Anda di halaman 1dari 26

C

Circulation
( pengelolaan sirkulasi )
C CIRCULATION MANAGEMENT
(PENGELOLAAN SIRKULASI)

Tujuan : Mengembalikan fungsi sirkulasi darah

Diagnosa :  denyut nadi karotis (-)  (5 - 10 detik)


 diagnosa syok :
- nadi radialis - lemah
- tidak teraba
- cepat
- pucat
- kulit dingin - basah
- capilary refill time > 2 detik
Macam-macam syok :
• Hipovolemik
• Kardiogenik
• Distributik
• Obstruktif

 Tidak semua hipotensi adalah syok


 Pada hipertensi dengan curah jantung

Gagal / kelainan jantung

Anak-anak :
Hipotensi bukan indikator yang baik u/ syok dan hipoperfusi
Catatan :
1. Menilai respon pada pemberian cairan 
syok hipovolemik
 respon minimal  cari perdarahan aktif
 hentikan
2. Pasang CVP  tergantung situasi
3. Transfusi  - Whole blood, PRC
- Hangatkan dulu
- Tidak perlu diberi Ca glukonas
4. Cairan elektrolit  1 cc darah diganti
2 - 3 cc elektrolit
5. Respons baik  - klinis
- produksi urin > 0,5 cc/kg BB
Pengelolaan umum
1. Syok hipovolemik karena perdarahan
Prinsip: Penggantian volume yang hilang dan perbaikan oksigenasi jaringan

Klasifikasi syok Penemuan klinis Pengelolaan


Klas I : kehilangan Hanya takikardia Tidak perlu penggantian
volume darah <15% minimal (<100x/menit) volume

Klas II : kehilangan Takikardia (100-120x/mt) Penggantian volume


volume darah 15-30% Takipneu (20-30x/mt) dengan cairan kristaloid
Penurunan “pulse pressure” (3x kehilangan)
Penurunan produksi urine
(20-30cc/jam)

Klas III : kehilangan Takikardia (>120x/mt) Penggantian volume


volume darah 30-40% Takipneu (30-40x/mt) dengan cairan kristaloid
(confused), penurunan dan darah
produksi urine (5-15cc/jam)

Klas IV : kehilangan Takikardia (>140x/mt)


volume darah > 40% Takipneu (>35x/mt), pucat
dingin, perubahan mental
(confused & lethargic),
bila kehilangan volume >50%,
pasien tidak sadar, tekanan
sistolik = diastolik, produksi
urine minimal atau tidak keluar
Syok hipovolemik karena dehidrasi (muntah, diare)

Klasifikasi Penemuan klinis Pengelolaan

Dehidrasi ringan : Selaput lendir kering, nadi Penggantian volume


Kehilangan cairan normal atau sedikit dengan cairan
tubuh sekitar 5% meningkat kristaloid (NaCl 0,9%
atau RL)

Dehidrasi sedang : Selaput lendir sangat kering idem


Kehilangan cairan Status mental tampak lesu.
tubuh sekitar 10% Nadi cepat.
Tekanan darah mulai
menurun.
Oliguria.

Dehidrasi berat : Selaput lendir pecah-pecah. idem


Kehilangan cairan Pasien mungkin tidak sadar.
tubuh >15% Tekanan darah turun.
Anuria.
Sel-sel pada jaringan / organ  memerlukan O2
yang kontinyu

O2 sampai ke sel / jaringan melalui sistim


kardiovaskuler

Bila terhenti  3 menit  akan menyebabkan


kerusakan sel yang permanen
Sistem Kardiovaskuler :

• Jantung: sebagai alat pompa


• Pembuluh darah: - kompartemen tempat darah
mengalir
- merupakan sistim yang
tertutup
• Darah: zat untuk pengangkutan oksigen dalam
bentuk: - terlarut
- berikatan dengan Hb
Penyebab henti jantung  - primer
- sekunder
Henti jantung primer:
- fibrilasi ventrikel & asistol o/k:
• Iskemik myokard
• Heart block
• Obat - obatan
• Electric shock
Penyebab henti jantung sekunder :
 Rapid secondary cardiac arrest
• Asphyxia ok : - airway obstruction
- apnea
• Kehilangan darah cepat
• Alveolar anoksia o/k : - edema paru akut
- menghirup gas yang tidak
mengandung oksigen
 Slow secondary cardiac arrest
• Severe hypoxemia o/k :
• Edema paru
• Konsolidasi paru  shock lung
• Oligemic atau distributive shock
• Cardiogenic shock
• Acute brain insults (medullary failure & severe
intractable hypotension & apnea)
Identifikasi henti jantung :
gambaran klinis berupa :
 gambaran henti sirkulasi a/l :
 hilang kesadaran
 apnea atau gasping
 sianosis atau pucat
 tidak ada pulse (karotis atau femoralis)

 Bila pulse : - radialis teraba  tek sistolik > 80 mmHg


- femoralis teraba  tek sistolik > 70 mmHg
- karotis teraba  tek sistolik > 60 mmHg

 Dilatasi pupil  terjadi  1 menit setelah henti sirkulasi

 Perabaan art karotis pada anak-anak  dapat menekan


airway  laryngospasm
Tujuan external chest compression :
sistemik
untuk mengadakan sirkulasi
paru
“artificial circulation”  dapat dihasilkan
dengan teknik
intermitten chest
compression
(aliran darah  yang lambat dapat diperbaiki
dengan ratio kompresi & relaksasi 50 : 50)
Teknik external intermitten chest compression:
• Secara intermitten menekan sternum ke arah bawah
• Menekan jantung antara sternum dan tulang belakang
menimbulkan: “heart pump mechanism”
• Hal ini menimbulkan perubahan tekanan intratorakal
(chest pump mech):

Waktu toraks ditekan, terjadi oksigenisasi darah di paru - paru


dan pemompaan darah ke sirkulasi sistemik, tek intra torakal
tinggi  mendorong darah keluar dari jantung,paru dan
pembuluh darah besar.

Waktu tek terhadap intra torakal dilepaskan

Jantung dan paru melebar

Darah masuk ke pemb darah intra torakal (thoracic diastole)


• Pilihan vena untuk akses i.v. :
– v. antekubital
– jugularis externa
– v. femoralis

• pilihan terakhir  - rapid venous cut – down


- v. saphenous
Kompresi sternal dapat menghasilkan:

• Tekanan sistolik 100 mmHg


• Diastolik 10 mmHg (tanpa epinefrin)
Route intra cardiak :
 Pada kompresi jantung luar
 tidak dianjurkan
 Pada kompresi jantung terbuka
 bisa dilakukan
 suntikan langsung ke cavum ventrikel kiri
 dosis 0,5 dari dosis iv

Route intra muscular :


 tidak ada tempat pada resusitasi
Route intra pulmoner :
 Obat-obat dapat dimasukkan lewat ETT
 Efeknya cepat  iv
 Obat yang dapat menggunakan route ini al:
 Epinephrine
 Lidocaine
 Atropine
 Dosis 1-2x lipat dosis iv,
diencerkan dengan aquabidest 10 cc
Route vena sentral :
 Untuk memantau CVP
 ( normal 3-10 Cm H2O (mm Hg) )
 Akses iv
 Memudahkan mendapat sampel dari vena
 Dipasang setelah timbul sirkulasi spontan

Anda mungkin juga menyukai