

 Obsidian merupakan batuan yang terbentuk oleh hasil kegiatan erupsi gunung
api bersusunan asam hingga basa yang pembekuannya sangat cepat sehingga
akan terbentuk gelas atau kaca daripada kristal dominan.

 Obsidian adalah batuan yang disusun secara keseluruhan dari kaca amorf dan
sedikit kristal feldspar, mineral hitam dan kuarsa.

 Cara terjadinya obsidian sama dengan perlit, namun tanpa dipengaruhi oleh
faktor tekanan dan suasana basa. Keterdapatannya juga berkaitan dengan
rangkaian gunung api tersier dan kuarter.

 Kegunaan obsidian hampir sama dengan perlit.

 Endapan obsidian banyak terdapat di daerah lampung dan Ciasmara (Jawa


Barat), serta lokasi-lokasi lainnya.
18. Oniks

 Endapan oniks terdiri dari mineral klasit yang berlapis-lapis, umumnya berwarna
putih kekuningan dan agak bening sehingga tembus pandang.

 Oniks terendapkan pada rongga atau rekahan batu gamping yang berasal dari
larutan kalsium karbonat (panas atau dingin).

 Oniks ini mengalami metamorposa maka akan terbentuk oniks marmer.

 Endapan oniks di Indonesia antara lain terdapat di Cigunung (Tasikmalaya),


Ciniru (Kuningan), serta Jati, Kecamatan Bubulan, Kabupaten Bojonegoro (Jawa
Timur), dan daerah-daerah lain.
23. Sirtu

 Sirtu adalah singkatan dari pasir batu, karena komposisi ukuran butir yang tidak
seragam.
 Sirtu terjadi karena akumulasi pasir dan batuan yang terendapkan di daerah-
daerah relatif rendah atau lembah.
 Komposisi kimia batu pasir (Sirtu) adalah,
 SiO2
 Fe2O3
 CaO
 MgO
 Sirtu umumnya berasal dari pasir, batuan gunung api dan sering bercampur
dengan pasir batu apung, yang merupakan hasil rombakan dari batuan asal yang
tidak terkonsolidasi.
 Sirtu tersebar luas di Indonesia, terutama di sekitar daerah gunung api dan
umumnya ditemukan pada aliran sungai.
 Umumnya sirtu ditemukan sebagai endapan aluvium, sedangkan endapan
kegiatan gunung api berupa lahar akan menghasilkan sirtu (pasir dan batu).
 Sirtu adalah nama singkatan dari pasir dan batu, hal ini di pertimbangkan di
pergunakan karena sirtu mempunyai komposisi mineralogi dan ukuran yang
sangat beragam, para akademisi tidak dapat menyebutkan komposisi mineralogi
dan ukurannya apabila belum mengetahui batuan asal pembentuk sirtu, oleh
sebab itu penanaman sirtu lebih bersifat praktis bukan nama akademis.

 Sirtu merupakan hasil kegiatan gunung api yang tak teruraikan, tercampur dari
beberapa ukuran mulai dari ukuran pasir sampai bongkah, berada di dataran
rendah sekitar gunung api baik yang proses erupsinya terjadi pada zaman tersier
atau kuarter, sesuai dengan konsep transportasi dan pemilihan makin jauh dari
sumbernya makin seragam komposisi mineralogi dan ukuran butirnya (Sutidja,
2001).

 Sirtu di dapatkan di daerah rendah lereng sekitar gunug api. Oleh sebab itu di
Indonesia sirtu di dapatkan menyebar di sepanjang jalur gunug api, ataupun
merupakan endapan sungai dan pantai.

 Sirtu di manfaatkan sebagai bahan bangunan/ bahan beton cor berat.


Penyeragaman ukuran butir dapat dilakukan dengan ukuran yang di kehendaki.
Pasir pantai yang sudah tercemar garam NaCI dari air laut tidak
direkomendasikan untuk bahan bangunan konstruksi (Sutidja, 2001)
 Tempat terdapat,
 Jawa,
 Bali,
 Sumbawa,
 Sulawesi Utara,
 Oba Utara (Pulau Halmahera).

 Manfaat Sirtu,
 Bahan bangunan,
Sektor konstruksi bangunan perumahan, pertokoan, perkantoran dan
jembatan,
 Fondasi jalan.
24. Tanah Liat

 Tanah liat (lempung) adalah salah satu komoditi yang tergabung dalam bahan
galian industri yang mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia dan
termasuk mineral komoditi yang dapat juga mendatangkan keuntungan, baik
untuk para pengusaha maupun bagi negara sebagai suatu sumber devisa.

 Tanah liat terdiri dari kumpulan mineral-mineral silikat hidrous yang mengandung
unsur-unsur alumina, besi, alkali, dan alkali tanah. Secara megaskopis lempung
menunjukkan kenampakan warna abu-abu kekuningan sampai coklat dan
memiliki ukuran butir yang sangat halus.

 Rumus kimia SiO2 Al2O3, Fe2O3 TiO2 terdapat di Pulau Mare dengan cadangan
yang menyebar Lempung atau tanah liat telah dimanfaatkan oleh penduduk
setempat untuk membuat genteng dan bata merah. Bahan galian ini tersebar di
beberapa tempat seperti Desa Cihonje, Sukabandung, Banyuresmi dan
Sukarame.

 Istilah tanah liat atau sebagian orang yang menyebutnya pula dengan nama
“lempung” mempunyai arti dan pengertian yang sangat luas.
 Bagi orang awam nama lempung dipakai untuk menerangkan jenis tanah yang
mempunyai sifat plastis (liat) tanpa membedakan jenisnya baik untuk
perdagangan maupun geologi.

 Dalam dunia perdagangan, istilah tanah liat untuk menyebutkan jenis endapan
mineral industri yang mempunyai partikel halus dengan diameter lebih kecil dari
2 mikron (0,002 mm) yang mempunyai sifat plastis bila diberi air.

 Lempung dikelompokkan menjadi beberapa jenis baik menurut jenis mineral


penyusunnya, menurut sifat dan penggunaannya maupun menurut penamaan
yang kadang-kadang diambil dari istilah geologi (mineralogi).

 Pengelompokan yang ditentukan menurut ahli ekonomi ialah kelompok kaolin,


bentonit, fuller’s earth, lempung bola, lempung asam, lempung refraktori,
lempung kembang, lempung batu, dan lempung semen dengan sifat dan
penggunaan yang berbeda pula.

 Para ahli tanah meng-gunakan istilah lempung untuk menyebutkan suatu jenis
yang terdiri dari mineral atau partikel yang berdiameter kurang dari 2 mikron
tanpa menghiraukan komposisi mineral penyusunnya.
 Para ahli tanah membagi tanah menjadi tiga kelompok yaitu,
 Pasir kasar (diameter partikel dari 0,2 - 2,0 mm),
 Pasir halus (diameter partikel dari 0,02 - 0,2 mm),
 Geluh (diameter partikel dari 0,002 - 0,02 mm),
 Lempung (diameter partikel dari 0,002 mm).

 Menurut ahli geologi, istilah lempung dipakai untuk menyebutkan suatu jenis
batuan sedimen lepas yang mempunyai partikel berdiameter lebih kecil dari
0,004 mm (4 mikron), tanpa menghiraukan komposisi mineral penyusunnya.
27. Tras

 Umumnya endapan tras berwarna putih keabu-abuan yang merupakan lapisan


dari endapan tufa dan bersifat riolitik dan tidak menunjukkan suatu perlapisan.

 Singkapan-singkapan tras sangat mudah dilihat, umumnya pada tebing-tebing


perbukitan tepi jalan.

 Tras terjadi bila partikel gunung api, khususnya yang berkomposisi andesitik,
mengalami pelapukan dan tercampur dengan kapur dan air pada suhu kamar,
maka akan mengeras.

 Hasil analisa kimia endapan trass memperlihatkan komposisi yaitu,


 SiO2 4,73 %,
 TiO2 0,15 %,
 Al2O3 6,75 %,
 Fe2O3 25,40 %,
 CaO 41,55 %,
 MgO 1,12 %,
 MnO 0,05 %,
 H2O 20,25 %,
 Tras adalah batuan gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi
kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah.

 Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan, kompak
dan padu dan agak sulit digali dengan alat sederhana.

 Pada saat ini, Tras belum dimanfaatkan secara optimal, namun secara lokal
telah dimanfaatkan penduduk untuk pembuatan batako.

 Kegunaan trass ini biasanya digunakan sebagai bahan campuran pada industri
yaitu,
 Pembuatan semen,
 Pembuatan batako,
 Pembuatan beton,
 Campuran plester dan tanah urug.
 Potensi bahan galian tras di Indonesia sangat luas mengikuti jalur rangkaian
pegunungan, yaitu,
 Sumatera,
 Bali,
 NTB,
 NTT,
 Sulawesi,
 Maluku.
 Lembang, Negrek dan Cicurug (Jawa Barat),
 Situbondo (Jawa Timur).
B. BAHAN GALIAN MINERAL INDUSTRI

 Bahan Galian Industri,


Yaitu, Bahan galian yang banyak dipakai pada industry, seperti industri pupuk,
kertas, plastik, cat, peternakan, pertanian, kosmetika, farmasi dan
kimia,
Contoh, Asbes,
 Barit,
 Batu gamping,
 Belerang,
 Bentonit,
 Diatomea,
 Dolomite,
 Fosfat,
 Gypsum,
 Kalsit,
 Mika,
 Oker,
 Talk,
 Yodium,
 Zeolit.
Contoh-contoh Mineral Industri
N
MINERAL INDUSTRI No MINERAL INDUSTRI
o
1 Diatome, 16
2 Leusit, 17
3 18
4 19
5 20
6 21
7 22
8 23
9 24
10 25

11 26

12 27
13 28
14 29
15 30
1. Diatome

 Diatomea adalah sejenis tanaman air yang tak berbunga termasuk plankton atau
ganggang yang cangkangnya terdiri dari asam silikat SiO2.

 Endapan diatomea terjadi dari sedimentasi cangkang-cangkang diatomea yang


telah mati dalam cekungan air laut yang berhubungan dengan lakustrin sampai
neritik, ataupun di dasar danau-danau dan rawa-rawa tempat dia hidup.

 Endapan diatomea biasanya berasosiasi dengan sedimen piroklasik tersier


sampai kuarter seperti aliran lava, tufa breksi. Batuan tersebut menjadi sumber
silika bagi pembentukan cangkang diatom, hingga mereka dapat berkembang
biak dengan cepat.

 Endapan diatomea di Indonesia antara lain dijumpai di Pulau Samosir Tapanuli


Utara, Cirucug, dan Naggung, Cianjur Selatan, Tasikmalaya dan Darma –
Kuningan (Jawa Barat), Wadaslintang, Pringsurat dan Wonosari (Jawa Tengah),
Flores (Nusa Tenggara Timur) serta tempat-tempat lainnya.
2. Leusit

 Leusit, dalam bahasa inggris “leucite”, merupakan mineral pembentuk batuan


yang terdiri dari kalium dan aluminium tektosilikat K(AlSi2O6).
Namanya berasal dari kata Yunani yaitu leucos yang berarti ‘putih’, untuk warna
yang khas. Pada temperature tinggi, leusit adalah isometrik dan akan
membentuk bentuk Kristal isometrik trapezohedron. Apabila leusit mendingin,
strukturyang isometric menjadi tidak stabil dan berubah menjadi struktur
tetragonal tanpa mengubahbentuk luar.
 Leucite, K(AlSi2O6) berbeda dengan Analcime, Na(AlSi2O6) H2O, dimana
Leucite adalah anggota kelompok feldspathoid mineral, sedangkan Analcime,
meskipun biasanya dianggap zeolit, kadang-kadang ditempatkan dalam
kelompok feldspathoid secara kimia dan kejadian sesekali serupa.
C. BAHAN GALIAN KERAMIK

 Bahan Keramik,
Yaitu, Bahan galian batuan yang banyak dipakai dalam industri keramik,
refraktori, gerabah, dan gelas.
Contoh, Ball clay,
 Feldspar,
 Kaolin,
 Kuarsit,
 Lempung,
 Magnesit,
 Pasir kuarsa,
 Perlit,
 Pirofilit,
 Toseki, dan
 Trakhit.
 Keramik,
Yaitu, Suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran
(keramik berasal dari bahasa Yunani yaitu keramikos)
Yaitu, Sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari
tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan
sebagainya (kamus dan ensiklopedi tahun 1950-an),
Saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat, pengertian keramik
terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang
berbentuk padat.

 Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia
dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah
felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air.

 Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral
bawaannya, oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan
geologi dimana bahan diperoleh, secara umum strukturnya sangat rumit dengan
sedikit elektron-elektron bebas.
 Keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi
konduktor panas yang jelek, di samping itu keramik mempunyai sifat rapuh,
keras, dan kaku. Keramik secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik
dibanding kekuatan tariknya.

 Material yang digunakan untuk membuat keramik ini biasanya digali dan
dihancurkan hingga menjadi bubuk. Produsen seringkali memurnikan bubuk ini
dengan mencampurkannya dengan suatu larutan hingga terbantuk endapan
pengotor. Kemudian endapan tadi disaring dan bubuk material keramik
dipanaskan untuk menghilangkan impuritis dan air. Hasilnya, bubuk dengan
tingkat kemurnian tinggi dan berukuran sekitar 1 mikrometer (0.0001 centimeter).
Klassifikasi Kramik

Keramik dapat digolongkan menjadi dua kelompok berdasarkan jenis bahan, metode
pembuatannya dan jenis penggunaannya, yaitu,
 Keramik Konvensional
Berdasarkan fungsinya dikenal ada 4 tipe, yaitu,,
 Keramik Berstruktur,
Keramik jenis ini mempunyai sifat mekanik yang baik, terbuat dari alumina,
silicon karbida, silicon nitrida, komposite, biasanya digunakan di dalam mesin
diesel sebagai piston pada ruang pra pembakaran, turbo charge, turbin gas,
sebagai bahan penyekat ruang pembakaran bersuhu tinggi dan mata pahat
potong logam (Cutting tool).
 Keramik Putih,
Keramik jenis ini biasanya berwarna putih dan mempunyai tekstur jaringan
yang halus, terbuat dari bahan dasar lempung kualitas terpilih dan fluks
dalam jumlah bervariasi yang dipanaskan pada suhu 1.200-1500°C di dalam
tanur (kiln).
Contoh, keramik tanah, porselin, keramik china, ubin keramik putih,dsb.
 Keramik Refraktori,
Keramik yang biasanya digunakan untuk menahan pengaruh termal, kimia
dan fisik. Keramik refraktori dijual dalaam bentuk bata tahan api, bata silica,
magnesit,dsb.
 Keramik Listrik,
Keramik ini berfungsi sebagai electromagnet, optic dan juga fungsi kimia
yang berkaitan dengan penggunaannya secara langsung.
Keramik ini digunakan sebagai bahan penyekat, magnet, tranducer, dan
pensemikonduksi.

 Keramik Termaju
Dikenal ada empat jenis berdasarkan bahan dasarnya, yaitu
 Keramik oksida, Alumina, zirkonia, titania, barium titanat.
 Keramik bukan oksida, Silikon karbida, silicon nitrida, borida dll
 Keramik komposit, Fiber reinforced composite, whisker-reinforced composite.
 Keramik kaca, Silika, natrium oksida, kalium oksida, kalsium oksida, kobalt
oksida dll.
Contoh-contoh Mineral Keramik

No MINERAL KERAMIK
1 Perlit,
2 Pumice,
3 Slate,
4 Toseki,
5 Trakhit,
6
7
8
9
10
1. Perlit

 Pelit terbentuk karena pembekuan tiba-tiba dari magma asam yang mengandung
masa gelas berupa sill, retas, lelehan atau aliran.

 Endapan perlit selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api berumur sampai
tersier, seperti Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi, Maluku.

 Endapan perlit di Indonesia antara lain terdapat di Lampung, Ciamis (Jawa


Barat) dan tempat-tempat lainnya.

 Adalah batuan yang terbentuk oleh lava riolit. Pada waktu lava mengalir, bagian
bawahnya bersentuhan dengan media air dan akibat beban diatasnya dan aliran
lava yang tertahan akan terjadi pendinginan sangat cepat, maka terbentuklah
perlitisasi. Batuan ini berwarna abu-abu kehijauan hingga abu-abu kehitaman
dan mempunyai sifat yang khas, apabila dipanaskan akan mengembang antara
4 hingga 20 kali, serta batuan ini tahan terhadap api.
2. Punice (batu apung)

 Purnice (batu apung) merupakan hasil material erupsi gunung api yang
membeku ketika didalamnya masih terdapat udara sehingga mempunyai sifat
titik berongga-rongga tersebar secara tidak merata. Batu apung mengandung
silika tinggi, dan termasuk jenis batuan beku luar.

 Purnice berwarna putih dan coklat muda dengan massa jenis dibawah 1
gram/cm³ dapat terapung di air, kedap suara, batuapung juga tahan terhadap
api, kondensi, jamur dan panas.

 Dalam sektor industri lain, batu apung digunakan sebagai bahan pengisi (filler),
pemoles/penggosok (polishing), pembersih (cleaner), stonewashing, abrasif,
isolator temperatur tinggi dan lain-lain.

 Batu apung pada umumnya mengandung banyak


 Feldspar (KalSi3O8 – NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8),
 Oksida Silika (SiO2),
 Obsidian (SiO2 – MgO – Fe3O4 ) dan sebagainya.
 Batu apung dapat terjadi apabila magma asam muncul ke permukaan dan
bersentuhan dengan udara luas secara tiba-tiba. Buih gelas alam dengan yang
gas terkandung didalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar dan magma
membeku dengan tiba-tiba.

 Pumice atau Batu apung umumnya terdapat sebagi fragmen yang terlemparkan
pada saat gunung berapi dengan ukuran dari kerikil sampai bongkah.

 Pumice dapat pula dibuat dengan cara memanaskan obsidian, sehingga gasnya
keluar. Pemanasan obsidian memerlukan suhu sekitar 880°C untuk merubahnya
menjadi batu apung.
3. Slate

 Batu Slate lebih dikenal dengan nama batu sabak di kalangan masyarakat
umum.

 Batu Slate merupakan batuan dari jenis batu malihan atau batuan metamorf.
Batu Slate atau batu sabak ini merupakan batu yang berasal dari proses
metamorfosis batuan sedimen Shale atau Mudstone (lebih dikenal dengan nama
batu lempung) ketika berada pada suhu dan temperatur yang rendah.

 Batu slate atau batu sabak memiliki struktur foliasi dan juga tersusun atas butiran
yang sangat halus. Batu sabat tersusun atas berbagai mineral seperti Quartz,
Muscovite dan Illite.

 Batu sabak atau slate merupakan batu yang cukup populer dan banyak
digunakan oleh masyarakat. Bahkan pada zaman dahulu batu sabak digunakan
sebagai alat tulis ketika belum ditemukan kertas.
 Proses Pembentukan Batu Slate
 Batu slate atau sabak dapat berwujud hingga menyerupai batu setelah
mengalami proses yang terbilang panjang. Terlebih lagi batu slate ini masuk
ke dalam golongan batuan metamorf.
 Batu metamorf sendiri merupakan transformasi dari batuan lainnya yang
telah mengalami perubahan wujud. Proses pembentukan batu slate atau
sabak ini berasal dari metamorfosis Shale dan batu lempung atau Mudstone.

 Ciri- ciri Batu Slate


 Berwarna abu- abu, hitam, hijau dan merah,
 Memiliki derajat metamorfosis yang rendah,
 Mudah membelah menjadi lembaran yang tipis.

 Manfaat dati Batu Slate,


 Dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,
 Sebagai hiasan,
 Sebagai batu asahan.
4. Toseki

 Toseki atau batuan kuarsa-serisit terbentuk dalam zona ubahan filik, yakni pada
temparatur pembentukan 220oC dan kondisi pH netral.

 Komposisi mineral pembentukannya terdiri dari kuarsa 59% - 70%, serisit 15%-
30%, koalinit 7%-12%, felspar 1%-3%.
5. Trakhit

 Batuan trakhit yaitu jenis bantuan baku yang kekurangan unsur silika (SiO2),
kaya akan unsur kalium (K2O) dan berstektur afanitik.

 Bantuan ini terdapat sebagai retas, aliran permukaan, bongkahan, debu dan
breksi gunung api. Sebarannya merupakan suatu jalur rangkaian pegunungan
yang dikenal dengan nama Mediteranian Type, yang di Indonesia dikenal
sebagai jalur gunung api busur dalam, mulai dari sebelah timur Sumatera-pantai
utara Jawa – Bawean – terdapat di Gunung Muria (Jawa Tengah) dan Danau
Toba (Sumatera Utara) dan bentuk tufa yang berkomposisi riolit – dasitik.
D. BAHAN GALIAN BATU PERMATA

 Batu Mulia dan Batu Hias


Yaitu, Bahan galian batuan yang banyak dipakai dalam industri industri
perhiasan dan kerajinan.
Contoh, Amethyst,
 Andalusit,
 Batu hias,
 Batu sabak,
 Kalsedon,
 Opal,
 Rijang,
 Serpentin,
 Jasper.

 Batu mulia (gem stone),


Yaitu, Setiap jenis batuan, mineral, dan bahan mentah lainnya yang setelah
diolah atau diproses memiliki keindahan dan ketahanan yang memadai
untuk dipakai sebagai barang perhiasan.
 Bahan galian batu permata ini memiliki nilai ekonomi yang baik untuk dijual
belikan dengan harga jual tinggi, harga sebuah batu mulia ditentukan oleh
tingkat kekerasan, warna, kejernihan, pola/bentuk, kelangkaan.

 Dalam dunia perdagangan, batu mulia digolongkan kedalam tiga jenis, yaitu,
 Batu permata (precious stones),
 Batu setengah/semi permata (semi-precious stones) dan
 Batu hias (omamental stones)

 Di Indonesia, khususnya intan, sudah ditambang/digali oleh rakyat sejak abad VI.
Pemerintah Hindia Belanda mengefektifkan usaha penggalian intan primer di
Kalimantan Selatan.
 Batu mulia adalah batu permata (batu aji), tidak ada batasan yang baku
mengenai pengertian atau definisi dari batu mulia.
 Sujatmiko dalam dokumen presentasinya yang berjudul "Potensi Batu Mulia
Indonesia Yang Terlupakan," mengartikan bahwa,
 Batu mulia adalah setiap jenis batuan batuan, mineral , dan bahan mentah alam
lainnya yang setelah diolah atau diproses memiliki keindahan dan ketahanan
yang memadai untuk dipakai sebagai barang perhiasan.
 Sedangkan dalam buku Pesona Batu Mulia yang ditulis A.F.Chandra, bahwa batu
mulia adalah semua mineral atau batu yang dibentuk hasil proses geologi,
dimana unsurnya terdiri atas satu atau beberapa komponen kimia.
Contoh-contoh Bahan Bangunan

No BATU PERMATA No BATU PERMATA

1 Agat, 16 Topas,
2 Amethyst, 17
3 Andalusit, 18
Amethyst Andalusit
4 Batu Sabak, 19
5 Chert, 20
6 Gamet, 21

7 Giok (Jade), 22
8 Jasper, 23
9 Kalsedon, 24 Opal

10 Kayu terkersikan, 25

11 Krisoprase, 26

12 Kristal kuarsa, 27
13 Opal, 28

14 Peridotit, 29 Opal Jasper


15 Safir, 30
1. Agate

 Di indonesia orang sering menyebut kata “batu akik” untuk semua jenis batu.
Istilah “batu akik” sendiri berasal dari istilah untuk bebatuan jenis “agate” yang
kemudian diplesetkan menjadi “akik”.
Hal ini tidak lain untuk memudahkan dalam hal berkomunikasi karena cukup
banyak sekali jenis bebatuan sehingga agar lebih sederhana maka batu apapun
disebut sebagai “batu akik”.

 Sejarah Agate
Agate adalah cryptocrystalline silica, terutama kalsedon.
Batu ini ditandai dengan warnanya yang cerah dengan beragam corak dan
kehalusannya. Namun tidak ada satupun Akik yang memiliki corak sama. Itulah
yang menjadi keistimewaannya.
Agate dapat ditemukan di berbagai batuan, namun yang paling utama adalah
vulkanik dan metamorf tertentu. Batu mulia jenis ini paling banyak
diperdagangkan di Indonesia dan harganya cukup terjangkau meski ada pula
yang cukup mahal.
 Ciri-ciri Agate,
 Bentuk, Bongkah batu.
 Warna, Putih, biru, merah, hijau, kuning, oranye, brown (Cokelat),
pink, ungu, gray (abu-abu) black, banded, warna-warni.
 Kandungan, Jenis kuarsa dengan komposisi kimia SiO2,
 Indeks Bias, 1,530 – 1,540.
 Berat Jenis, 2.58 – 2.64.
 Kekerasan, 6,5 – 7.

 Nilai jual Agate tergantung pada,


 Color (Warna), Warna Akik sangat beragam dan jarang yang tidak
mendapatkan treatment. Semakin sedikit treatment yang dilakukan maka
harganya akan tinggi.
 Clarity (Kejelasan), Kilau yang indah akan menghasilkan nilai yang tinggi.
 Cut (Pemotongan), Agate dipotong dalam bentuk sangat beragam,
menyesuaikan kebutuhannya.
 Carat Weight (Karat), Makin berat dan besar, tentu nilainya lebih tinggi,
dengan mempertimbangkan kriteria lainnya.
 Jenis-jenis Agate
 Agate Geode, Lapisan Agate yang mengelilingi sebuah rongga di Geode.
 Blue Lace Agate, Agate dengan pola renda gelombang (pita-pita biru muda),
 Bostwana Agate, Agate yang berasal dari Bostwana, biasanya bercorak garis
paralel halus, berwarna putih, ungu atau peach.
 Condor Agate, Agate dari Argentina yang memiliki warna yang hidup,
 Crazy Lace Agate, Agate dengan kemampuan berubah-ubah warna saat
diputar.
 Dendritic Agate, Agate dengan inklusi seperti pohon atau pakis.
 Eye Agate (Agate Mata), Agate dengan pita cincin konsentris bulat sempurna.
 Fire Agate (Agate Api), Agate warna-warni atau yang mampu memainkan
warna api, seperti Opal.
 Fortification Agate, Agate yang mirip dengan benteng abad pertengahan.
 Iris Agate, Agate langka yang menampilkan spektrum warna, tanpa warna
atau putih.
 Laguna Agate, Agate warna-warni yang berasal dari Ojo Laguna, Chihuahua,
Mexico.
 Moss Agate, Agate dengan inklusi mirip lumut.
 Onyx, Salah satu jenis batu Chalcedony dengan warna yang indah.
 Sardonyx, Agate dengan corak pita kecokelatan atau merah dengan putih
dan terkadang hitam.
 Snakeskin Agate, Agate dengan inklusi mirip kulit ular.
2. Amethyst (batu kecubung)

 Salah satu budaya di indonesia adalah mengkoleksi batu mulia atau batu akik.
Amethyst nama lainnya adalah batu kecubung atau,
 Kecubung atau Amethyst adalah batu mulia berwarna ungu sampai merah
muda, yang merupakan mineral dari kuarsa.
 Batu kecubung umumnya memiliki corak yang diakibatkan oleh tekanan
berjuta tahun didalam bumi.
 Memiliki tingkat kekerasan 7 Mohs, sehingga sering disebut sebagai batu
permata kelas II. Meski demikian telah sejak lama para anggota kerajaan
mempergunakan kecubung untuk perhiasannya.

 Sejarah Amethyst,
 Kecubung dalam bahasa Inggris disebut Amethyst, yang diambil bahasa
Yunani kuno yang berarti tidak beracun.
 Konon orang-orang Yunani kuno mengenakan batu kecubung agar terhindar
dari bahaya keracunan atau mabuk berat akibat minuman keras.
 Dahulu harga batu kecubung sama mahalnya dengan batu rubi, sebab
sangat langkah. Sejak abad ke-19, setelah ditemukannya sumber batu
kecubung yang cukup banyak di Brazil, harganya menjadi lebih murah.
 Ciri-ciri Amethyst,
 Bentuk, Kristal, tergantung pemolesan.
 Warna, Ungu.
 Kandungan, Kuarsa dengan komposisi kimia SiO2.
 Indeks Bias, 1,544 – 1,553.
 Berat Jenis, 2,66.
 Kekerasan, 7.

 Harga Kecubung tergantung pada,


 Color (Warna), Kecubung terbaik adalah ungu kemerahan kuat sampai ungu
tanpa adanya zona merah.
 Clarity (Kejelasan), Kecubung tidak memiliki inklusi umumnya. Hal tersebut
dapat dilihat dengan mata telanjang.
 Cut (Pemotongan), Pemotongan yang bagus akan menghasilkan ragam
batuan yang bagus pula.
 Carat Weight (Karat), Karat kecubung tersedia dalam berbagai pilihan yang
mudah diterapkan untuk beragam perhiasan.
 Jenis-jenis batu kecubung,
 Kecubung Afrika, Sesuai namanya, kecubung ini ditambang di benua Afrika.
Umumnya kecubung Afrika memiliki warna lebih gelap dan sangat berwarna.
 Kecubung Kuarsa, merupakan percampuran antara kecubung dengan kuarsa
jernih. Bagian atas ungu, sedangkan bagian bawahnya bersih. Dapat juga
merupakan perpaduan ungu dan putih. Umumnya jenis kecubung ini
dijadikan manik-manik.
 Kecubung Bolivia, kecubung ini dihasilkan dari Bolivia, Amerika Selatan.
 Kecubung Brazil, sebagaimana namanya, kecubung ini dihasilkan di negara
Brazil. Sebutan ini umumnya juga digunakan dalam perdagangan batu mulia,
untuk menyebut semua batu kecubung yang berasal dari Amerika Selatan.
 Kecubung Hijau, batu mulia dengan warna hijau terang yang secara alami
diwarnai oleh panas. Umum pula disebut dengan “prasiolite”.
 Kecubung Siberia, merupakan batu kecubung yang memiliki warna sangat
dalam, yang berasal dari Siberia Rusia.
3. Andalusit

 Andalusit adalah mineral aluminium nasosilikat dengan rumus kimia


Al2SiO5. Andalusit memiliki hubungan trimorfik dengan kyanit dan silimanit,
sebagai polomorf yang terbentuk pada tekanan lebih rendah dan temperatur
menengah. Pada temperatur lebih tinggi, Andalusit dapat berubah menjadi
silimanit. Jadi, seperti polimorf-polimorf pasangannya,andalusit adalah indeks
mineral aluminosilikat,yang menyediakan petunjuk kedalam dan tekanan pada
saat pembentukan batuan asal.

 Macam-macamAndalusit berjenis chiastolit biasanya mengandung inklusi-


inklusi karbon atau lempung berwarna gelap yang membentuk tekstur
cruciforn ketika dilihat dimikroskop pada cross section. Berbagai jenis
andalusit pertama kali ditemukan di andalusia, spanyol yang dapat
dipotongmenjadi batu permata. Batu permata andalusit memberikan
permainan warna merah,hijau, dan kuning menyerupai bentuk goniokroisme
(perubahan warna jika di pandang dari sudut pandang yang berbeda), meskipun
warna tersebut sebenarnya merupakan hasil dari pleokroisme yang luar biasa
kuat.Andalusit berasosiasi dengan sekis mika yang meningkatkan konten
alkali dalam produk akhir sehingga menyebabkan belum adanya eksploitasi
eknomis atas andalusit hingga saat ini
 KeterjadianAndalusit adalah mineral metamorfik umum yang terbentuk pada
tekanan rendah dan pada suhu tinggi hingga rendah. Mineral-mineral kyanit
dan silimanit adalah polimorf dari andalusit, masing-masing terjadi dibawah
suhu tekanan yang berbeda dan karena itu jarang ditemukan bersama-
sama di batuan yang sama.karena tiga mineral ini adalah alat yang
berguna untuk membantu mengidentifikasi tekanan dan temperatur
pembentukan dari batuan induk dimana mereka ditemukan.contoh batuan
induknya meliputi hornfels.

 Nama Andalusite berasal dari Andalusia, yang merupakan nama wilayah otonom
di Spanyol di mana batu ini pertama kali ditemukan.

 Andalusite adalah Aluminum Silicate, dan terkait erat dengan Silimanite dan
Kyanite, ketiga mineral tersebut adalah Polymorphs, yang berarti mereka
memiliki komposisi kimia yang sama, namun memiliki struktur kristal yang
berbeda.

 Batu Andalusite adalah permata yang sangat indah, tetapi sayang sebagian
besar masyarakat umum tidak mengetahuinya dan dianggap sebagai salah satu
jenis permata yang kurang begitu dikenal dalam perdagangan.
 Batu Andalusite memiliki kombinasi warna yang berbeda-beda, dan tingkat
Pleochroism-nya sangat jelas, yang menghasilkan warna yang berbeda bila
dilihat dari sudut pengamatan yang berbeda.

 Kebanyakan batu Andalusite adalah buram tidak tembus cahaya, sampai dengan
Translucent (tembus cahaya tapi tidak transparan), yang benar-benar transparan
sangatlah langka.

 Andalusite memiliki tingkat kekerasan dan daya tahan yang baik, sehingga cocok
untuk semua jenis aplikasi perhiasan. Daya tarik dari Andalusite berasal dari
permainan warnanya, yang bisa dilihat melalui perubahan sudut pengamatan.
Efek serupa juga bisa terlihat ketika cahaya masuk dari arah yang berbeda.

 Warna batu Andalusite tergantung pada orientasi kristalnya, tetapi mereka


biasanya berwarna kuning, kuning-hijau, hijau, merah kecoklatan, hijau zaitun
(Olive), dan coklat kemerahan.

 Setiap batu memiliki dua warna yang berbeda intensitasnya, dan sering kali
warnanya terlihat saling berbaur, terutama pada batu dengan bentuk potongan
persegi dan bulat.
4. Batu Sabak

 Batu sabak merupakan batuan malihan yang berasal dari lempung atau serpih
yang telah mengalami metamorfosa regional, bercirikan adanya bidang belah
(clevage) yang sejajar yang berkembang baik yang disebabkan oleh rekristalisasi
atau pembentukan Kristal mika.

 Batu sabak tersusun oleh mineral kuarsa (30%), ilit (27%), serisit (10%), kalsit
(10%), plagioklas (6%), khlorit (5%), dolomite (5%), pirit (4%), grafit (2,5%) dan
rutil (0,5%).

 Kandungan mineral tersebut dapat mempengaruhi warna batu sabak misal


warna abu-abu sampai hitam karena grafit, merah dan violet karena hematit, dan
hijau karena klorit atau oksida besi.

 Sebaran batu sabak yang penting di Indonesia antara lain terjadi di daerah Aceh
dan Sumatera Barat.
5. Chert (batu rijang)

 Batu rijang atau Batuapi adalah batuan sedimen mikrokristalin atau kriptokristalin
yang tersusun atas silikon dioksida (SiO2) dengan permukaan yang licin
(glassy). Rijang dapat terbentuk sebagai nodul, massa konkresi, dan deposit
berlapis. Serpihan rijang dengan pecahan konkoidal sering menghasilkan bentuk
yang tajam sehingga manusia pada zaman dahulu menggunakan batu rijang
sebagai alat pemotong bahkan sebagai asesoris senjata tradisional.

 Batu rijang disebut "batu api" karena jika dibenturkan dengan baja atau batu lain
akan memercikkan bunga api yang dapat membakar bahan kering. Salah satu
jenis batu rijang yang biasa disebut Batu rijang merah atau jasper saat ini banyak
dicari oleh pemburu batu akik untuk digunakan sebagai ornamen atau perhiasan.
 Rijang saat ini memiliki sangat sedikit manfaat. Namun, pada masa lalu rijang
memiliki 2 sifat yang membuatnya sangat berguna yaitu,
 Sifat serpihannya yang berbentuk konkoidal dapat membentuk benda yang
sangat tajam, dan
 Sifat kekerasannya yang berada pada 7 Skala Mohs. Serpihan rijang yang
patah akan cenderung mempertahankan ketajamannya karena rijang
merukan batuan yang sangat keras, resisten, dan tahan lama.

 Ribuan tahun yang lalu orang-orang telah menemukan sifat-sifat rijang tersebut
dan menjadikannya sebagai sebuah peralatan bantu seperti pisau, panah,
pencakar, dan kepala kapak. Berton-ton fragmen rijang ada di sekitar lokasi
peninggalan sejarah di mana benda-benda seperti pisau, panah, pencakar, dan
kepala kapak ditemukan. Hal ini menandakan terjadinya suatu kegiatan
manufaktur pertama dalam sejarah peradaban.
6. Gamet (biduri delima)

 Batu Garnet adalah batu yang terbentuk dalam batuan metamorf, yaitu batuan
yang terbentuk dari lava atau sedimen yang mengalami metamorfosis. Semua
Garnet mengandung campuran keizelzuur dan beragam zat yang sangat
beragam seperti : besi, alumunium, silikat, kalsium, magnesium dan mangan.
Sebab kekayaan kandungan tersebut batu Garnet merupakan kelompok batuan
dengan warna sangat beragam. Hampir seluruh warna ada untuk Garnet.
 Ciri-ciri
 Bentuk, Bongkah kristal.
 Warna, Semua warna.
 Kandungan Garnet terdiri dari beragam bahan kimia dan komposisinya
sebagai berikut,
 Almandine Fe3Al2(SiO4)3,
 Andradite Ca3Fe2(SiO4)3,
 Pyrope Mg3Al2(Sio4)3,
 Rhodolite (Mg,Fe)3Al2(Sio4)3,
 Indeks Bias : 1,714 – 1,888.
 Berat Jenis : 3,47 – 4,15.
 Skala kekerasan (Mohs) : 6.5 – 7.5.
7. Giok (Jade)

 [Na(Al,Fe)Si2O6] terbentuk oleh proses metamorfosa regional derajat rendah


(burial metamorphism) pada fasies green schit dan pada glaucophan schist.

 Jade juga terbentuk sebagai endapan metasomatik pada batuan ultrabasa yang
telah mengalami proses serpentinisasi dan berasosiasi dengan batuan nephelin.

 Di Indonesia indikasi jade terdapat dalam batuan kuarsit dan glaucophan schist
di pegunungan Pompageo, kabupaten Poso (Sulawesi Tengah). Selain itu juga
terdapat di pulau Kabaena (Sulawesi Tenggara) dan Blangkejeran (Aceh).
8. Jasper

 Batu Jasper merupakan jenis batuan mineral serta sedimen lava vulkanik yang
proses pembentukannya secara kimiawi, erat kaitannya dengan proses
pemanasan yang dapat berasal dari proses magmatik atau intrusi. Sifat kimiawi
jasper dapat dipengaruhi oleh komposisi kimia batuan sebelumnya yang saling
mengikat serta unsur-unsur kimia saat terbentunya batuan jasper.

 Batu Jasper merupakan salah satu varian kalsedon, tergolong kedalam siliceous
sedimentary stone (Batuan sedimen dengan komposisi utama SiO2),
kekerasannya berkisar antara 6,5-7 pada skala mohs, berat jenis 2,88-2,89,
indeks bias 1,54, struktur kristal mikron dalam sistem trigonal. Bedanya batu
jasper dengan kalsedon adalah : batu jasper tidak tembus cahaya (opaque)
sedangkan kalsedon tembus cahaya (transfaran) atau bias juga membiaskan
cahaya/ seperti batuan anggur (translucent).

 Batu Jasper memiliki banyak sekali variasi warna, motif atau kombinasi seperti
adanya komposisi kalsedon, hal ini karena kesamaan sifat kimiawi dan
lingkungan yang membentuknya.
 Beberapa tekstur/motif serta keindahan yang sering ditemukan pada batu jasper,
 Satu warna/ masif (kompak, pejal) : Merah, Hijau, Hitam, Kuning, Putih,
Coklat, Biru, Krem/ tulang, dll.
 Berlapis-lapis (flake)/ beberapa warna mirip kue lapis ini didasari atas
perbedaan komposisi kimia,dari masing-masing warna yang memiliki
komposisi kimia sendiri namun unsur utamanya tetap SiO2.
 Bintik-bintik (spots) atau sepert totol-totol.
 Garis-garis (lines) : membentuk garis-garis yang berbeda warna dan
menyeluruh ini akibat komposisi pembentukan jasper dengan unsure kimia
yang berbeda.
 Kalsedoni/ kaledon (calsedony) : sebagian dapat membiaskan cahaya.

 Tesktur/ motif yang terdapat dalam batu jasper banyak memiliki keindahan
tersendiri bahkan bernilai tinggi, juga memiliki keberuntungan tersendiri dalam
menemukan tema gambar (artistik, esotik, expresi dan natural).

 Ukuran batu jasper berpariatif dari mulai ukuran koral (2-10 cm) sampai ukuran
sangat besar (kilo-ton).

 Batu Jasper banyak ditemukan di seluruh wilyah Nusantara namun ada di


wilayah Jawa Barat.
 Batu Jasper masuk juga dalam kelompok Kristal Quartz (Kuarsa), disebutkan
bahwa batuan yang masuk kategori Kristal Quartz (Kuarsa), antara lain : Kristal
Agate (akik), Kristal Amethyst (kecubung), Kristal Chalcedony, Onyx (batu
krisopras) dan Permata Jasper.

 Jasper dapat digolongkan kedalam beberapa nama (umum di dunia


perdagangan batu akik/ agate) seperti,
 Batu Jasper/ Watu Geni/ Nogo Sui/ Heliotrope/ Bloodstone/ Le Sang Du
Christ (Batu darah kristus)/ Pancawati, karakteristik dari batu jasper ini
memiliki warna dominan hijau atau kebiruan dengan motif berlapis, bintik-
bintik berwarna merah atau sedikit kombinasi dengan kuning atau agak coklat
bahkan putih. Batu Jasper ini banyak ditemukan di daerah aliran sungai
(DAS) di Jawa Tengah.
 Batu Jasper Pancawarna, Jasper dengan berbagai warna (minimal 5 warna
dalam satu batu), dapat bersifat opaque (tidak tembus), dapat juga bersifat
translucent (membiaskan cahaya/ kalsedoni), namun pada umunya
pancawarna ini bersifat opaque yang memiliki tekstur/ motifnya sangat
bervariasi dengan berbagai warna dan corak gambar (artistik). Batu Jasper
ini banyak ditemukan di daerah Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, Cianjur
Selatan-Jawa Barat dan di daerah Lebak, Ujungkulon-Banten.
 Jasper/ Kulitan/ Dawuk, Batu Jasper berwarna, coklat, abu2, kehitaman,
atau kebiruan dengan motif yang masif atau berlapis yang biasanya bersifat
opaque. Batu Jasper dengan teknik gosok/ poles yang cukup baik maka
dapat ditemukan bentukan/corak yang dapat menyerupai suatu gambar-
gambar yang artistik.
 Batu Jasper Kalsedoni/ Kaledon/ Anggur (Calsedony), Batu Jasper dengan
sifat kalsedoni, dapat terdiri dari 2 warna atau lebih, ada bagian jasper yang
dapat ditembus/membiaskan cahaya. Batu Jasper ini banyak ditemukan di
daerah-daerah Kepulaan Sumatra.

 Batu Jasper sering kali disisihkan oleh para penggemar batu permata/ akik
terlebih para penggemar pemula mengingat imagenya langsung kejenis batuan
yang lagi rame (boming) serta yang memiliki sifat tembus pandang (transfaran)
atau membiaskan cahaya/ kalsedon (translucent). Padahal batu jasper memiliki
keindahan (artisitik) tersendiri bahkan bagi penggemar batu gambar dan suiseki
(poles alam).
 Nama dagang Batu Jasper :
 Jasper Merah (red jasper) masif atau tekstur/ motif Karangnunggal
 Jasper Hijau (green jasper) masif atau tekstur/ motif Banten
 Pancawarna Edong (cukup fantastis harganya saat ini dan paling banyak
diminati)
 Pancawarna Bungbulang dengan berbagai corak dan warna serta kalsendon
 Pancawarna Purbalingga/ Klawing (le sung du christ/ batu darah kristus)
 Nogosui (bloodstone)
 Jasper putih, tulang, coklat, hitam, dll (natural jasper)
 Jasper tekstur pyrus (telur remuk, urat emas, dll)
 Jasper fosil
 Jasper tumbuhan hidup (moss agate)
 Dan lain sebagainya.
9. Kalsedon

 Kalsedon adalah variasi mineral silika yang terbentuk oleh mengendapan


berlapis larutan silika koloid tidak jenuh di dalam rongga dan celah-celah
bantuan perangkap. Silika koloid tersebut berasal dari mineral lempung atau
bantuan piroklastik yang mengalami proses diagenesa.

 Berdasarkan variasi warna dan struktur yang dimilikinya, kalsedon mempunyai


beberapa jenis yaitu,
 Karnelian (merah),
 Sardion (coklat),
 Krisopras (hijau),
 Agart (pelapisan konsentris),
 Oniks (pelapisan sejajar) dan
 Sardoniks (oniks merah).

 Sebarannya di Indonesia mengikuti jalur penyebaran gunung api, yang


membentang dari Sumatera, Jawa, NTB, NTT, Maluku hingga Sulawesi. Lokasi
yang cukup potensial terdapat di daerah Sukabumi, Tasikmalaya dan Garut
(Jawa Barat), Pacitan (Jawa Timur) dan lokasi lainnya.
 Group kalsedon merupakan mineral yang terjadi oleh larutan (aqueous solution).
Larutan tersebut mengisi rekahan (cavity fillings) dan urat-urat (veins).

 Variasi mineralnya terdiri dari kalsedon, opal, jasper (jaspis) dan agat, umumnya
mineral/batu tersebut digunakan sebagai batu permata dan batu cincin (batu ali).
Variasi warna tergantung dari pada mineral/unsur-unsur yang terkandung.
Misalnya kalau mengandung besi warnanya merah atau ungu.

 Mineral-mineral yang terombak dari batuan asalnya kemudian larut dan diangkut
oleh media air permukaan dan diendapkan di dearah-daerah yang relatif rendah.

 Terkadang bongkahan rombakan urat-urat dan rekahan terakumulasi dialiran


sungai. Hal begini terdapat di daerah Sukabumi Selatan (Jawa Barat) dan hulu
sungai Grindulu (Jawa Timur).

 Yang merupakan endapan letakan tentu saja pengambilannya relatif tidak


mudah, karena telah merupakan kerikil dan butiran. Hal demikian misalnya
terdapat di daerah Martapura (Kalimantan Selatan) dan daerah Pangkalan Bun
(Kalimantan Tengah).

 Selain mudah pengambilannya, letakan group kasedon, lebih mudah pula


mengerjakannya, tinggal menggerinda dan menghaluskan dan kemudian
mengkilapkan (memoles). Terkadang teknik sayatan dan polesan menentukan
mutu dan sekaligus harganya. Misalnya sayatan dan polesan untuk ammetis dan
oval.
10. Kayu terkersikan

 Sebaran kayu terkersikkan di Indonesia berkaitan erat dengan sebaran debu


gunung api Kuarter hingga Tersier di Sumatera – Jawa – Bali – NTB – NTT –
Sulawesi dan Maluku.

 Lokasi yang cukup potensial antara lain terdapat di daerah Muara Enim
(Sumatera Selatan), Jampang dan Garut Selatan (Jawa Barat).
11. Krisoprase

 Batu krisopras adalah sejenis batu akik dengan dua atau lebih warna dalam
garis-garis atau lapisan-lapisan sejajar. Kata Ibrani untuk batu ini adalah syohain.
Orang zaman dahulu kala menemukan batu krisopras di tanah Hawila. Sekarang
ini krisopras dianggap batu setengah berharga. Ditemukan di karanggayam,
karang sambung, Kebumen

 Batu Chrysoprase adalah varietas dari Chalcedony Quartz, bentuk


Cryptocrystalline dari silikon dioksida. Chrysoprase sangat berharga karena
warna apel hijaunya yang unik karena adanya agen pewarna yang khas.
Kebanyakan batu permata berwarna hijau lainnya warnanya berasal dari unsur
besi (seperti Tourmaline), Chromium (seperti Emerald), atau Vanadium (seperti
Tsavorite Garnet), tapi Chrysoprase warnanya berasal dari kandungan nikel,
yang terbentuk di dalam kristal Quartz tak berwarna. Chrysoprase dianggap
sebagai salah satu varietas Chalcedony Quartz yang paling langka dan paling
berharga, setelah Gem Silica berwarna hijau biru langka yang juga dikenal
sebagai “Chrysocolla Chalcedony”.
 Nama “Chrysoprase” berasal dari bahasa Yunani, “Chrusos” dan “Prason”, yang
artinya “Emas” dan “Daun Bawang’, masing-masing mengacu pada warna hijau
daun bawang, dan adanya inklusi emas pada batu tersebut. Batu Chrysoprase
memiliki ciri sama seperti semua varietas lainnya dari Cryptocrystalline Quartz,
yang terdiri dari kristal yang terlalu sulit untuk dilihat sebagai partikel, bahkan
ketika dilihat melalui pembesaran sekalipun. Tidak seperti kebanyakan varietas
Chalcedony Quartz lainnya yang berharga karena pola warnanya yang banyak,
Chrysoprase lebih diinginkan karena warna hijaunya yang solid dan tajam, yang
mengingatkan kita pada batu Giok berkualitas terbaik.
12. Kristal kuarsa

 Kuarsa kristal umumnya terbentuk pada fase akhir pembentukan larutan asam
(sisa larutan magma) atau bersamaan dengan pengendapan bijih logam
berupa urat-urat (kuarsa geoda).

 Disamping itu juga kuarsa kristal dapat terbentuk pada fase akhir pengendapan
kalsedon berupa kristal sisir atau gigi anjing (dog tooth). Ukuran kuarsa kristal
ini bervariasi dari beberapa milimeter samapai beberapa meter.

 Demikian pula warna kuarsa kristal bermacam-macam mulai dari bening,


kuning, coklat, merah muda, merah hijau, abu-abu hingga kehitam-hitaman.
Kuarsa kristal letrakan terbentuk oleh rombakan kuarsa kristal insitu yang
terangkut oleh air dan terendapkan kembali bersama material lain. Umumnya
endapan kuarsa kristal letakan kurang mempunyai nilai ekonomi karena
umumnya berukuran kecil.

 Kuarsa merupakan mineral yang paling umum yang ada di lapisan terluar kulit
bumi. Secara kimia kuarsa merupakan silika atau silika dioksida SiO2. Dapat
ditemukan dalam berbagai jenis batuan, batuan beku, sedimen maupun
metamorf. Tingkat kekerasan kuarsa yaitu 7 dengan kilap kaca. Ketika Kristal
kuarsa hancur, pecahan dipermukaan terlihat melengkung. Hal ini
mengindikasikan jenis pecahan conchoidal.
 Ketika pengkristalan mineral dengan rongga dalam batuan, kuarsa membentuk
enam sisi prismatic atau hexagonal. Ketika pengkristalan tanpa rongga dalam
batuan, terbentuk kuarsa dengan bentuk lebih kecil dan membulat.

 Kuarsa secara fisik dan kimia memiliki resistansi terhadap proses pelapukan.
Oleh karena keberadaan kuarsa yang melimpah dan perbedaan bentuk kristal,
kuarsa dikenal sebagai mineral ratusan tahun. Nama tersebut tidak diyakini dari
asalnya, dimungkinkan berasal dari bahasa german quarz. Kuarsa yang
ditemukan biasanya tidak selalu 100% kuarsa. Sebagian terisi oleh mineral
pengotor yang menyebabkan adanya keanekaragaman warna. Kuarsa warna
ungu dikenal sebagai amethyst,putih milky quartz, hitam smoky quartz, merah
muda rose quartz, dan kuning atau orange citrine. Kuarsa tersusun oleh silicon
dioxide, atau silica (SiO2).

 Kuarsa ditemukan dibanyak negara dan lingkungan geologi. Penghasil utama


kuarsa adalah Negara USA dan Brazil. Kuarsa murni jarang digunakan dialam,
kecuali sebagai batu permata. Negara penghasil kuarsa lainnya yaitu Canada,
Brazil, German, Madagaskar, China, Afrika selatan dan Venezuela.
 Kuarsa berbentuk Kristal, digunakan sebagai batu permata yang cukup berharga
seperti agate, jasper, onyx, carnelian, chalcedony, dll. Jenis permata kristalin
meliputi amethyst, citrine, rose quartz, smoky quartz, dll. Selain itu digunakan
untuk pembuatan berbagai jenis perhiasan yang dapat dibentuk secara manual
ataupun dengan bantuan mesin.

 Selain untuk perhiasan, kuarsa juga dapat dimanfaatkan untuk pengukur


tekanan, oscillator, resonator dan wave stabilizer. Oleh karena kemampuannya
dalam mempolarisasikan cahaya dan transparan pada sinar ultraviolet, kuarsa
digunakan untuk lampu sinar panas, prisma dan lensa spektrografi. Digunakan
pula untuk pembuatan gelas, cat, refraktor, dan lain-lain.
13. Opal

 Opal terjadi dari larutan silika koloid (agar-agar silika) yang berasal dari bantuan
piroklastik. Larutan agar-agar silika tersebut selanjutnya terendapkan dalam pori,
rongga atau rekahan batuan yang bersifat kedap air.

 Di Indonesia opal baru dijumpai di daerah Rangkas bitung (Jawa Barat).

 Batu Opal secara gemologi lebih digolongkan sebagai mineraloid daripada


mineral, karena bentuk amorf-nya. Nama Opal sendiri berasal dari bahasa
Sansekerta yang artinya “Batu”. Opal digunakan sebagai batu permata nasional
negara Australia, karena fakta bahwa Australia memproduksi sekitar 97% dari
seluruh pasokan Opal di dunia. Opal dibagi menjadi tiga kelompok utama, antara
lain: Precious Opal, Fire Opal, dan Common Opal (Potch). Di Indonesia, batu ini
juga dikenal sebagai batu Kalimaya.
 Batu Opal terkenal karena kemampuannya untuk menguraikan cahaya.
Penyebabnya adalah dari sifat unik Opal itu, yang ditemukan oleh para ilmuwan
Australia pada tahun 1960 setelah dianalisis dengan menggunakan mikroskop
elektron. Ditemukan bahwa bulatan kecil gel silika-lah yang menyebabkan
interferensi, refraksi, dan difraksi cahaya, sehingga Opal memiliki permainan
warna yang unik. Indeks bias dari bidang dan ruang diantara mereka memotong
cahaya yang melalui batu. Ketika cahaya masuk, cahaya tersebut membelok di
sekitar partikel kecil silika terhidrasi. Cahayanya bisa terdiri dari semua warna
dan bisa menghasilkan semua spektrum warna ketika difraksi.
14. Peridotit

 Salah satu jenis batu permata yang yang berkualitas tinggi adalah batu Peridotit.
Batu ini berasal dari jenis Olivine.

 Batu Peridotit merupakan batu permata yang warnanya berasal dari komposisi
kimia dari mineral itu sendiri dan bukan karena unsur atau zat lainnya. Hal inilah
yang menyebabkan batu ini memiliki warna hijau saja, meskipun demikian warna
hijau dari batu ini bisa bervariasi.

 Batu ini termasuk batu permata tertua di Bumi (baca: kerak bumi) dan sudah
ditemukan sejak tahun 1500 sebelum Masehi.

 Pengertian Batu Peridotit


 Dari pengertian yang telah disampaikan di atas kita telah mengenal tentang
batu peridotit, yakni sebuah batu yang berasal dari golongan batu permata.
 Batu peridotit sendiri dikenal sebagai batu permata yang kualitasnya tinggi,
maka dari itulah kita perlu mengetahui apa saja ciri yang melanmbangkan
batu peridotit ini.
 Ciri- ciri yang dimiliki oleh batu peridotit,
1. Memiliki hanya satu warna saja, yakni warna hijau
 Warnaya yang hanya terdiri atas satu warna saja yakni hijau,
 Warna yang dimiliki oleh batu peridotit ini berasal dari komposisi kimia
dari mineral yang dimilikinya, sehingga hanya warna hijau saja yang
terbentuk,
 Warna hijau batu ini bisa berbeda-beda. Kedalaman warna hijau yang
dimiliki oleh batu ini tergantung pada kandungan zat besi yang dimilikinya.
 Warna hijau batu ini bervariasi, mulai dari kuning hijau, kuning langsat
hingga hijau kecoklatan.
 Warna hijau yang paling baik adalah yang memiliki presentase
kandungan besi kurang dari 15%. Sementara batu peridotit yang paling
mahal adalah yang berwarna hijau tua dan intens.
2. Sudah ada sejak tahun 1500 sebelum masehi
 Sudah ditemukannya sejak tahun 1500 sebelum Masehi.
 Hal inilah yang mendasari pernyataan bahwa batu peridotit merupakan
salah satu batu permata tertua di bumi.
3. Memiliki tingkat transparasi yag sangat baik
 Transparasi (bening) yang dimiliki oleh batu ini sangat baik sehingga
sangat bening,
 Ketika sudah melalui proses pemotongan dan pemolesan, kemilau yang
dimiliki batu ini sangatlah menarik sehingga tampak seperti minyak atau
kaca.
4. Tersusun atas dua mineral
 Batu peridot merupakan batu permata dari jenis Olivine.
 Olivine sendiri vukan tergolong mineral, namun komposisinya terdiri atas
dua mineral, yaitu Fayalite dan Forsterite.
 Fayalite sendiri merupakan Olivine yang kaya akan kandungan besi,
sementara Forsterite kaya akan kandungan magnesium.
 Pembentukan Baru Peridotit
 Semua jenis batuan di bumi ini pastilah terbentuk melalui beberapa proses
tertentu. hal ini juga terjadi pada batu peridotit.
 Umumnya batu permata terbentuk di dalam kerak bumi, namun batu Peridotit
ini terbentuk di wilayah yang jauh lebih dalam yakni mantel bumi.
 Kristal batu peridotit terbentuk di magma yang berada di mantel bumi atas
kemudian dibawa ke permukaan oleh aktivitas tektonik atau vulkanik yang
kemudian ditemukan dalam bentuk batuan beku ekstrusif.

 Manfaat Batu Peridotit


 Sebagai lahan bisnis yang menjanjikan. Batu peridotit memiliki bentuk fisik
yang sangat indah sehingga pemanfaatannya pun juga di bidang keindahan.
Batu peridotit banyak dimanfaatkan sebagai perhiasan. Karena warnanya
yang hijau transparan, maka batu ini sangat cocok sekali sebagai perhiasan.
 Untuk dioleh menjadi perhiasan, batu peridotit ini sangat cocok sekali, karena
memiliki tingkat kekerasan dan daya tahan yang baik sehingga berbagai
model perhiasan pun sangat cocok bila memanfaatkan batu ini. warna hijau
dan transparasi yang dimilikinya membuat batu ini sangat diminati oleh
orang- orang dikalangan desainer maupun para pecita perhiasan. Hal ini
didukung pula dengan harganya yang lumayan terjangkau.
15. Safir

 Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa ruby dan safir merupakan permata
yang berasal dari mineral korundum.

 Kedua permata ini memiliki komposisi kimia yang sama dan struktur mineral
yang sama.

 Sejumlah jejak unsur "pengotor" menentukan apakah permata korundum akan


menjadi ruby merah atau safir biru yang indah. Hal ini cukup mengejutkan karena
unsur "pengotor" dapat menghasilkan kenampakan yang indah seperti itu.

 Safir umum pula disebut sebagai batu biru, merupakan batu mulia yang
dihasilkan mineral korundum, sebuah alumunium oksida, sebagaimana rubi,
mineral lainnya dalam jumlah sedikit, seperti besi, titanium, kromium dan
tembaga dapat menyebabkan korundum berwarna biru, kuning, oranye, hijau
dan ungu. Untuk warna merah mengakibatkan terbentuknya rubi.
 Ciri-ciri Batu Safir
 Bentuk, Kristal, tergantung pemolesan.
 Warna, Semua warna kecuali merah.
 Kandungan, Korundum dengan komposisi kimia Al2O3.
 Indeks Bias, 1,762 – 1,770.
 Pembiasan Ganda, 0,008 – 0,010.
 Berat Jenis, 4,00.
 Kekerasan, 9.
16. Topaz

 Topaz adalah batu mulia yang terbentuk dari silikat mineral alumunium dan
fluorine.
 Topaz alami sebenarnya tidak berwarna dan jernih, namun umumnya selalu
ternoda oleh beragam zat saat pembentukannya. Sehingga di alam ditemukan
Topaz dalam warna yang beragam.
 Topaz termasuk dalam batuan pegmatit, yang juga memproduksi Chrysoberil.
Batu mulia ini ditemukan pertama kali di Portugis tahun 1768, yang ditemukan
adalah jenis Imperial Topaz.
 Ciri-ciri
 Bentuk, Kristal, tergantung pemolesan.
 Warna, Kuning, oranye, cokelat, merah muda sampai merah sampai
ungu merah, biru, hijau muda, dan tidak berwarna.
 Kandungan, Topaz dengan komposisi kimia Al2(F,OH)2SiO4.
 Indeks Bias, 1,619 – 1,627.
 Pembiasan Ganda, 0,008 – 0,010.
 Berat Jenis, 3,53.
 Kekerasan, 8.
 Penilaian Topaz
 Color (Warna), Topaz paling berharga adalah yang berwarna oranye merah
sampai merah. Topaz berwarna biru banyak tersedia di pasaran batu mulia.
 Clarity (Kejelasan), Topaz dipergunakan dalam keadaan bersih tanpa adanya
inklusi.
 Cut (Pemotongan), Umumnya Kristal Topaz kolumnar, sehingga pemotongan
dengan bentuk oval atau pir dapat meningkatkan nilainya.
 Carat Weight (Karat), Topaz biasanya berupa kristal besar, maka dapat
membentuk permata yang berkarat tinggi pula.

 Jenis-jenis Topaz
 Topaz Oranye, Topaz ini dikenal sangat berharga sebab kelangkaannya.
 Topaz Imperial, Berwarna kuning, merah muda (jarang ada yang alami),
atau merah muda-oranye. Topaz Brazil umumnya berwarna kuning cerah
sampai cokelat keemasan kuat, bahkan terkadang violet. Untuk mengubah
warna Topaz cokelat, maka dilakukan treatment lanjutan agar menjadi batu
Topaz lebih terang. Dalam jangka waktu lama, Topaz Imperial yang terpapar
sinar matahari akan memudar warnanya.
 Topaz Biru, Merupakan batu permata negara bagian Texas Amerika Serikat,
namun dihasilkan pula di Negara lain seperti Sri Lanka. Batu ini sangat jarang
terjadi secara alami. Banyaknya Topaz biru, sebab Topaz berwarna terang
dilakukan treatment dengan penyinaran dan iradiasi untuk menghasilkan
warna biru gelap.
 Topaz Mistik, Topaz tanpa warna yang kemudian dilapisi secara buatan
untuk memberikan efek pelangi sesuai keinginan.

 Batu ini merupakan batuan yang terdiri dari campuran alumunium oxide dan
kiezelzuur. Tingkat kekerasan batu topas ini mencapai angka 8 skala mohs.
Angka ini berada di bawah batu mineral korundum. Meskipun demikian, angka 8
skala mohs tentu sudah lebih dari cukup untuk membuat batu topas menjadi
pemanis perhiasan anda.
PENGELOLAAN
BAHAN GALIAN INDUSTRI
Penambangan Bahan Galian Industri

 Menurut data ikhtisar statistik perusahaan penambangan bahan galian industri


atau mineral industri dan batu (PPTM, September 1989), diseluruh wilayah
Indonesia terdapat 80,617 perusahaan pertambangan yang mengekploitasi
bahan galian golongan ini, akan tetapi hanya 2,670 perusahaan atau 3,3 %
yang memiliki izin (IUP). Jenis bahan galian yang diusahakan meliputi batuan
andesite, pasir, tahah liat, sirtu, batu gamping, batu cadas, marmer, belerang,
gipsum, pasir silika, kaolin, granit, yodium, dolomit, bentonit, dan zeolit.

 Peran bahan galian industri (BGI) dalam kaitannya dengan perekonomian


negara di Indonesia disadari cukup besar, terutama disebabkan oleh
besarnya pembangunan fisik berupa prasarana bangunan di perkotaan,
sarana jalan raya, rel kereta api, serta adanya subsitusi beberapa komoditi BGI
ekspor.

 Hal ini berarti kebutuhan akan bahan galian industri terutama bahan bangunan
adalah cukup besar, dan diperkirakan akan berlangsung terus seiring dengan
kelangsungan pelaksanaan pembangunan fisik di Indonesia bagian Barat yang
masih berlangsung sampai saat ini, kemudian rencana pengembangan
pembangunan di wilayah Indonesia bagian Timur sudah tentu akan
membutuhkan BGI khususnya bahan bangunan yang sangat besar.
 Untuk memenuhi kebutuhan BGI khususnya bahan bangunan tersebut, maka itu
berarti tentu semakin banyak pertambangan BGI yang akan dibuka, yang
umumnya akan tersebar mengikuti pusat-pusat pertumbuhan industri dan
perkembangan perkotaan.

 Ciri khas pertambangan BGI adalah dapat diusahakan oleh tingkat teknologi
dan manajemen yang sangat bervariasi, dari rendah sampai tinggi dan
modern. Namun di Indonesia, kebanyakan pertambangan BGI diusahakan oleh
kelompok pengusaha mikro kecil dan lemah dalam modal, teknologi maupun
manajemen.

 Cerahnya prospek tambang-tambang BGI di Indonesia sudah tentu akan


memberikan banyak dampak positif dan negatip.

 Dampak Positip, antara lain,


 Menyediakan bahan baku untuk industri dalam negeri,
 Penggantian beberapa BGI impor dan
 Membuka kesempatan kerja yang banyak.

 Dampak Negatip tentunya tidak dapat dihindari berupa berbagai permasalahan


yang timbul.
Sistem Penambangan

 Istilah umum Tambang Terbuka pada penambangan bahan galian industri adalah
Quarry. Sedangkan untuk sistem Penambangan Bawah Tanah dikenal dengan
istilah Lubang Tikus (Ghopering).

 Secara garis besar, Quarry dapat menghasilkan material atau hasil tambang
dalam bentuk dua jenis, yaitu,
1. Dimention stone,
 Contoh Penambangan batu Marmer, Granit dan Batu Hias, dimana
dipergunakan gergaji atau dengan peledakan khusus, sehingga
dihasilkan bongkah-bongkah yang baik dan teratur. Produksinya sangat
selektif dengan jumlah yang terbatas.
 Pada metode penambangan ini memiliki permukaan jenjang (bench face)
adalah hampir vertical dan overall pit slope nya curam,
 Untuk hal seperti ini jenis batuannya harus mempunyai relative high
cohesive strength dan saling terikat kuat pada setiap fracture atau joint
plane.
2. Broken stone (chemical stone atau agregat) atau Loose material,
 Broken stone adalah cara penambangan guna menghasilkan batu pecah
dan pada umunya dilakukan dengan cara peledakan berjenjang dan
besar fragmentasinya disesuaikan menurut kebutuhan pasar.
 Pada metoda penambangan ini, kemiringan jenjang (face bench)
tergantung pada sifat fisik dari material yang di tambang (tidak vertical).
 Sistem penambangan Ghopering, atau disebut juga sistem lubang tikus atau
lubang marmot,
Adalah, Sistem penambangan bawah tanah, yang biasa dipakai untuk
endapan bahan galian industri atau urat bijih dengan bentuk dan
ukuran yang tidak teratur, serta tersebar tidak merata.
Arah penambangan biasanya mengikuti arah bentuk endapan atau
urat bijih, sedangkan ukuran lubang bukaannya disesuaikan dengan
ukuran endapan bahan galian atau urat bijih yang ditambang,
Contoh,
 Tambang Phospat di daerah Ciamis (Jawa Barat),
 Tambang Gipsum di daerah Ponorogo (Jawa Timur), dan
 Tambang Pasir di Cililin (Kecamatan Serang), Bekasi.
 Tambang Andesit,
 Tambang Batu kapur

 Di Indonesia bahan galian industri tersebar luas dan penambangannyapun


relatif mudah dilakukan. Oleh karena itu usaha penambangan bahan galian
industri selain dilakukan oleh pengusaha besar, juga banyak dilakukan oleh
pengusaha dengan modal terbatas. Perbedaan kemampuan para pengusaha
menyebabkan mutu produk yang dihasilkan atau diperdangangkannya akan
bervariasi.
Permasalahan dalam Penambangan Bahan Galian Industri

 Kebanyakan penambangan BGI di Indonesia dikerjakan oleh kelompok yang


berlatar belakang penguasaan teknologi dan modal yang lemah, sehingga
pelaksanaan penambangan diusahakan secara kecil-kecilan namun tersebar
tidak teratur pada areal yang luas. Hanya sebagian kecil penambangan BGI
diusahakan oleh pengusaha kuat.

 Dengan demikian, permasalahan yang timbul dalam kaitannya dengan


penambangan BGI lebih banyak diakibatkan oleh penambangan yang kecil-kecil
di daerah-daerah.

 Secara umum Permasalahan penting yang berkaitan dengan aspek


penambangan BGI di Indonesia, menurut pengamatan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok,
1. Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan BGI,
2. Tingkat Efisiensi dan Produktivitas Penambangan Pada Kebanyakan
Tambang BGI di Indonesia Umumnya Masih Rendah.
3. Aspek pengelolaan
1. Kerusakan Lingkungan,
Dampak negatif dari kegiatan penambangan BGI di Indonesia umumnya adalah
berupa kerusakan fisik, seperti,
 Meninggalkan bentuk lubang-lubang bekas galian yang tidak teratur, dan
dapat menjadi tempat genangan air dan sarang nyamuk,
 Membentuk lereng-lereng galian yang terjal sehingga membahayakan karena
kemungkinan adanya longsoran,
 Merusak keindangan pemandangan karena sistem penambangan kurang
teratur (tidak direncanakan dengan baik).
 Udara tercemar debu akibat penambangan/pengolahan BGI,
 Air sungai/kali tercemar akibat limbang pengolahan BGI,
 Lahan bekas penambangan menjadi kurang produktif.
Untuk dapat memikirkan dan mencari alternatif pemecahan permasalahan
lingkungan akibat penambangan BGI, sebaiknya terlebih dahulu perlu dikaji atau
diteliti penyebab utama kerusakan lingkungan akibat penambangan BGI di
Indonesia.
Menurut pengamatan, ada empat faktor yang merupakan penyebab utama
tersebut, yaitu,
a. Rendahnya kesadaran dan itikad baik sebagian pengusaha tambang BGI
Indonesia untuk menjaga keserasian dan kelestarian daya dukung
lingkungan.
b. Kebanyakan pengusaha tambang BGI adalah pengusaha kecil, yang
umumnya lemah dalam modal, teknologi, manajemen dan kesadaran
pentingnya lingkungan hidup.
c. Wilayah eksploitasi para penambang BGI kebanyakan tidak luas, pada
umumnya lebih kecil dari 5 ha, karena berbagai alasan, diantaranya,
 Usaha untuk mengurangi beban pajak/restribusi,
 Usaha untuk menghindari keharusan membuat amdal,
 Keterbatasan kondisi perusahaan dalam modal, teknologi dan
manajemen penambangan,
 Adanya SK. Mendagri No. 32 tahun 1991 tentang Wewenang Pemberian
SIPD di bawah 5 hektar dilimpahkan kepada Bupati/Kepala Daerah
Tingkat II khususnya untuk bahan galian tanah/urugan, pasir, kerikil,
sehingga SIPD dengan luas kecil-kecil tambah mendapat angin.
d. Tidak tersedia dana khusus yang dapat digunakan untuk mengendalikan
dan menanggulangi masalah-masalah lingkungan pertambangan BGI di
daerah-daerah, yang kebanyakan diusahakan oleh penambang-penambang
kecil yang tidak mampu melaksanakan reklamasi sendiri.

Sebagai akibat keempat faktor tersebut di atas maka dapat di pahami kenapa
bekas-bekas daerah galian umumnya meninggalkan bentuk yang acak-acakan
dan tersebar luas.
2. Tingkat Efisiensi & Produktivitas Penambangan pada kebanyakan
tambang BGI di Indonesia umumnya masih rendah.
 Kebanyakan pengusaha tambang BGI adalah pengusaha kecil dari golongan
ekonomi lemah, disamping itu tingkat kemampuan teknologi dan
manajemen tentang pertambangan umumnya juga rendah. Kondisi inilah
yang merupakan penyebab utama rendahnya efisiensi dan produktivitas
penambangan khususnya pada kuari yang kecil-kecil.
 Rendahnya efisiensi dan produktivitas penmbangan mengakibatkan, yaitu,
 Unit ongkos penambangan menjadi tinggi,
 Semangat untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas umumnya
kurang kuat akibat dari kekurangtahuan,
 Umumnya mereka sudah cukup puas bila kegiatan produksi berjalan
normal dan dari hasil penjualan sudah memperoleh keuntungan.
 Rendahnya wawasan tentang teknologi dan manajemen pertambangan.
3. Aspek Pengelolaan
Dari aspek pengelolaan dapat diamati adanya beberapa masalah yang sering
timbul di lapangan, yang kadang-kadang dapat menghambat kelancaran
kegiatan pertambangan BGI di Indonesia, diantaranya,
 Masalah perizinan IUP & Penggunaan Bahan Peledak,
Dirasakan oleh kalangan pengusaha tambang BGI masih sebagai hambatan,
terlalu banyak prosedur, dan terlalu banyak instansi yang ikut menangani
dengan persepsinya masing-masing.
 Pembinaan serta pengawasan.
Hampir seluruhnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah, namun ada
kesan kurang dipersiapkan.
Banyak Pemerintah Daerah belum siap menerima pelimpahan wewenang
pengurusan pertambangan BGI ini, karena tidak tersedianya tenaga yang
memadai terutama untuk unsur pimpinan yang idealnya mempunyai latar
belakang pendidikan pengetahuan tentang pertambangan.
 Tumpang tindih lahan,
Cara Pemecahan Masalah

1. Kerusakan Lingkungan,
Untuk menanggulangi kemungkinan kerusakan lingkungan akibat kegiatan
penambangan, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu,
a. Menerapkan prinsip sistem perencanaan terpadu, yaitu setiap daerah
kawasan penambangan harus merupakan bagian dari rencana pola tata
ruang daerah yang sudah ditetapkan, termasuk dalam menentukan arah
peruntukan pasca penambangan.
b. Menghindari pemberian IUP dengan luas yang kecil-kecil, agar lebih
memudahkan dalam pengendalian sejak tahap perencanaan sampai
pelaksanaan penambangannya.
c. Pembebanan biaya pengendalian lingkungan untuk setiap satuan produksi
yang dijual oleh para pengusaha tambang. Untuk menanggulangi kerusakan
lingkungan yang sudah terjadi khususnya pada daerah bekas penambangan
yang diusahakan oleh penambang-penambang kecil, yang tentunya terlalu
berat bila dibebankan kepada mereka secara keseluruhan.
2. Tingkat Efisiensi dan Produktivitas Penambangan yang Rendah,
 Masalah rendahnya efisiensi dan produktivitas penambangan umumnya
kurang disadari oleh para pengusaha.
Pada penambangan BGI yang kecil-kecil, umumnya mereka sudah cukup
puas, dan tidak mempermasalahkan lagi tentang efisiensi dan produktivitas,
apabila kegiatan produktivitasnya sudah berjalan normal dan memperoleh
keuntungan.
 Masalah efisiensi yang rendah merupakan suatu kerugian bagi semua
pihak, karena Prinsip Konservasi dan pengendalian dampak lingkungan akan
terabaikan.
 Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas penambangan adalah dengan melaksanakan Technical Audit.
Technical Audit,
adalah salah suatu konsep pemantauan teknologi yang pada prinsipnya,
merupakan suatu sistem jasa teknik yang diterapkan pada operasi
pertambangan yang sedang berjalan, melalui kegiatan pengamatan,
pengecekan, pengukuran, penelitian/pengkajian teknik agar dapat dicari
pemecahan permasalahan teknik dan saran tindak lanjut dalam rangka usaha
untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
3. Aspek pengelolaan.
 Perizinan penggunaan bahan peledak harus disederhanakan dan dipercepat
termasuk pengawasannya.
Semua instansi yang selama ini ikut menangani dan hendaknya mempunyai
persepsi yang sama, yaitu bertujuan untuk memperlancar pembangunan
industri pertambangan khususnya pertambangan BGI dalam kaitannya
dengan pemakaian bahan peledak, dan dengan tetap mengupayakan sistem
yang efektif untuk menghindari penyalah gunaan bahan peledak tersebut.
 Pemerintah daerah harus memiliki tenaga-tenaga yang profesional di
bidangnya.
Produksi Bahan Galian Industri

 Produksi BGI dalam beberapa tahun terakhir ini memperlihatkan kemampuan


bahkan kecenderungan yang menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari,
 Meningkatnya jenis dan jumlah volume, serta nilai produksi dari bahan
galian yang ditambang.
 Meningkatnya permintaan akan bahan galian industri, baik disebabkan oleh
meningkatnya pemakaian di dalam negeri maupun untuk keperluan ekspor.
 Meningkatnya jumlah perusahaan swasta nasional pemegang SIPD dari
daerah untuk bahan galian industri, dan perkembangannya yang pesat dalam
sektor industri di dalam negeri khususnya industri seperti, keramik/porselin,
kaca, lembaran/botol, pupuk, bahan kimia, semen, kertas dan lain
sebagainya.
 Membaiknya masa depan pertambangan bahan galian industri di Indonesia tidak
saja disebabkan oleh,
 Meningkatnya permintaan sebagai dampak positif program industrialisasi
yang sedang dan akan terus digalakkan pemerintah,
 Berkembangnya teknologi pemanfaatan banyak jenis bahan galian industri
dalam pembuatan material-material baru ataupun lapangan penggunaan baru
yang sebelumnya tidak dikenal.
PENGOLAHAN & PEMANFATAN BAHAN GALIAN INDUSTRI

Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing)


Adalah, Pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga
dan gangue-nya (tidak berharga) yang dilakukan secara mekanis,
menghasilkan produk yang kaya mineral berharga (konsentrat) dan yang
kadarnya rendah (tailing).
 Proses pemisahan ini didasarkan pada sifat fisik mineral maupun sifat kimia
fisika permukaan mineral dan diupayakan menguntungkan berdasarkan kondisi
ekonomi dan teknologi saat ini.
 Konsumsi Bahan Galian Industri (BGI) baik sebagai bahan baku maupun produk
jadi yang diserap oleh sektor industri dan masyarakat, sampai saat ini sebagian
besar masih dipenuhi melalui Impor.
 Dalam kaitan ini strategi pemanfaatan BGI di Indonesia di masa mendatang
diubah yang semula diproduksi dalam bentuk bahan mentah yang bernilai
rendah menjadi bahan olahan atau produk yang berkualitas tinggi, sehingga
mendatangkan beberapa keuntungan, antara lain,
 Akan lebih memaksimalkan nilai BGI,
 Mensubsitusikan produk impor,
 Meningkatkan konversi,
 Menciptakan lapangan kerja dan tenaga kerja serta,
 Menambah pendapatan dalam negeri melalui pajak pertambahan nilai dan
sebagainya.
 Dengan melakukan Pengolahan Bahan Galian ini didapat beberapa keuntungan,
antara lain,
 Secara Ekonomis
 Mengurangi ongkos transport dari lokasi penambangan ke pabrik
peleburan, karena sebagian dari waste telah terbuang selama proses ore
dressing, dan juga kadar bijih telah ditingkatkan.
 Mengurangi jumlah flux yang ditambahkan dalam peleburan, serta
mengurangi metal yang hilang bersama slag.
 Mereduksi ongkos keseluruhan dalam peleburan, karena jumlah
tonase yang dileburkan lebih sedikit.
 Bila dilakukan pengolahan akan menghasilkan konsentrat yang
mempunyai kadar mineral berharga relatif tinggi, sehingga lebih
memudahkan untuk diambil metalnya.
 Bila konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga, maka
ada kemungkinan dapat diambil logam yang lain sebagai hasil
sampingan.
 SecaraTeknis
 Pengolahan Bahan Galian akan menghasilkan konsentrat yang
mempunyai kadar mineral berharga relatif tinggi, sehingga lebih
memudahkan untuk mengambil metalnya.
 Ada kemungkinan konsentratnya mengandung lebih dari satu
mineral berharga, maka ada kemungkinan dapat diambil logam yang
lain sebagai hasil sampingan.
Tahapan-tahapan Operasi Pengolahan

 Di dalam operasi Pengolahan Bahan Galian ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan, yaitu,
1. Preparasi,
2. Konsentrasi,
3. Dewatering, dan
4. Operasi Tambahan lain yang diperlukan.
PREPARASI
Preparasi merupakan proses persiapan sebelum dilakukan proses konsentrasi,
dalam preparasi ini ada beberapa tahap, yaitu,
 Komunusi,
Adalah, Mereduksi ukuran butir sehingga menjadi lebih kecil dari ukuran
semula.
 Proses ini dapat dilakukan dengan alat Crushing atau Grinding. Grinding
digunakan untuk proses basah dan kering, sedangkan crushing digunakan
untuk proses kering saja.
 Komunusi dimaksudkan juga untuk meliberasikan bijih, yaitu proses melepas
mineral tersebut dari ikatan yang merupakan gangue mineral. Untuk
melakukan hal ini digunakan alat crusher dan grinding mill.
Studi Bahan Baku

Proses Pengolahan Bahan Galian merupaka jembatan antara penambangan dengan


eksstaksi logam (metallurgi ekstraksi). Karena Pengolahan Bahan Galian
mendasarkan atas sifat fisik mineral, maka informasi mengenai mineral yang
terkandung dalam bahan galian sangan diperlukan, misalnya :
 Macam dan komposisi mineral dalam bahan galian
 Kadar masing-masing mineral
 Besar kecilnya ukuran (distribusi ukuran)
 Derajat liberasi (kebebasan) dari mineral
Derajat Liberasi adalah perbandingan antara mineral yang terliberasi sempurana
dengan jumlah mineral yang sama keseluruhan.
 Sifat fisik mineral,
 Sifat fisik mineral, antara lain,
 Hardness (kekerasan), Structure dan Fracture
Sifat ini diperlukan dalam menentukan alat penghancur
 Ikatan mineral dan besar kecilnya Kristal
Berkaitan dengan derajat liberasi. Semakin tinggi derajat liberasi akan
semakin sempurna proses pengolahan
 Warna dan Kilap
Berkaitan dengan proses pengolahan secara hand sortng/hand picking, yaitu
pemisahan yang dilakukan secara manual (tangan biasa)
 Spesific Grafity (SG)
Berkaitan dengan pengolahan konsentrasi gravitasi
 Magnetic Suceptibility (sifat kemagnetan)
Berkaitan dengan pengolahan Magnetic Separator
 Electro Conductivity (daya hantar listrik)
Berkaitan dengan pengolahan Electristatic Separation atau High Tension
Separation
 Sifat permukaan (senang tidaknya terhadap udara)
Berkaitan dengan pengolahan Flotasi
 Sizing,
 Adalah, Pengelompokan mineral, dalam pengelompokan mineral ini dapat
dilakukan dengan cara screening dan classifying.
 Screening,
Adalah, Pemisahan besar butir mineral berdasarkan lubang ayakan,
sehingga hasilnya seragam.
Alat untuk melakukan Screening disebut Screen.
 Classifying,
Adalah, Pemisahan butir mineral yang mendasarkan atas kecepatan jatuh
material dalam suatu media (air, udara), sehingga hasilnya tidak
seragam.
Alat untuk melakukan Classifying disebut Classifier.
KONSENTRASI
Konsentrasi merupakan suatu proses pemisahan antara mineral yang berharga
dengan mineral yang tak berharga, sehingga didapat kadar yang lebih tinggi dan
menguntungkan.
Pemisahan ini ada beberapa cara yang mendasarkan atas sifat fisik mineral,
diantaranya adalah,
 Hand Picking (Warna),
Adalah, Proses konsentrasi yang dilakukan dengan tangan biasa (hand
picking) berdasarkan kilap dan bentuk kristal.
 Gravity Concentration (Specific gravity),
Adalah, Proses konsentrasi berdasarkan berat jenisnya. Dalam hal ini, ada
tiga macam yakni, Flowing film concentration, Jigging, Heavy
Media Separation dan Heavy Liquid Separation.
 Magnetic Separator (Magnetic susceptibility),
Adalah, Proses konsentrasi yang dilakukan berdasarkan sifat magnit,
dimana setiap mineral akan mempunyai sifat kemagnetan yang
berbeda yakni ada yang kuat, lemah, dan bahkan ada yang tidak
sama sekali tertarik oleh magnet. Berdasarkan sifat kemagnetan
yang berbeda-beda itulah mineral dapat dipisahkan dengan alat
yang disebut magnetic-separator.
 High Tension Separator (Conductivity),
Adalah, Proses konsentrasi yang didasarkan atas sifat listrik, dimana
mineral itu ada yang bersifat konduktor dan non konduktor. Untuk
memisahkan jenis ini diperlukan alat yang disebut High Tension
Separator, dan hasil yang didapat adalah mineral konduktor dan
non konduktor.
 Flotasi (Sifat permukaan mineral),
Adalah, Permukaan mineral itu ada yang bersifat senang dan tidak senang
terhadap gelembung udara. Mineral yang senang terhadap udara
akan menempel pada gelembung udara. Untuk mengubah agar
mineral yang senang terhadap air menjadi senang terhadap udara
digunakan suatu reagen kimia, dimana reagen ini hanya
menyelimuti permukaan mineral itu saja (tidak bereaksi dengan
mineral). Dengan memberi gelembung udara maka mineral akan
terpisah. Sehingga antara mineral yang dikehendaki dengan yang
tidak dikehendaki dapat dipisahkan.
DEWATERING
Dewatering merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan. Proses ini
tidak dapat dilakukan sekaligus, tetapi harus secara bertahap, yaitu dengan jalan,
 Thickening,
Adalah, Proses pemisahan antara padatan dengan cairan yang
mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel atau mineral
tersebut dalam suatu pulp sehingga solid factor yang dicapai sama
dengan satu (% solid = 100%).
 Filtrasi,
Adalah, proses pemisahan antara padatan dengan cairan jalan menyaring
(dengan filter) sehingga didapat solid factor sama dengan empat
(% solid = 100%).
 Drying,
Adalah, Proses penghilangan air dari padatan dengan jalan pemanasan,
sehingga padatan itu betul – betul bebas dari cairan atau kering (%
solid = 100%).
OPERASI TAMBAHAN
Operasi tambahan ini juga sangat besar artinya dalam proses pengolahan atau
operasi yang sedang dijalankan, yang meliputi,
 Feeding,
Adalah, Proses memasukkan feed ke dalam unit konsentrasi secara tetap
dan lancar baik beratnya feed maupun volumenya.
 Sampling,
Adalah, Proses pengambilan contoh yang sesedikit mungkin tetapi bisa
mewakili bijih seluruhnya.
Setiap proses konsentrasi selalu dilakukan sampling, ini dengan
tujuan untuk mengontrol apakah operasi yang sedang berjalan ini
sesuai dengan keinginan atau tidak.
Dalam sampling ini hasilnya akan lebih baik jika pengambilan
sample dilakukan berkali-kali dalam jumlah yang sedikit dari pada
sekali tetapi jumlah yang banyak.
Tujuan & Sistem Pengolaham

 Perkembangan pertambangan Bahan Galian Industri (BGI) di Indonesia relatif


lambat, meskipun permintaan pasar saat ini baik kapasitas maupun jenisnya
untuk BGI tersebut di dalam negeri cukup besar, keadaan ini disebabkan oleh,
 Produksi BGI di dalam negeri yang belum dapat memenuhi persyaratan
akan kualitas, kuantitas dan kesinambungan pemasokan yang dibutuhkan
oleh industri pemakai.
 Pada umumnya pengusaha BGI di dalam negeri masih menggunakan
teknologi yang sederhana (tradisional) dan menghasilkan produk tambang
yang belum diproses lebih lanjut sehingga tidak dapat secara langsung
digunakan oleh industri (mata rantai nilai tambahnya rendah).
 Tingginya biaya investasi penguasaan teknologi pengolahan untuk
menghasilkan berbagai produk BGI yang siap pakai untuk keperluan industri.
 Pengolahan bahan galian industri bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
berbagai nilai, seperti tingkat konsentrat, kadar suatu unsur kimia, mutu fisik,
mutu bentuk dan penampilan.
 Pengolahan bahan galian industri bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
berbagai nilai, seperti tingkat konsentrat, kadar suatu unsur kimia, mutu fisik,
mutu bentuk dan penampilan.
 Sistem-sistem pengolahan bahan galian industri tergantung pada tujuan yang
diinginkan, seperti pada tabel,

TUJUAN PENGOLAHAN SISTEM CONTOH


Barit
Pemurnian dengan Konsentrasi Alat Konsentrasi
Intan
Alat Konsentrasi dan Proses
Peningkatan Kadar suatu Unsur Belerang
Kimia
Pembakaran/Tungku Batu Kapur
Peningkatan sifat Kimia
Pengaktipan/Kimia Zeolit
Peningkatan sifat Fisik Alat Konsentrasi Kaolin
Peningkatan bentuk dan Marmer
Pemolesan dan Pembentukan
Penampilan Batu Permata
1. Pemurnian dengan Proses Konsentrasi,
 Intan alluvial yang diusahakan secara tradisional di Kalimantan Selatan
menggunakan proses kosentrasi seperti meja goyang dan jig,
 Felsfar, pengolahannya mempergunakan proses konsentrasi,
 Barit kualitas lumpur bor dalam jumlah berarti telah dihasilkan oleh PT. Prima
Lirang di Pulau Wetar,
 Fosfat hanya dicuci dengan air untuk membuang kotoran,
2. Peningkatan Kadar sesuatu Unsur,
 Belerang, pengolahannya dilakukan dengan proses penyulingan (frazer)
dalam usaha mendapatkan belerang dalam mutu tinggi.
 Fosfat di dalam negeri diproduksi kecil-kecilan dari tipe gua selalu kalah
bersaing dengan fosfat impor.
3. Peningkatan Sifat Kimia,
 Batu Gamping, dilakukan pembakaran untuk mendapatkan kapur (kalsium
oksida) yang sifat kimianya baik untuk berbagai tujuan,
 Zeolit yang sedang dikembangkan di Jawa Barat.
UMPAN ZEOLIT MINIMUM 30% KLINOPTILOLIT

PEREMUK/DENGAN

Penggilingan
± 3 cm

PENGGILINGAN

PENGGAYAK GETAR Filter Bag

FRAKSI-FRAKSI UKURAN ZEOLIT


-5+10, -10+28, -8+40, -48+60 dan -60 MESH

PENGAKTIFAN

PEMANASAN/OVEN PEREAKSI KIMIA

PENGANTONGAN DAN PEMANFAATAN

PERIKANAN PENGOLAHAN AIR PERTANIAN PETERNAKAN


4. Peningkatan Sifat Fisika
 Pengolahan kaolin untuk meningkatkan kehalusan dan keputihan dengan
pencampuran (blending) untuk mendapatkan jenis kaolin dengan mutu prima.
 Perusahaan Kaolindo Belitung, telah diusahakan pengolahan kaolin, untuk
meningkatkan kehalusan, dan keputihan dengan pencampuran (blending)
untuk mencapai kualitas kaolin pelapis premium.
 Flowsheet dapat dilihat pada gambar. Kaolin penggunaannya cukup banyak,
dan kaolin kualitas pelapis selain untuk pemakaian di dalam negeri juga untuk
ekspor.
5. Peningkatan Bentuk Dan Permukaan
 Cara ini diterapkan khususnya untuk bahan bangunan dan batu hias.
Pengolahan dapat dilakukan dengan pemotongan penggosokan (polishing).
 Untuk bahan bangunan di Indonesia, belakangan ini berkembang pesat
usaha pengolahan marmer, granit dan sebagainya,
 Untuk batu perhiasan, masih kecil (dibandingkan Thailand). Usaha
penggosokan dan perkaitan batu perhiasan terdapat di daerah
Martapura/Banjarmasin, dan secara kecil-kecilan juga disekitar Jakarta.
AIR KAOLIN DARI TAMBANG

SLURRY

PENGAYAKAN Kotoran

PEMISAHAN PASIR KASAR


Pasir Kasar
(Cyclone, Classiflier, Sluice Box)

PEMISAHAN PASIR Pasir Halus

-400 Mesh +400 Mesh


PENGAYAKAN (400 Mesh)

THICKENER FLOTASI KOTORAN

FILTER THICKENER

PEMUTIHAN (BLEACHING)

PENGERINGAN

TEPUNG KAOLIN
MURNI
Teknik Pemanfaatan BGI

 Bahan Galian Industri merupakan bahan galian tambang bukan logam yang
tanpa atau dengan sedikit pengolahan dapat langsung dipasarkan sebagai
bahan baku industri (lihat gambar pada jalur pemanfaatan BGI)
 Apakah suatu BGI memerlukan proses pengolahan atau tidak sangat ditentukan
oleh kualitas bahan baku dari tambang dan persyaratan kualitas yang diminta
pemakai (industri hilir).
 Hanya sedikit BGI yang dapat langsung dipasarkan tanpa proses pengolahan
(seperti, pasir bangunan, pasir kuarsa, tanah liat).
 Pada umumnya BGI tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum
dipasarkan walaupun hanya sedikit. Proses pengolahan yang relatif sangat
sederhana mencakup salah satu atau kombinasi dari proses-proses
sebagai berikut,
 Penggerusan,
 Pencucian,
 Pengayakan,
 Pengeringan,
 Pembakaran, dan sebagainya.
Pola Jalur Pemanfaatan BGI

Pertambangan Bahan
Galian Industri

Tanpa Diproses Diproses Sederhana Diproses Intensif

Industri Pemakai
 Tujuan Pengolahan BGI
 Pemurnian yaitu membersihkan/membuang mineral-mineral pengontrol dari
mineral yang diinginkan, menggunakan alat-alat konsentasi seperti shaking
table, jig, cyclone, sluice box, magnetic separator dan flotasi.
 Peningkatan sifat kimia, dapat dilakukan dengan pembakaran dengan tungku
atau pengaktifan secara kimia
 Peningkatan sifat fisik, misalnya ukutran butir, viskositas, dan derajat
keputihan
 Peningkatan bentuk dan penampilan, misalnya pembentukan dan pemolesan
marmer dan batu permata atau dimension stone.
 Suatu jenis komoditi BGI apakah dapat langsung dipasarkan, perlu diproses
sederhana atau lebih intensif tergantung dari kegunaan dan persyaratan yang
diminta konsumen. Sebagai contoh,
 Pasir kuarsa,
 Untuk keperluan industri semen, bangunan dan pengecoran logam
umumnya tidak memerlukan proses pengolahan.
 Untuk keperluan penjernihan air, bahan imbuh (fluks), ampelas bahan
baku abrasif cukup diproses sederhana,
 Untuk keperluan industri kaca perlu diproses lebih lanjut dan intensif
dengan alat pemisah magnetic.
 Fosfat,
 Fospat kadar tinggi yang ditemukan di alam (>26% - P2O5) cukup
degerus sampai berukuran -80 mesh sebelum dijual,
 Fosfat kadar rendah harus ditingkatkan kadarnya terlebih dahulu yaitu
dengan kombinasi pencucian dan floatasi, atau dibuat asam fosfat untuk
pupuk alam.
 Demikian pula dengan feldspar, diatome, batu kapur, belerang, bentonit,
kaolin, gypsum dan sebagainya, proses pengolahannya dapat mulai dari
tingkat sederhana sampai tingkat yang membutuhkan teknologi canggih.
Beberapa Aspek dalam Proses Nilai Tambah

 Peningkatan Nilai Tambah suatu bahan Galian Industri dapat dilakukan dengan
pemakaian teknologi benar yang tepat, bahan galian industri ini akan menjadi
bahan baku dengan nilai strategis dan penting. Nilai suatu BGI ditentukan oleh
salah satu atau kedua faktor sebagai berikut,
 Derajat Kelangkaan (secarcity),
 Sifat yang diinginkan (desirability),
 Pengertiannya,
 Suatu bahan galian pada derajad kelangkaan tertentu, dengan naiknya
tingkat kebutuhan akan suatu jenis bahan galian maka nilainya akan
tinggi,
 demikian sebaliknya.
 Diketahui bahwa, BGI sangat banyak diperlukan dan terdapat diseluruh pelosok
Indonesia, hal ini berarti keberadaannya melimpah atau tidak langka sehingga
nilainya menjadi rendah. Untuk dapat meningkatkan nilai tambahnya perlu
dilakukan pengolahan lebih lanjut, Hal ini sangat perlu karena dua alasan
sebagai berikut,
 Harga komoditi mineral seiring dengan waktu cenderung menurun (hasil
penelitian),
 Kecenderungan memperdagangkan produk primer selalu menurun,
sedangkan produk manufaktur selalu meningkat.
 Aspek Manfaat
Banyak dampak positif yang dapat diperoleh dalam proses peningkatan nilai BGI
antara lain,
 Potensi BGI dimanfaatkan sebesar-besarnya.
 Nilai BGI lebih dimaksimalkan
 Merupakan upaya efektif dalam subsitusi impor
 Menciptakan penyerapan tenaga kerja dan lapangan kerja
 Meningkatkan pendapatan negara melalui pajak pertambahan nilai.
 Variabel dalam Proses Nilai Tambah
Ada dua parameter dalam usaha untuk memaksimalkan nilai Bahan Galian
Industri adalah,
1. Parameter Ekonomi,
Meliputi besarnya nilai tambah, ongkos manufaktur, keberadaan pasar dan
sebagainya.
2. Parameter Teknologi,
Meliputi besarnya recovery/perolehan, terjadinya teknologi proses, ada/tidak
adanya produk sampingan, ada/tidak adanya pasar, kualitas bahan baku dan
sebagainya.
 Dalam proses pengolahan untuk pemanfaatan BGI diperlukan kemampuan
memodifiakasi sifat fisik dan atau sifat kimia agar sesuai dengan persyaratan dan
spesifikasi yang diminta konsumen.
 Value added merupakan suatu usaha pemberian spesifikasi penggunaan BGI
pada industri. Value added dapat diartikan nilai suatu produksi BGI dikurangi
biaya untuk menghasilkannya.
 Peluang peningkatan nilai tambah BGI harus mempertimbangkan empat faktor
kunci. Dengan memahami keempat faktor ini dan sejauh mana mempengaruhi
keberhasilan dari kemampuan perusahaan tambang meningkatkan nilai tambah
merupakan hal yang kritis pada saat keputusan dilakukan. Keempat faktor
tersebut adalah,
 Kualitas mineral deposit,
 Beneficiation (pemilihan teknologi tepat),
 Marketing, dan,
 Market competition.
 Mineral deposit,
Peluang untuk menambah nilai BGI dimulai dari karakteristik fisik dan kimia
sebuah endapan mineral. Karakteristik ini menentukan nilai yang mana yang
akan ditingkatkan. Kuantitas dan kualitas cadangan akan menentukan pasar
produksi mineral secara kompetitif.
 Beneficiation dalam arti pemilihan teknologi pengolahan untuk meningkatkan nilai
BGI sesuai dengan persyaratan permintaan.
D. PEMASARAN BAHAN GALIAN INDUSTRI

 Pemasaran merupakan bagian yang sangat penting dalam rangkaian kegiatan


perusahaan. Usaha pengembangan produksi apapun akan menjadi sia-sia
apabila hasilnya tidak laku dijual, pemasaran sering merupakan masalah yang
lebih sulit daripada penambangannya.
 Hasil tambang yang tanpa melalui proses pengolahan lebih dahulu, biasanya
hanya soal angkutan saja yang menjadi kendala dalam pemasaran.
Misalnya,
 Pasir dan batu (sirtu),
Usaha ini tidak akan mengalami kesulitan dalam pemasaran asal lokasi
usahanya berdekatan letaknya dengan si pembeli.
 Batu Gamping (Batu kapur),
Penggalian batu gamping (CaCO3) dapat dilakukan secara sederhana dan
hasilnya dapat langsung dijual kepada pihak pabrik pembakaran kapur. Di
pabrik ini, batu gamping menjalani proses pengolahan, yaitu dibakar dengan
tungku hingga berubah menjadi kapur tohor (CaO). Proses pengolahan ini
memberi nilai tambah dan produknya berupa kapur tohor sudah akan
mempunyai jangkauan pemasaran lebih luas dan lebih jauh dari pada
sekedar batu gamping yang masih mentah.
 Kelangsungan usaha pengembangan bahan galian industri seperti ini sangat
ditentukan oleh lokasi dan biaya angkutan, mengingat produk yang harus
dipasarkan selain berat juga besar volumenya, sedang harga satuannya rendah.
 Untuk dapat meluaskan Jangkauan Pemasarannya, langkah-langkah yang
dapat dilakukan oleh pengusaha adalah,
 Pengusaha bahan galian industri harus memiliki wawasan dan pengetahuan
cukup mangenai seluruh aspek kegiatan usahanya,
 Diperlukan kecermatan kerja dalam semua tahapan kegiatan pengelolaan
bahan galian,
 Diperlukan tahapan eksplorasi yang teliti untuk menentukan dan membatasi
cadangan yang baik, tidak saja dalam arti jumlahnya harus cukup tetapi
kualitas bahan galiannya harus serasi dan konsisten,
 Kegiatan penambangan harus dilaksanakan sedemikian rupa hingga tidak
terjadi banyak pengotoran, dan agar selalu dapat diperoleh bahan galian
yang konsisten komposisinya,
 Dalam proses pengolahan (secara fisik maupun kimiawi) perlu diusahakan
agar proses akhir yang akan dipasarkan memenuhi persyaratan yang
dikehendaki konsumen.
 Kebanyakan pengusaha bahan galian industri di Indonesia dewasa ini masih
mengalami kesulitan dalam pemasaran dikarenakan berbagai sebab, yaitu,
1. Faktor Internal,
 Pengusaha tidak mengetahui secara tepat macam dan sifat bahan galian
yang diusahakannya,
 Pengusaha tidak mampu mempertahankan konsistensi kualitas produk
yang dihasilkannya,
 Pengusaha tidak memahami berbagai aspek persyaratan teknis yang
dikehendaki konsumen. Sebagai contoh, pengusaha sendiri tidak
mengetahui beda antara Na-bentonit dan Ca-bentonit, Na dan K-felspar,
dan lain sebagainya.
2. Factor Eksternal,
 Adanya saingan dari bahan yang diimpor,
 Adanya bahan substitusi yang lebih murah,
 Tidak tersedianya bahan informasi mengenai perkembangan pasar,
 Adanya persaingan antara sesama pengusaha di pasaran yang sama.
 Pada hakekatnya pemasaran bahan galian industri di Indonesia berorientasi
kepada pasar komoditas primer bahan mentah, kelemahan dalam perdagangan
komoditas ini antara lain,
 Nilai komoditas yang rendah,
 Nilai tambah juga rendah,
 Sering terjadi perubahan teknologi.
 Nilai komoditas dan nilai tambah yang rendah sering menjauhkan daya tarik para
pengusaha tambang, lebih-lebih pengusaha ekonomi kuat. Disamping itu
teknologi yang dipakai, baik teknologi pengolahan maupun teknologi
pemanfaatan, berubah relatif cepat dan sering menimbulkan keresahan bagi
para pengusaha. Sebagaimana diketahui eksistensi perdagangan mineral belum
berkembang di Indonesia, sehingga belum dapat memantau dan
mempromosikan usaha perdagangan mineral industri, terutama sebagai
komoditas primer.
 Perubahan teknologi yang realtif cepat dan nilai tambah yang rendah, sangat
mengganggu pemasaran komoditas bahan galian industri, baik di dalam maupun
di luar negeri.
 Demikian pula halnya dengan penemuan mineral baru dan pembuatan mineral
sintetis sebagai mineral pengganti (substitusi), ditambah dengan peningkatan
efisiensi penggunaan dan nilai yang rendah, sering membatasi daya jangkau
pemasaran.
 Keadaan ini masih ditambah dengan kenyataan bahwa keterkaitan antara
industri hulu dan industri hilir di sektor pertambangan serta hubungan dengan
industri pengolahan (manufacturing) hingga kini masih merupakan mata rantai
yang terputus-putus. Padahal keterkaitan yang erat antara industri hulu, industri
hilir dan industri pengolahan dapat mendorong pembakuan mutu, jumlah dan
harga, sehingga jangkauan pemasaran dapat relatif lebih luas dan dapat
menciptakan suatu optimasi pemanfaatan di dalam negeri ataupun ekspor.
INDUSTRI BATU MULIA
Perkembangan Industri Batu Mulia

 Batu mulia termasuk batu permata dan batu hias atau batu ornament,
adalah salah satu jenis bahan galian industri yang mempunyai prospek cerah,
walaupun ditinjau dari segi pengembangannya termasuk baru, namun
sebenarnya komoditi bahan galian ini telah dikenal sejak zaman dahulu (jaman
megalitik atau neolitik). Hal ini disebabkan batu mulia mempunyai arti dan nilai
yang unik, tidak saja ditinjau dari segi keindahan dan kepercayaan (magis).

 Batu Mulia (precious stones) sebenarnya mempunyai makna berbeda dengan


Batu Permata (gemstones), dimana,
Yang termasuk Batu Mulia adalah Batu Permata dan Batu Ornament,
dengan kata lain,
 Batu Permata adalah Batu Mulia yang dijadikan atau dibentuk menjadi
Permata (cincin, kalung, liontin, bros, dan lain-lain) sedangkan,
 Batu Ornament adalah Batu Mulia yang hanya dapat dijadikan Hiasan
(bukan hiasan atau jewel).

 Secara umum Batu Permata dibedakan menjadi dua, yaitu,


 Batu permata mulia (precious gemstones), dan
 Batu Permata setengah mulia (semi precious gemstones).
 Istilah batu aji mengandung makna batu berharga atau mungkin juga batu
bertuah. Dalam bahasa Jawa aji atau pengaji artinya berharga, sedangkan aji
atau aji-aji artinya azimat atau sakti.

 Contoh Batu mulia yang termasuk batu permata mulia (precious


gemstones) sangat terbatas, yaitu Intan, Korundum (merah = rubi dan biru =
safir), Beril (hijau = emerald dan biru laut = akuamarin) dan krisoberil
(Aleksandrit).

 Contoh Batu mulia yang termasuk kelompok batu permata setengah mulia
cukup banyak, antara lain, Feldspar (batu bulan dan amazonite), Garnet (pirop),
Jade (baik nefrit maupun jadeit, yang tergolong mineral piroksin), olivine
(peridot), kuarsa (ametis, sitrin, karnelian, opal dan agat), spinel, topas, turmalin,
turqoas dan zircon.

 Sebenarnya pengelompokkan tersebut termasuk klasik, karena opal kini telah


dimasukkan ke dalam kelompok batu permata mulia. Disamping masih banyak
jenis mineral dan batuan yang mungkin dapat digolongkan batu permata
setengah mulia. Meskipun kurang baik namun banyak dibuat permata karena
keindahannya. Jenis ini mungkin tepat dikelompokkan ke dalam batu hias karena
hanya untuk koleksi.
NAMA KHUSUS BATU PERMATA

NAMA MINERAL NAMA BATU PERMATA NAMA KHUSUS/JULUKAN


 Biru (Sapir)  Nilam
KORUNDUM
 Merah (Rubi)  Mirah/mirah delima
 Biru Laut (Aquamarin)  Biduri toya, Batu neptunus,
BERIL Akik Dewa Ruci
 Hijau (Emerald)  Jamrud
 Batu selendrit
 Hijau (Aleksandril)  Biduri pancan wulung, Biduri
KRISOBERIL
 Lain simofan anggur, Akik Skoludiro, Biduri
Pandan sutera dll
 Ungu (Amesti)  Kecubung Asihan
 Kuning (Sitrin)  Kinyang Cempaka, Biduri
KUARSA KRISTAL
Kencana
 Bening (Rock Crystal)  Kinyang Es
 Merah (Karnelin)
 Hijau (Krisopras)  Akik Kendit
 Putih berlapis  Biduri Lumut
(Kalsedon)  Bermacam-macam Nama
KUARSA KRPTO KRISTALIN
 Berlapis dua warna  Bermacam-macam Nama
(Oniks (agate)
 Berwarna tidak berlapis  Bermacam-macam Nama
(Jasper)
 Vulkanik (Obsidian)  Airmata Indian
KUARSA AMORF
 Diagenetik (Opal)  Kalimaya, Pelangi
 Berbicara bagaimana manusia menilai batu mulia yang lebih banyak dititik
beratkan kepada rasa, selera, kepercayaan dan mungkin juga kelebihan
uang, beberapa contoh di bawah ini mungkin dapat diterima sebagai gambaran
nyata,
 Ada orang yang bersedia menukar merah delima sebesar kacang tanah
dengan mobil bebby benz (kepercayaan dan kelebihan uang).
 Richard burton memberikan cincin kawin untuk Elizabeth Tailor seharga US$
150.000 atau kira-kira Rp. 300 juta (rasa cinta dan kelebihan uang)

 Memang sulit untuk menilai sebuah batu mulia atau batu permata, karena
banyak faktor yang mempengaruhi. Sebagai seorang gemologist tentu kita
akan menilai sebuah batu permata berdasarkan klasifikasi dan hasil pengujian,
antara lain keaslian (alami), kekerasan, keindahan, kelangkaan, dan
kemurnian.

 Batu mulia yang asli lebih mahal dari pada batu mulia sintetis, meskipun
batu mulia sintetis kadang-kadang lebih indah.
Makin keras batu mulia makin mahal harganya, demikian pula batu mulia
yang langka terdapat di alam makin tinggi nilainya. Bila batu mulia tersebut
indah, baik warna maupun bantuknya, jelas nilainya juga tinggi. Demikian
pula batu mulia yang murni atau tanpa cacat juga lebih mahal.
 Nilai suatu mineral sebagai batu permata ditentukan oleh sifat-sifat fisiknya
seperti warna, kilat, dan dispersinya. Contoh-contoh mineral permata antara lain,
1. Intan, yang umum dikenal ialah yang berwarna jernih atau tidak berwarna,
sedangkan Intan yang berwarna hijau, merah, biru atau kuning merupakan
jenis Intan yang mahal harganya.
2. Korundum, di pasaran dikenal dengan nama Ruby dan Sapphire yang
merupakan warna varitas korundun, dimana,
 Ruby berwarna merah dan yang mahal berwarna merah tua agak ungu,
 Sapphire berwarna biru, tetapi untuk semua jenis yang tidak berwarna
merah ummnya disebut sapphire.
3. Beryl, varitas Beryl adalah,
 Emerald yang berwarna hijau, yang mahal harganya jika berwarna hijau
dan jernih.
 Aquamarine ialah varitas beryl yang berwarna biru atau hijau kebiru-
biruan.
 Morganit berwarna merah muda,
 Golden-beryl berwarna kuning.
4. Turmalin, jenis Turmalin yang bernilai permata ialah yang berwarna jernih.
Turmalin sendiri umumnya berwarna hijau, varitasnya adalah
 Rubelitte, bewarna merah atau muda kita kenal,
 Indicolit berwarna biru tua,
 Brazillian Emerald berwarna hijau.
5. Topas, Topas yang tidak berawarna atau jernih tidak begitu mahal harganya,
yang benilai permata umumnya yang berwarna biru muda, coklat, kuning
emas atau merah muda.
6. Zirkon, yang termasuk Mineral permata ialah zirkon yang berwarna; varitas-
varitasnya adalah,
 Hyacinth yang bewarna merah, kuning dan coklat,
 Yargon warnanya diluar warna Hyacinth.
7. Quarts, banyak varitas Quarts yang termasuk mineral permata walaupun
agak murah harganya, misalnya.
Amtheyst yang berwarna ungu, coklat tua atau hitam disebut smoky quartz;
kwartz yang terisi rutil; avnturine ialah kwarts yang terisi mineral-mineral
hematit atau mika. Varitas-varitas dengan kristal-kristal ayng halus kita kenal
sebagai carmelian ialah calhedon merah; chrysopras ialah calchedon
hijau;heliotrop atau bloodstone ialah calchedon hijau dengan titik-titik merah
didalmnya dan lain-lain.
Parameter Pengujian Batu Mulia

1. Kekerasan
 Seperti diketahui, bahwa setiap jenis mineral atau batumulia mempunyai
kekerasan tertentu.
 Derajat kekerasan ini dinyatakan dalam skala Mohs yang bersifat relatif dan
skala Knop yang bersifat absolut.
 Cara menguji kekerasan batumulia yang lebih sederhana dan lebih mudah
adalah menggunakan skala Mohs dan mineral standar kekerasan yang
digunakan sebagai berikut,

Talk :1 Ortoklas :6
Gipsum :2 Kuarsa :7
Kalsit :3 Topas :8
Fluorit :4 Kurondum :9
Apatit :5 Intan : 10

 Kesulitan yang dhadapi dalam menguji kekerasan batumulia, bahwa


kenyataanya sebuah batumulia yang sama mempunyai kekerasan benda
tergantung cara dan arah menggoresnya.
2. Warna
 Seperti halnya kekerasan, maka tiap jenis batumulia juga mempunyai warna
tersendiri, baik yang disebabkan oleh unsur ion atau penyusun dan pengotor
maupun oleh perubahan arah sinar dan jenis cahaya yang diterimanya.
 Dalam mineralogy dikenal adanya dua jenis mineral berdasarkan warna yang
dimiliki, yaitu mineral idiokromatik dan mineral alokromatik.
 Demikian juga halnya dengan batumulia, karena pada dasarnya batumulia
adalah sebuah mineral atau sekumpulan mineral.
 Mineral atau batumulia idiokromatik adalah batumulia yang memiliki warna
yang berasal dari warna unsur penyusun atau pembentuknya. Misalnya
malakhit selalu berwarna hijau, belerang selalu berwarna kuning, grafit selalu
berwarna hitam dan sebagainya. Warna tersebut asli dan tidak dapat
berubah.
 Mineral atau batumulia alokromatik adalah mineral atau batumulia yang
memiliki warna dari unsur pengotor, sedang batumulia yang bersangkutan
tidak berwarna atau bening. Contohnya kristal kuarsa dapat berwarna ungu
(kecubung), kuning (sitrin), merah (sard), coklat (karnelian) dan sebagainya
serta warna-warna tadi disebabkan ion pengotor dalam kristal kuarsa
tersebut.
3. Berat Jenis
 Berat jenis juga dapat digunakan untuk menentukan jenis batumulia dan
dapat dilakukan dengan menimbang dan mengukur volumenya atau dengan
menggunakan cairan yang telah diketahui berat jenisnya, misalnya
bromoform, klerici, metilen jodida dan sebagainya.
 Meskipun satu jenis batumulia sering mempunyai lebih dari satu berat jenis,
namun pada umumnya tiap jenis batumulia mempunyai harga berat jenis
tertentu. Tentu saja pengujian ini hanya dilakukan pada batumulia yang
belum diikat.
 Menghitung berat jenis dengan penimbangan termasuk cara yang paling
mudah dan murah, yaitu dengan cara menimbang di adara dan di dalam air.
Air yang digunakan adalah air suling (distilled water) pada suhu 4°C dan
rumus yang digunakan untuk menghitung berat jenis ini adalah,
Berat Jenis = Berat Di Udara : (Berat Di Udara – Berat Di Dalam Air)
 Berat jenis batumulia dipengaruhi oleh pengotor (impurities) yang terkandung
di dalamnya, misalnya ion pengotor, mineral inklusi, gelembung udara, cairan
dan sebagainya. Hal inilah yang menyebabkan satu jenis batumulia kadang-
kadang mempunyai berat jenis yang berbeda.
4. Pengotoran
 Pengotoran di dalam batumulia sering disebut sebagai jejak atau sidik jari
(finger print) suatu batumulia.
 Batumulia tertentu mempunyai ciri pengotoran tertentu pula sebagaimana
setiap orang mempunyai sidik jari berbeda. Jejak atau sidik jari batumulia
akan tetap sama, sekalipun batumulia tersebut sudah dibelah dan diasah
atau dibentuk kembali.
 Jejak atau sidik jari (pengotoran) batu mulia ini beraneka ragam, misalnya,
 Tiap batumulia mempunyai pertumbuhan kristal tertentu, sehingga bentuk
kristal ini dapat dijadikan sarana menentukan jenisnya.
 Gelembung yang terdapat dalam batumulia mempunyai bentuk, arah dan
isi tertentu, sedang isi dapat berupa gas, cairan, mineral atau ketiga-
tiganya.
 Jenis mineral yang mengisi rongga batumulia mempunyai ciri tertentu,
dan umumnya terbentuk persamaan atau setelah batumulia bersangkutan
terbentuk.
 Mineral pengotor (inklusi) umumnya mempunyai bentuk dan arah tertentu
yang sering tidak teratur. Misalnya aktinolit atau rulit dalam kuarsa, garnet
atau jamrud, apatit dalam garnet, spinel, jamrud, atau nilam, epidot dalam
kuarsa dan sebagainya.
5. Kilap
 Kilap (luster) ini sangat baik untuk menguji batumulia yang belum diasah dan
dalam keadaan basah, sehingga tak jarang seorang ahli menjilatnya.
 Menjilat batumulia sebenarnya mengundang resiko, karena ada batumulia
yang diduga beracun, misalnya yang mengandung tembaga dan arsen
seperti realgar, azurit dan lain-lain.
 Batumulia memiliki berbagai kilap, tapi yang paling umum dikenal dalam
dunia perdagangan antara lain kilap logam (galena, pirit, hematit), kilap
mutiara (batubulan, amazonit, mutiara), kilap adamantin (intan, sirkon), kilap
sutra (mata harimau, mata kucing), kilap vitreus (kuarsa), kilap gelas dan
kilap lemak. Umunya derajat kilap suatu batumulia dinyatakan dalam angka
0-6, namun juga ada yang tidak dinyatakan dengan angka. Alat yang
digunakan untuk mengukur suatu kilap batumulia disebut lustermeter.
 Meskipun tiap batumulia mempunyai derajat kilap tertentu, namun juga dapat
dipengaruhi oleh unsur lain, misalnya jenis pengotor, cara mengasah dan
memoles. Indek kilap ini dapat digunakan untuk menguji batumulia,
4 Batu Mulia Terlangka dan Paling Berharga di Dunia

1. Tanzanite
 Jenis batu kristal ini hanya ditemukan di kaki gunung Kilimanjaro, Tanzania
Utara. Tanzanite bisa terlihat berubah warna dari ungu ke biru dan
sebaliknya. Dengan kondisi sangat langka diperkirakan batu ini akan habis
ditambang dalam 20-30 tahun ke depan.
 Komposisi batu Tanzanite ini adalah Kalsium, Aluminium, Silikon, Hidrogen,
dan Oxigen. Kisaran harga Tanzanite adalah US$ 600 (Sekitar Rp 7,2 juta) –
US$ 1.000 (sekitar Rp 12 juta) per karat.
2. Black Opal
 Black Opal adalah varian terlangka dari batu Opal yang merupakan batu
nasional Australia. Hampir seluruh batu Black Opal yang beredar berasal dari
pertambangan Lightning Ridge, New South Wales.
 Batu berwarna dasar gelap dengan bercak warna-warni ini membuatnya
dihargai di kisaran US$ 2.300 (sekitar Rp 27,6 juta) per karat. Komposisi
Black Opal ini adalah Silikon, Hidrogen, dan Oksigen.
3. Alexandrite
 Nama batu ini diambil dari nama Tsar Alexander II Rusia. Tadinya batu ini
dianggap sudah habis ditambang. Jenis batu Alexandrite ini pertama kali
ditemukan pada tahun 1830 di pegungungan Ural, Rusia.
 Baru-baru ini, batu Alexandrite ditemukan di Brazil, Afrika Timur, dan Sri
Lanka dalam jumlah yang terbatas. Alexandrite merupakan batu yang dapat
terlihat berubah warna dari merah ke hijau atau sebaliknya.
 Dengan komposisi Berilium, Alumunium, dan Oksigen, batu ini dipasarkan
dengan kisaran harga US$ 12.000 (sekitar Rp. 144 juta) per karat.
4. Pink Star Diamond
 Pink Star Diamond ditambang pertama kali pada tahun 1999 di Afrika
Selatan. Dengan berat 59,6 karat, batu ini laku terjual di lelang Sotheby’s
dengan angka US$ 83 juta (sekitar Rp 998 miliar).
 Dengan kata lain harga per karatnya adalah US$ 1,3 juta (sekitar Rp 16,7
miliar). Komposisi dari batu ini adalah karbon.

Anda mungkin juga menyukai