Lapkas - Kulit Kelamin - 2018 - DR VIVI SUMOLANG SP KK
Lapkas - Kulit Kelamin - 2018 - DR VIVI SUMOLANG SP KK
Oleh :
Jelita Lani Kogoya
Pembimbing :
dr. Inneke Vivi Sumolang Sp.KK
IDENTITAS
Nama : Tn. J N
Umur : 50 Tahun
Alamat : Skyline
Pekerjaan : PNS
Status pernikahan : Sudah menikah
Status pendidikan : SMA
Tinggal bersama : Isteri dan anak-anak
KELUHAN UTAMA Bengkak pada wajah
RIWAYAT SOSIAL-EKONOMI
Pasien sudah berkeluarga, tinggal bersama istri dan anaknya, pasien bekerja
sebagai pegawai negeri. Pasien mengaku baik dirumah maupun lingkungan
sekitar yang kontak erat dengan pasien, tidak ada yang menunjukkan gejala
seperti yang dialami pasien.
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD
Abepura pada tanggal 25/7/2018, pasien datang dengan keluhan bengkak yang telah
menyebar ke seluruh wajah bahkan pada tangan dan kaki.
Pada anamnesis didapatkan Lesi sudah berlangsung lebih 3 bulan yang lalu, dimulai
dari pipi sebelah kiri, awalnya lesi merah berukuran lentikular yang berlanjut
membesar seperti berukuran numular. Lesi bertambah besar bila suhu dingin, lesi
juga terasa menebal. terasa gatal, tidak terasa nyeri, terasa sedikit berkurang
sensitifitasnya. Pada pemeriksaan didapatkan Bercak BTA 2+ (Solid 0-4/LP,
Fragmen 0-3/LP), Cuping telinga kanan : BTA 1+ (Solid 0-2/LP, Fragmen 0-4/LP),
Cuping telinga kiri : BTA 1+ (Solid 0-2/LP, Fragmen 0-1/LP)
LAPORAN KASUS
DIAGNOSA
MH tipe LL
TATALAKSANA
• Medikamentosa
Rifampisin, 600mg setiap bulan
DDS, 100 mg setiap hari
klofazimin 300 mg setiap bulan
• Non Medikamentosa
Edukasi: Pakaian yang sudah dipakai disendirikan, Sprei usahkan diganti,
Minum obat teratur, Bila ada luka sebisa mungkin agar tidak kontak dengan
Keluarga terutama anak-anak, Kalau gatal jangan digaruk
PEMBAHASAN
Morbus Hansen (kusta) merupakan penyakit infeksi yang kronik, bukan merupakan
penyakit turunan. Penyebabnya ialah Mycobacterium leprae, ditemukan oleh G.A
Hansen. Bakteri ini bereproduksi maksimal pada suhu 27-30 ° C . Terdapat kusta PB
(BTA negatif) dan kusta MB (BTA positif)
DIAGNOSA BANDING
• Dermatofitosis
• Tinea Versikolor
• pitiriasis rosea
• pitiriasis alba
• Dermatitis seboroik
• Psoriasis
• Neurofibromatosis
• granula anulare
• xantomatosis
• Scleroderma
• leukemia kutis
• tuberkulosis kutis verukosa
• birth mark
TEORI KASUS
MANIFESTASI KLINIS ANAMNESA
TEORI KASUS
Tipe Lepromatous Leprosy (LL) EFLORESENSI
Lesi
Bentuk Makula saja; makula Makula dibatasi infiltrat; infiltrat Hanya makula
dibatasi infiltrat saja
Jumlah Satu, dapat beberapa Beberapa atau satu dengan Satu atau beberapa
satelit
Distribusi Asimetris Masih asimetris Variasi
Permukaan Kering bersisik Kering bersisik Halus, agak berkilat
Batas Jelas Jelas Dapat jelas atau tidak
Anestesia Jelas Jelas Tidak ada sampai tidak jelas
BTA
Lesi Kulit Hampir selalu Negatif atau hanya 1+ Biasanya negatif
negatif
Tes Lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif lemah atau
negatif
Tabel. Gambaran klinis, bakteriologik, dan imunologik kusta multibasilar (MB)
Lesi
Bentuk Makula, nodus Makula Plakat
Infiltrat difus Plakat Dome-shaped (kubah)
Papul Papul Punched out
Jumlah Tidak terhitung, Tidak ada Sukar dihitung, masih ada kulit sehat Dapat dihitung, kulit sehat jelas ada
kulit sehat
Teori Kasus
Pemeriksaan Penunjang
TEORI Kasus
Pengobatan
Diberikan MDT yang berisi DDS , Pasien diberikan MDT yang berisi
Rifampisin dan Klofazimin
DDS, Rifampisin, Klofazimin.
MDT untuk multibasiler (BB, BL, LL,
Yang dapat diambil di puskesmas.
atau semua tipe dengan BTA positif)
adalah :
• Rifampisin 600mg setiap bulan,
dalam pengawasan
• DDS100mg setiap hari
• klofazimin 300 mg setiap bulan,
dalam pengawasan, diteruskan 50
mg sehari atau 100mg selama
sehari atau 3×100mg setiap
minggu
KESIMPULAN
Morbus Hansen atau istilah awamnya adalah kusta, merupakan penyakit yang disebabkan
karena Mycobacterium leprae. Dimana penyakit ini bukan penyakit yang diturunkan, paling
banyak pada daerah tropis dan subtropis lalu pada daerah dengan sosial ekonomi yang rendah.
Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan ditakuti, karena dapat terjadi ulserasi,
mutilasi dan deformitas serta dikucilkan dari masyarakat. Manifestasi klinis dari kusta itu
sendiri bergantung pada sistem imun tubuh penderita, semakin kuat sistem imun maka bisa
saja dapat tidak muncul gejala atau gejala dapat hilang sendiri atau berada pada tipe yang
ringan. Namun, rendahnya sistem imun dapat menyebabkan lesi yang banyak dan kerusakan
sensibilitas pada saraf. Penanganan yang tepat dan cepat pada manifestasi awal dapat sangat
mengurangi perburukan dari gejala. Pemberian obat dengan dosis yang tepat dan edukasi yang
baik pada pasien untuk taat minum obat dan kondisinya sangat dapat membantu untuk proses
penyembuhan.
TERIMAKASIH