Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN SEMINAR NASIONAL

PERSI XV TAHUN 2017


PEMALANG, 23 OKTOBER 2017
MENGHADAPI BABAK BARU
DALAM UHC
(UNIVERSAL HEALTH
COVERAGE)
Universal Health Coverage
Universal health coverage merupakan sistem kesehatan yang
memastikan setiap warga dalam populasi memiliki akses yang adil
terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif bermutu dengan biaya terjangkau.

3 Dimensi UHC:
1. Seberapa besar prosentase
penduduk yang dijamin
2. Seberapa lengkap pelayanan
yang dijamin
3. Seberapa besar proporsi cost
sharing oleh penduduk

Pentahapan cakupan universal sangat dipengaruhi oleh


kemauan politik Pemerintah, konsensus penduduk, dan
kemampuan keuangan suatu negara.
LANDASAN HUKUM JKN
Jaminan Kesehatan diselenggarakan dengan tujuan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan
UU No. 40 Tahun
2004 Tentang SJSN
Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional
berdasarkan asuransi social dan prinsip ekuitas

BPJS menyelenggarakan SJSN UU No. 24 Tahun


2011 Tentang BPJS

UU No. 36 Tahun
• Semua orang mempunyai hak yang sama dalam
2009 Tentang
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan
• Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan Kesehatan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau
Elemen inti dalam UHC

1. Akses pelayanan kesehatan yang merata

2. Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas

3. Perlindungan risiko finansial ketika memerlukan


pelayanan kesehatan.
Peta Jalan Menuju Universal Health
Coverage

PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK,


TARGET PESERTA JKN & PBI-KIS 2015-
2019
300
265 268
255 259 262
%- 250
258
Pesert 231
Tahun 211
a 200
JKN
2015 60% 150 156
136 107
2016 70% 102
2017 80% 100
97
2018 90% 88 92
2019 95% 50

00
2015 2016 2017 2018 2019
Penduduk (Jiwa) 255 259 262 265 268
Peserta JKN (Jiwa) 136 156 211 231 258
PBI-KIS (Jiwa) 88 92 97 102 107
CAKUPAN KEPESERTAAN JKN

Oktb 2017 51% 10 % 23% 16 % 70,6


182.036.673 jiwa
9%

2016 53% 9% 24 % 14 % 66,7


171.939.254 jiwa
%

2015 56% 7% 24 % 13 % 156.790.287 jiwa60,8


%
7 51,8
2014 65% 18 % 10 % 133.423.653 Jiwa
% %

- 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 120,000,000 140,000,000 160,000,000 180,000,000 200,000,000

Sumber data BPJS Kesehatan

Peserta Pekerja
Peserta Penerima Penerima Upah (PPU)
Bantuan Iuran (PBI)
Target Cakupan
Semesta JKN
Peserta yang Pekerja bukan Penerima di Tahun 2019
didaftarkan Pemda Upah (PBPU) dan Bukan
7
Pekerja (BP)
HARAPAN FASKES 2019

Akses dan Mutu

UHC KOMPETENSI FASKES

2019

Sara Prasarana Sumber Alat Mutu Sistem


na Daya Kesehatan melalui Rujukan
Kesehatan Akredita
si
Penyusunan Clinical Pathway
 Rumah Sakit sebagai pemberi
pelayanan kesehatan perlu menyusun
langkah pelayanan yang lebih detail
yang diberikan pada masing-masing
pasien berdasarkan PNPK dan PPK

 Beberapa Diagnosis & Tindakan dibuat


Clinical Pathway:
- High Cost
- High Volume
- High Risk

 Implementasi Clinical
Pathways berkaitan erat dengan
Clinical Governance dalam
hubungannya menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan dengan
biaya yang dapat diestimasikan dan
terjangkau
Akreditasi adalah suatu pengakuan publik melalui suatu badan
nasional akreditasi rumah sakit atas prestasi RS dalam memenuhi
standar akreditasi yang dibuktikan melalui suatu asesment pakar
sebaya (peer) eksternal yang independen.

Akreditasi Mutu RS

Struktur Proses Outcome


STATUS AKREDITASI RUMAH SAKIT

39% RUMAH SAKIT DI INDONESIA


TERAKREDITASI NASIONAL

TOTAL :
1.062 RS
TERAKREDI
TASI

Sumber: KARS (Data


11
per Agustus 2017)
Belanja Kesehatan Indonesia, 2010 – 2015
Setelah implementasi JKN
Belanja Jaminan Sosial meningkat secara substansial, Proporsi OOP menurun

 Struktur dasar
pembiayaan kesehatan
di Indonesia belum
banyak berubah, OOP
masih merupakan
sumber pembiayaan
terbesar
2010 – Rp 131,5 triliun
2015 – Rp 184,4 triliun

 Proporsi OOP terhadap


Belanja Kesehatan
Nasional menurun

 OOP tinggi  inefficient


dan inequalities
*draft, do not
Berbagai Isu dalam Implementasi JKN
• Antrian • Overload
• Pelayanan berbelit-belit • Ketidakcukupan tarif
• Tunggakan Iuran • Distribusi tidak merata
• Penolakan pasien di RS • Kekosongan Obat
• Pasien harus Iur Biaya

Peserta Faskes

Pemerintah BPJS

• Resiko Fiskal • Ketidakpuasan Peserta


• Keluhan Masyarakat • Defisit
Strategic Purchasing

Benefit JKN : Pelayanan


What To Buy Kesehatan yang dijamin
oleh JKN

Provider yang berkualitas


From Whom To Buy  Seleksi, kredensialing
dan akreditasi

- Mekanisme
How To Buy pembayaran
- Kendali mutu dan
kendali Biaya
Kondisi saat ini…….

Pemahaman
Pemahaman RS :
obat menjadi
dr dan dr Pelayanan Kesehatan
sumber spesialis : Kendali Mutu &
pemasukan bagi Kendali Biaya
RS berbasis evidence

Sistem saat ini :


Paradigma
Lama : FFS vs menggunakan
INA CBG

• Perbaikan manajemen rumah sakit


• Pelaksanaan PPK & Clinical Pathway di RS
• Formularium Nasional sebagai acuan
• Pengembangan Budaya Anti Fraud
• dsb
Dengan di implementasikannya program JKN terjadi
perubahan dalam paradigma pembayaran dari sistem Fee
For services (FFS) menjadi sistem INA –CBG. Hal ini
memerlukan perubahan pola berfikir RS yang sebelumnya
menjadi kan obat menjadi sumber pemasukan RS dan
pemahaman dr dan dr spesialis tentang pola pembayaran
FFS diubah menjadi pelayanan kesehatan dengan prinsip
kendali mutu dan kendali biaya. Selain optimalisasi
manajemen RS , pelaksanaan PPK dan CP di RS perlu
sebagai paduan dalam standarisari dan mutu pelayanan.
Karena disadari dengan sistem saat ini masih memberikan
peluang bagi faskes untuk melakukan fraud diperlukan pula
pengembangan budaya anti fraud di RS.
Distribusi Tarif Paket INA -CBG

Jasa Pelayanan

Jasa Sarana
Jasa Dokter Jasa Manajemen Jasa Farmasi Jasa Perawat

Operasional RS Jasa Lab Jasa Radiologi

Jasa Lainnya

Fixed Cost Variabel Cost


Regulasi pembayaran Jasa di
FKRTL/RS
BLUD  Peraturan BLUD
Non BLUD  Regulasi
RSUD daerah, remunerasi ( IDI,
Arsada)

Regulasi
Regulasi Permenkeu
pemilik/
RS Pembayaran RS TNI
Swasta Jasa di Polri
manajemen
FKRTL

Acuan pada Manlak JKN RS Sistem Remunerasi 


untuk Jaspel dalam Vertikal KMK 625 Thn 2010 dan
kisaran 30-50% PMK 63 Tahun 2016
Prospektif Payment

BENEFIT UNINTENDED CONSEQUENCES

1. Improve hospital management 1. Increase unneccessary


2. Improve hospital data system admission, readmission,
transfer
3. Reduct of excess hospital capacity 2. Increase in hospital
4. Shorter LOS casemix due to change in
5. Fewer Unneccesary test/services coding (DRG creep)
3. Separate provision of
services which previously
were considered part of
routin in patient care
(Unbundling)
Potensi Kecurangan/Fraud di
RS
RS PEMERINTAH DAN SWASTA TNI POLRI RS NO
NO TIPE FRAUD
A B C D I II III IV KHUSUS PROV
1 Upcoding

6,066 68,997 95,225 25,786
Pencegahan
1,402 5,988 4,860
kecurangan
3,751 10,740
2 Type of room change 324 2,263 3,093
pada
770 25 39 149
penerapan
254 590
3 Unnecessary treatment 163 972 2,103
pembayaran
586 505 119
Ina CBG
46 79 262
4 No Medical Value 144 802 2,123 • Pengendalian
405 27 85 33 utilisasi
252 328
5 Service Unbundling or Fragmentation 80 1,997 1,026 (utilization
405 5 23 review,
15 21 audit
362
6 Phantom Prosedur 31 733 1,511 coding,
231 1 audit 69 medis)46 130 64
7 Standard of care 264 445 1,497 • 130
Optimalisasi
1 5 pengendalian
27 28 59
8 Cancelled Service 59 346 399 Tim 2 Kendali
411 3 32 Mutu 8 &83
9 Readmisi 10 258 105 Kendali
156 3 7 6 Biaya7
10 Phantom Billing 26 153 112 (KMKB),Dewan
37 5 4 52 32
11 Inflated Bills 3 26 57 Pertimbangan
26 1 29 Medik, 1
12 Repeat billing 36 18 BPRS,
2 30 2 Dewan
1 30
13 Length of Stay 1 40 31 Pertimbangan
13 2 Klinis 3
14 Cloning 6 11 20 3 42
15 Penggunaan Ventilator berlebih 2 40 35 2 1
16 Iur Biaya 14 17 5 6 3
17 Self Referral 2 2
TOTAL 7,173 77,130 107,365 28,985 1,971 6,386 5,291 4,576 12,564
Apa yang harus dipersiapkan RS dalam
menghadapi UHC??

• Clinical Pathway • Akreditasi tidak hanya di atas kertas


• Manajemen Rujukan • Team work Klinisi & Manajemen
• Penerapan Kendali Mutu dan • Peningkatan Sistem Informasi
Kendali Biaya dalam Pelayanan • Budaya anti Fraud

Aspek
Aspek Budaya
Manajemen & Organisasi
Klinis
EFISIEN EFEKTIF

Aspek Aspek
Manajemen Manjemen
Keuangan SDM
• RS mulai menghitung Unit Cost Dalam • Remunerasi
membentuk tarif RS • Pemetaan Kompetensi dan rasio tenaga
• Melakukan Analisa Utilisasi/ Klaim
TANTANGAN PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

AKSES DAN BEBAN PENYAKIT


MUTU

PEMBIAYAAN DISTRIBUSI
SDM
KOMPETENSI
AKI, AKB & GIZI
FASKES
SEVERITY LEVEL

ANGKA
KESAKITAN
PROMOTI
Kuratif- F-
rehabilitatif PREVENTI
F
JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2017
4
6 6
BUMN
3 1.04 0
Swasta 7
69
Swasta Non Profit

4 5
- POLRI
4 12
- TNI
6 Rs Khusus
- Kementerian Lain
1 RS Umum
6 9
- Pemda Kota
6
50
- Pemda Kabupaten
1
12
- Pemda Propinsi
9
3
TOTAL : 1.096 RS
- Kemkes
3
TERAKREDITASI
- 100 200 300 400 500 600 700 800
TOTAL : 2.750 RUMAH
Sumber: Data KARS Online (per 12 Okt 201
SAKIT
Sumber: RS Online (Data per 12 Okt 2017)
TANTANGAN DALAM PEMENUHAN
FASYANKES DI RUMAH SAKIT

1 Distribusi yang Belum Merata


 Tempat Tidur (TT)
 Layanan Tertentu
(Radioterapi/Cancer, Jantung,
Hemodialis, dll)
 Kompetensi Faskes
2
Pemenuhan Layanan Level 3
ICU, ICCU, PICU, NICU

3 Mutu Layanan
PER 100 RIBU PENDUDUK TAHUN 2016

WKDS
Wajib Kerja Dokter Spesialis
Perpres Nomor 4 Tahun
2017

Target 10,4
Konsil Kedokteran Indonesia,
Realisasi 13,6
Desember 2016
UPAYA STANDARISASI BANGUNAN & PRASARANA
INFRASTRUKTUR DAN AKREDITASI

PEMENUH
AN SPA, FASYANKES MEMENUHI
PERSYARATA
SDM & TERAKREDITASI
N JKN
MANAJ
SESUAI
FASYANKES SESUAI
STANDAR
STANDAR STANDAR
STANDAR
1.Permenkes 56 /2014 (RS) PELAYANAN
2.Permenkes 75 /2014 (PKM) AKREDITASI KESEHATAN JKN
3.Permenkes No 9 /2014 1. Permenkes No. 12 Tahun
(Klinik) 2012
4.Permenkes 44 / 2016 1.PMK No.71 Tahun 2013
2. Pedoman Akreditasi
(Manajemen Puskesmas) juncto PMK No.99 Tahun 2015
Puskesmas
5.Permenkes 24 / 2016 2.Permenkes No 28 Tahun
3. Pedoman Akreditasi
(Sarana-prasarana RS) 2014
Fasyankes lainnya
6.Permenkes 54 / 2015
(Pengujian & Kalibrasi)

PERIZINAN, REGISTRASI AKREDITASI KREDENSIALING

PEMDA KEMENKES
BPJS
PEMERINTAH DAERAH
(KAB/KOTA/PROV) KOMISI AKREDITASI
ASOSIASI FASILITAS
KEMENKES

PATIENT SAFETY
KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR ICU BERDASARKAN 5% YANG HARUS DISEDIAKAN
(PERMENKES 56 TAHUN 2014)
TEMPAT TIDUR ICU
PENDUDUK Kebutuhan TT
PROVINSI Kelebihan/ Kebutuhan ICU Kelebihan /
(BPS 2010) TT saat ini (N ICU Saat Ini
Kekurangan TT (5% dari TT) Kekurangan ICU
Penduduk/1000)
Aceh 4,597,308 9,691 4,597 5,094 248 485 -237
Sumatera Utara 12,982,204 24,339 12,982 11,357 623 1,217 -594
Sumatera Barat 4,904,460 7,732 4,904 2,828 117 387 -270
Riau 5,538,367 7,284 5,538 1,746 144 364 -220
Jambi 3,169,814 4,421 3,170 1,251 97 221 -124
Sumatera Selatan 7,450,394 8,972 7,450 1,522 158 449 -291
Bengkulu 1,765,178 2,622 1,765 857 64 131 -67
Lampung 7,877,468 7,729 7,877 -148 113 386 -273
Kepri 1,679,163 3,424 1,679 1,745 77 171 -94
DKI Jakarta 9,761,520 25,318 9,762 15,556 592 1,266 -674
Jawa Barat 45,736,365 44,007 45,736 -1,729 829 2,200 -1,371
Jawa Tengah 33,052,412 29,159 33,052 -3,893 712 1,458 -746
DIY 3,457,491 7,479 3,457 4,022 164 374 -210
Jatim 31,563,572 24,577 31,564 -6,987 531 1,229 -698
Banten 10,632,166 11,998 10,632 1,366 245 600 -355
Bali 3,890,757 7,263 3,891 3,372 218 363 -145
NTB 4,531,446 3,814 4,531 -717 80 191 -111
NTT 4,683,827 5,047 4,684 363 93 252 -159
Kalimantan Barat 4,395,983 5,712 4,396 1,316 147 286 -139
Kalimantan Tengah 2,212,089 2,325 2,212 113 70 116 -46
Kalimantan Selatan 3,695,124 5,667 3,695 1,972 135 283 -148
Kalimantan Timur 3,028,487 6,675 3,028 3,647 138 334 -196
Kalimantan Utara 524,656 1,112 525 587 35 56 -21
Sulawesi Utara 2,270,596 5,744 2,271 3,473 149 287 -138
Sulawesi Tengah 2,515,912 4,402 2,516 1,886 116 220 -104
Sulawesi Tenggara 2,277,864 3,055 2,278 777 67 153 -86
Sulawesi Barat 1,158,651 1,177 1,159 18 43 59 -16
Gorontalo 1,040,164 1,868 1,040 828 55 93 -38
Maluku 1,533,506 2,516 1,534 982 24 126 -102
Maluku Utara 1,038,087 1,394 1,038 356 36 70 -34
Papua Barat 760,422 1,642 760 882 26 82 -56
Papua 2,916,798 3,149 2,917 232 40 157 -117
KOMPETENSI FASKES
KESEHATAN
PELAYANAN

SUMBER ALAT
PRA DAYA KESEHAT AKREDIT PEMBIAY
SISTEM AKSE
SARANA AN RUJUKA S
SARANA KESEHAT ASI AAN
N
AN FARMASI DAN
MUT
U

KEPIMPIN
AN KLINIS
KEMAMPUAN
TEKNIS MEDIS
DISTRIBUSI
PELAYANAN RUMAH SAKIT
Good
Patient
PASIEN
Care
Tata Kelola Quality & Safety
Asuhan Pasien

Sistem
yang Baik

Good Pelayanan Klinis


Clinical Asuhan Pasien / Patient
Governance Care
Tata Kelola Klinis
yang Baik
Sistem
Good Manajemen
Hospital
Governance
Tata Kelola RS
yang Baik
Permasalahan
Tenaga Kesehatan

Jumlah Tenaga Kesehatan masih


kurang

Distribusi Tenaga Kesehatan yang


tidak merata
Mutu atau kualitas yang
belum memadai

Kualifikasi Tenaga Kesehatan


masih banyak yang belum D III

[Image Info] - Note to customers : This image has been licensed to be used within this PowerPoint template only. You may not extract the image for any other
METODE PENGHITUNGAN KEBUTUHAN NAKES
Pendekatan Metode Penghitungan Tujuan

Menghitung SDMK untuk


PROYEKSI DENGAN MENGGUNAKAN memperoleh informasi proyeksi
WILAYAH TARGET RATIO TENAGA KESEHATAN jumlah ketersediaan, kebutuhan, dan
TEHADAP JUMLAH PENDUDUK DI kapasitas produksi di suatu wilayah
SUATU WILAYAH pada waktu tertentu.

1. STANDAR KETENAGAAN MINIMAL Merencanakan kebutuhan SDMK


Standar Ketenagaan untuk Fasyankes yang akan atau
INSTITUSI/ Minimal, Puskesmas (PMK baru berdiri.. Kenaikan tipe RS dan
FASYANKES 75 tahun 2014) dan akrditasi
Rumah Sakit (PMK 56
tahun 2014 dan PMK 340
Tahun 2010)
Perhitungan perencanaan
2. ANALISIS BEBAN KERJA (ABK) kebutuhan SDM Kesehatan di
institusi baik/Fasilitas Pelayanan
Kesehatan secara rill.
KEBUTUHAN TENAGA MEDIS SESUAI TARGET RATIO TAHUN 2017
Dokter Dokter Gigi Dokter Spesialis
Penduduk 2017
PROPINSI Jumlah Jumlah Jumlah
(.000) Keadaan Keadaan Keadaan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Aceh 5,180.6 2,860 2,228 329 653 488 549
Sumatera Utara 14,240.5 8,410 6,123 1,744 1,794 1,907 1,509
Sumatera Barat 5,315.5 2,763 2,286 707 670 691 563
Riau 6,647.4 2,881 2,858 671 838 545 705
Jambi 3,509.8 1,179 1,509 203 442 202 372
Sumatera Selatan 8,254.9 2,681 3,550 398 1,040 784 875
Bengkulu 1,931.6 595 831 115 243 97 205
Lampung 8,277.2 2,010 3,559 263 1,043 329 877
Kep. Bangka Belitung 1,429.1 386 615 83 180 91 151
Kep. Riau 2,076.5 788 893 213 262 213 220
DKI Jakarta 10,361.9 16,747 4,456 5,311 1,306 6,799 1,098
Jawa Barat 47,969.8 17,002 20,627 4,099 6,044 4,613 5,085
Jawa Tengah 12,118.3 10,481 5,211 1,719 1,527 3,072 1,285
DI Yogyakarta 34,507.6 3,394 14,838 1,003 4,348 1,349 3,658
Jawa Timur 3,718.3 13,431 1,599 4,024 469 4,828 394
Banten 40,369.5 5,294 17,359 1,619 5,087 1,249 4,279
Bali 4,242.1 3,364 1,824 968 535 1,098 450
Nusa Tenggara Barat 4,949.4 962 2,128 184 624 180 525
Nusa Tenggara Timur 5,284.2 699 2,272 175 666 117 560
Kalimantan Barat 4,924.6 948 2,118 181 621 229 522
Kalimantan Tengah 2,601.4 603 1,119 104 328 134 276
Kalimantan Selatan 4,112.8 1,185 1,769 231 518 307 436
Kalimantan Timur 3,601.0 1,652 1,548 406 454 451 382
Kalimantan Utara 657.7 205 283 57 83 51 70
Sulawesi Utara 2,458.1 2,363 1,057 155 310 451 261
Sulawesi Tengah 2,963.1 525 1,274 105 373 153 314
Sulawesi Selatan 8,681.2 3,874 3,733 1,340 1,094 1,369 920
Sulawesi Tenggara 2,599.0 449 1,118 165 327 113 275
Gorontalo 1,167.0 282 502 42 147 86 124
Sulawesi Barat 1,330.1 123 572 66 168 37 141
Maluku 1,743.3 296 750 59 220 64 185
Maluku Utara 1,207.6 193 519 40 152 40 128
Papua Barat 914.0 227 393 35 115 44 97
Papua 3,260.6 745 1,402 96 411 135 346
264,622.8 109,597 113,788 26,910 33,342 32,316 28,050
INDONESIA
Sumber : KKI, 2016 ; BPS, 2010 (proyeksi 2017)
Standar Ketenagaan Minimal SDMK
Rumah Sakit Umum kelas A, B, C, dan D
No Jenis SDMK A B C D
I. Tenaga Medis
1 Dr.Umum (yanmedik dasar) 18 12 9 4
2 Drg.Umum (Yanmedik Gilut) 4 3 2 1
3 Dr.Spec (setiap jenis yan spes dasar) 24 12 8 1
4 Dr.Sub Spec (setiap jenis yanmedik spec penunjang) 15 10 5
5 Dr.Sub Spec (setiap jenis yanmedik spec 2lain) 36 8 -
6 Dr.Sub Spec lain (setiap jenis yanmedik subspec) 4 2 -
7 Drg.Spec gilut (setiap jenis yanmedik spec gilut) 3 3 1

II. Tenaga Kefarmasian


1 Apoteker (Ka Instalasi) 1 1 1 1

2 Apoteker (Rwt jalan) 5 4 2 1

3 Teknis kefarmasian (Rwt jalan) 10 8 4

4 Apoteker (Rwt Inap) 5 4 4

5 Teknis kefarmasian (Rawat Inap) 10 8 8

6 Apoteker(IGD) 1 1 -

7 Teknis kefarmasian (IGD) 2 2 -

8 Apoteker (ICU) 1 -

9 Teknis kefarmasian (ICU) 2 -

10 Apoteker (Koord penerima + distribusi) 1 1 1 1

11 Teknis kefarmasian (penerima dan distribusi) Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan 2


12 Apoteker (Koord prod) 1 1 dirangkap dirangkap
13 Teknis kefarmasian (produksi) Disesuaikan Disesuaikan dirangkap dirangkap
III. Tenaga keperawatan = TT = TT 3TT/2Prwt 3TT/2Prwt

disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan


IV. Nakes dan Non Nakes lain
PESERTA WKDS
PRIORITAS MANDIRI STATUS NON PNS
• Penempatan sesuai Regionalisasi
• Mandiri Status berdasarkan sentra pendidikan
• Lama penugasan 1 tahun
Non PNS • 1 STR dan berpraktik hanya di rumah
MANDIRI (Prioritas) sakit penempatan
• Tunjangan dibayarkan oleh
• Mandiri Status Kemenkes
PNS/TNI/POLRI • Insentif daerah melalui APBD
• Hak lainnya : jasa pelayanan, rumah
dinas, keamanan, dll

Penerima • Tubel Pemerintah • Penempatan kembali ke instansi


Beasiswa pengusul dan rumah sakit pemda
Pusat * pengusul
dan/atau • Tubel Kemenkes • Lama penugasan sesuai ketentuan
bantuan atas usulan peraturan perundang-undangan
instansi atau • STR dan praktik sesuai dengan
biaya ketentuan perundang -undangan
pendidikan Pemda • Tunjangan dibayarkan oleh
• Tubel Pemda
(tubel) insntansi pengusul atau pemda
pengusul
* Dapat ditempatkan sesuai regionalisasi berdasarkan • Mendapatkan hak-hak lainnya
sentra pendidikan
JENIS, LOKASI PENEMPATAN DAN RENCANA
PEMENUHAN DOKTER SPESIALIS

Jenis Dr.Sp Rumah sakit dapat ditetapkan


1. Obsgyn 1. RS DTPK sebagai lokus wajib kerja, bila :
2. RS Rujukan 1. Ada usulan daerah dilengkapi
2. Spesialis Regional dengan surat pernyataan
Anak bersedia menyiapkan sarana
3. RS Rujukan prasarana RS, pemberian
3. Spesialis Provinsi insentif daerah, rumah tinggal
Bedah dan hak-hak lainnya
2. Proses analisa ketenagaan,
4. Spesialis kosong/kurang dokter spesialis 4
Penyakit 1. RS Milik dasar dan 1 penunjang
3. Ketersedian sarana dan prasarana
Dalam Pemerintah 4. Hasil visitasi Rumah Sakit untuk
5. Spesialis Pusat kesiapan penempatan
Anestesi 2. RS Milik
Pemda
MEKANISME PENETAPAN LOKASI DAN PESERTA WKDS
Daerah Institusi Pendidikan
Mengusulkan melaporkan jumlah kelulusan
kepada Kemenkes beserta sumber pendanaan

Kolegium mengirimkan calon


peserta WKDS beserta
Analisa Usulan
Penetapan sumber pendanaan
Lokasi Rumah
Sakit Hasil
Visitasi Mandiri Tugas Belajar
Visitasi RS oleh Tim
(Pusat, Dinkes
Provinsi dan OP PNS
Non PNS
Cabang)
prioritas
Selektif
Kembali ke
instansi/daerah
Rumah Sakit prioritas pengusul
Rekomendasi Hasil
Instansi
Visitasi
Kerja
PERSETUJUAN PRINSIP TUNJANGAN PESERTA WAJIB KERJA
DOKTER SPESIALIS
No. S-190 / MK.02/ 2017 tanggal 3 Maret 2017

NO KRITERIA PENEMPATAN RS BESARAN (Rupiah)


1. RS DTPK 30.012.000
2. RS Rujukan Regional 25.505.000
3. RS Rujukan Provinsi 24.050.000
4. RS Pemerintah Daerah Lainnya 27.043.000
5. RS Pemerintah Pusat Lainnya 22.500.000
Keterangan :
Bagi Peserta WKDS yang berstatus PNS dan telah mendapatkan Tunjangan Kinerja,
maka besaran Tunjangan WKDS yang diberikan diperhitungkan dengan Tunjangan
Kinerja yang telah diterima sesuai kelas jabatannya. Apabila tunjganan kinerja yang
telah diberikan lebih besar dari tunjangan WKDS, maka kepada PNS yang bersangkutan
diberikan Tunjangan Kinerjanya saja;
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA (PIDI)
DASAR HUKUM PIDI
UNDANG-UNDANG NO.20/2013 TENTANG
PENDIDIKAN DOKTER

1. Pasal 7 ayat (7) : Program profesi dokter dan dokter gigi dilanjutkan dengan program Internsip.

2. Pasal 7 ayat (7) penjelasan: Internsip adalah pemahiran dan pemandirian dokter yang
merupakan bagian dari Program penempatan wajib sementara paling lama 1 (satu) tahun

3. Pasal 7 ayat (8) : Program Internsip dilaksanakan secara nasional bersama oleh Kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang Pendidikan, Kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintah dibidang Kesehatan, asosiasi institusi pendidikan, asosiasi rumah sakit
pendidikan, organisasi profesi dan konsil kedokteran Indonesia;

4. Pasal 38 ayat (2) : Penempatan wajib sementara pada Program Internsip diperhitungkan sebagai
masa kerja

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 39/MENKES/PER/VII/2017

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA


NOMOR 1/2010 TENTANG REGISTRASI DOKTER PROGRAM INTERNSIP
PREDIKSI PESERTA PIDI TAHUN 2017
• Penempatan bulan Februari 2017 : 2.799 Orang
• Penempatan bulan Mei 2017 : 2.360 Orang
• Penempatan bulan September : 2.063 Orang

• Prediksi peserta Nov 2017


a. Lulusan UKMPPD bln Mei pst Nov : 4.285 Orang
b. Sisa Peserta periode Sept yg
belum memilih wahana : 416 Orang
c. Peserta yg memiliki kesempatan
memilih di Nov 2017
(status akun dikunci krn sangsi) : 215 Orang
----------------------------------

Jumlah 12.238 Orang


ETIKA & BUDAYA MELAYANI
Sebegai Fondasi Pelayanan
RS di tengah BADAI
KOMPETISI BISNIS
Agus Purwadianto
Anggota MAKERSI
Gurubesar I.K.Forensik & Medikolegal
FKUI/RSCM

Seminar Nasional PERSI XV


Jakarta, 19 Oktober 2017
ETIKA
Mitos : Etika = Keabadian tentang hal-hal
baik
 Perkembangan zaman  isu etik : umum &
profesi (kedokteran) sbg profesi luhur &
“tertua”
 Dipertahankan dlm/via KODE ETIK – wujud
perilaku baik profesi
 Demikian juga RS sbg wahana pengabdian
sivitas hospitalia
 Dinamika isu etik RS : daya tanggap profesi
manajer RS sbg pimpinan sivitas hospitalia
terhadap :
 perkembangan iptekdok/RS,
 kehendak sosial masyarakat ttg yankes dan
 dinamika modal/aset ekonomi terkait yankes
 Konsensus profesi sivitas hospitalia dalam Kode
Etik RS -
Pentingnya Etika di RS sbg organisasi
Yankes, untuk:
William Nelson, IHF, 2010
• Menjemput harapan pasien
• Melayani kebutuhan kes masyarakat
• Meningkatkan kualitas pelayanan
• Memperkuat profesionalisme
• Meningkatkan budaya organisasi
• Menyempurnakan morale dan kinerja staf
• Meningkatkan kepatuhan RS the standar aturan
• Menurunkan dampak dari konflik etik
Dampak Konflik Etik RS, menurunkan:
• Kualitas pelayanan pasien
• Budaya organisasi RS
• Morale & kinerja staf

• Meningkatkan biaya (secara bermakna) :


mempengaruhi kinerja RS : upah, efisiensi,
tarif.
» Nelson, Weeks, Campfield, 2008
Budaya Etika Melayani
• Suatu keadaan dimana semua sivitas
hospitalia di semua tingkatan memiliki tekad
utk berbuat apa yang baik dan berhasil
menegakkan nilai2 dan standar RS.
• Mencakup etika kepemimpinan sbg
puncaknya, penegakan ulang perilaku etik
oleh atasan dan tekad bersama mitra bestari
utk saling dukung utk berbuat baik.
» www.eci.ethics & compliance initiative.
Etika Kelembagaan RS

 Konsekuensi berkurangnya pasien/klien


dalam operasional RS
 Keterbatasan RS thd jenis & jumlah yankes
sesuai keinginan pasien & pihak pembayar
serta pemilik & Dr/tim nakes;
 JKN : lebih terbatas hak dokter memilih RS &
sebaliknya (kontrak profesi)
 Kebijakan daluwarsa ijin Dr/Nakes, produk
kes, HKI produk & teknologi & pengelolaan
gadar & katastropik
 Hak pasien (mutlak/relatif) memilih
RS/DR/Nakes yg sesuai;
 Perpanjangan hak pasien atas privasi;
 Akuntabilitas sistem monev program yankes
Etika Kelembagaan RS (2)

 PPK RS utk SOP penyakit2 yg diobati produk amat


khas/langka ;
 Identifikasi metode terbaik PNPK Kedokteran yang
efisien & rasional
 Minimalisasi yankes: jumlah/vol utk profit senter :
apotik/lab, dll
 Komplikasi pelayanan (interkolaborasi dll)
tindakan elektif, risiko KTD & iatrogenik lainnya
 Ketersediaan Dr ahli terkredensial & loyal;
 Program unggulan strategis multidisiplin
menggunakan EBM & seimbang dengan VBM baik
D/ & Th/ ,maupun prognosisnya;
 Kerahasiaan/privasi & tidak pengaruhi hak pilih
terapeutik pasien (dikalahkan oleh hak preferensi
dokter);
KODE PERILAKU ETIS RS
Code of Conduct – jci.org
Persaingan usaha
Etika komunikasi: Penghindaran pajak
Jujur Perlindungan lingkungan
Tidak melecehkan
Perbuatan tak tercela Etika Patuh
Kesetaraan kesempatan kerja
Keselamatan
Hak kekayaan intelektual
Etika Informasi Akun:
Bisnis hukum
Kendali internal
Pelaporan keuangan

TIDAK FRAUD
Konfi- KonflikKepent.
& Keuangan pihak luar
INFORMASI:
Keorganisasian spesifik; densia- kepenting-
Pelayanan utk pesaing/penjual
Keterlibatan pd direksi/MWA
Kes yang dilindungi; litas an ganda
Honoraria
Hak milik
Pembiayaan tertentu
Keamanan
Data privasi
TINDAKAN/KEPUT personel Aktivitas Hadiah & gratifikasi
Perlindung- Kontrak
Perisai Kebijakan pokok &
an aset relasinya
Iming2 bisnis
Hubungan dengan pejabat pem
Kendali internal Praktik bisnis internasional
Perjalanan & hiburan
Penggunaan aset korporasi
“GAS” & “REM” di RS

• Medical decision making is


always influenced by a
technical imperative and an
ethical imperative
• Technical Imperative =FEASIBILITY
Forces, constraints, promises,
hopes that lead to further
application of medical
technology and leading-edge
medicine
• The underlying motivation is
not to leave anything undone
that could have been done
TUNTAS, EFEKTIF
“GAS” & “REM” di RS (2)
• Ethical ImperativeNECESSITY
=
Contemplation and
consideration of what should
be allowed and of where the
limits are
• finding the „moral point of
view“ is essential in medical
decision making
 balanced relation of
scientific medical logic and
ethical sensibility
SESUAI DEFINISI BIOETIKA
CARA PRAKTIS TUMBUHKAN
BUDAYA MELAYANI:
Prinsip Panoptik + Porto folio
= “lingkup pengawasan
terkendali, transparan, luar
kepala” via kamar kaca di
tengah bangsal pasien yg
konsisten oleh atasan yang
aktif terlibat secara terus
menerus
lama kelamaan menjadi budaya
!!!!
Kesimpulan
• Budaya melayani berasal dari kematangan
bioetika seluruh sivitas hospitalia,
khususnya pimpinan RS yang memahami
nilai2 RS sbg moralitas publik.
• Memenangkan persaingan bisnis RS
karena pembayar itu
pasien/klien/keluarga atau pihak III,
dengan etika kepedulian yang bertolak
dari fenomenologi persepsi kepentingan
terbaik pasien dalam prognosis proaktif
tetap saja kembali ke rasionalitas mutu
etika dan moralitas RS tsb.
Permasalahan di Rumah Sakit
• Sebagian besar masih terpola dalam sistem “Fee for
Service”
• Standar mutu layanan masih bervariasi
• Kendala dalam pemenuhan Sumber Daya Manusia,
terutama dokter spesialis di daerah luar Jawa
• Keterbatasan sarana dan prasarana (dibandingkan
peningkatan kunjungan pasien)
• Sistem rujukan belum berjalan baik
• Tarif INA CBG’s masih belum sepenuhnya mampu
memenuhi kebutuhan pelayanan di rumah sakit

Sintak/Seminar PERSI 2017 53


Penduduk Lanjut Usia di Indonesia
• Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas, berdasarkan Undang Undang Nomor 13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
• Sejak tahun 2004 - 2015 memperlihatkan adanya
peningkatan Usia Harapan Hidup di Indonesia dari 68,6
tahun menjadi 70,8 tahun dan proyeksi tahun 2030-
2035 mencapai 72,2 tahun
• Hasil proyeksi penduduk 2010-2035, Indonesia akan
memasuki periode lansia (ageing), dimana 10%
penduduk akan berusia 60 tahun ke atas, di tahun 2020
seperti terlihat pada gambar berikut.

Sintak/Seminar PERSI 2017 54


Sintak/Seminar PERSI 2017 55
Sintak/Seminar PERSI 2017 56
Pelayanan kedokteran abad 21

• berpusat pada pasien


• diberikan oleh tim interdisipliner
• menerapkan EBM dan EBP
• menjaga mutu pelayanan
• memanfaatkan teknologi informatika: E-
health
Institute of Medicine

Sintak/Seminar PERSI 2017 57


Masalah – Moral hazards:
• Pemborosan sumber daya kesehatan yang terbatas (“Quicker
and Sicker“)
• Rumah sakit merawat inapkan pasien dengan gangguan
kesehatan ringan atau memperpanjang lama perawatan
• Rumah sakit memulangkan pasien lebih cepat
• Rumah sakit merujuk pasien rawat jalan (terutama kasus yang
berat dan sulit)
• RS menunda/membatasi pasien rawat inap (risiko tinggi)
• Gagal memberikan layanan kesehatan yang dibutuhkan pasien
(vulnerable groups)
• Meminta pasien rawat jalan berkunjung kembali beberapa hari
kemudian dan dianggap sebagai kunjungan baru
• Melakukan diagnosis berlebihan agar biaya klaim lebih besar

Sintak/Seminar PERSI 2017 58


Hubungan Pasien - Dokter /Tenaga
medis
• Hubungan Pasien – Dokter/Tenaga
medis berdasarkan kepercayaan
• Tujuan Utama dan Pertama layanan
kesehatan adalah melayani dan
mengobati pasien.
Patient-Physician Relationships in the Managed Care Environment-A
Comparative Analysis of Various Model . Chandra, Ashish;Willis, William
K;Miller, Katherine
Hospital Topics; Summer 2005; 83, 3;
Sintak/Seminar PERSI 2017 59
Keputusan dokter ditentukan
oleh:
1. Apa yg baik menurut Ilmu
kedokteran
2. Apa yg baik menurut pendapat
dokter
3. Apa yg baik menurut pasien
4. Apa yang baik menurut
BPJSK/JKN 60 Sintak/Seminar PERSI 2017
Yang bayar (BPJSK/JKN) yang
menentukan

1. Kewajiban dokter memberikan


layanan kedokteran dibatasi oleh
JKN (INA CBGs)
2. JKN memberi dokter kebebasan
untuk membatasi pengobatan

Sintak/Seminar PERSI 2017 61


Masalah etika:
Konflik antara
Efisiensi = keuntungan
vs
Perawatan optimal pasien
Sintak/Seminar PERSI 2017 62
• Masalah moral terpenting dalam kedokteran saat
ini bukan berasal dari akibat kemajuan ilmu dan
teknologi kedokteran tetapi berasal dari etika
profesional: Apa arti menjadi seorang dokter saat
ini?
• Ia harus menyelaraskan dua kepentingan yang
berbeda, janji kepada pasien (best patient
interest) vs kepentingan diri (self-interest)
• PPS , sistem ini memberi insentif kepada dokter
untuk memberikan layanan substandar kepada
pasien.
• Jika dalam sistem bayar sendiri (FFS), dokter
dibayar atas pekerjaan yang mereka lakukan,
maka pada PPS dokter dibayar atas apa yang tidak
mereka lakukan.
Sintak/Seminar PERSI 2017 63
Dokter (tenaga medis) : berperan ganda,
dua kepentingan berbeda
Sebagai dokter (tenaga medis):
• Ia harus memberikan layanan pengobatan terbaik
untuk pasiennya
• Dan memperbaiki kualitas hidup pasien
Sebagai karyawan / mitra BPJS-JKN:
• Ia harus melakukan pengendalian biaya seminimal
mungkin
• Membatasi layanan, terutama yang mahal
• Meningkatkan efisiensi
• Membatasi waktu konsultasi
• Membatasi pemeriksaan oleh dokter spesialis

Sintak/Seminar PERSI 2017 64


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai