Anda di halaman 1dari 14

TAURIYAH

Ibroh perjalanan hidup Nabi Ibrahim


Di antara bentuk maksiat dan dosa lisan adalah perkataan dusta, yaitu
mengatakan sesuatu berbeda dengan kondisi senyatanya. Namun terkadang
ada beberapa kondisi yang jika kita berkata jujur, akan menimbulkan dampak
buruk (mudharat) kepada diri kita.

Dalam kondisi semacam ini, boleh berbohong, atau jika tidak, dia bisa mencari
jalan keluar dengan mengucapkan kalimat-kalimat tauriyah
Tauriyah adalah seseorang mengucapkan suatu kalimat atau perkataan, dan
dia maksudkan dengan kalimat tersebut maksud yang benar dan tidak
bohong, meskipun ketika kalimat itu ditangkap oleh orang lain, mereka akan
memahami makna lain yang berbeda dengan maksud si pembicara

Istilah tauriyah sering juga muncul dengan istilah Ma’aridhul kalam


Tauriyah dari sisi bahasa adalah menyembunyikan sesuatu.
Allah Azza Wajalla berfirman:

‫س ْوءة َ أ َ ِخي ِه‬ َ ‫ض ِليُ ِريَهُ َكي‬


َ ‫ْف يُ َو ِاري‬ ِ ‫ث فِي األ َ ْر‬ ُ ‫غ َرابًا يَ ْب َح‬ُ ُ‫ّللا‬ ‫ث ه‬ َ َ‫فَبَع‬
‫س ْوءة َ أ َ ِخي‬ َ ‫ي‬ ُ
َ ِ َ ‫ب فَأ‬
‫ار‬ ‫و‬ ِ ‫ون ِمثْ َل َهذَا ْالغُ َرا‬ َ ‫ت أ َ ْن أ َ ُك‬ُ ‫ع َج ْز‬َ َ ‫قَا َل يَا َو ْيلَتَا أ‬
31 / ‫ين المائدة‬ َ ‫صبَ َح ِم َن النَّا ِد ِم‬ ْ َ ‫فَأ‬
“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk
memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat
saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti
burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia
seorang diantara orang-orang yang menyesal.” SQ. Al-Maidah: 31.
Nabi sallallahu’alaihi wa salam memberikan arahan dalam penggunaan tauriyah, sebagai
contoh. Kalau ada seseorang batal (hadats) dalam shalat jama’ah, apa yang dilakukan
dalam posisi memalukan ini? Jawabnya adalah hendaknya dia menaruh tangannya di
hidung kemudian keluar. Dalilnya adalah,

" : ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫ قالت‬، ‫عن عائشة رضي هللا عنها‬
( ‫إذا أحدث أحدكم في صالته فليأخذ بأنفه ثم لينصرف سنن أبي داود‬
985 ( " ‫ وهو في " صحيح سنن أبي داود‬، ) 1114)
“Dari Aisyah radhiallahu’anha berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Kalau
salah seorang diantara kamu batal (hadats) dalam shalatnya, maka peganglah hidungnya
kemudian keluar.” HR. Sunan Abu Dawud, 1114 dan ia ada di Shoheh Sunan Abi Dawud, 985.
Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan sejumlah riwayat dari ulama salaf yang
menunjukkan bahwa tauriyah ini adalah jalan keluar daripada harus berkata
yang murni bohong dan dusta.
‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
‫إن في معاريض الكالم ما يغني الرجل عن الكذب‬
“Sesunggguhnya dalam bahasa-bahasa tauriyah itu sudah mencukupi seseorang
sehingga dia tidak perlu berdusta secara terang-terangan.” (Ighatsatul
Lahafaan, 1: 381)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,
‫ما يسرني بمعاريض الكالم حمر النعم‬
“Tidaklah membahagiakanku ketika bahasa-bahasa tauriyah itu diganti dengan
unta merah (harta yang paling mahal ketika itu, pent.)” (Ighatsatul Lahafaan, 1:
381)

Jadi, menemukan kalimat-kalimat tauriyah yang bisa menyelamatkan seseorang dari dusta
itu jauh lebih berharga dari unta merah yang merupakan harta yang paling mahal ketika
itu
Seorang ulama masa tabi’in, Hammad rahimahullahu Ta’ala, jika seorang tamu
datang ke rumah beliau namun beliau tidak mau menemui dan berbicara
dengannya, maka beliau meletakkan tangan atau jarinya ke giginya, sambil
mengatakan,
‫ ضرسي‬،‫ضرسي‬
“Gigiku, gigiku … “ (Afaatul Lisaan, hal. 50)
Orang mengira bahwa beliau sedang sakit gigi, sehingga mereka pun pulang karena
merasa tidak enak. Padahal yang dimaksud Hammad adalah sekedar ingin menunjukkan
bahwa ini gigi, dan ini tentu benar karena yang ditunjuk adalah gigi, bukan bagian tubuh
yang lain
RINCIAN HUKUM TAURIYAH
Pertama, tauriyah yang hukumnya haram.
Yaitu tauriyah yang mengantarkan kepada kebatilan, baik diambilnya hak orang
lain tanpa alasan yang dibenarkan, atau untuk berkelit dari kewajiban yang
seharusnya dia tunaikan.
Misalnya, seorang pegawai bolos kerja karena malas ke kantor. Keesokan harinya,
dia ditanya oleh bosnya ketika sudah masuk kerja kembali, dan menjawab, “Saya
sakit.”
Ini adalah tauriyah yang haram, karena mengantarkan kepada kebatilan, yaitu
tidak adanya amanah.
Kedua, tauriyah yang hukumnya wajib.
Yaitu tauriyah yang mengantarkan kepada kewajiban atau untuk mencegah
kedzaliman. Contoh tauriyah semacam ini telah kami sebutkan di awal seri tulisan
ini, yaitu tentang adanya seseorang yang ingin mendzalimi orang lain.
Juga tauriyah yang dilakukan oleh para ulama untuk menghindar dari kedzaliman
penguasa. Pada masa fitnah Al-Qur’an adalah makhluk, para ulama ahlus sunnah
dipaksa untuk mengatakan ucapan kekafiran bahwa Al-Qur’an adalah makhluk,
dan jika tidak mau, mereka akan disiksa atau dibunuh.
Lalu datanglah sejumlah pasukan ke salah seorang ulama, dan beliau pun
melakukan tauriyah. Sang ulama mengatakan, “Al-Qur’an, Taurat, Injil, Zabur,
semuanya ini adalah makhluk.”
Ketiga, tauriyah yang hukumnya diperbolehkan karena adanya maslahat
atau karena ada hajat (kebutuhan).
Jika ada kebutuhan atau maslahat tertentu yang ingin dicapai, maka tidak
mengapa melakukan tauriyah.
Contoh tauriyah model ini adalah kisah Imam Ahmad rahimahullahu Ta’ala.
Ketika itu, beliau kedatangan tamu, yaitu Al-Maruzi. Lalu ada seseorang yang
mencari Al-Maruzi sampai ke rumah Imam Ahmad. Namun Al-Maruzi
menyampaikan ke Imam Ahmad bahwa dia tidak ingin menemui orang tersebut
dengan sebab (alasan) tertentu.
Lalu Imam Ahmad pergi menemui orang yang mencari Al-Maruzi tersebut dan
berkata, “Al-Maruzi tidak ada di sini, buat apa Al-Maruzi ada di sini?”
Keempat, tauriyah yang sekedar main-main, tidak ada kebutuhan, dan juga
tidak mengantarkan kepada kebatilan.
Tauriyah semacam ini diperselisihkan oleh para ulama tentang boleh atau
tidaknya.
Pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu Ta’ala
adalah tidak diperbolehkan. Hal ini karena tauriayh itu sisi lahiriyahnya
menyelisihi maksud sebenarnya. Sehingga masih terdapat unsur kebohongan
dalam tauriyah. Dan juga, terdapat sisi jelek dengan tauriyah yang sekedar main-
main saja. Yaitu, ketika seseorang mengetahui bahwa jika secara kenyataan apa
yang diucapkan oleh seseorang itu berbeda dengan makna yang dia pahami, hal
ini akan menyebabkan si pengucap tersebut bisa dituduh berdusta dan tidak
bisa dipercaya, juga menimbulkan buruk sangka kepadanya.
Penting untuk diingat, bahwa Tauriyah tidak boleh dipergunakan oleh seorang
muslim kecuali dalam kondisi sangat sulit, dikarenakan beberapa hal
diantaranya;
1.Bahwa sering mempergunakannya dapat menjerumuskan kepada kebohongan
2.Kehilangan saudara-saudara yang terpercaya sebagian dengan lainnya. Karena
salah seorang diantara mereka akan ragu terhadap perkataan saudaranya,
apakah dia berkata pada kenyataannya atau tidak?
3.Kalau orang yang mendengarkan mengetahui hakekat urusannya itu
berlainan dengan kenyataan perkataan orang yang bertauriyah. Sementara
dia belum tahu tauriyah orang yang berbicara, maka orang yang berkata
tauriyah menurutnya adalah pembohong. Dan ini menyalahi anjuran agama
dalam membebaskan kehormatan.
4.Itu jalan menuju ujub (berbangga diri) pada pemilik tauriyah, karena dia
merasa kuat memperdaya orang lain

Anda mungkin juga menyukai