Anda di halaman 1dari 37

MATERI TAMBAHAN

GIZI BURUK PADA REMAJA


DAN
BAYI < 6 BULAN

DIREKTORAT BINA GIZI


KEMENTERIAN KESEHATAN RI

1
Gizi Buruk pada Remaja dan
Dewasa
Prinsip tatalaksananya sama dengan gizi buruk pada
anak, Perbedaannya pada :
 Klasifikasi
 Jumlah makanan yang dibutuhkan
 Dosis obat-obatan
Gizi buruk pada Remaja dan
Dewasa
 Sangat jarang terdapat edema ataupun tampak sangat
kurus.
 Tidak percaya diet yang diberikan dapat menolong
 Menolak pemberian makanan/formula khusus
dengan berbagai alasan
 Menjelaskan diet/formula yang diberikan adalah obat

Masalah tersulit dalam penanganan Gizi Buruk


Remaja dan Dewasa
Klasifikasi Gizi Buruk
Dewasa (> 18 tahun)
TB = [0,73 x (2 x hasil pengukuran separuh rentang lengan] + 0,43
Selanjutnya IMT dihitung dengan rumus : IMT = BB/TB2 (kg/m2)

IMT Status nutrisi


>18,5 Normal
>17.0 – 18,49 Malnutrisi ringan
>16.0 – 16,99 Malnutrisi sedang
< 16.0 Malnutrisi berat
Edema
 Periksa kedua pergelangan kaki dan tungkai bawah
apakah terdapat edema.
 Bila edema ada dan simetris. maka perlu
menyingkirkan kemungkinan penyebab edema non-
nutrisional seperti nefritis, pre-eklampsia, gagal
jantung, sirosis hepatis, dll.
 Orang dewasa dengan IMT <16,0 disertai edema harus
dirawat inap.
Remaja (10-18 tahun)
 Rekomendasi WHO expert committee
untuk menentukan malnutrisi remaja juga
dengan menggunakan IMT tetapi dengan
nilai cut-off pada < - 3 SD atau bila ada
edema nutisional.
 Pada keadaan stunting (TB/U rendah), nilai
cut-off menjadi <-2SD.
Riwayat Penyakit dan Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan fisik dan anamnesis penyakit
termasuk riwayat makanan harus dilakukan
dengan teliti untuk menyingkirkan kemungkinan
suati malnutrisi sekunder. Gula darah perlu
diperiksa untuk menyingkirkan adanya Diabetes
mellitus.
Pengobatan Awal
 Gizi Buruk remaja-dewasa harus diberi formula
seperti formula untuk anak
 Tujuan pengobatan awal adalah mencegah
kehilangan jaringan tubuh melanjut.
 Jumlah formula per Kg BB yang diberikan jauh
lebih sedkit dibanding gizi buruk pada anak dan
makin sedikit pada usia yang lebih tua
 Pemberian antibiotika dan Vitamin A
Rehabilitasi
 Kembalinya nafsu makan merupakan tanda adanya
perbaikan klinis atau awal rehabilitasi.
 Umumnya pasien tampak kelaparan
 Menolak formula dan menginginkan makanan padat.
Makanan biasa dapat diberikan tetapi tetap dengan
tambahan mineral-mix
 Dianjurkan untuk tetap mengonsumsi formula di
antara jawal makanan padat.
Kriteria pulang
 Nafsu makan baik dan berat badan naik
 Terjamin mendapat makanan bergizi
 Masalah kesehatan lain yang menyertai sudah diatasi.
Pasien dewasa harus tetap mendapat diet suplementer
ini hingga mencapai IMT >18,5, sedangkan pasien
remaja hingga IMT/U berada pada > -3 SD
Kegagalan pengobatan
 Penyakit yang mendasarinya tidak
diketemukan
 Adanya defisiensi nutrien atau penolakan
terhadap prosedur / regimen yang
diberikan.
Kebutuhan energi dan volume formula pada
pengobatan awal Gizi Buruk Remaja-Dewasa
Umur Kebutuhan Volume formula
(tahun) energi (ml/kgbb/jam)
(kkal/kgBB) F75 F100
7 – 10 75 4.2 3,0
11 – 14 60 3,5 2,5
15 – 18 50 2,8 2,0
19 – 75 40 2,2 1,7
>75 35 2,0 1.5
Bayi <6 bulan dengan Gizi Buruk
perlu Pertimbangan Khusus
 Mereka seringkali mempunyai penyebab organik yaitu
adanya suatu penyakit sebagai penyebab malnutrisi
daripada kurangnya asupan nutrisi semata.
 Fisiologi yang berlainan dibanding anak yang yang lebih
tua, menjadikan F100 tidak cocok untuk rehabilitasi
 Menyusui merupakan bagian terpenting pada
rehabilitasi dan kelangsungan hidup mereka
 Kesehatan ibu merupakan hal yang sangat penting
 Rehabilitasi membutuhkan tenaga terampil dan
supervisi yang lebih intensif
Tatalaksana bayi Gizi Buruk <6
bulan berdasarkan status
pemberian ASI
A. Bayi Gizi Buruk dan ada prospek pemberian ASI :
 Bayi masih mendapat ASI tetapi malnutrisi
 Bayi sudah tidak mendapat ASI tetapi ibu masih
ingin menyusui
 Bayi sudah berhenti menyusu (misal ibu
meninggal) tetapi ada ibu pesusuan yang dapat
memberikan ASI
B. Bayi Gizi Buruk dan tidak ada prospek
untuk mendapat ASI
 Bayi tidak pernah mendapat ASI dan
ibunya tidak mau mencoba memulai
kembali laktasi
 Bayi sudah berhenti menyusu dan ibu
tidak mau untuk relaktasi atau tidak ada
ibu pesusuan
 Baik ibu maupun ibu pesusuan keduanya
tidak ada
Bayi Gizi Buruk dan ada prospek
pemberian ASI
Tujuan tatalaksana pada kelompok ini
adalah merehabilitasi mereka dengan
menggunakan campuran antara
pemberian ASI dan susu formula
Fase stabilisasi
1. Cari dan atasi komplikasi sesuai protokol umum; bayi <6
bulan sangat rawan terhadap hipoglikemia dan hipotermia.

2. Mulai Re-feeding dengan susu formula pengganti.


 Beri formula dengan jumlah tetap (130ml/kg/hari).
 Gunakan F75; bila tidak ada gunakan F100 yang diencerkan.
 Segera beri formula dan teruskan pemberian setiap 2-3 jam.
 Berikan formula dengan menggunakan cangkir atau
suplementer (bila bayi mampu menghisap) atau dengan teknik
drip-drop atau NGT
Jumlah F 100 diencerkan yang Diberkan
Berat badan (kg) F100-diencerkan untuk
pemberian 8 x/hari
< 1.2 25 ml
1.3 - 1.5 30 ml
1.6 - 1.7 35 ml
1.8 - 2.1 40 ml
2.2 - 2.4 45 ml
2.5 - 2.7 50 ml
2.8 - 2.9 55 ml
3.0 - 3.4 60 ml
3.5 - 3.9 65 ml
4.0 -.4.4 70 ml
a. Bila ASI masih ada dan bayi mampu
menghisap

 1 jam sebelum pemberian formula, beri ASI


selama lebih-kurang 20 menit
 Pada masa ini formula merupakan makanan
utama sedangkan ASI masih merupakan
makanan ekstra.
 Pastikan dilakukan dengan teknik yang benar
 Catat pemberian ASI pada tabel atau grafik
(memperlihatkan kepada ibu pentingnya ASI)
 Awasi bahwa menyusui benar-benar dilakukan
Bila ASI masih ada tetapi bayi tidak mampu atau
tidak mau menyusu
 Bantu ibu memeras ASI, dilakukan minimal 8x sehari
selama 20-30 menit per kali walaupun ASI yang
didapat hanya sedikit.
 Bantu Ibu memerah ASI, minimal dilakukan 8 x sehari
selama 20-30 menit per kali
 Berikan ASI perah kepada bayi dengan cara drip-dop,
dengan cangkir atau NGT
 Bila bayi sudah cukup kuat atau sudah mampu
menghisap, kembali ke a).
b. Bila ASI tidak ada /menyusui telah
dihentikan tetapi ibu ingin menyusui kembali

 Bantu ibu melakukan relaktasi.


 Berikan formula menggunakan suplementer
(supplemental sucking technique)
Fase Transisi

Tidak ada fase transisi karena terus


digunakan formula yang sama.
Fase Rehabilitasi

Tujuan yang ingin dicapai pada fase ini adalah


 Menurunkan jumlah formula yang
diberikan, sementara :
 Mempertahankan kenaikan berat badan,
dan
 Melanjutkan pemberian ASI.
Kemajuan klinis pada bayi dinilai dari
kenaikan berat badan setiap hari
 Bila BB turun atau tidak naik selama 3 hari berturut-turut
tetapi bayi tampak lapar dan menghabiskan semua formula
yang diberikan, tambahkan 5 ml pada setiap pemberian
formula.
 Biasanya suplementasi formula tidak bertambah selama
perawatan tetapi BB tetap naik, hal ini berarti produksi ASI
terus meningkat.
 Bila setelah beberapa hari bayi tidak lagi menghabiskan
jatah formula-nya tetapi BB tetap naik, ini berarti asupan
ASI meningkat dan bayi mendapat cukup asupan nutrisi
untuk memenuhi kebutuhannya
 Bayi harus ditimbang setiap hari dengan timbangan yang
mempunyai ketelitian hingga 10 gram (atau 20 gram)
Ketika bayi menunjukkan kenaikan BB 20 g/hari
(kenaikan absolut), maka

 Kurangi jumlah F100-diencerkan mulai dengan ¼ jumlah


formula yang diberikan, kemudian bertahap menjadi 1/2 –
nya, dengan demikian bayi akan mendapat ASI lebih
banyak
 Bila kenaikan BB tetap terjaga (10 g/hari tanpa melihat BB
sekarang), suplemen formula dapat dihentikan
samasekali.
 Tetapi bila tidak, maka pemberian formula kembali
ditambah hingga 75% atau ¾ jatah selama 2-3 hari,
selanjutnya kembali dikurangi bila kenaikan BB stabil.
 Dianjurkan untuk merawat bayi beberapa hari berikutnya
dengan hanya mendapat ASI untuk memastikan BB tetap
naik, kemudian baru bayi dipulangkan .
Kriteria pulang

 Keberhasilan relaktasi dengan menghisap efektif :


kenaikan BB minimal 20 g/hari selama 5 hari
berturut-turut hanya dengan mengonsumsi ASI.
 Tidak ada edema bilateral selama 2 minggu
 Kondisi klinis baik, anak sadar dan tidak ada masalah
medis.
Bayi Gizi Buruk dan tidak ada prospek
untuk mendapat ASI

Tujuan tatalaksana adalah bayi gizi buruk mendapat


makanan pengganti yang aman dan adekuat
untuk rehabilitasi nutrisi. Bayi dipulangkan
dengan formula dan pengasuh memahami cara
aman pemberiannya.
Fase Stabilisasi

Pemberian rutin obat dan suplemen :


 Antibiotika : Amoxicillin (untuk bayi dengan BB
minimum 2 kg) : 30 mg/kg, pemberian 2x/hari (60
mg/kg/hari) ditambah Gentamisin. Jangan beri
Kloramfenikol kepada bayi muda.
 Vitamin A 50.000 IU dosis tunggal pada hari
pertama
 Asam folat : 2.5 mg dosis tunggal
 Sulfas ferosus : berikan segera setelah bayi dapat
menghisap dengan baik dan BB mulai naik
Terapi dietetik

 Pada fase stabilisasi bayi Gizi Buruk < 6 bulan harus diberi
F100 yang diencerkan Jangan pernah memberi F100
dengan konsentrasi penuh.
 Bayi <6 bulan dengan edema harus selalu diberi F75 pada
fase stabilisasi
 Jumlah F100-diencerkan dan F75
 Berikan formula dengan cangkir atau dengan diteteskan
melalui NGT. NGT digunakan hanya bila bayi tidak
mendapat cukup formula secara oral.
 Terapkan teknik pemberian makan yang tepat untuk
menjamin asupan makanan yang adekuat.
Kriteria untuk peralihan dari fase stabilisasi ke
fase transisi :
 Kembalinya nafsu makan
 Mulai menghilangnya edema. Bayi dengan edema
berat (+++) harus tetap di fase stabilisasi sampai
edema berkurang (++)
Fase transisi

Pemberian rutin obat-obatan dan suplemen


harus diteruskan sampai 4 hari atau lebih
setelah fase stabilisasi atau hingga bayi beralih
ke fase rehabilitasi.
Terapi dietetik.

 Hanya F100-diencerkan yang diberikan


 Jumlah F100-diencerkan dinaikkan 1/3-nya
dari jumlah pada fase stabilisasi.
 Gunakan tabel 2. untuk menentukan
jumlah F100-diencerkan yang diberikan
kepada bayi yang tidak mendapat ASI.

.
Kriteria untuk beralih dari fase transisi ke
fase rehabilitasi.

 Nafsu makan baik : bayi menghabiskan minimal 90%


F100-diencerkan yang disediakan pada fase transisi.
 Edema hilang pada bayi dengan edema
 Minimal 2 hari berada pada fase transisi bagi bayi
kurus (wasted)
 Tidak ada masalah medis.
Fase Rehabilitasi

 Pengaturan dietetik:
 Hanya F100-diencerkan yang digunakan
 Selama fase rehabilitasi, bayi Gizi Buruk mendapat
F100-diencerkan sebanyak 2x jumlah F100-diencerkan
yang diberikan pada fase stabilisasi.
 Gunakan tabel 2. untuk menentukan jumlah F100-
diencerkan yang diberikan kepada bayi yang tidak
mendapat ASI
Pemantauan Individual

 Pemantauan individual tidak berbeda baik antara fase


stabilisasi, transisi dan rehabilitasi maupun antara bayi
Gizi Buruk dengan ASI atau tanpa ASI.
 Parameter yang harus dipantau dan dicatat dalam rekam
medik adalah :
 Berat badan
 Derajat edema (0 sampai +++)
 Suhu tubuh (2x/hari)
 Gejala klinis baku : batuk, muntah, defekasi, dehidrasi,
pernafasan, ukuran liver,
 Hal lain yang perlu dicatat : misal, menolak makan, rute
asupan makanan (oral, NGT atau parenteral), transfusi.
Kriteria pulang.

 BB/PB > 80-85% selama 3 hari berturutan atau


kenaikan BB sebesar 15-20%
 Tidak ada edema selama 2 minggu
 Klinis baik, anak sadar dan tidak ada masalah medis.
Anjuran lain
Saat dipulangkan, F100-diencerkan dapat diganti
dengan formula bayi standar.
Jumlah formula per kali makan yang diberikan pada
fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi.
Stabilisasi Transisi Rehabilitasi
Berat badan (kg) Dengan Tanpa edema
edema F100-
F75 diencerkan
< 1.5 30 ml 45 ml 60 ml
1.6 – 1.8 35 ml 53 ml 70 ml
1.9.- 2.1 40 ml 60 ml 80 ml
2.2 – 2.4 45 ml 68 ml 90 ml
2.5 – 2.7 50 ml 75 ml 100 ml
2.8 – 2.9 55 ml 83 ml 110 ml
3.0 – 3.4 60 ml 90 ml 120 ml
3.5 – 3.9 65 ml 96 ml 130 m
4.0 – 4.4 70 ml 105 ml 140 ml

Anda mungkin juga menyukai