Anda di halaman 1dari 31

MATERI EDUKASI

PROLANIS
OSTEOPOROSIS
Dr. Gita Savina
Klinik Hesti Wirasakti
Denkesyah 01.04.04
Definisi Osteoporosis
• Osteoporosi merupakan penyakit tulang metabolik yang
ditandai dengan penurunan densitas (kepadatan) dan kualitas
tulang sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh dan
mudah terjadinya fraktur
Jenis –jenis Osteoporosis
• Osteoporosis Primer
• Osteoporosis Sekunder
• Osteoporosis Idiopatik
Osteoporosis primer
• Osteoporosis primer merupakan osteoporosis yang terjadi
karena disebabkan oleh faktor dari dalam tubuh manusia,
yaitu terhentinya produksi hormon akibat faktor usia, hal ini
banyak dialami oleh para manula dan wanita.
• Osteoporosis post menopausal (pada wanita)
“ menopause umumnya terjadinya pada usia 50-an, hormon
estrogen wanita akan turun 2-3 tHun sebelum menopause
timbul, dan terus berlangsung sampai 3-4 tahun setelah
menopause” (Hans Tandra, 2009.8)
Osteoporosis Senilis (pada pria
atau wanita)
• Sesuai dengan namanya osteoporosis senilis merupakan
osteoporosis yang terjadi pada saat lansia baik pada pria
ataupun wanita
• Layaknya wanita, laki-laki juga mengalami hal yang sama
walaupun dengan persentase yang lebih kecil dibandingkan
wanita.
• Osteoporosis pada pria umumnya adalah hipogonadism,
dimana testosteron dalam tubuh berkurang. Testosteron
dalam tubuh berfungsi sama seperti estrogen, yaitu
menguatkan tulang dan mencegah pengeroposan tulang.
Osteoporosis Sekunder
• Osteoporosis sekunder ini disebabkan oleh penyakit atau
kelainan tertentu, atau bisa pula akibat tindakan pembedahan
atau pemberian obat yang mempercepat pengeroposan
tulang” (Hans Tandra, 2009.8)
• Contoh : obat kortikosteroid, kanker, merokok, minum alkohol,
kurang aktivitas dll
Osteoporosis Idiopatik
• Osteoporosis idiopatik relatif ditemui pada wanita pra
menopause dan pria pada usia pertengahan bisa dikarenakan
nyeri pingganng yang hebat, penyebab osteporosis tidak jelas
etiologi
• Osteoporosis dapat disebabkan dari pembentukan massa
puncak tulang yang kurang maksimal selama masa
pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang
setelah menopause
• Massa tulang akan meningkat secara konstan dan mencapai
puncak pada saat usia 30-35 tahun. Pada usia diatas 40 tahun,
maka pertumbuhan tulang akan berhenti dan hal ini
menyebabkan kecepatan pembentukan tulang berkurang
secara progresif
• Pada usia dekade keempat dan kelima, resorpsi tulang mulai
melebihi pembentukan tulang, dan pada wanita hal ini sering
terjadi selama dan setelah menopause
• Estrogen menstimulasi aktivitas osteoblas dan membatasi efek
stimulasi osteoklas pada hormon paratiroid. Dengan demikian,
penurunan estrogen secara tidak lanmgsung menyebabkan
peningkatan pada aktivitas osteoklas
• Osteoporosis kurang rentan dialami oleh pria karena pria
memiliki tulang yang lebih padat daripada wanita, aktivitas
yang berbeda da kadar hormon reproduktif masih tetap tinggi
sampai pria mencapai usia 80 tahun
Faktor Rsiko
1. Usia
2. Genetik
3. etnis/ras
4. jenis kelamin
5. Lingkungan : nutrisi, pola hidup
patofisiologi
Manifestasi Klinis
• Osteoporosis juga sering disebut sebagai silent killer karena
penyakit ini tidak menunjukkan tanda dan gejala yang jelas.
Umumnya para penderita tidak mengeluh sakit, kecuali nyeri
pada tulang.
• Gejala osteoporosis lainnya yang harus diwaspadai adalah :
• Tinggi badan memendek
• Sakit pinggang atau punggung
• Tubuh bungkuk (kifosis)
Komplikasi
• Fraaktur
• Penurunan fungsi
• Kifosis
• Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata
Pemeriksaan Penunjang
• 1. pemeriksaan densitometri DXA (dual-Energy X-Ray
absorptiometry) terhadap tulang memperlihatkan penurunan
ketebalan tulang)
• 2. pemeriksaan CT scan densitas tulang dapat memberikan
gambaran akurat mengenai tingkat massa tulang dan
menentukan kecepatan penipisan tulang
• 3. Pemeriksaan radiologik. Caranya adlah dengan
menganalisis komponen-komponen yang berkorelasi cukup
tepat dengan adanya osteoporosis. Namun hasil pengukuran
ini masih sangat lemah
4. Pemeriksaan Radioisotop
Pemeriksaan ini menggunakan sinar foton radionuklida yang dapat
mendeteksi densitas tulang dan ketebalan korteks tulang. Pemeriksaan
ini digunakan untuk mengukur vertebrae dan kolumna femoris
5. Pemeriksaan Quantitative Computerized Tamography (QCT)
QCT digunakan untuk mengukur mineral tulang karena dapat menilai
secara volumetrik trabekulasi tulang radius, tibia. Dan vertebrae.
Keuntungannya adalah QCT tidak perlu memperhitungkan berat badan
dan tinggi badan.
6. pemeriksaan magnetic Resonance Imaging (MRI)
• MRI dapat mengukur struktur trabekuler tulang dan kepadatannya.
Pemeriksaan ini tidak memerlukan radiasi hanya paparan magnet.
Namun pemeriksaan ini memerlukan biaya yang mahal dan sarana
yang banyak
7. Pemeriksaan Quantitative Ultra Sound
Pemeriksaan ini menggunakan kecepatan gelombang suara ultra
yang menembus tulang, kemudian dinilai atenuasi kekuatan dan
daya tembus melalui tulang yang dinyatakan sebagai pita lebar
ultra sonik. Kuntungannya adalah mudah dibawa kemana mana.
Kerugiannya adalah tidak dapat mengetahui lokasi osteoporosis
8. Densitometer (X-ray absorptiometry)
Pemeriksaan ini menggunakan sinar X yang sangat rendah.
Pengukuran ini dilakukan pada tulang yang kemungkinan mudah
patah, seperti tulang belakang, pinnggang dan pergelangan
tangan atau seluruh rangka tubuh
Penatalaksanaan Osteoporosis

Anda mungkin juga menyukai