Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI

CIDERA KEPALA RINGAN DENGAN RISIKO


PERFUSI SEREBRAL TIDAK EFEKTIF
DI RSUD BLAMBANGAN
BANYUWANGI
KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :
RIZKI MEGA SAFITRI
NIM.14.401.14.061

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JULI 2017
Gambar lokasi pengambilan data
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN • Ruang Agung Wilis Blambangan banyuwangi
• 26 tempat tidur
• Jumlah perawat 24
Hasil

Identitas Klien Pasien 1 Pasien 2


Nama Tn. M Ny. T
Umur 72 tahun 44 tahun
Jenis Kelamin Laki- laki Perempuan
Suku Bangsa Jawa Indonesia
Agama Islam Katolik
Pekerjaan Buruh triplek IRT
Pendidikan SMP D3
Status Perkawinan Menikah Menikah
Alamat Jln. Raung Singoturunan Jln. Gajahmada no.09 RT
RT 04/ RW 03 05 / RW 03 Banyuwangi
Banyuwangi
Tgl Mrs 7 juli 2017 7 juli 2017
Diagnosa Medis CKR CKR
Saat MRS
Pasien 1 mengatakan pusing setelah kecelakaan
Pasien 2 tidak sadar waktu di bawa ke RS ± selama 30 menit.
Saat Pengkajian
Pasien 2 :
Pasien 1 mengatakan pusing
Pada tanggal 7 Juli 2017 jam
Pasien 2 mengatakan pusing 18.35 malam hari pasien
mengalami kecelakaan
Pasien 1 : menabrak orang menyebrang
Pada tanggal 7 Juli 2017 jam
Riwayat jalan. Lalu pasien di bawa oleh
12.15 WIB siang hari pasien
Penyakit masyarakat sekitar ke IGD
mengalami kecelakaan di tabrak
Sekarang sepeda motor pada saat pulang
RSUD Blambangan Banyuwangi
sholat jum’at. Lalu pasien di bawa dengan keadaan tidak sadar
(PQRST) pada jam 19.05 WIB. Setelah
oleh keluarga ke IGD RSUD
Blambangan Banyuwangi pada mendapatkan terapi dan
jam 12.30 WIB. Setelah penanganan di IGD pasien
mendapatkan terapi dan sadar dan di pindahkan ke
penanganan di IGD pasien di ruang RBK kelas 2A pada jam
pindahkan ke ruang RBK kelas 3F 20.00 WIB. Pada saat
pada jam 16.00 WIB .Pada saat pengkajian tanggal 8 juli 2017
pengkajian tanggal 8 juli 2017 jam jam 08.00 WIB pasien
07.30 WIB pasien mengeluh mengeluh pusing berputar
pusing berputar dengan GCS 4,5,6 dengan GCS 4,5,6 skala nyeri 3
skala nyeri 5 pusing semakin di pusing semakin di rasakan pada
rasakan pada saat pasien duduk
saat pasien duduk dan
dan berkurang saat pasien
berkurang saat pasien tidur
berbaring.
terlentang.
Keadaan Umum Pasien 1 Pasien 2
a. Kesadaran Pasien tampak lemah, Pasien tampak lemah,
Composmentis. Composmentis.

a. Tanda vital
S: 36,9º C 36ºC
N: 78 x/ menit 76 x/ menit
TD: 140/90 mmhg 130/ 90 mmgh
RR: 20 x menit 21 x/ menit
a. TB: 165 cm 150 cm
BB sekarang: 78.Kg 53.kg
Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2

RADIOLOGI Tidak di lakukan Hasil CT – scan : tidak


pemeriksaan CT – Scan terdapat fraktur
tengkorak terdapat
hematoma parietal
dextra
Diagnosa Keperawatan Pasien 1 Pasien 2
prioritas :
Risiko perfusi serebral tidak Risiko perfusi serebral tidak
efektif berhubungan efektif berhubungan
dengan peningkatan TIK dengan Peningkatan TIK
ditandai dengan : DS : pasien mengeluh
DS:pasien mengatakan pusing.
pusing DO : Gelisah
DO: Gelisah TTV
TTV TD: 130/90 mmhg
TD: 140/90mmhg N: 76 x/ menit
N: 72x/ menit S: 36oC
S: 36,9 oc RR: 20x/ menit
RR: 20x/ menit GCS : 4,5,6
GCS :4,5,6 Pusing terasa berputar
Pusing terasa berputar Saat duduk pusing terasa
Saat duduk pusing terasa bertambah
bertambah
Intervensi
Diagnosa keperawatan Intervensi Rasional
(tujuan dan kriteria hasil) (NIC)

Risiko perfusi serebral tidak 1. Pertahankan tekanan darah 1. Perfusi serebral harus
efektif berhubungan dengan dalam kisaran yang dianjurkan dipertahankan untuk oksigenasi
peningkatan TIK. 2. Pemantauan tekanan dan pengiriman nutrisi ke jaringan
Setelah dilakukan perawatan intrakranial hindari batuk yang otak.
selama 3x 24 jam, berlebihan, muntah, 2. Dapat mencetuskan respon
menunjukan: mengejan, mempertahankan osmotik peningkatan tekanan
NOC : pengukuran urine dan hindari intrakranial.
1. Pasien akan mengatakan konstipasi yang 3. Status neurologis adalah indikator
tidak sakit kepala, berkepanjangan yang paling penting dari kondisi
merasa nyaman, tidak 3. Pemantauan neurologis sesuai pasien.
gelisah standar unit 4. Suasana tenang akan memberikan
2. Mempertahankan status 4. Manajemen lingkungan juga rasa nyaman pada pasien dan
neurologi suasana yang tenang. mencegah ketegangan yang dapat
3. Kesadaran 5. Ventilasi mekanis: kolaborasi meningkatkan tekanan intrakranial.
composmentis pemberian oksigen masih 5. Pemberian oksigen dapat
4. Tekanan darah stabil dan sesuai indikasi. menurunkan hipoksia otak.
normal 6. Pengaturan posisi 6. Perubahan kepala pada sisi dapat
5. Tidak mual pertahankan posisi kepala menimbulkan penekanan pada
sejajar yang tidak ada vena jugularis dan menghambat
bantalan. aliran darah otak untuk dapat
7. Kolaborasi dengan tim medis meningkatkan tekanan intrakranial.
dengan pemberian obat 7. Membantu menurunkan tekanan
sesuai indikasi. intrakranial secara biologis atau
kimia seperti osmotik diuretik
untuk menarik air dan sel-sel otak.
Diagnosa Jam Implementasi
1
Risiko Pasien 1
perfusi 07.30
1. Memberikan health education kepada pasien
serebral R/ Pasien kooperatif
07.40
tidak 2. Memantau tekanan intrakranial, menghindari batuk yang berlebihan,mual,
efektif muntah, mengejan.
R/ pasien pusing, mual
07.50
3. Melakukan kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi.
R/ pasien menggunakan O2 nasal kanul 1 lpm
08.00
4. Melakukan advis dokter pemberian Inj. Cefotaxime 1 gr IV, Inj.
Ondansentron 2 mg IV, Ranitidine 2 mg IV, Ketorolac 10 mg IV
R/ obat injeksi sudah di masukkan dan pasien tidak memiliki alergi obat
08.10
5. Memantau pengukuran urine
R/ Urine : selama 19
jam ± 2200 cc, warna urine : kuning, Bau : Khas (amoniak).
08.15
6. Memanajemen lingkungan juga suasana yang tenang.
R/ pasien merasa lebih nyaman dengan suasana tenang karena bisa istirahat
maksimal
08.20
7. Melakukan tanda – tanda vital
R/ TD : 140/90 mmhg, N : 78 x/menit, S: 36,7oc, RR : 20x/menit, GCS :4,5,6
08.25
8. Memposisikan kepala sejajar yang tidak ada bantalan.
R/ Pasien tidur terlentang dengan posisi kepala ekstensi
Diagnosa 1 Evaluasi

Hari ke 3 E:
S:
Pasien mengatakan pusing berkurang
O:
Pasien rileks
TTV
TD: 130/90mmhg
N: 78x/ menit
S: 36,4 oc
RR: 22x/ menit
GCS : 4,5,6
Saat duduk pusing terasa bertambah
R : Masalah teratasi sebagian
Pembahasan
Saat MRS
Fakta Teori Opini
Berdasarkan fakta Menurut teori pada pasien Menurut penulis di
pengkajian keluhan utama cidera kepala ringan tingkat dapatkan kesenjangan
saat masuk rumah sakit kesadarannya adalah antara fakta dan teori. Pada
pasien 1 mengatakan composmentis bahkan pasien 2 terjadi penurunan
pusing setelah kecelakaan, kehilangan kesadaran < 10 kesadaran karena sebelum
sedangkan pada pasien 2 menit (Muttaqin, 2008) di bawa ke rumah sakit
tidak sadar waktu di bawa Nilai GCS 13-15 (Krisanty pasien belum mendapatkan
ke RS ± selama 30 menit. dkk, 2013). pertolongan pertama ABC ±
selama 30 menit, sehingga
terjadi penurunan
kesadaran. Selain itu di
buktikan dengan
pemeriksaan CT – scan
dengan hasil adanya
hematoma parietal dextra.
Pemeriksaan penunjang
Fakta Teori Opini
Berdasarkan pemeriksaan Menurut teori pada pasien Menurut penulis pada
penunjang antara teori dan cidera kepala ringan pasien 1 tidak di lakukan
fakta pada pasien 1 tidak di dilakukan pemeriksaan CT - pemeriksaan CT – Scan
lakukan pemeriksaan CT – Scan untuk mengetahui karena tidak terjadi
scan sedangkan pada adanya perdarahan yang penurunan kesadaran.
pasien 2 di lakukan terjadi pada otak, meliputi Tingkat kesadaran pasien 1
pemeriksaan CT – scan. intracerebral hematoma saat di bawa ke rumah
(ICH) : terkumpulnya darah sakit composmentis selain
antara durameter dan tingkat kesadaran pasien
jaringan otak, subdural tidak di dapatkan bukti
hematoma (SDH) : fraktur basis kranial.
terkumpulnya darah antara
durameter dan jaringan
otak, epidural hematoma
(EDH) : perdarahan
terletak durameter dan
tulang tengkorak.
Diagnosa

Fakta Teori Opini

Berdasarkan Menurut teori diagnosa Menurut penulis tidak


diagnosa keperawatan yang muncul pada muncul diagnosa
keperawatan yang pasien cidera kepala ringan yaitu keperawatan nyeri pada
muncul pada pasien risiko perfusi serebral tidak pasien 2 karena pada data
1 ada 5 dan pada efektif, nyeri akut, gangguan subjek dan data objek tidak
pasien 2 ada 4. Pada integritas kulit, gangguan mendukung munculnya
pasien 2 diagnosa mobilitas fisik, risiko infeksi (tim diagnosa nyeri.
yang tidak muncul Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
yaitu nyeri akut.
KESIMPULAN

Asuhan Keperawatan Pasien yang Mengalami


Cidera Kepala Ringan dengan Resiko Perfusi
Serebral Tidak Efektif di Ruang Agung Wilis RSUD
Blambangan Banyuwangi tahun 2017, memerlukan
waktu dan proses yang berkesinambungan sesuai
dengan bagaimana kondisi pasien, di mana penulis
menggunakan pendekatan managemen proses
keperawatan yang terdiri dari beberapa proses yaitu
pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa,
perencanaan tindakan, implementasi, dan evaluasi.
Saran :
 Perawat
dapat menambah dan memberikan masukan positif
untuk pengembangan ilmu keperawatan.
 Rumah Sakit
dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam rangka
meningkatkan upaya pelayanan kesehatan pada
penderita cidera kepala ringan.
 Institusi
Pendidikan dapat dijadikan contoh laporan kasus dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
cedera kepala ringan dan menyelesaikan kompetensi
pembelajaran pada mata kuliah karya tulis ilmiah.
 Pasien
Untuk para responden atau penderita cidera kepala
ringan diharapkan dengan adanya penelitian ini
mendapat asuhan keperawatan yang lebih berkualitas.
 Peneliti
Hasil laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama pendidikan khususnya dalam penerapan asuhan
keperawatan pada pasien cidera kepala ringan dengan
risiko perfusi serebral tidak efektif.

Anda mungkin juga menyukai