Pembimbing :
dr. Nelila Pasmah Fitriani Siregar, Sp.PD
Pendahuluan
Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan badan terasa
semakin lemah sejak 1 minggu SMRS.
Anamnesis
Keluhan Utama: Pasien datang dengan keluhan badan terasa semakin lemah
sejak 1 minggu SMRS
▰ Pasien mempunyai riwayat BAB berdarah merah segar sejak berusia 10 tahun,
keluhan dirasakan hilang timbul, namun semakin sering terjadi ketika berusia 20
tahunan namun pasien belum pernah memeriksakannya ke dokter. Keluhan
tersebut diketahui pasien dari orangtuanya. Keluhan masih dirasakan hingga
pasien memasuki jenjang pendidikan SMP, SMA, hingga menikah. Pasien kurang
mengetahui tindakan apa saja yang pernah didapatkan pada keluhannya. Keluhan
lebih sering terjadi apabila pasien mengejan saat BAB.
▰ Pasien juga mempunyai riwayat hemorrhoid sejak ± 22 tahun yang lalu saat hamil
anak kedua pada usia 35 tahun. Hemorrhoid masih bisa dimasukan dengan
dorongan tangan. Namun belum pernah ada tindakan medis pada keluhan
hemorrhoidnya hingga sekarang. Selama ini pasien hanya berobat ke bidan atau
mantri dan diberikan obat serta vitamin namun keluhan tidak menghilang.
Anamnesis
Keadaan Umum
• Tampak Sakit Ringan Sedang
Kepala • Normocephal
Kesadaran
• Compos Mentis
• GCS : E4M6V5 = 15 • Konjungtiva : Anemis (+/+)
• Skelera : Ikterik (-/-)
Mata • Pupil : Bulat (+/+), isokor,
Tanda Vital refleks cahaya (+/+)
• Tekanan darah: 110/60 mmHg • Exoftalmus : (-)
• HR : 83 kali/menit
• Pernapasan : 24 kali/menit, reguler, tipe
torakoabdominal
• Suhu : 36,3 oC • JVP 5+1 cmH2O, pembesaran
Leher kelenjar getah bening (-)
• SpO2 : 99 % pembesaran kelenjar tiroid (-)
• Berat badan : 50 Kg
• Tinggi badan : 156 Cm
• BMI : BB/(TB)2 : 20,8 Kg/m2
Pemeriksaan Fisik: Thorax
INSPEKSI
• Statis dan dinamis: simetris kanan=kiri, retraksi dinding
dada (-/-)
PALPASI
• Nyeri tekan (-), Stem fremitus kanan = kiri, normal
PERKUSI
• Sonor di kedua lapangan paru
AUSKULTASI
• Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Pemeriksaan Fisik: Jantung
INSPEKSI
•Ictus cordis tak terlihat
PALPASI
• Ictus cordis teraba 2 jari di ICS VI linea axilaris anterior
sinistra
PERKUSI
• Atas : ICS II linea parasternalis sinistra
• Kanan: ICS IV linea parasternalis dextra
• Kiri : ICS VI linea axilaris anterior sinistra
AUSKULTASI
• Bunyi jantung I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)
Pemeriksaan Fisik : Abdomen
INSPEKSI
•Datar, simetris, bekas operasi (-)
PALPASI
• Supel, nyeri tekan (-), organomegali (-)
PERKUSI
• Timpani
AUSKULTASI
• Bising usus (+) normal
Pemeriksaan fisik : Ektremitas
Superior
• Akral dingin (+/+), edema (-/-), palmar
pucat (+/+), CRT >2 detik
Inferior
• Akral dingin (+/+), edema (-/-), plantar
pucat (+/+), CRT >2 detik
Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan 11/ 08/ 13/ 08/ 14/08/ 16/08/ 18/ 08/ 19/08/ Normal
2019 2019 2019 2019 2019 2019
WBC 4,06 4,82 4,59 4,59 6,6 6,36 (4-10,0 103/mm3)
RBC 0,59 1,44 1,36 2,18 3,06 3,1 (3,5-5,5 106/mm3)
HGB 2,3 4,4 4,5 6,7 9,1 9,3 (11,0-16 g/dl)
HCT 6,9 13,6 13,1 20,1 27,4 28 (35,0-50,0 %)
PLT 26 21 66 45 27 39 (100-300 103/mm3)
MCV 116,2 94,4 96,6 92,3 89,5 90,2 (80-100 fl)
MCH 39 30,6 33,1 30,7 29,7 30 (27-34 pg)
MCHC 333 324 344 333 332 332 (320-360g/dl)
GDS 115 (<200mg/dl)
Elektrolit & Kimia Darah (11 Agustus 2019) Kimia darah lengkap (11 Agustus 2019)
Bilirubin total :
Parameter 5/3/2019 Normal Bilirubin direk :
Bilirubin indirek :
Natrium (Na) 136,46 (135-148)
Protein total :
Kalium (K) 3,72 (3.5-5.3) Albumin :
Globulin :
Chlorida (Cl) 105,49 (98-110)
SGOT : 12 U/L
Calcium (Ca+) 1,14 (1.19-1.23) SGPT : 13 U/L
Ureum : 16 mg/dl
Kreatinin : 0,9 mg/dl
Asam urat :
(21 Agustus 2019)
Kesan : Kolesterol : 166 mg/dl
faal ginjal dalam batas normal Trigliserida : 121 mg/dl
Elektrolit dalam batas normal HDL : 33 mg/dl
LDL : 108 mg/dl
Faal lemak dalam batas normal
Faal hati dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran Sediaan Apusan Darah Tepi (12 Agustus 2019) Pemeriksaan Coomb’s Test (12 Agustus)
Direct Coombs Test (DCT) : Negatif (-)
Kesan eritrosit : jumlahnya berkurang dengan bentuk
Indirect Coombs Test (ICT) : Negatif (-)
mikrositik hipokromik
Kesan Leukosit : dalam batas normal, tidak ditemukan sel-
sel muda
Kesan Trombosit : jumlahnya berkurang, bentuk normal,
tidak ditemukan agregasi
Kesimpulan: gambaran darah tepi memberikan kesan
anemia mikrositik hipokromik dengan trombositopenia
Diagnosa Kerja
Myelodisplasia syndrome
Leukemia mieloblastik akut Daftar Masalah :
Anemia aplastik
Anemia ec perdarahan saluran cerna bagian bawah Trombositopenia
Hemoroid eksterna grade III
Hematoskezia ec Gastritis erosive Hematoskezia
Pemeriksaan Anjuran
Kolonoskopi
Endoskopi
USG Abdomen
Cek darah rutin setiap setelah tranfusi PRC
dan trombosit
BMP
Bone Marrow Imaging
Tatalaksana
a. Nonfarmakologi b. Farmakologi
TD: 100/60 mmHg, N: 66x/i, T: 36,9C, RR: 24x/i, SpO2 : TD: 100/60 mmHg, N: 78x/i, T: 36,6C, RR: 20x/i, SpO2 : 98%
Konjungtiva Anemis (+/+) Thorax : Vesikular kiri dan kanan, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Nyeri tekan (-) regio epigastrium
Thorax : Vesikular kiri dan kanan, ronki (-/-),
A : Bisitopenia ec Anemia aplastic+ hematoskezia ec hemorrhoid
wheezing (-/-)
grade III
Abdomen : Nyeri tekan (-) regio epigastrium
P :
A : Bisitopenia ec Anemia aplastic+ hematoskezia ec
Inj dexametaxon 1 amp/12 jam
hemorrhoid grade III
Catirike 1x10 g
P:
Tranfusi TC 10 kantong
Tranfusi PRC kolf I
Tranfusi PRC kolf II
Inj Dexametaxon 1 amp
Observasi pemeriksaan darah rutin
Inj Lasix ½ amp
Tanggal 14 Agustus 2019 Tanggal 15 Agustus 2019
S : Badan terasa lemah (+), BAB berdarah merah segar (+) S : Badan terasa lemas (+), BAB berdarah merah segar (+)
O : GCS E4V5M6 O : GCS E4V5M6
TD: 120/80 mmHg, N: 80x/i, T: 36C, RR: 20x/i, SpO2 : 98% TD: 120/70 mmHg, N: 69x/i, T: 36,5C, RR: 21x/i, SpO2 : 99%
Konjungtiva Anemis (+/+) Konjungtiva Anemis (+/+)
Thorax : Vesikular kiri dan kanan, ronki (-/-), wheezing (-/- Thorax : Vesikular kiri dan kanan, ronki (-/-), wheezing (-/-)
) Abdomen : Nyeri tekan (-) regio epigastrium
Abdomen : Nyeri tekan (-) regio epigastrium A : Bisitopenia ec Anemia aplastic+ hematoskezia ec hemorrhoid
A : Bisitopenia ec Anemia aplastic+ hematoskezia ec grade III
hemorrhoid grade III
P : P :
Tranfusi PRC kolf III Tranfusi PRC kolf IV
Observasi pemeriksaan darah rutin Observasi pemeriksaan darah rutin
Inj dexametaxon 1 amp/12 jam Inj dexametaxon 1 amp/12 jam
Inj Lasix ½ amp Inj Lasix ½ amp
Konsul bedah Konsul bedah
Tanggal 16 Agustus 2019
S : Badan terasa lemah (+), BAB berdarah (-)
O : GCS E4V5M6
TD: 130/90 mmHg, N: 76x/i, T: 37C, RR: 24x/i, SpO2 : 98%
Konjungtiva Anemis (+/+)
Thorax : Vesikular kiri dan kanan, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Nyeri tekan (-) regio epigastrium
A : Bisitopenia ec Anemia aplastic+ hematoskezia ec hemorrhoid
grade III
P :
Tranfusi PRC kolf V
Observasi pemeriksaan darah rutin
Inj dexametaxon 1 amp/12 jam
Inj Lasix ½ amp
Rencana kolonoskopi senin, 19 Agustus 2019 (jika hb ≥10)
Tinjauan Pustaka
Definisi
Idiopatik
Sekunder Konstitusional
Menurut Tingkat Keparahan
Klasifikasi Kriteria
Anemia aplastik berat < 25%
Selularitas sumsum tulang Hitung neutrophil < 500/µL
Sitopenia sedikitnya dua Hitung trombosit < 20.000/µL
dari 3 sel darah Hitung retikulosit absolut < 60.000/µL
Anemia aplastik tidak Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia aplastik
berat berat atau sangat berat; dengan sumsum tulang yang
hiposelular dan memenuhi dua dari tiga kriteria berikut :
netrofil < 1,5x109/L
trombosit < 100x109/L
hemoglobin <10 g/dL
Etiologi
Aquired Aplastic Anemia Inherited Aplastic Anemia
• Anemia Fanconi
• Radiasi
• Disgenesis reticular
• Bahan kimia dan obat-obatan
• Amegakariositik
• Virus
trombositopenia
• Penyakit-penyakit imun
• Anemia aplastik familial
• Kehamilan
• Sindroma nonhematologi
• idiopatik
(Down, Dubowitz, Seckel)
Radiasi
Merusak stem Rusaknya DNA
Mengganggu
Radiasi cell dan sel sel
hematopoiesis
progenitor hematopoiesis
Obat-Obatan
Reaksi Kelebihan Predisposisi
hipersensitivitas
atau
dosis obat Genetik
Pusing 69 Perdarahan
Indikasi :
• Anemia aplastik bukan berat
• Pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang cocok
• Anemia aplastik berat, yang berumur lebih dari 20 tahun dan pada saat pengobatan tidak terdapat
infeksi atau pendarahan atau dengan granulosit lebih dari 200/mm3
Koreksi terhadap destruksi T-cell immunomediated pada sel asal dan stimulasi langsung atau tidak langsung
terhadap hemopoiesis.
ATG reaksi alergi ringan sampai
ATG yang paling sering dipakai: berat, sehingga diberikan bersamaan
dengan kortikosteroid:
- ATG kuda (ATGam dosis 20mg/kg per - Prednison 1mg/kgBB selama 2
hari selama 4 hari) minggu pertama pemberian ATG.
- ATG kelinci (thymoglobulin dosis
Siklosporin menghambat aktivasi
3,5mg/kg/hari selama 5 hari) plus CsA
dan proliferasi prekursor limfosit
(12-15mg/kg) umunya selama 6 bulan. sitotoksik.
Dosis: 3-10mg/kgBB/hari per oral
dan diberikan selama 4-6 bulan.
Dapat pula diberikan secara
intravena
Protokol Pemberian
ATG
Dosis test ATG :
ATG 1:1000 diencerkan dengan saline 0,1 cc disuntikan intradermal pada lengan dengan saline kontrol 0,1 cc
disuntikkan intradermal pada lengan sebelahnya. Bila tidak ada reaksi anafilaksis, ATG dapat diberikan.
Terapi ATG :
ATG 40 g/kg dalam 1000 cc NS selama 8-12 jam perhari untuk 4 hari
Siklus Faktor
Steroid
imunosupresi pertumbuhan
Anabolik
berulang hematopoietik
Tranplantasi Sumsum Tulang
Pilihan utama pada pasien anemia aplastik berat berusia muda yang memiliki saudara
dengan kecocokan HLA, namun hanya ada sekitar 30%.
Batas usia : 20-35 tahun. Semakin tua, resiko terjadinya Graft Versus Host Disesase
semakin meningkat.
Remisi Komplit
Refrakter
Prognosis
Jumlah Transplantasi
sumsum Bersifat kuratif pada
neutrofil Anemia aplastik tulang sekitar 80% pasien
berat jika neutrofil yang berusia kurang
netrofil <500/L dari 20 tahun
(0,5x109/liter)
Sekitar 70% pada
pasien yang berusia
Neutrofil < 200/L 20-40 tahun
(0,2x109/liter)
dikaitkan dengan
respon buruk
terhadap imunoterapi Sekitar 50% pada
pasien berusia lebih
dari 40 tahun
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
• Insidensi ITP kronis dewasa adalah 58-66 kasus baru per satu
juta populasi pertahun (5,8- 6,6 per 100.000) di Amerika dan
serupa yang ditemukan di Inggris
• Idiopathic Thrombocytopenic Purpura kronik pada umumnya
terdapat pada orang dewasa median rata- rata usia 40-45 tahun
• Ratio antara perempuan dan laki-laki adalah 1:1 pada penderita
ITP akut sedangkan pada ITP kronik adalah 2-3:1.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
1. Purpura. Perdarahan yang terjadi pada kulit dan membran mukosa (seperti di dalam mulut)
yang berwarna keunguan. Lebam yang tidak jelas penyebabnya.
2. Petekie. Bintik-bintik merah di kulit. Terkadang bintik merah saling menyatu dan mungkin
terlihat seperti ruam. Bintik merah merupakan perdarahan di bawah kulit
3. Perdarahan yang sulit berhenti
4. Perdarahan dari gusi
5. Mimisan
6. Menstruasi yang berkepanjangan pada wanita
7. Hematuria
8. Perdarahan saluran cerna
Perdarahan intrakranial merupakan komplikasi yang palin serius pada ITP. Hal ini
mengenai hampir 1% penderita dengan trombositopenia berat. Perdarahan biasanya di
subarachnoid, sering multipel dan ukuran bervariasi dari petekie sampai ekstravasasi darah
yang luas.13
Klasifikasi
▰ Akut
▰ Kronik
Pemeriksaan Penunjang
• Anamnesis, perlu digali tanda-tanda perdarahan dan faktor resiko. Tanda perdarahan seperti munculnya petekie,
purpura, perdarahan yang sulit berhenti, perdarahan pada gusi, mimisan spontan, perdarahan konjungtiva, perdarahan
saluran cerna seperti melena, hematuria, dan menstruasi yang berkepanjangan pada wanita.
• Pemeriksaan fisik didapatkan adanya purpura dan petekie, perdarahan mukokutan, mungkin bisa ditemukan adanya
splenomegali (10% pada anak) yang jarang terjadi.
• Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium darah lengkap dapat ditemukan adanya penurunan jumlah
trombosit dengan leukosit dan eritrosit dalam batas normal (tidak terjadi perdarahan masif), pemeriksaan darah tepi
ditemukan penurunan sel trombosit dengan atau tanpa megatrombosit, pemeriksaan sumsum tulang didapatkan
peningkatan megakariosit. Pada pemeriksaan PT dan APTT dalam batas normal.
Tatalaksana
1. Keturunan
2. Konstipasi
3. Pola buang air besar yang salah
4. Usia
5. Kehamilan
6. Kurangnya konsumsi makanan berserat
7. Kurang aktivitas fisik
8. Tumor
9. Hipertensi Portal
Klasifikasi dan Derajat
▰ Hemoroid Interna
Derajat 1
Derajat 2
Derajat 3
Derajat 4
▰ Hemoroid Eksterna
Analisis Kasus
“
▰ Pasien Ny. Ngadimah usia 57 tahun, tinggal di Lrg. Mulyo RT.39,
MRS tanggal 11 Agustus 2019. Berdasarkan anamnesis keluhan
yang dialami pasien tersebut merupakan gejala dan tanda
Bisitopenia ec Anemia Apastik + Hematoskezia ec Hemoroid
Eksterna Grade III yaitu terdapatnya gejala klinis
▰ Pada anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan badan yang
dirasakan semakin melemah sejak 1 minggu SMRS. Keluhan
disertai dengan kepala terasa berat, pusing bila berjalan terasa
sampoyongan seperti hendak jatuh dan berkurang jika pasien
beristirahat. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 1 minggu
SMRS, demam yang dirasakan naik turun dan turun jika minum
obat paracetamol.
“ ▰ Pasien mempunyai riwayat BAB berdarah merah segar sejak
berusia 10 tahun, keluhan dirasakan hilang timbul, namun
semakin sering terjadi ketika berusia 20 tahunan namun
pasien belum pernah memeriksakannya ke dokter. Keluhan
tersebut diketahui pasien dari orangtuanya. Keluhan masih
dirasakan hingga pasien memasuki jenjang pendidikan SMP,
SMA, hingga menikah. Pasien kurang mengetahui tindakan
apa saja yang pernah didapatkan pada keluhannya. Keluhan
lebih sering terjadi apabila pasien mengejan saat BAB.
Keluhan ini masih sering diderita pasien hingga saat ini dan
semakin memberat sejak 1 minggu SMRS.
“
▰ Pasien juga mempunyai riwayat hemorrhoid sejak ± 22 tahun yang lalu saat hamil anak
kedua pada usia 35 tahun. Hemorrhoid masih bisa dimasukan dengan dorongan tangan.
Namun belum pernah ada tindakan medis pada keluhan hemorrhoidnya hingga sekarang.
Selama ini pasien hanya berobat ke bidan atau mantri dan diberikan obat serta vitamin
namun keluhan tidak menghilang. Namun pasien mengaku ada mengkonsumsi obat
▰
herbal cina karena merasa lemas sejak 1 minggu SMRS.
3 hari SMRS pasien melakukan pengecekan darah di klinik dan didapatkan Hb rendah
yaitu 2,9. Di klinik pasien tidak mendapatkan obat namun disarankan untuk segera ke RS
▰
agar mendapat penanganan yang lebih baik. Namun pasien lebih memilih untuk pulang.
5 bulan SMRS, pasien pernah dirawat di RS swasta selama 5 hari dengan keluhan yang
sama dan pasien sudah melakukan tranfusi darah sebanyak 2 kantong namun Hb pasien
tidak mengalami peningkatan yang sedikit. Pasien dirujuk ke RS Palembang agar
mendapatkan penanganan yang lebih optimal namun menolak karena alasan biaya dan
pasien meminta untuk dipulangkan. Pasien pulang dengan Hb 5,6 dan masih dengan
kondisi lemas namun pasien masih mampu untuk berjalan.
▰
“▰
Riwayat susah BAB atau suka menahan BAB (-), nyeri saat BAB (-), BAB
berwarna hitam (-), BAK normal, mual muntah (-), diare (-), nyeri perut (-),
riwayat mengkonsumsi minuman herbal (jamu gendong), obat nyeri sendi dan
pegal linu (+) sejak usia ± 20 tahun tetapi tidak rutin.
Pada pemeriksaan status generalisata didapatkan suhu tubuh pasien 36,3°C,
Nadi 83x/menit, tekanan darah 150/60 mmHg, RR : 24x/menit. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis (+), mukosa mulut anemis
(+). Pemeriksaan organ lainnya dalam batas normal.
▰ Pada pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin di dapat kan hasil
leukosit : 4,06 (109/L), Hemoglobin 2,3 g/dL, hematokrit : 6,9 %, trombosit 26
(109/L), MCH : 39 pg , MCV 116,2 fl , MCHC 333 fl sedangkan dari hasil
elektrolit didapatkan Natrium 136,46 mmol/L dan Kalium 3,72 mmol/L, Calsium
1,14 mmol/L, Clorida 105,49 mmol/L. Faal ginjal Ureum 16 mg/dl, kreatinin 0,9
mg/dl. Sehingga didapatkan kesan Anemia dan trombositopenia. Pada apusan
darah tepi ditemukan kesan anemia mikrositik hipokromik.
▰
“
Manifestasi anemia apastik ditemukan pada pasien ini pada anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anemia apalastik
mungkin asimptomatik dan ditemukan pada pemeriksaaan rutin. Anemia
aplastic menimbulkan gejala berupa pucat, lemah, mudah merasa lelah,
dan dyspnea setelah beraktivitas. Terjadi trombositopenia yang
menyebabkan manifestasi perdarahan berupa perdarahan pada kulit baik
itu petekie maupun ekimosis, epistaksis, dan perdarahan gusi dan traktus
gastrointestinal. Pada pasien ini tidak ditemukan perdarahan gusi,
petekie, ataupun ekimosis namun ditemukan adanya perdarahan pada
gastrointestinal berupa BAB berdarah berwarna merah segar dan Remple
Leed Test yang didapatkan positif (+). Penegakan diagnosis anemia
aplastik memerlukan pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis
leukosit, hitung retikulosit, dan aspirasi serta biopsi sumsum tulang. Pada
pasien ini hasil pemeriksaan darah ruitn didapatkan trombositopenia dan
anemia.
▰
“
Pada pasien diberikan terapi cairan sebagai terapi suportif
terhadap keluhan dan kondisi umum pasien. Pasien diberikan
IVFD RL 500cc/ 24 jam untuk menjaga keseimbangan cairan
tubuh pasien, sekaligus memperbaiki keadaan hipokalemi pada
pasien. Apabila pasien demam, maka dapat diberikan antipiretik
berupa paracetamol 3x500 mg. Selanjutnya pasien diberikan
injeksi lansoprazole terhadap keluhan nyeri perut yang terasa
pedih pada pasien dengan sediaan injeksi 30 mg 1 kali sehari.
Pada pasien diberikan injeksi ceftriaxone 1x1 sediaan 2 gram
untuk melawan mikroba yang menyebabkan leukositosis. Pasien
juga mendapatkan transfuse PRC 1 kolf/ 24 jam hingga Hb ≥ 9-
10.
Kesimpulan