Anda di halaman 1dari 15

‘IDDAH.

Masa ‘iddah adalah istilah yang diambil dari


bahasa Arab dari kata )‫ )ال ِع َّدة‬yang bermakna
perhitungan.

Menurut istilah para ulama, masa ‘iddah ialah


sebutan atau nama suatu masa di mana
seorang wanita menanti atau menangguhkan
perkawinan setelah ia ditinggalkan mati oleh
suaminya atau setelah diceraikan.
HIKMAH 'IDDAH
1. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau
tidak.
2. Syariat Islam telah mensyariatkan masa 'iddah untuk menghindari
ketidakjelasan garis keturunan yang muncul jika seorang wanita
ditekan untuk segera menikah.
3. Masa 'iddah disyari'atkan untuk menunjukkan betapa agung dan
mulianya sebuah akad pernikahan.
4. Masa 'iddah disyari'atkan agar kaum pria dan wanita berpikir
ulang jika hendak memutuskan tali kekeluargaan, terutama dalam
kasus perceraian.
5. Masa 'iddah disyari'atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah
dan lainnya apabila wanita yang dicerai sedang hamil.
DASAR PENSYARIATANNYA
‫ص َن ِبأ َ ْنفُ ِس ِه َّن َ َ ََََ ََ قُ ُروء‬
ْ َّ‫ات يَت َ َرب‬ َ ‫َو ْال ُم‬
ُ َ‫طلَّق‬

Wanita-wanita yang ditalak handaklah


menahan diri (menunggu) tiga kali quru' [al-
Baqarah/2:228]
ATURAN-ATURAN DALAM `IDDAH
Masa iddah diwajibkan pada semua wanita yang berpisah dari
suaminya dengan sebab talak, khulu’ (gugat cerai), faskh
(penggagalan akad pernikahan) atau ditinggal mati, dengan syarat
sang suami telah melakukan hubungan suami istri dengannya atau
telah diberikan kesempatan dan kemampuan yang cukup untuk
melakukannya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫سو ُه َّن‬ ُّ ‫طلَّ ْقت ُ ُمو ُه َّن ِم ْن قَ ْب ِل أ َ ْن ت َ َم‬ ِ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإ َذا نَ َك ْحت ُ ُم ْال ُمؤْ ِمنَا‬
َ ‫ت َ ُ َّم‬
‫فَ َما لَ ُك ْم َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن ِع َّدة ت َ ْعت َ ُّدونَ َها‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-
perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka
sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas
mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. [al-
Ahzâb/33:49]
1. Wanita Yang Ditinggal Mati Oleh
Suaminya
a. Wanita yang ditinggal mati suaminya ketika
sedang hamil. Wanita ini maka masa
menunggunya ('iddah) berakhir setelah ia
melahirkan bayinya, berdasarkan firman Allâh
Azza wa Jalla,

َ َ‫ت ْاْل َ ْح َما ِل أ َ َجلُ ُه َّن أ َ ْن ي‬


‫ض ْعنَ َح ْملَ ُه َّن‬ َ ُ ‫َوأ‬
ُ ‫وَل‬
Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu
iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan
kandungannya. [ath-Thalaq/65:4].
b. Wanita tersebut tidak hamil. Jika tidak hamil, maka masa
'iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari. Allâh Subhanahu wa
Ta’ala berfirman :
َ‫صنَ ِبأ َ ْنفُ ِس ِه َّن أ َ ْربَعَ ََ أ َ ْش ُهر َو َع ْش ًرا ۖ فَإِ َذا بَلَ ْغن‬
ْ َّ‫َوالَّذِينَ يُت َ َوفَّ ْونَ ِم ْن ُك ْم َويَ َذ ُرونَ أ َ ْز َوا ًجا يَت َ َرب‬
‫َّللاُ ِب َما ت َ ْع َملُونَ َخ ِبير‬
َّ ‫وف ۗ َو‬ ِ ‫أ َ َجلَ ُه َّن فَ ََ ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم ِفي َما فَعَ ْلنَ ِفي أ َ ْنفُ ِس ِه َّن ِب ْال َم ْع ُر‬
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan
dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila
telah habis 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali)
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang
patut. Allâh mengetahui apa yang kamu perbuat. [al-Baqarah/2:
234]
2. Wanita Yang Diceraikan
Wanita yang dicerai juga ada dua macam yaitu
wanita yang dicerai dengan thalak raj’i (thalak
yang bisa ruju’) dan wanita yang ditalak
dengan thalak bâ’in (thalak tiga).
a. Wanita yang dicerai dengan talak
raj’i
1. Wanita yang masih haidh
Masa ‘iddah wanita jenis ini adalah tiga kali
haidh, berdasarkan firman Allâh Azza wa Jalla :

‫ص َن ِبأ َ ْنفُ ِس ِه َّن َ َ ََََ ََ قُ ُروء‬


ْ َّ‫ات يَت َ َرب‬ َ ‫َو ْال ُم‬
ُ َ‫طلَّق‬

Wanita-wanita yang ditalak handaklah


menahan diri (menunggu) tiga kali quru' [al-
Baqarah/2: 228]
2. Wanita yang tidak haidh, baik karena belum pernah
haidh atau sudah manopause .
Bagi wanita yang seperti ini masa 'iddahnya adalah tiga
bulan, seperti dijelaskan Allâh Azza wa Jalla dalam firman-
Nya:
َّ ‫ارت َ ْبت ُ ْم فَ ِع َّدت ُ ُه َّن َ َ ََََ َُ أ َ ْش ُهر َو‬
‫الَئِي لَ ْم‬ ْ ‫سائِ ُك ْم ِإ ِن‬ ِ ‫الَئِي يَئِسْنَ ِمنَ ْال َم ِح‬
َ ِ‫يض ِم ْن ن‬ َّ ‫َو‬
َ‫يَ ِحضْن‬
Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi
(monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika
kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah
mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-
perempuan yang tidak haid. [at-Thalaq/65:4]
3. Wanita Hamil.
Wanita yang hamil bila dicerai memiliki masa
iddah yang berakhir dengan melahirkan,
berdasarkan firman Allâh Azza wa Jalla :

َ َ‫ت ْاْل َ ْح َما ِل أ َ َجلُ ُه َّن أ َ ْن ي‬


‫ض ْعنَ َح ْملَ ُه َّن‬ َ ُ ‫َوأ‬
ُ ‫وَل‬
Dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang
tidak haid. dan perempuan-perempuan yang
hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai
mereka melahirkan kandungannya. [ath-
Thalaq/65:4]
b. Wanita yang ditalak tiga (talak
baa’in)
Wanita yang telah di talak tiga hanya menunggu
sekali haidh saja untuk memastikan dia tidak
sedang hamil. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah menyatakan, “Wanita yang dicerai
dengan tiga kali talak, masa iddahnya sekali
haidh. ”

Dengan haidh sekali berarti sudah terbukti bahwa


rahim kosong dari janin dan setelah itu ia boleh
menikah lagi dengan lelaki lain.
3. Wanita Yang Melakukan Gugat Cerai
(Khulu’)
Wanita yang berpisah dengan sebab gugat cerai, masa
‘iddahnya sekali haidh[10] , sebagaimana ditunjukkan oleh
beberapa hadits dibawah ini:

َ ‫علَى‬
ِ ‫ع ْه ِد النَّبِي‬ َ ‫ت ِم ْن زَ ْو ِج َها‬ ْ َ‫اخت َلَع‬
ْ ‫ت ب ِْن قَيْس‬ ِ ِ‫عبَّاس أ َ َّن ْام َرأَة َ ََاب‬ َ ‫ع ْن اب ِْن‬
َ
َ ‫سلَّ َم أ َ ْن ت َ ْعت َ َّد بِ َح ْي‬
َ ‫ض‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُّ ِ‫سلَّ َم فَأ َ َم َرهَا النَّب‬
َ ‫ي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ
Dari Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu bahwa istri Tsabit bin
Qais menggugat cerai dari suaminya pada zaman Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkannya untuk menunggu sekali haidh.
[HR Abu Dâud dan at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh syaikh
al-Albâni dalam Shahîh Sunan Abu Dâud no.1 950]
RUJUK
Rujuk adalah suami kembali kepada istrinya
yang telah diceraikan untuk mewujudkan
pernikahan semula dengan ketentuan agama.
Rujuk artinya kembali, dan yang dimaksud
disini adalah kembali kepada ikatan
pernikahan.
Rujuk tidak memerlukan akad nikah baru
karena akad nikahnya belum terputus.
Hukum Rujuk
Pada dasarnya, hukum rujuk adalah jaiz (boleh).
Kemudian bisa menjadi:
a. Haram apabila niat rujuknya adalah untuk
menyakiti istri
b. Makruh bila diketahui bahwa meneruskan
perceraian lebih bermanfaat daripada rujuk
c. Sunah bila diketahui bahwa rujuk lebih
bermanfaat daripada meneruskan perceraian
d. Wajib khusus bagi laki-laki yang beristri lebih
dari satu jika salah seorang ditalak sebelum
gilirannya disempurnakannya
Syarat Suami Merujuk Istri
a. Dengan kehendak sendiri (tidak dipaksa orang lain)
b. Dengan perkataan, baik secara terang-terangan ataupun
sindiran
c. Ada dua saksi
Maka apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya,
maka rujuklah mereka dengan baik atau lepaskanlah
mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang
saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu
tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah
pengajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat. Barang siapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya (at-
Thalaq : 2)

Anda mungkin juga menyukai